Anda di halaman 1dari 2

Kisah Seorang Penjual Sayur

Pagi buta belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti
embun pagi. Seorang wanita paruh baya sedang mendorong gerobaknya di tengah jalan yang
masih gelap. Siapakah wanita itu?. Ia adalah seorang penjual sayur, bernama Sella. Walaupun
hasil dari menjual sayur tidak seberapa, Bu Sella tetap berjualan dengan ikhlas dan semangat.

Menjelang pukul 06.00, Bu Sella telah sampai di pasar untuk membeli sayur-sayuran yang
akan dijual didekat rumahnya. “Beli berapa Bu Sella?” ucap Bu Siti, si pedagang pasar. “Beli 6
ikat aja, Bu,” jawab Bu Sella sambil memberi uang. Setelah membeli Sayur dari Bu Siti, Bu
Sella segera pergi untuk mempersiapkan dagangannya.

“Sayur-sayur!” ucap Bu Sella sambil mendorong gerobak sayurnya. Tak lama kemudian,
datanglah ibu-ibu yang ingin membeli barang jualannya. Bu Sella melayani pelanggan-
pelanggan setianya dengan ikhlas dan senang. Saat sedang menawarkan sayurnya, tiba-tiba
datanglah wanita yang mengenakan perhiasan yang banyak. Perhiasan itu menghiasi leher dan
tangannya. Dengan angkuh wanita itu lewat didepan gerobak Bu Sella. “Halo Bu Wiwin, mau
beli sayur juga Bu?”ucap Bu Sella sambil menawarkan sayurnya. “Maaf bu, tadi pembantu saya
udah beli,” jawab Bu Wiwin dengan angkuh. Setelah berbincang sebentar, Bu Wiwin segera
pergi meninggalkan gerobak sayur Bu Sella. “Ih, Bu Wiwin itu sombong banget ya,”ujar Bu
Nunung dengan sinis. “Iya, kalau uangnya hilang pasti dia panik,”timpal bu Evi. “Sudah, lebih
baik kita doakan yang baik saja untuk Bu Wiwin,” kata Bu Sella sambil tersenyum. Pelanggan
Bu sella mengiyakan perkatannya.

Senja telah muncul. Sang surya mulai tenggelam. Bu Sella sudah menjual dagangannya. Saat
membereskan gerobaknya, Ia melihat benda asing. Benda asing itu ternyata adalah dompet
berwarna ungu yang terlihat mewah. Seketika Bu Sella terdiam. Ia resah dan gelisah. “Dompet
siapa ini?” batin Bu Sella. Dengan perlahan tapi pasti, Bu Sella membuka dompet tersebut. Ia
melihat uang berjumlah Rp500.000 dan 2 kartu kredit. Tak hanya itu, Bu Sella juga melihat KTP
seseorang yang dikenalnya. Bu Sella pun segera pergi untuk mengembalikan dompet itu.

Bu Sella telah sampai di rumah Bu Wiwin. Sebelum menekan bel rumahnya, Bu Wiwin sudah
berada di halaman rumahnya. Ia terlihat gelisah. “Assalamualaikum Bu Wiwin,” ujar Bu Sella.
“Waalaikumsalam Bu Sella, ada apa ya?”Tanya Bu Wiwin. “Ini bu, sepertinya tadi Bu Wiwin
menjatuhkan dompet di gerobak saya,” kata Bu Sella sembari memberikan dompet berwarna
ungu. Bu Wiwin segera mengambil dan mengecek isi dompetnya. “Semuanya masih lengkap,
terimakasih Bu Sella, sebagai tanda terimakasih ibu mau apa?” ucap Bu Wiwin dengan muka
yang berseri-seri. “Tidak usah, Bu, saya ikhlas”kata Bu Sella sambil tersenyum. Hati Bu Wiwin
tersentuh. Ia tak menyangka kalau Bu Sella sangat baik padanya. “Baiklah, kalau begitu saya
akan memberi hadiah untuk Bu sella besok” ucap Bu Wiwin dengan senyum yang manis. Bu
Sella menerima hadiah dari Bu Wiwin, karena hadiah tak boleh ditolak.
Ternyata hadiah yang diberikan Bu Wiwin adalah sebuah kios yang sangat dekat dengan
rumahnya. Bu Sella menangis bahagia. Ia bersyukur kepada Allah karena telah memberikan
hadiah yang sangat berguna baginya. Akhirnya, Bu Sella berteman baik dengan Bu Wiwin dan
tidak perlu mendorong gerobak sayur lagi.

Anda mungkin juga menyukai