Anda di halaman 1dari 13

PENELITIAN

CROSS SECTIONAL
drg. Sri Wahyuni, M. Kes.
Penelitian epidemiologis yang tanpa mengikuti proses perjalan
penyakit, tetapi dilakukan melalui pengamatan subjek studi yang
hanya satu kali dalam suatu saat atau suatu periode tertentu,
sedangkan pada penelitian analitis, pengamatan dilakukan
berulang-ulang.

Cara pengamatan yang dilakukan


hanya satu kali seolah-olah seperti
penampang melintang. Oleh karena
itu, pendekatan yang dilakukan
disebut penelitian cross sectional.
Penelitian Potong-Lintang atau Cross Sectional
Jenis Penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan atau
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya.
Faktor risiko dan dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang
sama, artinya setiap subyek penelitian diobservasi hanya satu kali saja
dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status
pada saat diobservasi.

Skema Penelitian Potong-lintang


Besar rasio prevalensi dengan potongan-lintang adalah:

Angka rasio prevalensi memberi gambaran tentang prevalensi suatu


penyakit di dalam populasi yang berkaitan dengan fakta risiko yang
dipelajari atau yang timbul akibat faktor-faktor risiko tertentu.
Ciri-Ciri Penelitian Cross Sectional

• Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan


1 prevalensi penyakit tertentu.

• Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok


2 pembanding.

• Hubungan sebab akibat hanya merupakan perkiraan


3 saja.

• Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis.


4

• Penelitian ini adalah penelitian pendahuluan dari


5 penelitian analitis
Keuntungan
Penelitian Cross Sectional

Dalam penelitian epidemiologi pendekatan cross


1 sectional merupakan cara yang cepat dan murah
untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

Dalam hal tertentu, pendekatan cross sectional


2 dapat digunakan untuk memperkirakan adanya
hubungan sebab akibat.

Penelitan cross sectional dapat menghasilkan


3
hipotesis spesifik untuk penelitian analitis.

Pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk


mengetahui prevalensi penyakit tertentu dan
4 masalah kesehatan yang terdapat di masayarakat
dan dengan demikian dapat digunakan untuk
menyusun perencanaan pelayanan kesehatan.
Kerugian Penelitian Cross Sectional

Penelitian Informasi yang


cross diperoleh tidak
sectional tidak mendalam
dapat sehingga
digunakan seringkali
untuk masalah
memantau kesehatan
perubahan yang dicari
yang terjadi tidak
dengan diperoleh.
berjalannya
waktu.
Langkah-Langkah
Penelitian Cross Sectional

Identifikasi dan perumusan masalah.

Menentukan tujuan penelitian.

Menentukan lokasi dan populasi studi.

Menentukan cara dan besar sampel.

Memberikan definisi operasional.

Menentukan variabel yang akan diukur.

Menyusun instrumen pengumpulan data.

Rencana analisis.
Keterbatasan Penelitian Potong-lintang
1. Dibutuhkan subyek penelitian yang relatif besar atau banyak
dengan asumsi variabel bebas yang berpengaruh cukup banyak

2. Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan


penyakit secara tepat.

3. Faktor-faktor risiko tidak dapat diukur secara akurat dan


akan memengaruhi hasil penelitian.

4. Nilai prognosanya atau prediksinya (daya ramal) lemah atau


kurang tepat.

5. korelasi faktor risiko dengan dampaknya adalah paling


lemah bila dibandingkan dengan rancangan penelitian analitik
yang lainnya.

6. Kesimpulan hasil penelitian berkaitan dengan


kekuatan rancangan yang disusun sangat
berpengaruh, umumnya kekuatan rancangan yang
baik adalah sekitar 40%, artinya hanya sebesar 40%
variabel atau faktor risiko mampu menjelaskan
variabel terikat atau dampak, sisanya yaitu 60%
tidak mampu dijelaskan dengan model yang dibuat.
Kekuatan model dalam rancangan potong-lintang dihitung
berdasarkan penjumlahan kuadrat dari nilai beta.

Contohnya:

Y (radang gusi anak) = 0,288 (plak gigi) –0,261 (perilaku ibu) –0,21
(pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi) + 0,206 (status ekonomi
keluarga) -0,143 (pendidikan kesehatan gigi) –0,139 (pendidikan ibu).
Kekuatan modelnya adalah sebesar:
(0,288)2 + (–0,261) 2 + (–0,21) 2 + (0,206) 2 + (-0,143) 2 + (–0,139 ) 2 = 0,2813
= 27,74%.

Artinya, kekuatan model hanya sebesar 27,74%, atau model hanya


mampu menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat
sebesar 27,74%, sedangkan sisanya yaitu 72,26% tidak mampu
diterangkan oleh model ini atau ada variabel lain yang mungkin belum
masuk ke dalam model.
SAMPEL PENELITIAN

Data deskrit
VARIAN SAMPEL
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai