Anda di halaman 1dari 11

RANCANGAN CROSS SECTIONAL

KELOMPOK 4A :  
Mawati Manalu (032019077)
Angelica Br. Saragih (032020001)
Lady Sheba A. Purba (032020010)
Priska br. Keliat (032020011)
Yeni Febriani Gultom (032020013)
Celine Rose E. Tarigan (032020017)
Icha D. Munthe (032020049)
 
Definisi Cross Sectional

Muhamad Vinci Ghazali, Suharyono Sastromihardjo, Sri Rochani Soedjarwo, Titi Soelaryo,
Hariarti S Pramulyo.Dalam penelitian kedokteran dan kesehatan, studi cross sectional merupakan suatu
bentuk studi observasional (non-eksperimental) yang paling sering dilakukan. Kira-kira sepertiga artikel
orisinal dalam jurnal kedokteran merupakan laporan studi cross-sectional. studi cross-sectional
mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada
satu saat. Studi seperti ini dapat hanya bersifat deskriptif, misalnya penentuan nilai normal (nilai-nilai
antropometrik bayi baru lahir, kadar imunoglobin pasien asma).
Telah dikemukakan bahwa dalam penelitian cross-sectional peneliti mencari hubungan antara
variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat.
Studi cross-sectional merupakan salah satu studi observasional untuk menentukan hubungan
antara faktor risiko dan penyakit. Studi cross-sectional untuk mempelajari etiologi suatu penyakit
digunakan terutama untuk mempelajari faktor risiko penyakit yang mempunyai Onset yang lama (slow
onset) dan lama sakit (duration of illness) yang panjang, sehingga biasanya pasien tidak mencari
pertolongan sampai penyakitnya relatif telah lanjut
Tujuan dan manfaat
penelitian
tujuan utama penelitian cross sectional adalah untuk mencari prevalensi satu atau
beberpa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat seperti pada studi deskriptif, tetapi
pada keadaan tertentu, studi cross sectional dapat juga digunakan untuk memperkirakan
insidensi, misalnya penyakit dengan bekas yang permanen seperti variola. Dengan
menemukan pravalensi bekas yang ditinggalkan oleh variola dapat diperkirakan bahwa pda
masa lalu terjadi peningkatan insidensi penyakit tersebut, tetapi cara ini tidak dapat
digunakan bila bekas yang ditinggalkan oleh penyakit akan hilang dalam waktu tertentu
dan penentuan insidensi dengan studi cross sectional hasilnya akan bias. Miaslnya,
varicella, walupun meninggalkan bekas, tetapi pada suatu waktu tertentu bekas tersebut
akan hilang dan pencarian insidensi penyakit tersebut hanya dapat dilakukan melalui
wawancara.
Keuntungan rancangan cross sectional

penelitian cross sectional


01 dapat digunakan untuk
memperkirakan adanya
02 Data yang terdapat dirumah
sakit dapat digunakan
hubungan sebab-akibat

03 Dapat digunakn untuk membandingkan besarnya risiko kelompok


yang terpajan oleh factor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya
penyakit dengan kelompok yang tidak terpajan
kerugian rancangan cross sectional

Sulit untuk mengadakan


Penelitian ini tidak dapat
Penelitian cross sectional dengan ekstrapolasi pada
digunakn untuk memantau
perubahan yang terjadi dengan
tujuan analisi sulit untuk populasi yang lebih
menentukan komparabilitas kedua
berjalannya waktu besar
kelompok yang dibandingkan
karena tidak diketahui apakah
insidensi terjadi sebelum atau
sesudah terpajan.
Ciri-ciri Penelitian cross
sectional :
Penelitian Cross Sectional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:(I Made Sudarma Adiputra, Ni Wayan
Trisnadewi 2021)
1. Pengumpulan data dilakukan pada suatu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan subjek
studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.
2. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang terpajan atau tidak
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya hubungan
antara Cerebral blood flow pada perokok, bekas perokok dan bukan perokok.
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai hipotesis dalam
penelitian analitik atau eksperimental
Langkah-langkah pada studi Cross-Sectional

1 Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang


sesuai
2 Mengidentifikasi variabel bebas dan tergantung
3 Menetapkan subyek penelitian
4 Melaksanakan pengukuran
5 Melakukan analisis
Tahapan kegiatan rancangan cross-
sectional

Untuk menggambarkan tahapan penelitian cross sectional; diambil suatu


contoh. Misalnya, suatu penelitian mencoba menetapkan hubungan antara
tingkat pendidikan, status ekonomi orangtua dan sanitasi lingkungan,
dengan status gizi dan angka diare anak balita. Penelitian tersebut
direncanakan dengan rancangan cross sectional. Hal-hal yang perlu
dipersiapkan dan dilakukan peneliti dari berbagai macam kemungkinannya,
yaitu:
a.Tingkat Pendidikan
b.Sanitasi lingkungan
c.Status Gizi Anak
d.Angka diare anak
e.Status ekonomi
Angka Resiko relative pada
rancangan CROSS-
SECTIONAL

Angka risiko merpakan penelitian kemungkinan timbul atau berkembangnya


suatu efek atau penyakit dihubungkan dengan factor risiko tertentu. Risiko
ini dicermikan oleh adanya kasus-kasus baru dalam populasi tertentu pada
periode waktu tertentu.
Dikenal dua macam risiko, yaitu risiko absolut dan risiko relative. Risiko
absolut (RA) dapat diformulasiakn dengan rumus:
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai