Anda di halaman 1dari 5

LATAR BELAKANG

Kualitas merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Gerakan


revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi
tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup dan
berkembang. Persaingan yang semakin ketat akhir-akhir ini menuntut
sebuah lembaga penyedia jasa/layanan untuk selalu memanjakan
konsumen/pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik. Para
pelanggan akan mencari produk berupa barang atau jasa dari perusahaan
yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepadanya
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat atau tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku. mutu pelayanan kesehatan bersifat
multidimensi sebab mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari tiga
sudut pandang yaitu dari pihak pemakai jasa pelayanan, pihak
penyelenggara pelayanan, dan pihak dan pihak penyandang dana mutu
Untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam upaya memberi
kepuasan kepada pasien dengan fokus pada semua dimensi secara
prioritas memperbaiki rasa empati, kehandalan, ketanggapan, jaminan,
dan tampilan fisik. Kepuasan pelanggan dan atau pasien tidak hanya
membicarakan hasil dari suatu pelayanan kesehatan yang mereka terima
yang berkaitan dengan sifat kepuasan, tetapi yang lebih penting adalah
kepuasan sebagai sebuah proses pada dasarnya berkaitan dengan
penyebabnya
Minat kunjungan ulang merupakan perilaku yang muncul sebagai respon
terhadap objek yang menunjukan keinginan pelanggan untuk melakukan
pembelian ulang produk yang telah dibeli sebelumnya. Pelanggan secara
sadar dan tidak sadar akan mengevaluasi transaksi yang telah dilakukan.
Tingkat kepuasan atau ketidakpuasan konsumen yang akan
mempengaruhi perilakunya. Kualitas pelayanan yang baik akan
memberikan kepuasan pada pelanggan yang akhirnya pelanggan akan
memanfaatkan ulang dan merekomendasikan pelayanan kesehatan
tersebut pada orang di sekitarnya. Pelayanan yang baik dan berkualitas
akan meningkatkan jumlah kunjungan yang pada akhirnya akan
meningkatkan jumlah pendapatan rumah sakit

Penelitian kuantitatif
adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
fenomena serta kausalitas hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian
kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan
fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam
penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang
fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari
hubungan-hubungan kuantitatif.

Ciri-Ciri Penelitian Kuantitatif[sunting | sunting sumber]

1. Instrumen yang digunakan telah ditentukan sebelumnya dan tertata


dengan baik.Instrumen yang biasa dipakai adalah angket
(kuesioner).[1]
2. Tidak banyak memberi peluang bagi fleksibilitas, masukan
imajinatif dan refleksitas.
3. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas,
tingkat variasi yang kompleks
4. Pembahasan lebih pada permukaan atau tidak mendalam
Model Penelitian[sunting | sunting sumber]
Menurut Bryman terdapat 4 (empat) model dalam menggabungkan
penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, yaitu :
1. Penelitian kualitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian
kuantitatif.
2. Penelitian kuantitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian
kualitatif
3. Kedua pendekatan diberikan bobot yang sama
4. Triangulasi

. Cross Sectional
Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan
hubungan atau korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau
efeknya. Faktor risiko dan dampak atau efeknya diobservasi pada saat
yang sama, artinya setiap subyek penelitian diobservasi hanya satu kali
saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status
pada saat observasi.
Angka rasio prevalensi memberi gambaran tentang prevalensi
suatu penyakit di dalam populasi yang berkaitan dengan faktor risiko
yang dipelajari atau yang timbul akibat faktor-faktor risiko tertentu.

 Kelebihan studi cross-sectional:


Kelebihan rancangan studi potong lintang adalah kemudahannya untuk
untuk dilakukan dan murah, sebab tidak memerlukan follow-up. Jika
tujuan penelitian “sekedar“ mendeskripsikan distribusi penyakit
dhubungkan dengan paparan faktor-faktor penelitian, maka studi potong
lintang merupakan rancangan studi yang cocok, efisien dan cukup kuat
disegi metodologik. Selain itu seperti penelitian observasional lainnya,
studi potong lintang tidak “memaksa” subjek untuk mengalami factor
yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (factor resiko).
Demikian pula, tidak ada subjek yang kehilangan kesempatan
memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat, bagi subjek yang
kebetulan menjadi control.

Kekurangan penelitian cross sectional :


a. Dibutuhkan subyek penelitian yang relatif besar atau banyak, dengan
asumsi variable bebas yang berpengaruh cukup banyak.
b. Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan penyakit secara
tepat.
c. Faktor-faktor risiko tidak dapat diukur secara akurat dan akan
mempengaruhi hasil penelitian.
d. Nilai prognosanya atau prekdisinya (daya ramal) lemah atau kurang
tepat.
e. Korelasi faktor risiko dengan dampaknya adalah paling lemah bila
dibandingkan dengan rancangan penelitian analitik yang lainnya.
f. Kesimpulan hasil penelitian berkaitan dengan kekuatan rancangan
yang disusun sangat berpengaruh, umumnya kekuatan rancangan yang
baik adalah sekitar 40%, artinya hanya sebesar 40% variable bebas atau
faktor risiko mampu menjelaskan variable terikat atau dampak, sisanya
yaitu 60% tidak mampu dijelaskan dengan model yang dibuat.

Contoh: penelitian tentang fluorosis yang dilakukan pada anak usia 10-
12 tahun di Brazil yang tinggal di daerah yang belum memperoleh
fluoridasi air minum.

Korelasi spearman rho


adalah metode statistik yang digunakan untuk menguji dugaan tentang
adanya hubungan antara variabel apabila datanya berskala ordinal
(rangking) atau berskala rasio/interval namun tidak memenuhi asumsi
normalitas. Pada uji ini, nilai korelasi tidak dihitung berdasarkan nilai
aktual data, melainkan melalui peringkat yang sudah diberikan pada
data. Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengukur derajat erat
tidaknya hubungan antar satu variabel terhadap variabel lainnya dimana
pengamatan pada masing-masing variabel tersebut didasarkan pada
pemberian peringkat tertentu yang sesuai dengan pengamatan serta
pasangannya. Uji Korelasi Spearman juga merupakan salah satu uji
statistik non paramateris yang digunakan apabila ingin mengetahui
hubungan antara 2 subjek dengan sumber data yang berasal dari subjek
yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai