PENDAHULUAN
1
dari jendela hotel, 24 % melakukannya ke rumah tetangga, sedangkan 66 % mengintip siapa saja
yang penting wanita, baik dikenal maupun pacar sendiri,sedang ganti baju, mandi, sedang
bersetubuh, ataupun sedang mengganti pembalut. Arti dari hasil tersebut adalah komposisi ruang
memang bisa berganti, namun bagi yang terbiasa melakukan kegiatan mengintip, setiap
kesempatan kelihatannya akan dimanfaatkan untuk mengekspresikan perbuatan itu. Meski
perbuatannya itu tergolong dalam kategori kelainan seksual. Masih menurut hasil penelitian
Bremen Health, para pecandu mengintip ini jutru paling besar berpendidikan setingkat SMU,
Diploma, S1, dengan status lajang dan banyak melakukan hal ini dikeramaian. Adapun obyek
bagian tubuh wanita yang menjadi sasaran adalah bagian dada wajah dan leher. Sementara bagi
mereka yang berpendidikan S1 atau Pascasarjana, kegiatan mengintip ini dilakukan dengan cara
yang lebih modern. Artinya mereka menggunakan binocular untuk menyalurkan hobinya
tersebut. Asalkan kepuasannya tersalurkan dan tingkat keamanannya terjamin. Pelaku
voyeurisme ternyata tidak sekadar keranjingan mengintip, sebab sebagian pelaku mengaku
bahwa perbuatan mengintip akan disertai dengan masturbasi. Sejumlah pelaku secarasengaja ada
yang berhasil merekam hasil intipan mereka yang tentunya akan dapat diintip (kaliini ditonton)
berkali-kali. Yang perlu dikhawatirkan adalah pelaku voyeurisme yang menyebar-nyebarkan
gambar kepublik. Bisa jadi video atau gambar foto yang diambil para pelaku voyeurisme
menjadi kasus besar yang memalukan korban pengintipan. Apapun alasannya voyeurisme tetap
membahayakan kita
2
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas tujuan dari penulisan maalah ini adalah :
1. Mengetahui definisi voyeurism
2. Mengetahui diagnosis dari voyeurism
3. Mengetahui penyebab dari voyeurism
4. Mengetahui voyeurism dari berbagai sudut pandang
5. Mengetahui apakah sex show masuk ke dalam kategori voyeurism
6. Mengetahui apakah cyber sex masuk ke dalam kategori voyeurism
7. Mengetahui cara penanganan voyeurism
8. Mengetahui cara pencegahan voyeurism
1.4 Manfaat
Diharapan dari pembuatan makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber
bacaan dan literature bagi pihak-phak yang membutuhkan.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
2. Pelaku voyeurisme mengalami penderitaan dan frustasi berat sehingga
mengganggu hubungan sosial, pekerjaan, dan aktivitas hariannya yang lain
disebabkan oleh fantasi seksual dan kegiatan pengintipannya.
5
Tindakan mengintip yang mereka lakukan berfungsi sebagai pemuasan pengganti
dan kemungkinan memberikan rasa kekuasaan atas orang yang diintipnya. Voyeur
seringkali mengidap parafilia lain, namun tampaknya tidak menjadi gangguan.
6
melakukan kontak langsung dengan perempuan, jika perempuan yang
diiintip oleh voyeur menyadari tindakan voyeur, ia bisa saja
menyimpulkan bahwa perepuan tersebut tertarik padanya; karena rasa
tidak amannya sebagai laki-laki dan sebagai kekasih, hal itu sangat
menakutkan baginya sehingga kurang menimbullkan gairah seksual.
Maka mungkin seorang laki-laki terlibat dalam voyeurism bukan
karena resiko tertangkap basah yang membuatnya tergelitik, namun
lebih karena tindakan mengintip tanpa diketahui orang lain, karena hal
itu melindungi voyeur dari kemungkinan terjalinnya hubungan dengan
seorang perempuan dan mungkin merupakan cara berhubungan yang
kurang menakutkan baginya.
b. Perspektif Behavioristik
Interpretasi behavioral yang paling sederhana terhadap
penyimpangan seksual adalah bahwa penyimpangan tersebut adalah
merupakan hasil dari proses responden conditioning terhadap
pengalaman seksual pada masa kecil, secara khusus masturbasi, yang
kemudian menjadi stimulus yang berbeda ketika muncul.
7
pelecehan fisik dan seksual dan dibesarkan dalam keluarga dimana
hubungan orangtua dan anak mengalami gangguan (Murphy,1997).
Pengalaman masa kecil tersebut dapat bekontribusi besar terhadap
rendahnya tingkat keterampilan social dan harga diri, rasa kesepian,
dan terbatasnya hubungan intim yang sering terjadi pada penderita
parafilia (Kaplan & Krueger,1997). Dengan demikian voyeurism
dengan mengintip dapat berfungsi sebagai pengganti hubungan dan
aktivitas sex yang wajar. Lebih jauh lagi keyakinan luas bahwa
pelecehan seksual di masa kanak-kanak memicu seseorang memiliki
perilaku voyeurism setelah dewasa, perlu dikoreksi bahwa penelitian
yang menunjukan bahwa kurang dari sepertiga penjahat seks berusia
dewasa yang mengalami pelecah seksual sebelum mereka berusia 18
tahun (Maletzky, 1993).
Hubungan orang tuaanak yang menyimpang juga dapat memicu
permusuhan atau sikap negatif pada umumnya dan kurangnya empati
terhadap perempuan, yang dapat meningkatkan kemungkinan untuk
menyakiti perempuan. Alcohol dan efek negative seringkali memicu
tindakan voyeurism.
Penyimpangan kognitif juga berperan dalam parafilia, contoh
seorang voyeur dapat meyakini bahwa seorang perempuan yang
membiarkan tirai kamarnya terbuka ketika ia sedang berganti pakaian
memang ingin dirinya dilihat oleh orang lain (Kaplan & Krueger,
1997). Berbagai hipotesis yang memfokuskan pada kognisi terkesan
psikoanalisis.
d. Perspektif Interpersonal
Kekurangmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan
pegaulan bebas juga bisa menjadi penyebab paraphilia.
8
kecenderungannya mengembangkan perilaku seks menyimpang. Anak yang
orangtuanya sering menggunakan hukuman fisik dan terjadi kontak seksual yang
agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang
lain setelah mereka berkembang dewasa. Suatu sistem keluarga pun memberikan
kontribusi dalam memunculkannya gangguan parafilia.
9
interactive sexual stories (in real time) with the intent of arousal (Robin Hamman,
1996).
Cyber sex merupakan salah satu kejahatan dari cyber crime. Yang
dilakukan secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi. Situs ini dapat diakses
dengan bebas, meskipun mereka yang mengakses ini masih belum cukup umur.
Dan dicafe internet atau pun dipenyediaanlayanan internet lainnya tidak ada
aturan batasan umur, pembatasan akses, dan aturan lain yang membatasi akses
yang negative. Menjadikan benda sebagai substitusi tubuh yang dapat
menimbulkan rangsangan seksual. Game seksual ini telah mensubtitusi tubuh
wanita bagi para pria untuk mendapatkan kepuasan seksual.Jika kita kembali
melihat teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud yang mengatakan
bahwa kepuasan seksual dari sebuah objek seksual tidak dapat dipisahkan dari
image yang dikembangkan oleh seseorang ketika berhadapan dengan realitas
anatomi sebatang tubuh (misalnya tubuh perempuan), dan image tersebut
kemudian dijadikan sebagai sebuah penanda (signifier), yang menghasilkan
makna atau petanda (signi fied) tertentu. Disinilah tubuh wanita yang dihasilkan
dari Binary code, telah menjadi sebuah fantasi, halusinasi dan imajinasi dan
sebuah visual pleasure yang biasa bagi para pria.
Visual sex reality adalah semacam tiruan dunia nyata kedalam dunia
computer tiga dimensi. Biasanya seseorang akan memakai kacamata seperti
kacamata penyelam dan kemudian dia akan memasuki dunia maya yang image-
nya adalah hasil dari rekayasa computer. Jadi seolah-olah orang itu memasuki
sebuah dunia baru. Virtual rality banyak digunakan untuk para pilot baru yang
belum diperbolehkan menerbangkan pesawat, jadi mereka belajar dulu dengan
simulasinya, atau para calon dokter yang ingin belajar cara membedah pasien.
Virtual sex reality dapat memungkinkan seseorang untuk bercinta dengan bentuk
wanita yang tampil utuh dalam tiga dimensi, pengguna virtual sex ini dapat
memprogram sendiri mulai dari bentuk, wajah, gesture, jenis ras pasangan sex
yang diinginkan. Virtual seks ini benar-benar dapat memuaskan imajinasi dan
fantasi para penggunanya.
Dalam akhir-akhir ini berbagai riset mengenai ini tengah dikembangkan,
khususnya riset dalam menyimulasi berbagai fungsi otak, fungsi syaraf yang
10
berkaitan dengansentuhan, rabaan, penciuman, memang sedang dilakukan. Jadi
mungkin tidak mungkin dimasa mendatang ketika teknologi virtual sex reality
mesin terus berkembang maka kenikmatan seksual yang sesungguhnya yang
didapatkan dengan manusia asli akan dikalahkan dengan mesin ini. Inilah matinya
dunia nyata. Pada akhirnya realitas mungkin akan lenyap diatas muka bumi,
manusia mungkin akan lebih senang bercinta dengan mesin computer ketimbang
bercinta didunia nyata. Karena mesin computer dapat lebih menghadirkan sebuah
imajinasi dan fantasi yang lebih hebat dan tidak ditemukan didunia nyata.
Manusia akan lebih senang dengan virtual lips, virtual clitoris, virtual penis, cyber
dildo, virtual sex machine dan juga virtual orgasm.
Kata-kata yang ditiap keybord untuk menggambarkan interaksi seksual
dengan pasangan chatting diinternet hingga membuat kedua belah pihak
terstimulasi secara seksual adalah definisi asas sexchat, sebagai salah satu aktiviti
cyber sex. Jadi sebenarnya sexchat adalah kegiatan penunjang daya khayal untuk
merangsang diri sendiri, sama seperti masturbasi. Secara ilmiah, sexchat tidak
menanggung resiko penukaran penyakit kalamin.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulan bahwa cyber sex dapat
dimasukkan dalam kategori voyeurism, karena dilakukan secara diam-diam atau
sembunyi-sembunyi, menjadikan benda sebagai substitusi tubuh yang dapat
menimbulkan rangsangan seksual bagi para pria untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
11
psikologis harus tetap dilakukan perbaikan sebab obat-obatan itu hanya
mempengaruhi aspek fisologis. Sedangkan aspek psikologisnya yang dianggap
sebagai penyebab utama perlu ditangani secara psikologis pula.
2.7.1 Terapi
Penyimpangan seksual tidak hanya bersangkutan dengan pemuasan
dorongan seksual saja tetapi seringkali merupakan mekanisme pertahanan diri
terhadap perasaan-perasaan tidak senang. Ketakutan-kecemasan, dan depresi.
Oleh karena itu usaha penyembuhannya di samping menggunakan pendekatan
klinis, juga menggunakan metode multidisipliner. Terapi dapat berupa psikoterapi,
terapi perilaku, kognitif, sosioterapi, terapi hormonal dan farmakoterapi.
2.7.2 Psikoterapi
Psikoterapi adalah pendekatan yang paling sering digunakan untuk
mengobati parafilia. Pasien memiliki kesempatan untuk mengerti dinamikanya
sendiri dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan perkembangan parafilia.
Secara khusus, mereka menjadi menyadari peristiwa sehari-hari yang
menyebabkan mereka bertindak atas impulsnya. Psikoterapi juga memungkinkan
pasien meraih kembali harga dirinya dan memperbaiki kemampuan interpersonal
dan menemukan metoda yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
2.7.4 Farmakoterapi
12
Farmakoterapi biasanya diberikan pada voyeurisme yang sulit terkendali
dengan psikoterapi maupun Behavioral terapi. Farmakoterapi bertujuan untuk
menurunkan dorongan yang kuat (kompulsif) yang dihubungkan dengan parafilia.
Beberapa golongan obat yang dapat membantu penyembuhan antara lain:
- Anti depresan.
- Preparat hormonal- GnRH (gonadotropin-releasing hormones).
- Anti-androgen, Cyproteron Asetat (CPA) dan Medroxyprogesteron Asetat
(MPA).
2.7.5 Sosioterapi
Pendekatan kepada penderita hendaknya dengan penuh pengertian, tidak
dengan menghakimi atau mempersalahkan. Selain itu, bisa dicoba untuk
menyelami perasaan, karena acapkali gangguan tersebut terbentuk dari keinginan
dan pengalaman masa lalu.
BAB 3
13
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa voyeurisme adalah tindakan
untuk mendapatkan rangsangan maupun kepuasan seks, dengan terlebih dulu
melihat orang lain telajang bahkan melepaskan pakaian. Namun, orang yang
menderita Voyeurisme baru merasa puas, jika orang yang diintip itu tidak tahu jika
dirinya dilihat. Kerena dengan mengintip mereka mampu mempertahankan
keunggulan seksual tanpa perlu mengalami risiko kegagalan atau penolakan dari
pasangan yang nyata.
Pada dasarnya voyeurisme merugikan kedua belah pihak yaitu pelakunya
sendiri dan korban tentunya. Voyeurisme sulit untuk dihentikan bila tidak ada
motivasi dan kesadaran dari pelakunya, diperlukan suatu aturan hukum yang dapat
menindak tegas pelakunya.
Sex show atau biasa disebut sebagai live sex adalah pertunjukkan sex atau
menjual jasa adegan hubungan intim secara langsung dan dipertontonkan secara
langsung pula kepada klien atau pelanggannya dengan syarat klien atau
pelanggan tidak boleh menyentuh ataupun ikut serta melakukan hubungan intim.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sex show tidak masuk ke
dalam voyeurism.
Sedangkan cyber sex merupakan salah satu kejahatan dari cyber crime
yang dilakukan secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi. Kegiatan yang
dilakukan dengan membuat, memasang, mendistribusikan dan menyebarkan
material yang berbau pornografi, cabul dan mengekspos hal-hal yang tidak pantas
tanpa sepengetahuan korban. Maka tindakan ini dapat dimasukkan dalam kategori
voyeurism.
3.2 Saran
Saran yang dapat kami ajukan yaitu sebaiknya jika ingin melaukan
aktivitas pribadi (mandi, berganti pakaian, dll.) usahakan menutup tirai atau
menutup jendela rapat-rapat. Bagi yang ingin melakukan hubungan seksual
sebaiknya melakukan aktivitas seksual di tempat tertutup dan sebaiknya tanpa
14
cahaya lampu bagi yang tinggal di kawasan padat penduduk misalnya rumah
susun, asrama, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
15
American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. Fourth edition, text revised. Washington DC: American
Psychiatric Association.
Crooks, Robert & Baur, Karla. 2014. Our Sexuality.12th edition. USA :
Wadsworth.
Davison, Gerald. C & Neale, John.M. 2001. Abnormal Psychology. 8th edition.
New York: John Wiley & Son.
16