TUGAS MAKALAH
CLIMATE CHANGE AND PUBLIC HEALTH
Mata Kuliah:
Lingkungan dan Kesehatan Global
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Budi Haryanto, S.K.M., M.Kes., M.Sc Kelompok 5
COVER
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 2
A. Latar Belakang .......................................................................... 2
B. Tujuan ........................................................................................ 3
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................. 4
A. Mekanisme Terjadinya Gas-Gas Efek Rumah Kaca,
Pemanasan Global, dan Perubahan Iklim .............................. 4
B. Perubahan Lingkungan yang Diakibatkan Perubahan
Iklim..............................................................................................11
C. Mekanisme Perubahan Iklim yang Berdampak Pada
Masalah Gangguan Kesehatan dan Penyakit...........................15
D. Dampak Langsung Dan Tidak Langsung Perubahan Iklim
Terhadap Kesehatan.....................................................................16
E. Penyakit-Penyakit yang Sensitive Terhadap Perubahan
Iklim di Indonesia.......................................................................16
F. Posisi Mitigasi dan Adaptasi dalam Pengendalian
Dampak Perubahan Iklim.........................................................24
G. Peran Aktif Dalam Aksi Mitigasi Dan Aksi Adaptasi Dampak
Kesehatan Akibat Perubahan Iklim Di Indonesia........................24
H. Keterlibatan Dalam Berkontribusi Mengendalikan Dampak
Kesehatan Akibat Perubahan Iklim.............................................25
BAB III. KESIMPULAN.................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim dunia dalam bentuk pemanasan global dapat mengakibatkan
terjadinya anomali cuaca yang saat ini dapat dirasakan di Indonesia, seperti intensitas
hujan yang tidak menentu, bahkan pada saat musim kemarau. Pemansan global juga
berdampak pada kekurangan cadangan air tanah sehingga terjadi kekeringan,
bergesernya musim tanam dan kekeringan lahan pertanian hingga teradi gagal panen.
Perubahan iklim ini tentunya berdampak pada kesehatan manusia.
Walaupun efek perubahan iklim dan konsekuensi akibat pemanasan global
tidak dapat dimengerti secara pasti, beberapa efek langsung terhadap pajanan
peningkatan dapat diukur, seperti peningkatan kejadian penyakit yang berhubungan
dengan kenaikan temperatur. Kondisi iklim yang tidak stabil dapat juga menyebabkan
peningkatan kejadian bencana alam, seperti badai, angin siklon putting beliung,
kekeringan dan kebakaran hutan, yang berdampak terhadap kesehatan fisik dan
mental masyarakat yang terserang.
Pola iklim yang terganggu juga menyebabkan efek tidak langsung terhadap
kesehatan manusia. Efek pola hujan yang meningkatkan bencana banjir dapat
menyebabkan peningkatan kejadian penyakit saluran cerna karena efeknya pada
sumber air dan penyediaan air bersih, penyakit malaria, demam berdarah dengue,
chikungunya dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui rodent seperti
leptospirosis.
Terdapat sejumlah penyakit yang diprediksi prevalensinya meningkat sebagai
akibat perubahan iklim. Beberapa penyakit yang bukan wabah juga berhubungan
dengan perubahan iklim. Penggunaan teknologi dan pengindraan jarak jauh atau
Geographical Information System (GIS) telah mencatat pemetaan risiko beberapa
penyakit, misalnya cacing perut. Terdapat informasi variasi musim terhadap kejadian
infeksi cacing, membuktikan bahwa kelembapan tanah sangat penting dan sanat
dipengaruhi oleh perubahan iklim dan presipitasi air hujan.
B. Tujuan
1. Menjelaskan mekanisme terjadinya gas-gas rumah kaca, pemanasan global
dan perubahan iklim
2. Menjelaskan perubahan lingkungan apa saja yang diakibatkan perubahan iklim
3. Menjelaskan mekanisme perubahan iklim hingga berdampak kepada masalah
gangguan kesehatan dan penyakit
4. Menjelaskan dampak langsung maupun tidak langsung kesehatan akibat
perubahan iklim.
5. Menyebutkan penyakit-penyakit apa saja yang sangat sensitive terhadap
perubahan iklim di Indonesia
6. Menjelaskan mengenai posisi mitigasi dan adaptasi dalam pengendalian
dampak perubahan iklim
7. Menjelaskan siapa saja yang bisa berperan aktif dalam aksi mitigasi dan aksi
adaptasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim di Indonesia
8. Menjelaskan keterlibatan apa saja yang bisa dilakukan dalam berkontribusi
mengendalikan dampak kesehatan akibat perubahan iklim
BAB II
PEMBAHASAN
N2O 4%
Pupuk, pembakaran bahan
bakar fosil
Sebagai contoh lain, Peta proyeksi curah hujan seperti tampak pada
gambar 2.5, menunjukan pola sebaran yang merata di seluruh wilayah Jakarta.
Interval curah hujan yang terjadi berkisar antara 29,2 – 317,1 mm. Tarmana
menyebutkan bahwa secara umum curah hujan yang mempunyai kesesuaian
dengan kasus DBD berkisar antara 100 – 300 mm. Maka dengan informasi ini,
terdapat bulanbulan tertentu yang curah hujannya mempunyai kesesuaian
dengan kasus DBD. Curah hujan Bulan November – Mei berkisar 100 – 300
mm yang berarti mempunyai kesesuaian untuk perkembangan kasus DBD
(vektor nyamuk Aedes aegypti) dibanding bulanbulan lainnya. (Tarmana, n.d.)
Perubahan iklim akibat pemanasan global yang sedang terjadi saat ini dapat
disimpulkan memberikan dua dampak yang berbeda pada lingkungan yaitu
kekeringan dan peningkatan presipitasi air. Meningkatnya kejadian yang timbul
akibat efek rumah kaca, efek balik dan variasi matahri hampir dirasakan di seluruh
belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Jika dilihat secara geografis dimana posisi
Indonesia terletak di bagian equator bumi, maka dampak yang secara signifikan dapat
dirasakan yaitu meningkatnya presipitasi air, peningkatan air laut, dan peningkatan
curah hujan.
Cuaca ekstrim seperti banjir yang kerap kali terjadi menimbulkan genangan
air yang menjadi tempat pertumbuhan vektor perantara penyakit seperti nyamuk
Aedes aegypti atau Anopheles gambiae, sehingga pada musim hujan sering ditemukan
wabah demam berdarah (DBD) atau malaria. Selain mempengaruhi kelembaban dan
suhu, curah hujan yang tinggi akan menurunkan kualitas sanitasi yang akan
menambah masa inkubasi nyamuk sehingga memperpanjang wabah yang terjadi.