DOSEN PENGAJAR
dr. Grace E. C. Korompis, MHSM,.DrPH
dr. Febi K. Kolibu, MMRS
Adisti A. Rumayar, SKM,.M.Kes,.MPH
OLEH
KELOMPOK 6
Febrianti Lissy Tuwaidan 19111101066
Gledis V. Langi 19111101067
Ratu Angeli Keacya 19111101076
Ribka B. Tulung 19111101077
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas
segala berkat dan tuntunan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang “Analisis Masalah Penyakit Hipertensi di Kota Pekanbaru
Provinsi Riau” dengan baik.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………...………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………33
3.2 Saran………………………………………………………………………..……33
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik
muda maupun tua dengan nilai tekanan darah menunjukan sistolik > 140
mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent
killer karena termasuk penyakit yang timbul hampir tanpa adanya gejala awal
namun penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan membunuh secara
diam-diam. Bahkan hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh
penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang
tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko
serangan jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti 2013). Hipertensi juga
merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Triyanto,
2014).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup
berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama
yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung,
gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit
jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia
(WHO, 2018).
Data World Health Organization (WHO) lanjut usia dibagi menjadi
empat kriteria meliputi usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) 60-74 tahun, lanjut usia (old) 75-90 tahun, usia sangat tua (very old)
1
di atas 90 2 tahun jumlah penduduk lansia di indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 23,66 juta jiwa. Diprediksi
jumlah lansia akan terus meningkat setiap tahunnya dimana diprediksi pada
tahun 2020 sebanyak 27,08 juta jiwa, tahun 2025 sebanyak 33,69 juta jiwa
dan tahun 2030 sebanyak 40,95 juta jiwa serta tahun 2035 sebanyak 48,19 juta
jiwa (Kemenkes RI, 2017).
Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
usia >18 tahun sebesar (34,1%) tertinggi di Kalimantan selatan (44,1%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus
hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian
di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (Riskesdas, 2018).
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru pada tahun 2017, penyakit hipertensi
termasuk kedalam sepuluh besar penyakit tidak menular yaitu berada pada
urutan pertama dari penyakit terbesar di seluruh puskesmas lima puluh dengan
jumlah 1760 orang, Puskesmas Sidomulyo dengan jumlah 603 orang,
puskesmas tenayan raya dengan jumlah 525 orang kasus hipertensi (Dinkes
Kota Pekanbaru, 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran analisis situasi diwilayah Kota Pekanbaru?
2. Bagaimana analisis morbiditas dan mortalitas hipertensi di Kota
Pekanbaru?
3. Bagaimana prevalensi angka kejadian kasus hipertensi di Kota Pekanbaru?
4. Bagaimana analisis perilaku kesehatan masyarakat Kota Pekanbaru?
5. Bagaimana analisis kependudukan Kota Pekanbaru?
2
6. Bagaimana analisis program dan pelayanan kesehatan Kota Pekanbaru?
C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran analisis situasi diwilayah Kota Pekanbaru
2. Mengetahui analisis morbiditas dan mortalitas Hipertensi di Kota
Pekanbaru
3. Mengetahui prevalensi angka kejadian kasus Hipertensi di Kota
Pekanbaru
4. Mengetahui analisis perilaku kesehatan masyarakat Kota Pekanbaru
5. Mengetahui analisis kependudukan Kota Pekanbaru
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1. Administrasi
Di masa silam kota ini hanya berupa dusun kecil bernama Payung Sekaki
yang terletak di pinggiran Sungai Siak. Dusun sederhana itu kemudian dikenal juga
dengan sebutan Dusun Senapelan. Desa ini berkembang pesat, terlebih setelah lokasi
pasar (pekan) lama pindah ke seberang pada tanggal 23 Juni 1784. terciptalah pasar
baru yang identik dengan sebutan ”pekan baru”, nama yang hingga kini dipakai untuk
menyebut Kota Pekanbaru. Sejak dulu kegiatan perdagangan telah ramai di kota ini.
Sungai Siak yang membelah kota menjadi jalur pelayaran strategis ke dan dari
beberapa kota pantai di Provinsi Riau dan juga luar Riau. Sungai ini juga punya peran
penting sebagai jalur perdagangan antar pulau dan juga ke luar negeri, terutama
Malaysia dan Singapura. Letak kota pun strategis, berada di simpul segi tiga
pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura, dan di jalur lalu lintas angkutan lintas
timur Sumatera.
4
Gambar 1. Peta Administrasi Kota Pekanbaru Provinsi Riau
Wilayah Kota Pekanbaru dengan luas wilayah 632,26 Km² memiliki batas-
batas sebagai berikut :
5
2.1.4. Topografi
6
2.1.5. Geologi
Kota Pekanbaru mempunyai struktur geologi yang terdiri atas sesar mendatar
dengan arah umum barat laut – tenggara, lipatan siklin dan antiklin dengan arah
penunjaman ketimur – laut daya. Struktur geologi tersebut masuk dalam sistem
patahan Sumatera. Sementara itu sesar-sesar mendatar ini termasuk dalam sistem
patahan Semangko yang diduga terjadi pada masa Miosen Tengah.
Secara Morfologi atau bentang alam Kota Pekanbaru dapat dibedakan atas 3
bagian, yaitu:
7
2.2. Analisi Derajat Kesehatan
8
2.3. Analisis Lingkungan Kesehatan
Lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang
meliputi cahaya, warna, udara, suara serta music yang mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Moekijat, 1995). Pengaruh lingkungan
fisik terhadap kesehatan yaitu dapat memberikan dampak positif, bila lingkungan
fisik tersebut ideal sehingga dapat memberikan rasa nyaman dalam beraktivitas dan
membuat para pekerja menjadi produktif. Namun, disisi lain lingkungan fisik ini juga
dapat memberikan dampak negative terhadap kesehatan.
2.3.2. Kimia
9
Sungai Siak merupakan sungai yang mengalir di Kota Pekanbaru yang
mempunyai peranan penting. Dimana peranannya yaitu muara dari berbagai kegiatan
masyarakat seperti sarana transportasi, sumber mata pencaharian, serta untuk
keperluan MCK masyarakat yang ada di sekitar aliran Sungai Siak ini. Sebagai
dampak dari pengelolaan lingkungan yang masih belum optimal, pencemaran air
sungai Siak akan terus terjadi dan dapat menimbulkan kualitas air sungai yang makin
besar. Selama ini DAS Siak sangat berguna untuk berbagai kepentingan seperti
industri, pemukiman, pertanian, perikanan, dan transportasi. Kerusakan dan
pencemaran air sungai akhirnya akan menjadikan fungsi sungai semakin kecil atau
rendah.
10
ini tidak diperbaiki dan daya dukung lingkungan semakin berkurang, maka kerusakan
kualitas air sungai akan semakin parah di masa-masa mendatang.
Kota Pekanbaru merupakan kota yang memiliki PT. PDAM Tirta Siak yang
bertugas mendistribusikan air bersih ke masyarakat yang bertempat tinggal di Kota
Pekanbaru. Akan tetapi pihak PDAM Tirta Siak hingga saat ini belum mampu
memenuhi kebutuhan air bersih terkhusus untuk daerah pinggiran Kota Pekanbaru.
Kota Pekanbaru adalah Kota yang termasuk memiliki pemasalahan penyediaan air
bersih. Fasilitas air bersih di Kota Pekanbaru, di suplai oleh PDAM Tirta Siak
Pekanbaru. Tidak hanya itu, masyarakat juga mengeluhkan air yang mengalir keruh
kekuningan, sehingga masyarakat harus setiap hari membersihkan wadah
penampungan PDAM1 . Sumber air minum yang sampai saat ini masih dianggap
terbaik adalah air kemasan, karena sifatnya yang higienis. Namun air dalam kemasan
11
bermerk baru dikonsumsi oleh 2,16 persen dari seluruh rumah tangga di Riau. Dan
Kota Pekanbaru merupakan kota yang persentase penggunaan sumber air layak
rendah, yaitu sebesar 12,29 persen. Ini dikarenakan rumah tangga di Kota Pekanbaru
lebih banyak menggunakan sumber air isi ulang dan air kemasan. Di lain sisi
berlangsung krisis air bersih di tubuh PDAM Tirta Siak Pekanbaru. Sebuah organisasi
Yayasan Waha Mitra Indonesia (WMI) memberi solusi air bersih bagi warga Kota
Pekanbaru. Organisasi yang bergerak khusus menangani program bantuan air bersih
kepada masyarakat bekerja sama denganGrundfos dari Denmark dan Water Mission
Internasional dalam membantu masyarakat memenuhi kebutuhan air bersih di daerah
Kulim Kecamatan Tenayan Raya. Penyediaan air bersih, Yayasan Waha Mitra
Indonesia didukung sepenuhnya dengan tenaga teknologi pompa tenaga matahari.
Yayasan ini tidak hadir hanya untuk menyediakan air akan tetapi yayasan ini juga
memiliki tanggungjawab untuk membantu (edukasi) masyarakat dalam memahami
pentingnya cara hidup sehat, yang di mulai dari diri sendiri kemudian kepada
lingkungan masyarakat sekitar.
12
yang segera dimekarkan di antaranya Kecamatan Rumbai, Rumbai Barat dan Rumbai
Timur.
2.3.4. Sampah
13
Pekanbaru merupakan kota yang mendapat Piala Adipura. Hal ini dikarenakan jumlah
produksi 6 sampah yang meningkat dan kecenderungan pola hidup penduduk Kota
Pekanbaru yang konsumtif serta masih rendahnya kesadaran lingkungan yang bersih.
14
1. Masih banyaknya sampah yang masih belum terangkut di jalan-jalan utama kota
dan terlambatnya waktu pengangkutan menyebabkan sampah bersangkutan
dijalan.
2. Masih adanya kebiasaan penduduk membuang sampah sembarangan seperti ke
sungai, drainase, lahan kosong dan lainnya.
3. Belum optimalnya Pengelolaan Persampahan/Kebersihan Kota Pekanbaru.
2.4.1. Perilaku
15
Indikator yang digunakan dalam pendataan PHBS meliputi sebelas indikator
perilaku, antara lain persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI
eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di
rumah, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, tidak
merokok di dalam rumah.
2.4.2. Kepercayaan
16
susah di dalam mendapatkan pengobatan yang baik. Hal ini membuat masyarakat
mencari pengobatan yang mereka percayai untuk penyembuhan penyakitnya. Di
dalam suatu ilmu kesehatan untuk menyembuhkan suatu penyakit ada dua macam
pengobatan, yaitu pengobatan modern dan pengobatan tradisional. Pengobatan-
pengobatan ini sangat berbeda satu sama lain.
17
Selain itu pengobatan tradisional juga di anggap lebih ekonomis dan pada kasus
tertentu lebih dapat menyembuhkan berbagai penyakit dibanding pengobatan modern.
Sedangkan disisi lain, pemilihan masyarakat dalam pengobatan modern menganggap
pada pengobatan yang berbahan dasar obat racikan kimia tentunya memiliki efek
samping namun pada pandangan lain pengobatan modern lebih banyak membantu
masyarakat karena sakit yang masyarakat derita dapat di analisa terlebih dahulu
sesuai ketentuan pada pengobatan modern yang ada sehingga dapat membuat
masyarakat percaya akan obat yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka
yang sedang sakit.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Hasil estimasi
jumlah penduduk di Kota Pekanbaru terus mengalami peningkatan. Tahun 2016
jumlah penduduk di Kota Pekanbaru sebanyak 1.064.566 jiwa, Tahun 2017 Jumlah
penduduk sebanyak 1.091.088 jiwa, Tahun 2018 sebanyak 1.117.359 dan Tahun 2019
sebanyak 1.143.359.
18
Jumlah penduduk di Kota Pekanbaru Tahun 2019 sebanyak 1.143.359 jiwa
yang tersebar di 12 Kecamatan. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk kota Pekanbaru Tahun
2019 paling banyak tersebar di Kecamatan Tampan yaitu sebesar 224.698 jiwa,
dimana jumlah laki-laki sebanyak 115.222 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak
19
109.476 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit yaitu di Kecamatan Sail
sebesar 25.678 jiwa dimana jumlah laki-laki sebanyak 13.167 jiwa dan jumlah
perempuan sebesar 12.511 jiwa. Menurut kelompok umurnya jumlah terbanyak
Penduduk Kota Pekanbaru tahun 2019 yaitu pada kelompok umur 20-24 tahun,
lakilaki sebanyak 62.901 Jiwa dan perempuan sebanyak 61.167 Jiwa, sedangkan
jumlah penduduk paling sedikit menurut kelompok umur yaitu pada kelompok umur
75± dimana Laki-laki sebanyak 3.258 Jiwa dan perempuan sebanyak 5089 jiwa.
20
kecamatan. Seperti halnya yang terjadi pada kota – kota lainnya, bahwa penyebaran
penduduk relatif dipengaruhi oleh kecenderungan penduduk terkonsentrasi pada
tempat dimana askes terhadap faslilitas pelayanan kota dengan biaya transportasi
yang rendah merupakan pilihan utama penduduk dalam menentukan tempat tinggal
Dalam hal ini, rendahnya nilai lahan tidak akan banyak memberikan daya
tarik yang dapat mempengaruhi minat penduduk untuk bertempat tinggal di lokasi-
lokasi yang relatif masih kosong, namun memiliki tingkat pelayanan prasarana dan
sarana kota yang rendah.
21
Jumlah penduduk miskin Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu
terjadi di belahan dunia dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Berdasarkan
data yang diperoleh dari BPS Riau, jumlah penduduk miskin di Kota Pekanbaru pada
tahun 2012 sebesar 32.901 jiwa dengan garis kemiskinan sebesar Rp 353.801. Jumlah
penduduk miskin ini mengalami kecenderungan penurunan dari tahun 2003 sampai
tahun 2012. Ada tahun 2003, jumlah penduduk miskin sebesar 34.600 jiwa.
Sedangkan pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar
4,9 % menjadi sebesar 32.012 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut.
22
Dari tabel diatas kepadatan penduduk Tahun 2019 sebesar 1.817.86 ribu jiwa
per Km2 . Wilayah Kecamatan Sukajadi memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu
sebesar 12.678,72 ribu jiwa per Km2 disusul oleh Kecamatan Pekanbaru Kota
Sebesar 11.789,82 ribu jiwa per Km2 . Kepadatan penduduk terendah pada
Kecamatan Rumbai Pesisir sebesar 442,41 jiwa per Km2 . Jumlah rumah tangga di
kota Pekanbaru tahun 2019 sebanyak 272.298 rumah tangga, Jumlah rata-rata jiwa
per rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Dari grafik dapat dilihat jumlah rumah tangga
terbanyak terdapat pada kecamatan Tampan yang berjumlah 81.184 rumah tangga.
23
ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan
penduduknya. Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah
sekitar 37,96% dari total penduduk kota. Mereka umumnya bekerja sebagai
profesional dan pedagang. Jumlah mereka yang cukup besar, telah mengantarkan
Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang digunakan oleh penduduk
kota Pekanbaru selain Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia. Selain itu, etnis yang
juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa.
Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun
1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur
birokrasi pemerintahan kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang
seiring dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.
Rasio Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk. Data
mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan
pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan
perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil.
24
rata laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2005 – 2010 adalah 4,90% per tahunnya.
Pada tahun 2005 hingga 2008, perkembangan penduduk menunjukkan trend posistif
(meningkat), namun pada tahun 2009 – 2010 di beberapa kecamatan seperti
Kecamatan Limapuluh, Sail, Pekanbaru Kota, Senapelan dan Sukajadi mengalami
trend negatif (menurun). Kecamatan yang mempunyai laju pertumbuhan tertinggi di
Kota Pekanbaru pada tahun 2010 adalah Kecamatan Tampan, yakni sebesar 17,9%
sedangkan Kecamatan pekanbaru Kota merupakan kecamatan dengan laju
pertumbuhan penduduk terendah, dengan angka 0.3%.
25
2.5.4 Proporsi Muda/Tua
Dari grafik diatas dapat dilihat jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
memiliki proporsi yang hampir sama. Usia produktif antara usia 15 sampai dengan 65
tahun lebih besar 70 % dari jumlah penduduk dengan angka beban tanggungan atau
26
Dependency Ratio sebesar 42. Angka beban tanggungan atau Dependency Ratio
adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk berumur
tidak produktif (belum produktif/ umur dibawah 15 tahun dan umur tidak produktif
lagi/ umur 65 tahun keatas) dengan yang berumur produktif (umur 15-65 tahun).
Angka ini sebagai indikator secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu
daerah. Semakin tinggi persentase Dependency Ratio menunjukkan semakin tinggi
beban yang harus ditanggung usia produktif untuk membiayai hidup penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Angka beban tanggungan penduduk di kota
Pekanbaru tahun 2019 sebesar 42 yang berarti bahwa penduduk di Kota Pekanbaru
yang produktif disamping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 42 orang
yang tidak produktif.
Dari grafik diatas dapat dilihat rasio jenis kelamin di Kota Pekanbaru Tahun
2019 sebesar 105,2 atau dapat dikatakan bahwa penduduk laki-laki di Kota
Pekanbaru lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk perempuan.
27
2.6. Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan
28
14 RS. Mata Smec Pekanbaru Swasta Khusus
15 RS Eka Hospital Swasta Umum
16 RS Awal Bros Ahmad Yani Swasta Umum
17 RS Awal Bros Pekanbaru Swasta Umum
18 RSIA Eria Bunda Swasta Khusus
19 RSIA Zainab Swasta Khusus
20 RSIA Syafira Swasta Umum
21 RSIA Andini Swasta Khusus
22 RS Sansani Swasta Umum
23 RSB Annisa Swasta Khusus
24 RS Pekanbaru Eye Center Swasta Khusus
25 RS Awal Bros Panam Swasta Umum
26 RSIA Budhi Mulia Swasta Khusus
27 RS JMB Pekanbaru Swasta Umum
28 RS Universitas Riau Swasta Umum
29 RS Aulia Hospital Swasta Umum
30 RS Prima Swasta Umum
31 RS Hermina Swasta Umum
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Puskesmas dan Jaringannya
Jumlah Puskesmas di Kota Pekanbaru pada Tahun 2019 sebanyak 21
Puskesmas, antaranya 5 Puskesmas Rawat Inap dan 16 Puskesmas Non
Rawat Inap.
29
12 RI. Simpang Tiga Rawat Inap
13 Garuda Non Rawat Inap
14 Harapan Raya Non Rawat Inap
15 Sapta Taruna Non Rawat Inap
16 Rejosari Non Rawat Inap
17 RI. Tenayan Raya Rawat Inap
18 Payung Sekaki Non Rawat Inap
19 Sidomulyo Non Rawat Inap
20 RI. Sidomulyo Rawat Inap
21 Simpang Baru Non Rawat Inap
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
30
13 Lembah sari Jl. Limbunga Rumbai
14 Okura Okura Rumbai
15 Geringging Geringging Rumbai
16 Sri Meranti Jl. Nelayan Umban sari
17 Camar Perum Sidomulyo Simpang Tiga
18 Tentram Jl. Tentram Harapan Raya
19 Cemara Jl. Cemara Harapan Raya
20 Sejahtera Jl. Raya Kel. Sp 3 Harapan Raya
21 Rejosari Jl. Sartika Rejosari
22 Sail Jl. Hangtuah Rejosari
23 Alam Raya Jl. Harapan raya Rejosari
24 Iklas Jl. Bukit barisan gg. Iklas Rejosari
25 Melebung Jl. Raya Melebung Rejosari
26 Sukamaju Jl. Hang Jebat 3 Sail
27 Cinta Raja Jl. Khatib Sultan Sail
28 Kulim Jl. Hangtuah ujung Tenayan raya
29 Belimbing Jl. Belimbing Garuda
30 Gurita Jl. Gurita Garuda
31 Beringin Komp. Beringin Indah Garuda
32 Widya Graha Jl. Permadi Sidomulyo RI
33 Garuda Sakti Jl. Garuda sakti Simpang Baru
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Sarana Pelayanan Lain dan Sarana Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
Sarana Pelayanan kesehatan di Kota Pekanbaru antaranya terdiri dari
Klinik Pratama, Praktek Dokter Umum sebagai berikut:
31
2) Persentase RS Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level 1
Rumah Sakit dengan kemampuan pelayanan gawat darurat level 1 adalah
Rumah Sakit yang memiliki tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki
dokter umum jam dengan kualifikasi GELS dan atau ATLS + ACLS, serta
memiliki alat trasportasi dan komunikasi (On site adalah berada di tempat, GELS
adalah General Emergency Life Support, ATLS adalah Advance Trauma Life
Support dan ACLS adalah Advance Cardiac Life Support). Dari tabel 3.5 Dapat
dilihat bahwa 31 Rumah Sakit di Kota Pekanbaru yang terdiri dari 23 Rumah
Sakit Umum dan 8 Rumah Sakit Khusus memiliki kemampuan pelayanan Gawat
Darurat Level I.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik
muda maupun tua dengan nilai tekanan darah menunjukan sistolik > 140
mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent
killer karena termasuk penyakit yang timbul hampir tanpa adanya gejala awal
namun penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan membunuh secara
diam-diam. Di Kota Pekanbaru penyakit Hipertensitermasuk kedalam
sepuluh besar penyakit tidak menular yaitu berada pada urutan pertama dari
penyakit terbesar di seluruh puskesmas lima puluh dengan jumlah 1760 orang.
Jumlah masyarakat Kota Pekanbaru yang terus meningkat setiap tahun nya
serta perilaku masyarakat yang kurang menerapkan PHBS dalam kehidupan
sehari-hari serta kepercayaan masyarakat yang masih rendah terhadap
33
pelayanan kesehatan menjadi salah satu alasan mengapa morbiditas penyakit
hipertensi masih meningkat di kota Pekanbaru.
3.2 Saran
Sebaiknya untuk mencegah semakin meningkat nya angka mortalitas
serta morbiditas penyakit hipertensi di kota Pekanbaru bisa dilakukan dengan
cara menerapkan PHBS serta meningkat kan kinerja serta melengkapi
pelayanan kesehatan agar masyarakat setempat percaya untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. 2020. Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Tahun 2019.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2019
34
Maharani, R., Dary Syafrandi. 2017. Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas
Harapan Raya Kota Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Komunikasi
Ningsih, Kursiah W., Rahmi Fitri. 2017. Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap
Terjadinya Stress Kerja Pada Pekerja Industri Bengkel Las di Kota
Pekanbaru. Jurnal STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
Salindeho, Mercy. 2016. Penyediaan Air Bersih Di Kota Pekanbaru Vol. 2 No. 2.
Jurnal Jom FISIP.
Pratama, Jery N. 2016. Tata kelola Sampah di Kota Pekanbaru (Studi kasus Pada
Bank Sampah di Kota Pekanbaru tahun 2016) Vol.5 No. 1. Jurnal Universitas
Riau
35
36