Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

ANALISIS MASALAH PENYAKIT HIPERTENSI DI KOTA PEKANBARU


PROVINSI RIAU
Mata Kuliah Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan

DOSEN PENGAJAR
dr. Grace E. C. Korompis, MHSM,.DrPH
dr. Febi K. Kolibu, MMRS
Adisti A. Rumayar, SKM,.M.Kes,.MPH

OLEH
KELOMPOK 6
Febrianti Lissy Tuwaidan 19111101066
Gledis V. Langi 19111101067
Ratu Angeli Keacya 19111101076
Ribka B. Tulung 19111101077

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas
segala berkat dan tuntunan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang “Analisis Masalah Penyakit Hipertensi di Kota Pekanbaru
Provinsi Riau” dengan baik.

Dalam pembuatan makalah kami telah berusaha untuk dapat menyusun


makalah ini dengan baik, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar kedepannya dapat diperbaiki.

Manado, 20 Maret 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………...………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…...……………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah………………………...………………………………………2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….…3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Wilayah………………………………………………………..4

2.2 Analisis Derajat Kesehatan………………………………………………………..7

2.3 Analisis Lingkungan Kesehatan…………………………………………………..8

2.4 Analisis Perilaku Kesehatan……………………………………………………..14

2.5 Analisis Kependudukan………………………………………………………….17

2.6 Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan………………………………..……27

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………33

3.2 Saran………………………………………………………………………..……33

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik
muda maupun tua dengan nilai tekanan darah menunjukan sistolik > 140
mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent
killer karena termasuk penyakit yang timbul hampir tanpa adanya gejala awal
namun penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan membunuh secara
diam-diam. Bahkan hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh
penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang
tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko
serangan jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti 2013). Hipertensi juga
merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Triyanto,
2014).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup
berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama
yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung,
gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit
jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia
(WHO, 2018).
Data World Health Organization (WHO) lanjut usia dibagi menjadi
empat kriteria meliputi usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) 60-74 tahun, lanjut usia (old) 75-90 tahun, usia sangat tua (very old)

1
di atas 90 2 tahun jumlah penduduk lansia di indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 23,66 juta jiwa. Diprediksi
jumlah lansia akan terus meningkat setiap tahunnya dimana diprediksi pada
tahun 2020 sebanyak 27,08 juta jiwa, tahun 2025 sebanyak 33,69 juta jiwa
dan tahun 2030 sebanyak 40,95 juta jiwa serta tahun 2035 sebanyak 48,19 juta
jiwa (Kemenkes RI, 2017).
Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
usia >18 tahun sebesar (34,1%) tertinggi di Kalimantan selatan (44,1%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus
hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian
di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (Riskesdas, 2018).
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru pada tahun 2017, penyakit hipertensi
termasuk kedalam sepuluh besar penyakit tidak menular yaitu berada pada
urutan pertama dari penyakit terbesar di seluruh puskesmas lima puluh dengan
jumlah 1760 orang, Puskesmas Sidomulyo dengan jumlah 603 orang,
puskesmas tenayan raya dengan jumlah 525 orang kasus hipertensi (Dinkes
Kota Pekanbaru, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran analisis situasi diwilayah Kota Pekanbaru?
2. Bagaimana analisis morbiditas dan mortalitas hipertensi di Kota
Pekanbaru?
3. Bagaimana prevalensi angka kejadian kasus hipertensi di Kota Pekanbaru?
4. Bagaimana analisis perilaku kesehatan masyarakat Kota Pekanbaru?
5. Bagaimana analisis kependudukan Kota Pekanbaru?

2
6. Bagaimana analisis program dan pelayanan kesehatan Kota Pekanbaru?

C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran analisis situasi diwilayah Kota Pekanbaru
2. Mengetahui analisis morbiditas dan mortalitas Hipertensi di Kota
Pekanbaru
3. Mengetahui prevalensi angka kejadian kasus Hipertensi di Kota
Pekanbaru
4. Mengetahui analisis perilaku kesehatan masyarakat Kota Pekanbaru
5. Mengetahui analisis kependudukan Kota Pekanbaru

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum Wilayah

2.1.1. Administrasi

Di masa silam kota ini hanya berupa dusun kecil bernama Payung Sekaki
yang terletak di pinggiran Sungai Siak. Dusun sederhana itu kemudian dikenal juga
dengan sebutan Dusun Senapelan. Desa ini berkembang pesat, terlebih setelah lokasi
pasar (pekan) lama pindah ke seberang pada tanggal 23 Juni 1784. terciptalah pasar
baru yang identik dengan sebutan ”pekan baru”, nama yang hingga kini dipakai untuk
menyebut Kota Pekanbaru. Sejak dulu kegiatan perdagangan telah ramai di kota ini.
Sungai Siak yang membelah kota menjadi jalur pelayaran strategis ke dan dari
beberapa kota pantai di Provinsi Riau dan juga luar Riau. Sungai ini juga punya peran
penting sebagai jalur perdagangan antar pulau dan juga ke luar negeri, terutama
Malaysia dan Singapura. Letak kota pun strategis, berada di simpul segi tiga
pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura, dan di jalur lalu lintas angkutan lintas
timur Sumatera.

4
Gambar 1. Peta Administrasi Kota Pekanbaru Provinsi Riau

2.1.2. Batas Wilayah

Wilayah Kota Pekanbaru dengan luas wilayah 632,26 Km² memiliki batas-
batas sebagai berikut :

- Batas Utara : Kabupaten Bengkalis


- Batas Selatan : Kabupaten Kampar
- Batas Timur : Kabupaten Bengkalis
- Batas Barat : Kabupaten Kampar

2.1.3. Kondisi Geografi

Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101°14’ – 101°34’ Bujur


Timur dan 0°25’ – 0°45’ Lintang Utara. Ketinggian dari permukaan laut berkisar 5 –
50 meter. Sedangkan permukaan wilayah bagian utara merupakan daratan landai dan
bergelombang dengan ketinggian berkisar 5 – 11 meter, dan dibelah oleh aliran
Sungai Siak, yang mengalir dari barat hingga ke timur, serta memiliki beberapa anak
sungai seperti sungai; Umban Sari, Sail, Air Hitam, Sibam, Setukul, Kelulut,
Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau dan Tampan.

5
2.1.4. Topografi

Kota Pekanbaru terletak pada ketinggian 5 – 50 meter di atas permukaan laut.


Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar dengan ketinggian rata-rata antara 10-
20 meter di atas permukaan laut. Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya
umumnya mempunyai ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut.
Kawasan yang relatif tinggi dan berbukit terutama dibagian utara kota, khususnya di
Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata-rata sekitar 50 meter
di atas permukaan laut.

Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat


kemiringan antara 0-2% atau relatif datar. Sedangkan wilayah kota yang agak landai
hanya berjumlah sekitar 17%, landai 21%, dan sangat landai 13%. Sedangkan yang
relatif curam hanya sekitar 4 – 5% yang terdapat di Kecamatan Rumbai Pesisir.

6
2.1.5. Geologi

Kota Pekanbaru mempunyai struktur geologi yang terdiri atas sesar mendatar
dengan arah umum barat laut – tenggara, lipatan siklin dan antiklin dengan arah
penunjaman ketimur – laut daya. Struktur geologi tersebut masuk dalam sistem
patahan Sumatera. Sementara itu sesar-sesar mendatar ini termasuk dalam sistem
patahan Semangko yang diduga terjadi pada masa Miosen Tengah.

Secara Morfologi atau bentang alam Kota Pekanbaru dapat dibedakan atas 3
bagian, yaitu:

 Morfologi dataran, terutama di Kecamatan Pekanbaru Kota, Senapelan,


Lima Puluh, Sukajadi, Sail, dan sebagian wilayah Rumbai, Rumbai Pesisir,
Tenayan Raya, Tampan, Marpoyan Damai, dan Payung Sekaki. Luas
morfologi ini diperkirakan sekitar 65% dari wilayah kota. Daerah ini
merupakan endapan sungai dan rawa, dan sebagian besar merupakan daerah
yang rawan genangan dan banjir. Kawasan ini relatif datar dengan kemiringan
kurang dari 5%.
 Morfologi perbukitan rendah, terutama terdapat di kawasan utara, selatan,
dan sebagian wilayah barat dan timur, memanjang dari barat laut – tenggara.
Satuan morfologi ini tersusun oleh batu lumpur, batu pasir, sedikit batu lanau,
batuan malihan, dan granit. Kawasan ini terletak pada ketinggian antara 20-35
meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan kurang dari 20%.
 Morfologi perbukitan sedang, terutama di bagian utara wilayah kota yang
merupakan kawasan perbukitan dengan arah memanjang dari barat laut –
tenggara. Wilayah ini ditumbuhi vegetasi tanaman keras sebagai hutan
lindung.

7
2.2. Analisi Derajat Kesehatan

2.2.1. Morbiditas Hipertensi

Laporan Riskesdas tahun 2016 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi


pada usia dewasa di Provinsi Riau sebesar 20,9%, di Kota Pekanbaru sebesar 18,1%,
dan prevalensi hipertensi tersebut cenderung mengalami peningkatan seiring
bertambahnya usia. Di Provinsi Riau, prevalensi hipertensi pada kelompok usia 55-64
tahun sebesar 45,6%; kelompok usia 65-74 tahun sebesar 61,8%; dan kelompok usia
75 tahun ke atas sebesar 72,5% (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan laporan prevalensi morbiditas hipertensi tahun 2017 kasus


hipertensi essensial (primer) dari 18 puskesmas di kota Pekanbaru diperoleh bahwa
wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya menduduki peringkat tertinggi dari tahun
2016 hingga 2017 (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2017). Jumlah kasus hipertensi
tahun 2018 sebanyak 0,15 % yang dilaporkan dari bulan Januari hingga September
meningkat di tahun 2018 yaitu 0,14% kasus. Pada 3 bulan terakhir terjadi
peningkatan drastis yaitu bulan Juli sebanyak 0,09% kasus, Agustus sebanyak
0,095% kasus dan September sebanyak 0,096% kasus (Dinkes,2018).

2.2.2. Mortalitas Hipertensi

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari


kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian
kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian
pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian .
Angka kematian pasien di rumah sakit di Kota Pekanbaru akibat hipertensi dalam
kehamilan sebesar 32%.

8
2.3. Analisis Lingkungan Kesehatan

2.3.1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang
meliputi cahaya, warna, udara, suara serta music yang mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Moekijat, 1995). Pengaruh lingkungan
fisik terhadap kesehatan yaitu dapat memberikan dampak positif, bila lingkungan
fisik tersebut ideal sehingga dapat memberikan rasa nyaman dalam beraktivitas dan
membuat para pekerja menjadi produktif. Namun, disisi lain lingkungan fisik ini juga
dapat memberikan dampak negative terhadap kesehatan.

Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh lingkungan fisik terhadap


terjadinya stress kerja pada pekerja industri bengkel las di Kota Pekanbaru, yang
dilakukan peneliti pada bulan Mei 2016, bahwa di bengkel tersebut terdapat risiko
bahaya lingkungan kerja fisik seperti suhu, pencahayaan dan kebisingan yang
bersumber dari peralatan. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa variable yang
paling dominan mempengaruhi terjadinya stres kerja adalah variable suhu. Hal ini
disebabkan karena pekerja yang bekerja di bengkel las menerima banya sumber panas
dari lingkungan sekitar kerjanya. Sumber panas ini umumnya berasal dari api dan
asap proses pengelasan, asap proses pengecatan, dan api serta asap pemotongan besi.
Sumber panas juga datang dari cahaya matahari yang masuk melalui jendela atau
pantulan bendabenda.Namun yang paling berperan terhadap suhu panas adalah
paparan langsung dari sinar matahari yang langsung mengenai pekerja yang bekerja
di tempat terbuka. Dari 8 bengkel yang diteliti terdapat 5 bengkel yang tidak memiliki
atap ataupun pelindung dari matahari langsung bagi pekerjanya.

2.3.2. Kimia

9
Sungai Siak merupakan sungai yang mengalir di Kota Pekanbaru yang
mempunyai peranan penting. Dimana peranannya yaitu muara dari berbagai kegiatan
masyarakat seperti sarana transportasi, sumber mata pencaharian, serta untuk
keperluan MCK masyarakat yang ada di sekitar aliran Sungai Siak ini. Sebagai
dampak dari pengelolaan lingkungan yang masih belum optimal, pencemaran air
sungai Siak akan terus terjadi dan dapat menimbulkan kualitas air sungai yang makin
besar. Selama ini DAS Siak sangat berguna untuk berbagai kepentingan seperti
industri, pemukiman, pertanian, perikanan, dan transportasi. Kerusakan dan
pencemaran air sungai akhirnya akan menjadikan fungsi sungai semakin kecil atau
rendah.

Beberapa sumber pencemar menjadi penyebab timbulnya kerusakan kualitas


air Sungai Siak. Dengan beban pencemaran yang cukup tinggi, senyawa pencemar
yang masuk ke dalam air sungai akan mempengaruhi kualitas air sungai. Beban
pencemaran yang berasal dari kegiatan domestik memberikan kecenderungan
peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang terdapat pada
Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak.

Berbeda dengan beban pencemaran domestik, beban pencemaran industri


cenderung menurun. Hal ini dimungkinkan ada beberapa industri yang telah
melakukan pengolahan limbah cair industri. Namun demikian pencemaran yang
berasal dari industri perlu diperhatikan, karena sifat dan jumlahnya yang sangat
mempengaruhi kondisi air sungai. Selain yang berasal dari kegiatan domestik dan
industri, kerusakan kualitas air Sungai Siak juga di akibatkan oleh adanya konversi
lahan pekebunan, pertambangan, dan transportasi air.

Berdasarkan pemantauan terakhir dan pemeriksaan kualitas air Sungai Siak


yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pekanbaru, telah ada
parameterparameter yang berada diluar baku mutu yang telah ditetapkan. Jika kondisi

10
ini tidak diperbaiki dan daya dukung lingkungan semakin berkurang, maka kerusakan
kualitas air sungai akan semakin parah di masa-masa mendatang.

Pertumbuhan industri dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Tidak


dapat dihindari, dampak ikutan dari industrialisasi ini adalah terjadinya peningkatan
pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi. Proses produksi ini akan
menghasilkan produk yang diinginkan dan hasil samping yang tidak diinginkan
berupa limbah. Limbah merupakan buangan dari hasil kegiatan atau proses produksi
dalam bentuk padat, cair maupun gas (termasuk debu atau partikel), baik masih
memiliki nilai ekonomis maupun tidak dan dapat menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan penerimanya serta dapat mengancam kelangsungan hidup manusia dan
mahluk hidup lainnya. Di sekitar DAS Siak, banyak dijumpai pabrik-pabrik industri,
yang mana sisa hasil produksi dari pabrik-pabrik ini akan dibuang ke Sungai Siak.
Hasil produksi ini berupa limbah cair yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan
di sekitar DAS Siak tersebut.

2.3.3. Air Bersih

Kota Pekanbaru merupakan kota yang memiliki PT. PDAM Tirta Siak yang
bertugas mendistribusikan air bersih ke masyarakat yang bertempat tinggal di Kota
Pekanbaru. Akan tetapi pihak PDAM Tirta Siak hingga saat ini belum mampu
memenuhi kebutuhan air bersih terkhusus untuk daerah pinggiran Kota Pekanbaru.
Kota Pekanbaru adalah Kota yang termasuk memiliki pemasalahan penyediaan air
bersih. Fasilitas air bersih di Kota Pekanbaru, di suplai oleh PDAM Tirta Siak
Pekanbaru. Tidak hanya itu, masyarakat juga mengeluhkan air yang mengalir keruh
kekuningan, sehingga masyarakat harus setiap hari membersihkan wadah
penampungan PDAM1 . Sumber air minum yang sampai saat ini masih dianggap
terbaik adalah air kemasan, karena sifatnya yang higienis. Namun air dalam kemasan

11
bermerk baru dikonsumsi oleh 2,16 persen dari seluruh rumah tangga di Riau. Dan
Kota Pekanbaru merupakan kota yang persentase penggunaan sumber air layak
rendah, yaitu sebesar 12,29 persen. Ini dikarenakan rumah tangga di Kota Pekanbaru
lebih banyak menggunakan sumber air isi ulang dan air kemasan. Di lain sisi
berlangsung krisis air bersih di tubuh PDAM Tirta Siak Pekanbaru. Sebuah organisasi
Yayasan Waha Mitra Indonesia (WMI) memberi solusi air bersih bagi warga Kota
Pekanbaru. Organisasi yang bergerak khusus menangani program bantuan air bersih
kepada masyarakat bekerja sama denganGrundfos dari Denmark dan Water Mission
Internasional dalam membantu masyarakat memenuhi kebutuhan air bersih di daerah
Kulim Kecamatan Tenayan Raya. Penyediaan air bersih, Yayasan Waha Mitra
Indonesia didukung sepenuhnya dengan tenaga teknologi pompa tenaga matahari.
Yayasan ini tidak hadir hanya untuk menyediakan air akan tetapi yayasan ini juga
memiliki tanggungjawab untuk membantu (edukasi) masyarakat dalam memahami
pentingnya cara hidup sehat, yang di mulai dari diri sendiri kemudian kepada
lingkungan masyarakat sekitar.

Untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pelayanan air bersih bagi


warga di Ibukota Provinsi Riau, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru membagi
Pekanbaru menjadi 4 zona. Keempat zona dimaksud diantaranya, pertama regional
yang bersinergi dengan Kabupaten Kampar. Di zona ini sudah dilakukan kerjasama
dengan Pemerintah Provinsi Riau melalui perusahaan daerah milik provinsi,
Pekanbaru dan Kampar. Kemudian untuk zona kedua disebut zona eksisting dengan
ruang lingkupnya lima kecamatan dalam kota dengan jumlah penduduk sekitar 25
persen dari total penduduk Kota Pekanbaru. Selanjutnya zona Tenayan Raya. Di zona
ketiga ini, sebut walikota, pemerintah kota berupaya memenuhi kebutuhan air bersih
hingga ke Kawasan Industri Tenayan atau KIT. Keempat atau zona terakhir yakni
zona Rumbai. Di kawasan ini, air bersih disiapkan untuk memenuhi tiga kecamatan

12
yang segera dimekarkan di antaranya Kecamatan Rumbai, Rumbai Barat dan Rumbai
Timur.

2.3.4. Sampah

Salah satu permasalahan yang mendasar pada Pemerintah Kota Pekanbaru


adalah masalah sosial terutama masalah penanggulangan dan pengelolaan sampah
yang dihasilkan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok. Pertambahan
penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat 3 menimbulkan bertambahnya
volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Pengelolaan sampah
selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Dengan padatnya jumlah penduduk Kota Pekanbaru
yakni sekitar 1.021.710 jiwa dan perubahan pola konsumsi masyarakat dapat
menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin
beragam, permasalahan sampah semakin komplek dan perlu dikelola secara
professional berdasarkan UU RI Nomor 08 Tahun 2008 dan Peraturan Daerah Kota
Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2014 tentang pengelolaan Persampahan.

Diamanatkan bahwa pengelolaan kebersihan merupakan tanggung jawab


Pemerintah Daearah, dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Pekanbaru serta SKPD lainnya.

Kota Pekanbaru seperti kota besar lainnya di Indonesia juga mengalami


masalah persampahan. Di kota pekanbaru terdapat titik-titik yang menjadi rawan
tumpukan sampah. Salah satunya yaitu di jalan rajawali dan soekarno hatta. Setiap
pagi sampah-sampah pada titik rawan tumpukan sampah tersebut tidak terangkut,
sehingga mengganggu pengguna jalan karena sampah yang berserakan. Selain itu
lemahnya penegakan hukum tentang pengelolan persampahan meyebabkan penduduk
kota masih banyak yang membuang sampah sembarangan. Padahal dulunya kota

13
Pekanbaru merupakan kota yang mendapat Piala Adipura. Hal ini dikarenakan jumlah
produksi 6 sampah yang meningkat dan kecenderungan pola hidup penduduk Kota
Pekanbaru yang konsumtif serta masih rendahnya kesadaran lingkungan yang bersih.

Pemandangan tak sedap kembali mewarnai kota Pekanbaru sebagai ibukota


Provinsi Riau. Hampir di setiap sudut kota sampah kembali menumpuk. Persoalan
sampah sepertinya tak pernah terselesaikan secara baik. Pemandangan sampah yang
berserakan, seakan menjadi hal yang lumrah. Tidak hanya lambatnya pemerintah kota
Pekanbaru dalam menangani sampah, terlebih masyarakatnya yang kurang sadar akan
kebersihan. Pemandangan tumpukan sampah misalnya di ruas jalan HR Soebrantas
Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Jalur paling padat ini di kanan-kiri badan jalan
disesaki sampah. Terlebih di persimpangan Jalan HR Soebrantas dengan jalan
Delima. Setiap hari di tepi jalan itu seperti dijadikan tempat pembuangan sampah
rumah tangga oleh masyarakat. Akibat pembuangan sampah sembarangan itu, ruas
badan jalanpun kini tertutup sampah. Sudah lebih tiga hari, sampah dijalan tersebut
dibiarkan berserakan. Tumpukan sampah itu selebar 2 meter dengan panjang sekitar
30 meter. Pemandangan yang sama juga terjadi di sepanjang jalan Soekarno Hatta tak
jauh dari Rumah Sakit Eka Hospital. Kanan kiri badan jalan kini disesaki sampah.
Baik siang dan malam, dengan gampangnya masyarakat membuang sampah di
pinggir jalan. Persoalan sampah di kota Pekanbaru ini memang sudah lama terjadi,
mulai dari persoalan internalnya Pemerintah kota Pekanbaru terhadap pihak ketiga
pengelola sampah, sampai warganya yang kurang kesadaran akan kebersihan
lingkungan kota Pekanbaru.(sumber detiknews.com)

Adapun beberapa permasalahan dalam pengelolaan sampah di kota Pekanbaru


adalah sebagai berikut :

14
1. Masih banyaknya sampah yang masih belum terangkut di jalan-jalan utama kota
dan terlambatnya waktu pengangkutan menyebabkan sampah bersangkutan
dijalan.
2. Masih adanya kebiasaan penduduk membuang sampah sembarangan seperti ke
sungai, drainase, lahan kosong dan lainnya.
3. Belum optimalnya Pengelolaan Persampahan/Kebersihan Kota Pekanbaru.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Pekanbaru menyatakan wilayah


tersebut saat ini mampu menghasilkan sampah 500 ton/hari, dari sekitar 1,3 juta
penduduk. Secara rata-rata, 2,6 kilogram sampah diproduksi tiap penduduknya setiap
hari. Tiap tahun limbah sampah pekanbaru meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk (sumber antaranews.com).

2.4. Analisis Perilaku Kesehatan

2.4.1. Perilaku

Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Rumah Tangga ber-PHBS berarti mampu menjaga, meningkatkan dan


melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit
dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat. Penerapan PHBS di rumah
tangga merupakan tanggung jawab setiap anggota rumah tangga, yang juga menjadi
tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota beserta jajaran sektor terkait untuk
memfasilitasi kegiatan PHBS di rumah tangga agar dapat dijalankan secara efektif.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh
untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan, baik pada masyarakat maupun
pada keluarga. Artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/
masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan.

15
Indikator yang digunakan dalam pendataan PHBS meliputi sebelas indikator
perilaku, antara lain persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI
eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di
rumah, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, tidak
merokok di dalam rumah.

Capaian untuk tingkat Provinsi tahun 2016 untuk persentase pencapaian


rumah tangga yang ber-PHBS mencapai 51,5 %, meningkat dibandingkan dengan
tahun 2015 (49,5%) dan tahun 2014 (43.1%). Meskipun rumah tangga yang ber-
PHBS terus mengalami peningkatan namun belum mencapai target Renstra (65%).
Untuk itu promosi kesehatan perlu lebih ditingkatkan supaya anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Sehingga pada tahun
mendatang pencapaian rumah tangga yang ber-PHBS dapat mencapai target Renstra.
Meskipun demikian, ada beberapa kabupaten/kota yang telah mencapai target Renstra
seperti Kabupaten Indragiri Hilir (73,9%) dan Kabupaten Pelalawan (67,3%).
Sedangkan capaian terendah adalah Kabupaten Kepulauan Meranti (22,1%) dan
Kabupaten Bengkalis (21,2%).

2.4.2. Kepercayaan

Sebagian masyarakat Pekanbaru terutama masyarakat menengah bawah masih


memiliki kepercayaan terhadap pengobatan tradisional seperti menggunakan jasa
dukun. hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya masyarakat yang tinggal di
daerah pemukiman penduduk yang kumuh dan desa-desa yang masyarakatnya masih

16
susah di dalam mendapatkan pengobatan yang baik. Hal ini membuat masyarakat
mencari pengobatan yang mereka percayai untuk penyembuhan penyakitnya. Di
dalam suatu ilmu kesehatan untuk menyembuhkan suatu penyakit ada dua macam
pengobatan, yaitu pengobatan modern dan pengobatan tradisional. Pengobatan-
pengobatan ini sangat berbeda satu sama lain.

Oleh adanya perbedaan dua sistem pengobatan tersebut masyarakat Indonesia


dapat memilih diantara dua sistem pengobatan itu baik berobat dengan sistem modern
ataupun sistem Namun sejatinya masih banyak masyarakat yang lebih memilih
percaya dalam pengobatan tradisional di bandingkan dengan pengobatan modern.
Pengobatan tradisional menjadi salah satu pengobatan yang sering digunakan oleh
masyarakat saat ini. Alasannya sejak dahulu, pengobatan tradisional ini telah
diberikan secara turun temurun. Mulai dari pengobatan herbal, orang pintar atau
orang terpandang di masyarakat. Adanya kepercayaan masyarakat dalam pengobatan
tradisional ini di dasari dari kepercayaan nenek moyang mereka yang berawal dari
percaya pada animisme dan dinamisme yang mereka yakini bahwa roh roh nenek
moyang mereka dapat menyembuhkan mereka ataupun dapat menghindari mereka
dari kesialan. Sehingga dengan adanya kepercayaan tersebut sejak dulu membuat
sistem pengobatan mereka telah membudaya dalam lingkungan masyarakat.

Besarnya pemilihan sistem pengobatan ke pengobatan tradisional di dunia,


tidak lain disebabkan oleh adanya kecenderungan masyarakat yang menganggap
bahwa pengobatan tradisional terbukti ampuh dalam penyembuhan penyakit.
Umumnya pandangan masyarakat terhadap pengobatan – pengobatan yang ada
berbeda – beda yang juga menjadi alasan masyarakat dalam melihat dan memilih
pengobatan yang mereka sukai. Pada pengobatan tradisional menganggap bahwa
pengobatan tradisional merupakan pengobatan herbal yang berasal dari bahan –
bahan yang alami sehingga tidak akan mengalami efek samping pada tubuh mereka.

17
Selain itu pengobatan tradisional juga di anggap lebih ekonomis dan pada kasus
tertentu lebih dapat menyembuhkan berbagai penyakit dibanding pengobatan modern.
Sedangkan disisi lain, pemilihan masyarakat dalam pengobatan modern menganggap
pada pengobatan yang berbahan dasar obat racikan kimia tentunya memiliki efek
samping namun pada pandangan lain pengobatan modern lebih banyak membantu
masyarakat karena sakit yang masyarakat derita dapat di analisa terlebih dahulu
sesuai ketentuan pada pengobatan modern yang ada sehingga dapat membuat
masyarakat percaya akan obat yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka
yang sedang sakit.

2.5 Analisis Kependudukan Kota Pekanbaru

2.5.1 Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Hasil estimasi
jumlah penduduk di Kota Pekanbaru terus mengalami peningkatan. Tahun 2016
jumlah penduduk di Kota Pekanbaru sebanyak 1.064.566 jiwa, Tahun 2017 Jumlah
penduduk sebanyak 1.091.088 jiwa, Tahun 2018 sebanyak 1.117.359 dan Tahun 2019
sebanyak 1.143.359.

18
Jumlah penduduk di Kota Pekanbaru Tahun 2019 sebanyak 1.143.359 jiwa
yang tersebar di 12 Kecamatan. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk kota Pekanbaru Tahun
2019 paling banyak tersebar di Kecamatan Tampan yaitu sebesar 224.698 jiwa,
dimana jumlah laki-laki sebanyak 115.222 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak

19
109.476 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit yaitu di Kecamatan Sail
sebesar 25.678 jiwa dimana jumlah laki-laki sebanyak 13.167 jiwa dan jumlah
perempuan sebesar 12.511 jiwa. Menurut kelompok umurnya jumlah terbanyak
Penduduk Kota Pekanbaru tahun 2019 yaitu pada kelompok umur 20-24 tahun,
lakilaki sebanyak 62.901 Jiwa dan perempuan sebanyak 61.167 Jiwa, sedangkan
jumlah penduduk paling sedikit menurut kelompok umur yaitu pada kelompok umur
75± dimana Laki-laki sebanyak 3.258 Jiwa dan perempuan sebanyak 5089 jiwa.

Pola distribusi penduduk di Kota Pekanbaru dicerminkan oleh besar kecilnya


jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk yang terdistribusi pada setiap

20
kecamatan. Seperti halnya yang terjadi pada kota – kota lainnya, bahwa penyebaran
penduduk relatif dipengaruhi oleh kecenderungan penduduk terkonsentrasi pada
tempat dimana askes terhadap faslilitas pelayanan kota dengan biaya transportasi
yang rendah merupakan pilihan utama penduduk dalam menentukan tempat tinggal

Dalam hal ini, rendahnya nilai lahan tidak akan banyak memberikan daya
tarik yang dapat mempengaruhi minat penduduk untuk bertempat tinggal di lokasi-
lokasi yang relatif masih kosong, namun memiliki tingkat pelayanan prasarana dan
sarana kota yang rendah.

Pada tahun 2010, konsentrasi tertinggi penduduk adalah di Kecamatan


Tampan (18.9%), diikuti Kecamatan Tenayan Raya (13.72%) dan Kecamatan Bukit
Raya (10.24%). Sedangkan konsentrasi terendah penduduk berada di Kecamatan Sail,
yaitu hanya 2.39% diikuti Kecamatan Pekanbaru Kota (2.79%). Dari data tabel di atas
dapat terlihat bahwa penyebaran penduduk di Kota Pekanbaru tidak merata.

21
Jumlah penduduk miskin Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu
terjadi di belahan dunia dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Berdasarkan
data yang diperoleh dari BPS Riau, jumlah penduduk miskin di Kota Pekanbaru pada
tahun 2012 sebesar 32.901 jiwa dengan garis kemiskinan sebesar Rp 353.801. Jumlah
penduduk miskin ini mengalami kecenderungan penurunan dari tahun 2003 sampai
tahun 2012. Ada tahun 2003, jumlah penduduk miskin sebesar 34.600 jiwa.
Sedangkan pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar
4,9 % menjadi sebesar 32.012 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut.

2.5.2 Kepadatan Penduduk

Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk/km2

Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas


wilayahnya. Kepadatan penduduk menunjukkan jumlah rata-rata penduduk pada
setiap km2 . Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh fisiografis, keamanan,
kebudayaan, biologis dan psikologis serta berkaitan erat dengan peningkatan jumlah
penduduk.

22
Dari tabel diatas kepadatan penduduk Tahun 2019 sebesar 1.817.86 ribu jiwa
per Km2 . Wilayah Kecamatan Sukajadi memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu
sebesar 12.678,72 ribu jiwa per Km2 disusul oleh Kecamatan Pekanbaru Kota
Sebesar 11.789,82 ribu jiwa per Km2 . Kepadatan penduduk terendah pada
Kecamatan Rumbai Pesisir sebesar 442,41 jiwa per Km2 . Jumlah rumah tangga di
kota Pekanbaru tahun 2019 sebanyak 272.298 rumah tangga, Jumlah rata-rata jiwa
per rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Dari grafik dapat dilihat jumlah rumah tangga
terbanyak terdapat pada kecamatan Tampan yang berjumlah 81.184 rumah tangga.

Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk


Menurut Kecamatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014

Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk


terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan

23
ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan
penduduknya. Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah
sekitar 37,96% dari total penduduk kota. Mereka umumnya bekerja sebagai
profesional dan pedagang. Jumlah mereka yang cukup besar, telah mengantarkan
Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang digunakan oleh penduduk
kota Pekanbaru selain Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia. Selain itu, etnis yang
juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa.
Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun
1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur
birokrasi pemerintahan kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang
seiring dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.

Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa


pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai pekerja romusha
dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun 1950 kelompok etnik ini
telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota Pekanbaru. Namun
perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan menjadi kawasan perkantoran dan
bisnis, mendorong kelompok masyarakat ini mencari lahan pengganti di luar kota,
namun banyak juga yang beralih okupansi.

Rasio Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk. Data
mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan
pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan
perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil.

2.5.3 Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun (2005 – 2010) tercatat semakin


meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan yang giat dilaksanakan.Rata-

24
rata laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2005 – 2010 adalah 4,90% per tahunnya.
Pada tahun 2005 hingga 2008, perkembangan penduduk menunjukkan trend posistif
(meningkat), namun pada tahun 2009 – 2010 di beberapa kecamatan seperti
Kecamatan Limapuluh, Sail, Pekanbaru Kota, Senapelan dan Sukajadi mengalami
trend negatif (menurun). Kecamatan yang mempunyai laju pertumbuhan tertinggi di
Kota Pekanbaru pada tahun 2010 adalah Kecamatan Tampan, yakni sebesar 17,9%
sedangkan Kecamatan pekanbaru Kota merupakan kecamatan dengan laju
pertumbuhan penduduk terendah, dengan angka 0.3%.

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pekanbaru


Menurut Kecamatan Tahun 2005-2010

25
2.5.4 Proporsi Muda/Tua

Dari grafik diatas dapat dilihat jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
memiliki proporsi yang hampir sama. Usia produktif antara usia 15 sampai dengan 65
tahun lebih besar 70 % dari jumlah penduduk dengan angka beban tanggungan atau

26
Dependency Ratio sebesar 42. Angka beban tanggungan atau Dependency Ratio
adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk berumur
tidak produktif (belum produktif/ umur dibawah 15 tahun dan umur tidak produktif
lagi/ umur 65 tahun keatas) dengan yang berumur produktif (umur 15-65 tahun).
Angka ini sebagai indikator secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu
daerah. Semakin tinggi persentase Dependency Ratio menunjukkan semakin tinggi
beban yang harus ditanggung usia produktif untuk membiayai hidup penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Angka beban tanggungan penduduk di kota
Pekanbaru tahun 2019 sebesar 42 yang berarti bahwa penduduk di Kota Pekanbaru
yang produktif disamping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 42 orang
yang tidak produktif.

Dari grafik diatas dapat dilihat rasio jenis kelamin di Kota Pekanbaru Tahun
2019 sebesar 105,2 atau dapat dikatakan bahwa penduduk laki-laki di Kota
Pekanbaru lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk perempuan.

27
2.6. Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan

2.6.1. Sarana Layanan Kesehatan

1) Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan/ Pengelola


 Rumah sakit
Jumlah Rumah Sakit di Kota Pekanbaru pada Tahun 2019 sebanyak 31
Rumah Sakit, Rumah Sakit tersebut terdiri dari :

N Nama Rumah Sakit Kepemilikan/ KET


O Pengelola
1 RSUD Arifin Achmad Pem. Prov Umum
2 RS Bhayangkara Polri Umum
3 RS TNI-AD TNI Umum
4 RS TNI AU Lanud dr. TNI Umum
Sukirman
5 RS. Petala Bumi Pem. Prov Umum
6 RS Jiwa Tampan Pem. Prov Khusus
7 RSD Madani Pem. Kota Umum

8 RS Ibnu Sina Swasta Umum


9 RS Prof Dr. Tabrani Swasta Umum
10 RS Santa Maria Swasta Umum
11 RS Bina Kasih Swasta Umum
12 RS PMC Swasta Umum
13 RS Lancang Kuning Swasta Umum

28
14 RS. Mata Smec Pekanbaru Swasta Khusus
15 RS Eka Hospital Swasta Umum
16 RS Awal Bros Ahmad Yani Swasta Umum
17 RS Awal Bros Pekanbaru Swasta Umum
18 RSIA Eria Bunda Swasta Khusus
19 RSIA Zainab Swasta Khusus
20 RSIA Syafira Swasta Umum
21 RSIA Andini Swasta Khusus
22 RS Sansani Swasta Umum
23 RSB Annisa Swasta Khusus
24 RS Pekanbaru Eye Center Swasta Khusus
25 RS Awal Bros Panam Swasta Umum
26 RSIA Budhi Mulia Swasta Khusus
27 RS JMB Pekanbaru Swasta Umum
28 RS Universitas Riau Swasta Umum
29 RS Aulia Hospital Swasta Umum
30 RS Prima Swasta Umum
31 RS Hermina Swasta Umum
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
 Puskesmas dan Jaringannya
Jumlah Puskesmas di Kota Pekanbaru pada Tahun 2019 sebanyak 21
Puskesmas, antaranya 5 Puskesmas Rawat Inap dan 16 Puskesmas Non
Rawat Inap.

N Nama Puskesmas Tipe


O
1 Langsat Non Rawat Inap
2 Melur Non Rawat Inap
3 Senapelan Non Rawat Inap
4 Rumbai Non Rawat Inap
5 RI. Karya Wanita Rawat Inap
6 Umban Sari Non Rawat Inap
7 RI. Muara Fajar Rawat Inap
8 Rumbai Bukit Non Rawat Inap
9 Pekanbaru Kota Non Rawat Inap
10 Lima Puluh Non Rawat Inap
11 Sail Non Rawat Inap

29
12 RI. Simpang Tiga Rawat Inap
13 Garuda Non Rawat Inap
14 Harapan Raya Non Rawat Inap
15 Sapta Taruna Non Rawat Inap
16 Rejosari Non Rawat Inap
17 RI. Tenayan Raya Rawat Inap
18 Payung Sekaki Non Rawat Inap
19 Sidomulyo Non Rawat Inap
20 RI. Sidomulyo Rawat Inap
21 Simpang Baru Non Rawat Inap
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru

Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang


sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan
Puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan
kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan
sarana yang tersedia. Puskesmas Pembantu di Kota Pekanbaru terdiri dari 33
adalah sebagai berikut:

N Nama Pustu Alamat Puskesmas Induk


O
1 Ketitiran Jl. Ketitiran Langsat
2 Labuh Baru Barat Jl. Rawa Indah Payung Sekaki
3 Tampan Jl. Kayu Manis Payung Sekaki
4 Rintis Jl. Tangkuban perahu Lima Puluh
5 Pesisir Jl. Sultan Syarif Kasim Lima Puluh
6 Teluk Lembu Teluk Lembu Sei. Duku Lima Puluh
7 Sekip Jl. Kuantan Lima Puluh
8 Sukaramai Jl. Nilam gg. Karya Pekanbaru Kota
9 Padang Bulan Jl. Sidomulyo Senapelan
10 Kampung Dalam Jl. Kampung Dalam Senapelan
11 Meranti pandak Jl. Pesisir Rumbai
12 Lembah Damai Lembah Damai Rumbai

30
13 Lembah sari Jl. Limbunga Rumbai
14 Okura Okura Rumbai
15 Geringging Geringging Rumbai
16 Sri Meranti Jl. Nelayan Umban sari
17 Camar Perum Sidomulyo Simpang Tiga
18 Tentram Jl. Tentram Harapan Raya
19 Cemara Jl. Cemara Harapan Raya
20 Sejahtera Jl. Raya Kel. Sp 3 Harapan Raya
21 Rejosari Jl. Sartika Rejosari
22 Sail Jl. Hangtuah Rejosari
23 Alam Raya Jl. Harapan raya Rejosari
24 Iklas Jl. Bukit barisan gg. Iklas Rejosari
25 Melebung Jl. Raya Melebung Rejosari
26 Sukamaju Jl. Hang Jebat 3 Sail
27 Cinta Raja Jl. Khatib Sultan Sail
28 Kulim Jl. Hangtuah ujung Tenayan raya
29 Belimbing Jl. Belimbing Garuda
30 Gurita Jl. Gurita Garuda
31 Beringin Komp. Beringin Indah Garuda
32 Widya Graha Jl. Permadi Sidomulyo RI
33 Garuda Sakti Jl. Garuda sakti Simpang Baru
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
 Sarana Pelayanan Lain dan Sarana Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
Sarana Pelayanan kesehatan di Kota Pekanbaru antaranya terdiri dari
Klinik Pratama, Praktek Dokter Umum sebagai berikut:

N Sarana Kesehatan Jumlah


O
1 Klinik Pratama 176
2 Praktek Dokter Umum Perorangan 153
3 Praktek Dokter Gigi Perorangan 122
4 Bank Darah Rumah Sakit 6
5 Unit Transfusi darah 2
6 Apotek 270
7 PAK/PBF 54/ 43
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru

31
2) Persentase RS Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level 1
Rumah Sakit dengan kemampuan pelayanan gawat darurat level 1 adalah
Rumah Sakit yang memiliki tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki
dokter umum jam dengan kualifikasi GELS dan atau ATLS + ACLS, serta
memiliki alat trasportasi dan komunikasi (On site adalah berada di tempat, GELS
adalah General Emergency Life Support, ATLS adalah Advance Trauma Life
Support dan ACLS adalah Advance Cardiac Life Support). Dari tabel 3.5 Dapat
dilihat bahwa 31 Rumah Sakit di Kota Pekanbaru yang terdiri dari 23 Rumah
Sakit Umum dan 8 Rumah Sakit Khusus memiliki kemampuan pelayanan Gawat
Darurat Level I.

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik
muda maupun tua dengan nilai tekanan darah menunjukan sistolik > 140
mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent
killer karena termasuk penyakit yang timbul hampir tanpa adanya gejala awal
namun penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan membunuh secara
diam-diam. Di Kota Pekanbaru penyakit Hipertensitermasuk kedalam
sepuluh besar penyakit tidak menular yaitu berada pada urutan pertama dari
penyakit terbesar di seluruh puskesmas lima puluh dengan jumlah 1760 orang.
Jumlah masyarakat Kota Pekanbaru yang terus meningkat setiap tahun nya
serta perilaku masyarakat yang kurang menerapkan PHBS dalam kehidupan
sehari-hari serta kepercayaan masyarakat yang masih rendah terhadap

33
pelayanan kesehatan menjadi salah satu alasan mengapa morbiditas penyakit
hipertensi masih meningkat di kota Pekanbaru.

3.2 Saran
Sebaiknya untuk mencegah semakin meningkat nya angka mortalitas
serta morbiditas penyakit hipertensi di kota Pekanbaru bisa dilakukan dengan
cara menerapkan PHBS serta meningkat kan kinerja serta melengkapi
pelayanan kesehatan agar masyarakat setempat percaya untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. 2020. Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Tahun 2019.

Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2019

Aryantiningsih, Dwi S., Jesika Br Silaen. 2018. Hipertensi Pada Masyarakat Di


Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal IPTEKS Terapan
Research of applied science and education V12.i 1 (66-77)

Badan Pusat Statistik. 2019. Angka Morbiditas Menurut Wialayah. Diakses di


https://www.bps.go.id/indicator/30/1816/1/angka-morbiditas-menurut-
wilayah.html

34
Maharani, R., Dary Syafrandi. 2017. Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas
Harapan Raya Kota Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Komunikasi

Ningsih, Kursiah W., Rahmi Fitri. 2017. Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap
Terjadinya Stress Kerja Pada Pekerja Industri Bengkel Las di Kota
Pekanbaru. Jurnal STIKes Payung Negeri Pekanbaru.

Salindeho, Mercy. 2016. Penyediaan Air Bersih Di Kota Pekanbaru Vol. 2 No. 2.
Jurnal Jom FISIP.

Pratama, Jery N. 2016. Tata kelola Sampah di Kota Pekanbaru (Studi kasus Pada
Bank Sampah di Kota Pekanbaru tahun 2016) Vol.5 No. 1. Jurnal Universitas
Riau

35
36

Anda mungkin juga menyukai