Anda di halaman 1dari 86

DOKUMEN

HARGA SATUAN ( Unit Cost)


RSUD BANJAR BARU

drhaps----1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Industri rumah sakit mengalami perubahan dan perkembangan yang
sangat signifikan dan mendasar pada era global ini. Tuntutan
masyarakat dan lembaga non-pemerintah seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat terhadap pelayanan RS yang sesuai standar semakin
meningkat,bahkan Pemerintah sangat gencar memberikan himbauan
dan mengeluarkan kebijakan agar RS mampu memberikan pelayanan
yang efektif dan efisien.

Pada sisi lain, pelanggan internal rumah sakit mulai melihat perlunya
transparansi pembiayaan termasuk berapa besar porsi jasa pelayanan
yang akan mereka terima. Ada suatu yang perlu diperhatikan bahwa
seberapa besar porsi jasa pelayanan tentunya sangat erat dengan biaya
satuan yang merupakan komponen dalam penghitungan jasa sarana
prasarana rumah sakit.Pada intinya, penerapan Good Corporate
Governance (GCG) melalui akuntabilitas perlayanan menjadi order
qualifier bagi suatu rumah sakit.

Dalam rangka mewujudkan GCG di rumah sakit melalui sistem


akuntabilitas publik, manajemen RS perlu dilengkapi dengan perangkat
dasar dalam menentukan harga atau tarif yang berbasis Unit Cost.
Penetapan tarif berdasarkan Unit Cost merupakan suatu amanat UU
Rumah Sakit No 44 Tahun 2009, PP No 23 Tahun 2005 dan
Permendagri No 61 Tahun 2007, karenanya sudah saatnya RS publik
milik Pemerintah memiliki dokumen ini agar rasionalitas tarif bisa
diterapkan agar RS khususnya RS yang menerapkan PPK-BLU atau
BLUD dapat exist secara manajerial.

drhaps----2
Unit Cost yang mencerminkan realitas berbagai biaya yang terjadi terkait
dengan pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit akan
memberikan banyak manfaat untuk keperluan: penentuan tarif atau
pricing, perbaikan tingkat efisiensi dan cost effectiveness rumah sakit,
dan penentuan besarnya subsidi untuk jenis-jenis pelayanan kesehatan
tertentu, serta penentuan rugi atau laba operasional rumah sakit.

Rumah sakit yang berada dalam suatu industri rumah sakit akan
bersaing baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan rumah
sakit lainnya, serta unit usaha lainnya. Konsumen akan membandingkan
tarif rumah sakit tidak hanya dengan tarif rumah sakit lainnya, tapi juga
dengan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Misal kebutuhan pokok. Apabila pendapatan konsumen telah terserap
banyak untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, maka konsumen tersebut
tidak akan mampu mengeluarkan dana lebih banyak untuk pelayanan
kesehatan rumah sakit. Bahkan sebagian dari mereka, meminta
pelayanan kesehatan gratis. Dengan demikian, pelayanan kesehatan
yang baik dengan tarif yang dapat dijangkau oleh masyarakat akan
menjadi pilihan utama. Oleh karena itu, rumah sakit harus secara tepat
menentukan Unit Cost untuk pelayanan kesehatannya dan dengan
cerdas menentukan tarif secara bijak melalui pricing strategy yang baik
agar rumah sakitnya menjadi pilihan konsumen yang potensial dan
mampu menjaga sustainable growth.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa beberapa jenis pelayanan kesehatan


membutuhkan subsidi dari berbagai pihak, terutama pemerintah untuk
dapat diselenggarakan dengan baik. Besaran subsidi yang harus
diberikan seringkali menjadi masalah dalam penentuannya. Informasi
tentang Unit Cost yang dimiliki oleh pihak rumah sakit akan sangat
membantu dalam menentukan besaran subsidi yang harus diberikan
untuk jenis pelayanan tertentu.

drhaps----3
Setiap jenis kegiatan pelayanan kesehatan seharusnya memberikan nilai
tambah kepada pihak rumah sakit, konsumen, ataupun tenaga medis
dan non-medis. Besaran rugi/laba suatu jenis pelayanan kesehatan, atau
rugi/laba rumah sakit, atau besaran kontribusi atau nilai tambah yang
diberikan oleh tenaga medis dan non-medis kepada rumah sakit dapat
diketahui dengan tepat apabila tersedia informasi biaya yang akurat.
Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan bagi pihak manajemen rumah
sakit untuk menyediakan informasi Unit Costsecara akurat.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, pihak manajemen


rumah sakit, dalam hal ini manajemen RSUD Banjar BaruKota Banjar
Baru, pada saat ini harus memiliki informasi yang akurat tentang Unit
Cost untuk mendukung pembuatan keputusan manajemen yang terkait
dengan masa depan rumah sakit.

1.2 MAKSUD dan TUJUAN

1.2.1 Maksud
Perhitungan Unit Cost dilakukan untuk menentukan dasar penetapan
tarif pelayanan di rumah sakit. Unit Cost merupakan informasi biaya
satuan yang bisa digunakan sebagaialat penentu kebijakan manajemen.
Tarif rumah sakit diperhitungkan atas dasar Unit Cost dari setiap jenis
pelayanan dan kelas perawatan.

1.2.2 TUJUAN
1. Tersedianya Unit Cost pelayanan kesehatan di RSUD Banjar
BaruKota Banjar Barusebagai dasar pertimbangan penyusunan tarif.
2. Ditetapkannya estimasi tarif untuk pelayanan kesehatan di RSUD
Banjar BaruKota Banjar Baru yang ditawarkan kepada
masyarakatBanjar Baru.

drhaps----4
1.3 SASARAN
1. Teridentifikasinya biaya biaya di rumah sakit
2. didapatnya informasi biaya yang dikeluarkan rumah sakit
3. tersedianya informasi Unit Cost untuk pelayanan rumah sakit
4. Tersusunnya tarif pelayanan kesehatan individu di rumah sakit

1.4 LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan Perhitungan Unit Cost dan Penentuan Tarif ini adalah:
1. Melakukan kegiatan persiapan Bimbingan Teknis
Penghitungan Unit Cost dan Penentuan Tarif
2. Melakukan kegiatan workshop perhitungan Unit Cost
3. Melakukan pengumpulan data sekunder
4. Melakukan pengumpulan data primer
5. Melakukan analisis perhitungan Unit Cost dan penentuan tarif

1.5 LOKASI PEKERJAAN


Lokasi pekerjaan Perhitungan Unit Cost dan Penentuan Tarif ini adalah
RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru, Kota Banjar Baru.

1.6 SISTEMATIKA LAPORAN


Laporan ini terdiri atas 6 bab dengan penjelasan sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab 1 ini dijelaskan mengenai latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran pekerjaan, lingkup pekerjaan,
lokasi pekerjaan, dan sistematika laporan.
2. BAB II PENDEKATAN MASALAH. Pada Bab 2 ini dijelaskan
mengenai: deskripsi wilayah, tinjauan konsep, identifikasi
permasalahan dan isu strategis, kerangka pengembangan, dan
pemberdayaan stakeholder.
3. BAB III METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN. Pada Bab 3 ini
akan dijelaskan mengenai metodologi pekerjaan yang dibagi kedalam
5 sub bab, sebagai berikut: desain dan seting penelitian, ruang

drhaps----5
lingkup wilayah kerja, survei dan inventarisasi data, perhitungan Unit
Cost dan penentuan tarif, dan sistem pelaporan.
5. BAB IV INVENTARISASI DATA dan SURVEI LAPANGAN. Pada
bab ini akan disampaikan hasil inventarisasi data biaya dan survei
lapangan yang dilakukan sebagai berikut : inventarisasi data
sekunder,
6. BAB V KONSEP PENGHITUNGAN UNIT COST DAN
PENENTUAN TARIF. Pada Bab 5 ini akan dijelaskan mengenai
konsep penghitungan Unit Cost dan penentuan tarif sebagai dasar
analisis.
7. BAB VI. HASIL PENGHITUNGAN UNIT COST, TARIF, dan SUBSIDI
RSUD BANJAR BARUKOTA BANJAR BARU. Pada Bab 6 ini akan
dipaparkan mengenai hasil analsis data, unit cost masing-masing
pelayanan yang ditawarkan oleh rumah sakit, dan perhitungan
subsidi di luar gaji dan investasi berdasarkan tarif yang diberlakukan
saat ini.
8. BAB VII. KESIMPULAN dan SARAN. Pada Bab 7 ini akan dipaparkan
mengenai kesimpulan dari hasil penghitungan unit cost, subsidi, dan
tarif RSUD BANJAR BARUKOTA BANJAR BARU beserta saran
untuk penyempurnaan di tahun-tahun selanjutnya.

BAB II

PENDEKATAN MASALAH

drhaps----6
2.1 DESKRIPSI WILAYAH

2.1.1 LOKASI PEKERJAAN


Kegiatan pekerjaan Bimbingan Teknis Perhitungan Unit Cost dan
Penentuan Tarif ini dilaksanakan di Rumah Sakit UmumDaerah Banjar
BaruKota Banjar Baru..
Batas-batas wilayah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan
2. Sebelah Selatan dengan
3. Sebelah Timur dengan
4. Sebelah Barat dengan

Kota Banjar Baru merupakan wilayah daratan yang terletak di


Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah .......... km2.

2.1.2 KONDISI SOSIAL EKONOMI


Kota Banjar Baru merupakan daerah pemekaran yang sedang
berkembang dari waktu ke waktu. Data pada Tabel 2,1 menunjukkan
bahwa pemerintahan Kota Banjar Baru berupaya untuk terus
mengembangkan daerahnya dengan mengalokasikan Belanja daerah
yang meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel 2.1 Pendapatan dan Pengeluaran Pemerintah Daerah


Kota Banjar Baru Tahun Anggaran 2010 - 2012
Tahun
No Uraian
2010 2011 2012

I. PENDAPATAN

a. Pendapatan Asli Daerah

drhaps----7
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
b. Dana Perimbangan
1. Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
1. Hibah
2. Dana Darurat
3. Dana Bagi Hasil Pajak
4. Dana Penyesuaian & Otonomi
Khusus
5. Bantuan Keuangan

II. BELANJA

a. Belanja Tidak Langsung


1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga
3. Belanja Subsidi
4. Belanja Hibah
5. Belanja Bantuan Sosial
6. Belanja Bagi Hasil
7. Belanja Bantuan Keuangan
8. Belanja Tidak Terduga
b. Belanja Langsung
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal

III. PEMBIAYAAN

a. Penerimaan
b. Pengeluaran
Sumber : Biro Keuangan Setda Kota Banjar BARU

Hal yang cukup menggembirakan adalah Produk Domestik Regional


Bruto Kota Banjar Baru (atas dasar harga yang berlaku) yang juga
mengalami perkembangan (lihat Tabel 2.2.), meskipun belum mampu
untuk mencukupi semua kebutuhan Belanja pemerintah
drhaps----8
Daerah.Perkembangan PDRB ini menunjukkan bahwa telah terjadi
perbaikan kemakmuran bagi penduduk Kota Banjar Baru dan
perkembangan perekonomian di Kota Banjar Baru.

Perekonomian Kota Tualng Bawang didominasi oleh tiga sektor utama,


yaitu Perkebunan, Pertanian, dan Perdagangan. Selama periode 2006
s/d 2008, ketiga sektor ini mengalami peningkatan (lihat Tabel 2.2.)

drhaps----9
Tabel 2.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Banjar Baru
menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2010sd2012

Tahun (Ribuan Rupiah)


No Lapangan Usaha
2010 2011 2012
1. Pertanian
2. Pertambangan &Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Lisrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan/ Konstruksi
6. Perdagangan
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan Persewaan & Jasa Perusahan
9. Jasa-jasa
Produk Domestik Regional Bruto
Sumber :

Tabel 2.4 Rata - rata Pendapatan Perkapita menurut Kecamatan


Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2010 - 2012
Tahun (Ribuan Rupiah)
No Kecamatan
2010 2011 2012
1. Banjar Baru
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

drhaps----10
Sumber : .............................................

Tabel 2.5 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor dan Sub Sektor


Tahun 2010 - 2012
Tahun (Persentase)
No Lapangan Usaha
2010 2011 2012
1. Pertanian
2. Pertambangan &Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Lisrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan/ Konstruksi
6. Perdagangan
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan Persewaan & Jasa Perusahan
9. Jasa-jasa
Produk Domestik Regional Bruto
Sumber : .........................................................

Penduduk yang bermukim di Kota Banjar Baruterdiri dari berbagai suku


bangsa, diantaranya................dan lain-lain. Setiap suku memiliki corak
budaya yang khas dan unik. Misanya tarian, bahasa, pakaian dan
peraturan adat.

Tabel 2.7Jumlah Penduduk, Luas Daerah, dan Kepadatan Penduduk


menurut Kota, Tahun 2012
Kepadatan
Jumlah
No Kecamatan Luas Daerah Penduduk Per
Penduduk
Km2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

drhaps----11
13
14
15
16
17
18
19
20
Kota Banjar Baru
Sumber : .............................

Tabel 2.8. Jumlah Penduduk


menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2012
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tumnag Bawang
Sumber : ................................................

drhaps----12
2.2 TINJAUAN KONSEP

2.2.1 AKUNTANSI BIAYA


Definisi biaya sangatlah beragam myang dimunculkan beberapa ahli,
diantaranya, biaya adalah ”pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk mencapai tujuan tertentu”. Definisi yang lain, biaya adalah ”nilai
tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat”.
Pengorbanan sumber ekonomis, dibagi dalam 2 (dua) golongan :
a. Pengorbanan sumber ekonomis untuk memperoleh aktiva
(kekayaan), atau secara tidak langsung untuk mendapatkan
penghasilan.
b. Pengorbanan sumber ekonomis yang secara langsung untuk
memperoleh penghasilan dalam periode yang sama dengan
terjadinya pengorbanan.

Istilah biaya (cost) berbeda dengan beban (expense), meskipun dalam


penerapannya istilah biaya (cost) sering disamakan dengan beban
(expense). Beban (expense) didefinisikan sebagai ”aliran keluar terukur
dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan
untuk menentukan laba”, atau ”penurunan dalam aktiva bersih sebagai
akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan
atau pengenaan pajak oleh pemerintah”. Dari definisi biaya (cost) dan
beban (expense) dapat diambil kesimpulan bahwa ”setiap beban adalah
biaya, tetapi tidak setiap biaya adalah beban”.

Objek biaya (cost object), atau tujuan biaya (cost objective), didefinisikan
sebagai item aktivitas yang biasanya diakumulasikan dan diukur.
Pemilihan objek biaya memberikan jawaban atas pertanyaan paling
mendasar tentang “Biaya dari apa ?”.

drhaps----13
Tujuan dari akuntansi biaya adalah ”menyediakan informasi biaya untuk
kepentingan manajemen dalam mengelola lembaga atau bagiannya.
Untuk mencapai tujuan akuntansi biaya sebagaimana yang diharapkan,
biaya yang dikeluarkan atau terjadi di lembaga harus dicatat dan
digolongkan ke dalam sebuah sistem, yaitu sistem akuntansi biaya,
sehingga memungkinkan manajemen untuk :
1. menetapkan harga pokok produksi secara teliti
2. mengendalikan biaya
3. menganalisis biaya

Informasi biaya yang sistematis dan komparatif, serta data biaya dan
laba analitis dibutuhkan agar dalam menjalankan fungsi organisasinya,
manajemen mampu untuk :
1. menetapkan target laba
2. menetapkan target tiap unit untuk manajemen menengah dan
manajemen operasi
3. mengevaluasi efektivitas rencana
4. menunjukkan keberhasilan dan kegagalan
5. mengidentifikasi dan memilih strategi
6. memutuskan penyesuaian dan perbaikan dalam organisasi.

Biaya bukanlah satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan oleh


manajemen di dalam melaksanakan fungsinya. Tidaklah mungkin
manajemen mengelola lembaga atau bagiannya hanya atas dasar
informasi biaya saja, karena tidak ada satu konsepsi biaya yang dapat
memenuhi berbagai macam tujuan. Manajer yang baik harus
mendasarkan pengelolaannya atas informasi biaya yang paling lengkap
yang dapat dikumpulkan.

Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas
data biaya untuk memenuhi berbagai macam tujuan. Klasifikasi yang
paling umum digunakan didasarkan pada hubungan :

drhaps----14
1. Biaya dalam hubungannya dengan produk.
Untuk mengklasifikasi biaya dalam hubungannya dengan produk,
proses klasifikasi biaya dan beban dapat dimulai dengan
menghubungkan biaya ke tahap kegiatan yang berbeda dalam operasi
suatu bisnis.Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri
atas dua elemen :
a) Biaya manufaktur.
Biaya manufaktur disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik,
biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya:
1) Biaya bahan baku langsung.
Adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari
produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam hitungan
biaya produk.
2) Biaya tenaga kerja langsung.
Adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku
langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak
ke produk tertentu.
3) Biaya overhead pabrik.
Biaya overhad juga disebut overhead manufaktur, beban
manufaktur, atau beban pabrik. Terdiri atas semua biaya
manufaktur yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke output
tertentu. Overhead biasanya memasukkan semua biaya
manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung, antara lain :
a) Bahan baku tidak langsung. Bahan baku tidak langsung
adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu
produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku
langsung, karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian
dari produk.
b) Tenaga kerja tidak langsung. Tenaga Kerja Tidak Langsung
adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri secara
langsung ke konstruksi atau komposisi dari produk. Tenaga

drhaps----15
kerja tidak langsung termasuk gaji pengawas, pegawai bagian
administrasi produksi, pembantu umum, pekerja bagian
pemeliharaan dan bagian penyimpanan barang.
Bahan baku dan tenaga kerja langsung disebut sebagai biaya utama
(prime cost), sedang tenaga kerja langsung dan overhead disebut
sebagai biaya konversi.
b) Biaya komersial.
Biaya komersial adalah biaya yang terjadi di luar proses produksi.
Biaya komersial terdiri atas dua klasifikasi besar :
1. Biaya pemasaran, adalah biaya yang timbul sejak dari titik
dimana biaya manufaktur berakhir / siap dijual. Termasuk
dalam biaya pemasaran adalah biaya penjualan dan
pengiriman. Biaya gaji direktur bidang pemasaran di
anggap sebagai biaya pemasaran.
2. Biaya administratif (umum & administratif) adalah biaya
yang terjadi dalam mengerahkan dan mengendalikan
organisasi. Biaya gaji direktur bidang produksi dapat di
anggap sebagai biaya manufaktur.

2. Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi.


Beberapa jenis biaya akan berubah secara proporsional terhadap
perubahan dalam volume produksi atau output sementara yang lainnya
relatif konstan dalam jumlahnya. Dalam hubungannya dengan volume
produksi, ada beberapa jenis biaya yang harus diidentifikasi, antara lain
a. Biaya variabel.
Total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap
perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range)
atau biaya variabel menunjukkan jumlah per-unit yang relatif
konstan dengan perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan.
Biaya variabel biasanya dapat dibebankan ke unit produksi
dengan cukup mudah dan akurat, dan dapat dikendalikan oleh
supervisor pada tingkat operasi tertentu. Biaya variabel biasanya

drhaps----16
memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya variabel merupakan biaya dari melakukan bisnis (cost of
doing business).
b. Biaya tetap.
Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang
relevan. Dengan kata lain, biaya tetap per-unit semakin kecil
seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang
relevan. Tanggung jawab pengendalian biaya tetap biasanya
berada pada tingkat manajemen menengah atau manajemen
eksekutif dibandingkan dengan supervisor produksi. Biaya tetap
dapat dianggap sebagai biaya untuk tetap berada dalam bisnis
(cost of staying in business)
c. Biaya semivariabel.
Ada beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya
variabel, jenis biaya ini disebut biaya semivariabel. Jenis biaya
yang tergolong jenis biaya semivariabel, misalnya biaya listrik.

3. Biaya dalam Hubungannya dengan Unit Produksi atau Segmen Lain.


Klasifikasi unit-unit dalam suatu lembaga ditinjau dari “biaya dalam
hubungannya dengan unit produksi atau segmen lain”,
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu : unit produksi dan unit
jasa. Di unit produksi, operasi manual dan operasi mesin dilakukan
secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Jika
dua atau tiga jenis mesin yang berbeda melakukan operasi pada
satu produk dalam unit yang sama, maka mungkin untuk
meningkatkan akurasi biaya produk dengan membagi unit tersebut
menjadi dua atau lebih pusat biaya. Di unit jasa, jasa diberikan untuk
keuntungan unit lain. Dalam beberapa kasus, jasa ini juga dinikmati
oleh unit jasa yang lain. Meskipun unit jasa tidak secara langsung
terlibat dalam proses produksi, biaya unit ini merupakan bagian dari
biaya produksi. Istilah ”langsung” pada ”bahan baku langsung” dan
”tenaga kerja langsung”, mengacu pada biaya yang dapat ditelusuri

drhaps----17
secara langsung ke dalam satu unit output. Sedang untuk biaya
overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan unit output tertentu. Dalam sistem klasifikasi
tersebut, output tertentu adalah objek biayanya.
Dalam hubungannya dengan unit produksi atau segmen lain, biaya
diklasifikasikan menjadi :
a) Biaya langsung unit.
Jika suatu biaya dapat ditelusuri ke suatu unit dimana biaya
tersebut berasal, maka biaya tersebut dikelompokkan sebagai
biaya langsung unit.
b) Biaya tidak langsung unit.
Jika suatu biaya digunakan bersama oleh beberapa unit yang
memperoleh manfaat dari biaya tersebut, maka biaya tersebut
dikelompokkan sebagai biaya tidak langsung unit.Biaya yang
terjadi di unit jasa merupakan biaya tidak langsung untuk unit
lain. Pada saat semua biaya unit jasa telah dialokasikan, biaya
overhead setiap unit produksi akan terdiri dari biaya langsung
dan biaya tidak langsung di unit produksi tersebut ditambah
dengan bagian beban yang diterima dari unit jasa.

4. Biaya dalam hubungannya dengan Periode Akuntansi.


Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital
expenditure) atau sebagai pengeluaran pendapatan (revenue
expenditure). Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan
manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran
pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan
dilaporkan sebagai beban.

5. Biaya dalam hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan atau


Evaluasi.
Pada saat suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan
atau alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan, hal penting yang

drhaps----18
harus dilakukan adalah mengidentifikasi biaya, pendapatan,
pengurangan biaya dan penghematan biaya yang relevan terhadap
pilihan tersebut. Pertimbangan atas item-item yang tidak relevan
merupakan pemborosan waktu dan dapat mengalihkan perhatian
dan item-item relevan yang lebih penting, faktor yang tidak relevan
bisa saja disalahartikan sebagai faktor yang relevan. Ketika kinerja
dari seorang manajer dievaluasi, suatu langkah penting melibatkan
klasifikasi biaya yang berada di bawah kendali manajer tersebut.
Biaya yang tidak dibawah kendali manajer tersebut umumnya tidak
relevan terhadap evaluasi dari kinerja manajer tersebut. Ini adalah
aspek-aspek dari akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting).

2.2.2 ANALISIS UNIT COST


Definisi dari analisis biaya satuan adalah suatu kegiatan menghitung
biaya rumah sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ada, baik secara
total maupun per-unit / per-pasien, dengan cara menghitung seluruh
biaya pada unit / pusat biaya / serta / ”mendistribusikan” ke unit-unit
produksi / unit produksi yang kemudian dibayarkan oleh pasien. Secara
umum, analisis biaya terhadap biaya satuan (unit cost) dapat dilakukan
melalui penghitungan sebagai berikut :
Total Cost
UC = -------------------
ADQ
Keterangan :
UC = Unit Cost (Biaya Satuan).
TC = Total Cost (Biaya Total).
ADQ = Activity Driver Quantity (Jumlah Produk/Jasa).
Analisis biaya satuan (unit cost) dapat dilakukan dengan memperhatikan
jenis usaha dari masing-masing unit produksi yang ada di lembaga,
karena biaya total (total cost) berbeda dalam setiap jenis usaha.

drhaps----19
Secara garis besar jenis usaha di dalam lembaga ada 3 (tiga) jenis,
yaitu: usaha jasa, usaha perdagangan, dan usaha pengolahan (industri).
Penerapan penghitungan sebagai mana yang disebutkan di atas harus
menyesuaikan dengan jenis usahanya, karena total biaya dari masing-
masing jenis usaha sangat berbeda. Adapun perbedaan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Usaha jasa.
Untuk jenis usaha jasa (seperti unit pelayanan di rumah sakit), total
biaya (total cost) yang ada di jenis usaha jasa terdiri dari ”biaya
langsung (direct cost)” unit yang ada di unit produksi tersebut di
tambah dengan ”biaya tidak langsung (indirect cost)” unit yang
berasal dari hasil alokasi / distribusi unit penunjang / unit jasa.
Adapun penghitungan dari total biaya (total cost) adalah sebagai
berikut :

TC = D.C + I.C
dimana :
TC = Total Cost (Total Biaya)
D.C = Direct Cost (Biaya Langsung Unit)
I.C = Indirect Cost (Biaya Tidak Langsung Unit)
2. Usaha perdagangan
Untuk jenis usaha perdagangan (seperti di unit farmasi), unit produksi
akan melakukan proses pembelian dan penjualan barang dagangan.
Klasifikasi biaya yang digunakan menggunakan pendekatan ”biaya
dalam hubungannya dengan unitproduksi atau segmen lain” sehingga
klasifikasi biaya menggunakan pendekatan “biaya langsung (direct
cost)” unit dan ”biaya tidak langsung (indirect cost)” unit. Biaya satuan
(unit cost) yang ada di jenis usaha perdagangan merupakan
cerminan dari ”Harga Pokok Penjualan”. Artinya total biaya (total
cost) unit yang ada di jenis usaha perdagangan terdiri dari ”Harga
Pokok Penjualan” barang ditambahkan dengan ”biaya langsung

drhaps----20
(direct cost) unit” yang ada di unit produksi tersebut dan ditambah
dengan ”biaya tidak langsung (indirect cost)” unit yang berasal dari
unit penunjang / unit jasa. Adapun penghitungan dari total biaya (total
cost) adalah sebagai berikut :
TC = HPP + D.C + I.C
dimana :
TC = Total Cost (Total Biaya)
HPP = Harga Pokok Penjualan
D.C = Direct Cost (Biaya Langsung)
I.C = Indirect Cost (Biaya Tidak Langsung)
Untuk mencari Harga Pokok Penjualan, dilakukan dengan proses
perhitungan sebagai berikut :
Persediaan barang dagangan awal tahun (2 Jan.) Rp XXXXX
Pembelian barang dagangan pada tahun berjalan Rp XXXXX
---------------- (+)
Persediaan barang dagangan tersedia di jual Rp XXXXX
Persediaan barang dagangan akhir tahun (31 Des.) Rp XXXXX
---------------- (-)
Harga Pokok Penjualan Rp XXXXX
=========

3. Usaha industri
Untuk jenis usaha pengolahan / industri (seperti unit gizi), unit
produksi akan melakukan proses pembelian bahan baku, pengolahan
barang dan penjualan barang dagangan. Klasifikasi biaya yang
digunakan menggunakan pendekatan ”biaya dalam hubungannya
dengan produk” sehingga klasifikasi biaya menggunakan pendekatan
“biaya manufaktur” dan ”biaya komersial”. Artinya total biaya (total
cost) yang ada di jenis usaha pengolahan / industri terdiri dari ”biaya
bahan baku langsung” di tambahkan dengan ”biaya tenaga kerja
langsung” ditambahkan dengan ”biaya overhead” yang ada di unit
produksi tersebut di tambah dengan ”biaya komersial” yang

drhaps----21
merupakan ”biaya tidak langsung (indirect cost)” yang berasal dari
unit penunjang / unit jasa. Adapun penghitungan dari total biaya (total
cost) adalah sebagai berikut :

TC = HPP + B.K
dimana :
TC = Total Cost (Total Biaya).
HPP = Harga Pokok Penjualan (di dalamnya merupakan unsur
dari Biaya Manufaktur / Harga Pokok Produksi)
B.K = Biaya Komersial, merupakan Biaya Tidak Langsung
(Indirect Cost) yang berasal dari unit penunjang / unit
jasa.

Untuk mencari Harga Pokok Penjualan pada jenis usaha pengolahan


/ industri, dilakukan dengan tahapan penghitungan Harga Pokok
Produksi terlebih dahulu. Adapun penghitungan Harga Pokok
Produksi adalah sebagai berikut :

Persediaan barang dlm proses awal tahun (2 Jan.) Rp XXXXX


Persed. bahan baku langsung awal thn Rp XXXX
Pembelian bhn baku langsung thn berjalan Rp XXXX
-------------- (+)
Bhn baku langsung tersedia untuk proses Rp XXXX
Persed. bhn baku langs. akhir thn (31Des.) Rp XXXX
-------------- (-)
Bahan baku langsung masuk proses pada tahun berjalan Rp XXXXX
Biaya tenaga kerja langsung tahun berjalan Rp XXXXX
Biaya overhead tahun berjalan Rp XXXXX
--------------- (+)
Barang dalam proses pada tahun berjalan Rp XXXXX
Persediaan barang dlm proses akhir thn (31 Des.) Rp XXXXX
---------------- (-)
Barang Jadi Masuk Gudang / Siap Dijual Rp XXXXX
==========

drhaps----22
Tahap berikutnya adalah menghitung Harga Pokok Penjualan dengan cara
sebagai berikut :
Persediaan barang dagangan awal tahun (2 Jan.) Rp XXXXX
Barang dagangan dari proses produksi pada thn berjalan Rp XXXXX
--------------- (+)
Persediaan barang dagangan tersedia di jual Rp XXXXX
Persediaan barang dagangan akhir tahun (31 Des.) Rp XXXXX
---------------- (-)
Harga Pokok Penjualan Rp XXXXX
=========

Penghitungan biaya satuan (unit cost) bertujuan untuk mendapatkan


informasi mengenai :
1. Perencanaan Anggaran.
2. Membuat dan melaksanakan rencana anggaran untuk operasi dalam
kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan
sebelumnya.
2. Pengendalian Biaya.
Menetapkan metode penghitungan biaya yang memungkinkan
pengendalian aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas.
3. Penetapan Harga.
Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya
dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan
harga dan evaluasi kinerja sautu produk, unit, atau divisi.
4. Penetapan Subsidi.
Menentukan biaya dan pendapatan untuk satu tahun periode
akuntansi atau untuk periode yang lebih pendek.
5. Membantu Pengambilan Keputusan Rutin dalam hal :
a. penetapan harga,
b. melakukan tender,
c. menghilangkan atau menambah suatu jasa,
d. mengetahui biaya dari berbagai jasa yang berbeda.

drhaps----23
2.2.3 METODE ANALISIS UNITCOST
Sebagaimana telah di bahas di atas, bahwa inti dari proses analisis
biaya adalah melakukan alokasi / distribusi biaya dari unit penunjang /
unit jasa ke unit produksi. Untuk melakukan alokasi/ distribusi, ada
beberapa metode analisis (alokasi/distribusi) biaya yang dapat
digunakan, antara lain :
1. Metode Satu Langkah.
Metode ini sering disebut dengan Metode Langsung yang mendasari
konsep alokasi “satu langkah”. Setiap biaya yang terjadi pada unit jasa
“dialokasikan” pada beberapa unit produksi yang menggunakan jasa
layanannya, tetapi tidak untuk unit jasa yang lain.
2. Metode Dua Langkah.
Metode dua langkah disebut juga “Metode Bertingkat” / “Metode
Sekuensial”.
Metode ini mendistribusikan / mengalokasikan biaya dari unit jasa dalam
suatu urutan langkah yang telah ditentukan sebelumnya. Sekali biaya
telah didistribusikan dari suatu unit jasa, tidak ada biaya unit jasa lain
yang dibebankan kembali ke unit tersebut dalam urutan tertentu. Untuk
menggunakan metode ini, urutan tertentu harus diputuskan guna
mengalokasikan biaya unit jasa, karena urutan dari unit membuat
perbedaan dalam hasil.
3. Metode Reciprocal.
Metode reciprocal mendasarkan pada penggunaan persamaan simultan
untuk mengalokasikan setiap biaya. Akuntan menggunakan metode
simultan/ metode aljabar untuk menghitung dan mengalokasikan setiap
biaya pada pusat-pusat layanan pendukung atas dasar penggunaan
layanan tersebut oleh semua pusat layanan.
4. Metode Double Distribution.
Metode ini merupakan metode pengalokasian biaya dari pusat biaya
penunjang ke pusat biaya produksi melalui dua tahap :

drhaps----24
a. Tahap I : mendistribusikan/mengalokasikan biaya asli dari pusat
biaya penunjang ke pusat biaya penunjang yang lain dan seluruh
pusat biaya produksi.
b. Tahap II : mendistribusikan/mengalokasikan hasil distribusi biaya I
pada masing-masing pusat biaya penunjang keseluruh pusat
biaya produksi.

5. Metode Activity Based Cost.


Konsep dasar yang melandasi metode activity based cost adalah bahwa
kemampuan lembaga dalam menghasilkan pendapatan ditentukan oleh
tiga faktor : fleksibilitas, mutu dan biaya.

Ada dua anggapan penting yang mendasari metode ini :


1. Aktivitas menyebabkan timbulnya biaya.
Sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung
menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan
sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
2. Produk (dan customer) menyebabkan timbulnya permintaan atas
aktivitas.
Untuk membuat produk diperlukan berbagai aktivitas, dan setiap
kegiatan memerlukan sumber daya untuk pelaksanaan aktivitas
tersebut.

2.2.4 TARIF PELAYANAN RUMAH SAKIT


Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan
pelayanan di rumah sakit yang dibebankan kepada masyarakat sebagai
imbalan atas jasa yang diterimanya (Depkes RI, 2001). Trisnantoro
(2006) menyatakan bahwa tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang
ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan
bahwa dengan nilai uang tersebut, sebuah rumah sakit bersedia
memberikan jasa kepada pasien.

drhaps----25
Tarif di rumah sakit dapat ditetapkan dengan berbagai tujuan sebagai
berikut: (Trisnantoro, 2006)\:
1. Meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit (cost recovery rate)
rumah sakit. Hal ini terutama terdapat pada rumah sakit pemerintah
yang semakin berkurang subsidinya.
2. Peningkatan akses pelayanan. Salah satu cara meningkatkan akses
pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin
adalah dengan menetapkan tarif pelayanan yang rendah Penetapan
tarif dengan cara ini hendaknya diikuti oleh subsidi yang memadai
dari pemilik atau pemerintah sehingga mutu pelayanan tetap terjaga.
3. Peningkatan mutu pelayanan. Di beberapa rumah sakit pemerintah
daerah, kebijakan penetapan tarif pada bangsal VIP bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan peningkatan kepuasan kerja
dokter spesialis. Dengan dibangun dan ditetapkannya tarif bangsal
VIP yang memadai, diharapkan dapat mengurangi waktu dokter
spesialis di rumah sakit swasta, sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.
4. Penetapan tarif dengan tujuan lain, misalnya untuk mengurangi
pesaing, memaksimalkan pendapatan, meminimalkan penggunaan
dan menciptakan corporate image. Penetapan tarif untuk tujuan
mengurangi pesaing dilakukan untuk mencegah dibangunnya rumah
sakit baru yang akan menjadi pesaing. Penetapan tarif untuk
memaksimalkan keuntungan dapat dilakukan pada pasar yang
dikuasai oleh salah satu rumah sakit (monopoli), sehingga pada
demand yang tinggi, penetapan tarif dapat dilakukan setinggi-
tingginya. Penetapan tarif dengan tujuan menciptakan corporate
image adalah penetapan tarif yang ditetapkan dengan tujuan
meningkatkan citra sebagai rumah sakit golongan masyarakat kelas
atas.

drhaps----26
2.2.5 STRATEGI PENETAPAN TARIF
Strategi tarif dari suatu rumah sakit dapat menimbulkan reaksi yang
beragam di masyarakat. Menurut Suharto & Trisnantoro (1999) pada
penelitiannya di RSU Brebes, menyimpulkan bahwa responden tidak
mempermasalahkan besarnya tarif. Responden lebih mengutamakan
faktor kepuasan pelayanan dibanding dengan tinggi rendahnya tarif.

Kotler (2000) menyebutkan bahwa selain pertimbangan cost, organisasi


yang akan menetapkan tarif perlu mendasarkan juga pada variable lain
yaitu Competitor, dan Characteristics of products. Dengan demikian,
penentapan strategi tarif harus mempertimbangkan faktor Cost,
Competitor, dan Characteristics of product. Informasi mengenai cost atau
biaya merupakan bagian mendasar dari usaha untuk menetapkan
strategi tarif. Selanjutnya, pesaing atau kompetitor perlu dipertimbangkan
dalam rangka penentuan strategi tarif. Tarif kompetitor akan dijadikan
sebagai pembanding dari tarif yang akan ditetapkan.

Selain itu, karakteristik produk atau pelayanan yang diberikan juga akan
menentukan strategi tarif. Untuk dapat mengidentifikasi nilai dari
karakteristik pelayanan dapat diidentifikasi melalui Ability to Pay dan
Willingness to Pay dari konsumen. Tidak jarang pada saat menetapkan
strategi tarif, pihak manajemen rumah sakit mempertimbangkan pula
upaya pemulihan biaya, subsidi silang, meningkatkan akses dan mutu
pelayanan serta untuk tujuan lain, misalnya mengurangi pesaing,
meminimalkan penggunaan dan menciptakan corporate image
(Trisnantoro, 2006). Intensitas memanfaatkan pertimbangan di atas
tergantung pada apakah rumah sakit tersebut dimiliki oleh pihak swasta
atau pemerintah.

Rumah sakit pemerintah perlu mempertimbangkan lebih banyak faktor


dibandingkan dengan rumah sakit swasta pada saat menentukan
kebijakan tarif. Misal, pihak manajemen rumah sakit pemerintah pada

drhaps----27
saat menentukan kebijakan tarif perlu mendasarkan pada Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 582 / Menkes / SK VI / 1997.
Misal di Bab VII pasal 8, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penentuan kebijakan tarif suatu pelayanan kesehatan di rumah
sakit, yaitu:
1. Dalam menentukan besaran tarif perawatan didasarkan atas
peritungan unit cost rata-rata rawat inap di masing-masing rumah
sakit. Serta harus memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial
ekonomi masyarakatsetempat, tarif rumah sakit setempat lainnya,
kebijakan subsidi silang dan lain-lain.
2. Unit cost rata-rata inap dihitung melalui analisis biaya dengan metode
distribusi ganda (double distribution) tanpa memperhitungkan
investasi dan biaya gaji pegawai.
3. Tarif rawat siang (Day Care) di rumah sakit jiwa ditetapkan sebesar
maksimum ½ dari tarif rawat inap kelas II.
4. Tarif rawat sehari (One Day Care) ditetapkan sama dengan tarif
perawatan kelas II.
5. Tarif di ruang intensive ditetapkan atas dasar perhitungan unit cost
rata-rata rawat dengan memperhatikan kemampuan masyarakat
setempat dan runah sakit setempat lainnya.
Tarif rawat inap seperti diatas tidak termasuk biaya obat-obatan, visit,
tindakan medis dan terapi maupun penunjang diagnostic.

2.2.6 INFORMASI ATP DAN WTP DALAM PENENTUAN TARIF


Varley (1995) menyatakan bahwa kemampuan membayar (ability to pay)
adalah minat konsumen untuk membayarkan sejumlah (uang) atas suatu
barang atau jasa tertentu, sedangkan kemauan membayar (Willingness
to pay atau dikenal WTP) adalah sejumlah (uang) yang akan dibayarkan
oleh konsumen atas suatu barang atau jasa tertentu.

Menurut Russel dkk (1995), menyatakan bahwa kemauan untuk


membayar adalah konsep yang semakin banyak digunakan untuk

drhaps----28
memberikan masukan/informasi pada pengambilan kebijakan dalam
sektor kesehatan. Seberapa besar kemauan membayar pada suatu
barang atau jasa dapat dinilai dalam dua cara :
1. Mengamati dan menetapkan model pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan masa lalu, pengeluaran dan tanggapan terhadap harga
pelayanan.
2. Wawancara langsung pada masyarakat seberapa besar kemauan
membayar mengenai produk atau jasa pelayanan kesehatan tertentu.
Dari sini akan diperoleh informasi pada pengambilan keputusan
tentang potensi pasar.

Untuk mengukur kemauan membayar ada dua cara yaitu secara


langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu dengan
menanyakan langsung kepada respoden berapa kemauan membayar
barang atau jasa. Secara tidak langsung yaitu dihubungkan dengan
tingkat pendapatan seseorang. Semakin banyak pendapatan, semakin
tinggi kemauan membayar (Zarkin dkk, 1999).

2.3 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN dan ISU STRATEGIS

2.3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN


Sesuai Kep. MenkesRI. Nomor 582/MENKES/SK/VI/1997 Tentang Pola
Tarif Rumah Sakit Pemerintah dan Undang-undang Nomor 1 Tahun
2004 yang diimplementasikan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 2005 dan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
pedoman Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum dan Badan
Layanan Umum Daerah serta Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit yang lebih mengoptimalkan peningkatan layanan
mutu yang lebih berkualitas kepada masyarakat. Rumah sakit BLU dan
BLUD adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan

drhaps----29
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktivitas. Rumah sakit BLU dan BLUD memiliki kewenangan
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sistem informasi akuntansi biaya yang baik dan memadai, harus


mencerminkan pembagian otoritas sehingga manajer individual dapat
dimintai pertanggungjawaban. Sistem harus didesain untuk merangsang
manajemen agar menyediakan informasi yang memfasilitasi identifikasi
segera dari aktivitas-aktivitas yang memerlukan perhatian. Sistem
informasi sebaiknya dapat membantu dan mengarahkan agar
manajemen tetap memfokuskan perhatian. Beberapa aspek signifikan
dari kinerja mungin saja sulit untuk di ukur, sementara faktor-faktor yang
lebih mudah diukur namun kurang signifikan bisa menyebabkan
lembaga mengejar atau menekankan secara berlebihan pada aktivitas-
aktivitas yang salah. Manajer sebaiknya memperoleh informasi
mengenai kesesuaian, maksud kegunaan dan keterbatasan informasi.
Dengan adanya pergeseran model pengelolaan rumah sakit, dari
sekedar pelaksana teknis ke arah pengelolaan rumah sakit secara
otonomi dengan menerapkan praktek bisnis yang sehat berdasarkan
kaidah-kaidah manajemen serta dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas ala korporasi, manajemen rumah sakit sangat
membutuhkan input dalam bentuk informasi yang lengkap. Hal ini
bertujuan agar rumah sakit tetap mampu memberikan pelayanan yang
bermutu dan berkesinambungan serta mampu tetap bertahan di tengah-
tengah tingkat persaingan yang ketat. Untuk dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, sumber daya manusia di rumah sakit dituntut
meningkatkan kemampuannya dalam melakukan analisis biaya. Salah
satu informasi yang perlukan oleh manajemen sebagai informasi dalam

drhaps----30
pengambilan keputusan dan menjalankan fungsinya adalah analisis
biaya satuan (unit cost).
Untuk melakukan pengelolaan lembaga dalam kaitannya analisis biaya,
manajemen harus mendasarkan pengelolaannya atas informasi biaya
yang paling lengkap yang dapat dikumpulkan. Disisi lain, konsep biaya
menyatakan bahwa ”tidak ada satu konsepsi biaya yang dapat
memenuhi berbagai macam tujuan”. Oleh karena itu, untuk melakukan
analisis biaya, manajer yang baik harus memahami pengelolaan atas
informasi biaya yang paling lengkap yang dapat dikumpulkan, yaitu
dengan pendekatan klasifikasi biaya. Untuk dapat mengklasifikasikan
biaya dengan tepat, manajemen harus memahami jenis usaha yang ada
di dalam lembaganya. Secara garis besar jenis usaha di dalam lembaga
ada 3 (tiga) jenis, yaitu : usaha jasa, usaha perdagangan, dan usaha
pengolahan (industri). Penerapan penghitungan sebagai mana yang
disebutkan di atas harus menyesuaikan dengan jenis usahanya, karena
total biaya dari masing-masing jenis usaha sangat berbeda.

2.3.2 ISU STRATEGIS


Penghitungan biaya satuan (unit cost) memiliki beberapa isu strategis,
yaitu:
1. Perencanaan Anggaran.
Membuat dan melaksanakan rencana anggaran untuk operasi dalam
kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan
sebelumnya.
2. Pengendalian Biaya.
Menetapkan metode Penghitungan biaya yang memungkinkan
pengendalian aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas.
3. Penetapan Harga.
Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya dari
setiap produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga
dan evaluasi kinerja sautu produk, unit, atau divisi.

drhaps----31
4. Penetapan Subsidi.
Menentukan biaya dan pendapatan untuk satu tahun periode akuntansi
atau untuk periode yang lebih pendek.
5. Membantu Pengambilan Keputusan Rutin dalam hal :
a. penetapan harga,
b. melakukan tender,
c. menghilangkan atau menambah suatu jasa,mengetahui biaya dari
berbagai jasa yang berbeda.

Tarif rumah sakit sangat penting diperhatikan baik oleh rumah sakit
swasta maupun rumah sakit pemerintah. Bagi rumah sakit swasta, pola
penetapan tarif akan berpengaruh terhadap pendapatan yang kemudian
berdampak pada laba, serta kelangsungan hidup rumah sakit tersebut.
Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif memang masih ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menkes atau Pemerintah Daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa masih adanya kontrol yang ketat dari pemerintah
terhadap kebijakan penetapan tarif di rumah sakit pemerintah sebagai
pelaku usaha atau lembaga usaha.
Strategi tarif merupakan bagian dari manajemen pemasaran suatu
lembaga usaha. Pada kondisi price competition, strategi tarif yang dipilih
akan sangat menentukan keberhasilan lembaga usaha untuk bertahan
dan berkembang di industrinya. Dalam rangka inilah maka konsultasi
perhitungan unit cost dan penetapan tarif di RSUD Banjar BaruKota
Banjar Baru dilaksanakan.

2.4 KERANGKA PENGEMBANGAN

Untukmencapai kinerja yang bersifat jangka panjang perlu pendekatan


yang komprehensif. Kerangka pikir yang diambil sebagai asumsi dalam
penetuan tarif rumah sakit adalah sebagai berikut :

drhaps----32
1
Tentukan tujuan

6 2
Menentukan Tentukan
Harga Final demand

Langkah Langkah
Penetapan harga

5 3
Memilih Estimasi
metoda Biaya

4
Analisis
Pesaing

Gambar 2.1. Enam Langkah Dalam Proses Penetapan Tarif

Pada sebuah rumah sakit, kegiatan untuk melaksanakan ke enam


langkah dalam proses penetapan tarif rumah sakit ini dapat dilakukan
oleh sebuah tim yang ditunjuk oleh pihak manajemen rumah sakit yaitu
tim tariff rumah sakit.
Langkah pertama dalam proses penetapan Tarif adalah menentukan
tujuan dari penetapan Tarif tersebut. Tujuan penetapan Tarif dari suatu
rumah sakit dapat berbeda dengan rumah sakit lain.

Langkah kedua dalam proses penetapan Tarif adalah memprediksikan


demand atau permintaan. Secara umum dikenal teori permintaan yang
menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan permintaan, maka harga
(tarif) berkecenderungan naik, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu,
apabila diprediksikan permintaan suatu pelayanan kesehatan itu tinggi,
maka pihak manajemen rumah sakit dapat menetapkan harga yang
relatif tinggi. Demikian pula apabila pihak manajemen rumah sakit
memprediksikan permintaan suatu pelayanan kesehatan cenderung

drhaps----33
mengalami kenaikan, maka Tarif dapat dinaikkan, namun apabila
diprediksikan akan terjadi kecenderungan penurunan permintaan, maka
pihak manajemen rumah sakit harus menurunkan Tarif
Langkah ketiga dalam proses penetapan Tarif adalah mengidentifikasi
unit cost. Untuk mengidentifikasi unit cost ini, pihak manajemen rumah
sakit perlu mempertimbangkan tiga hal, yaitu:
1. Kapasitas Pelayanan Kesehatan
Kapasitas pelayanan kesehatan di rumah sakit yang berbeda-beda akan
berakibat pada unit cost yang berbeda-beda pula.
2. Learning curve
Penurunan biaya rata-rata karena terakumulasinya pengalaman dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Semakin tambah pengalaman dalam
meemberikan pelayanan kesehatan, maka biaya rata-rata akan semakin
menurun sampai dengan titik tertentu.
3. Metode Penghitungan biaya
a. Double Distribution
b. Standard cost accounting
c. Activity-based costing
d. Target costing

Langkah keempat dalam proses penetapan Tarif adalah menganalisis


pesaing. Langkah ini dilakukan hanya apabila rumah sakit memiliki
pesaing. Penganalisaan pesaing perlu mempertimbangkan dua hal
penting, yaitu:
1. Pihak manajemen rumah sakit perlu mengidentifikasi tarif yang
ditetapkan oleh pesaing terdekat.
Apabila produk pelayanan kesehatan dari rumah sakit memiliki atribut
yang bernilai lebih daripada produk pelayanan kesehatan pesaing,
maka tarif pelayanan kesehatan di rumah sakit kita dapat lebih tinggi
daripada tarif produk pelayanan kesehatan rumah sakit pesaing,
namun apabila produk pelayanan kesehatan pesaing lebih memiliki

drhaps----34
atribut yang bernilai, maka tarif pelayanan kesehatan rumah sakit kita
harus lebih rendah daripada tarif pelayanan kesehatan pesaing.
2. Pihak manajemen rumah sakit perlu mempertimbangkan
kemungkinan reaksi yang diberikan oleh rumah sakit pesaing.
Apabila reaksi negatif muncul dari pesaing, maka pesaing akan
merespon tarif yang ditentukan oleh rumah sakit kita dengan
melakukan penurunan tarif yang signifikan dan kemungkinan dapat
berdampak negatif pada jumlah kunjungan pasien dan pendapatan
rumah sakit kita.

Langkah kelima dalam proses penetapan Tarif adalah pihak


manajemen rumah sakit memilih metode yang akan digunakan dalam
penetapan Tarif. Banyak alternatif metode penetapan Tarif yang
dapat dipilih, antara lain:
1. Mark-up pricing
2. Target-return pricing
3. Perceived-value pricing
4. Value pricing
5. Going-rate pricing
6. Group pricing

Langkah keenam dari proses penetapan Tarif pelayanan kesehatan di


rumah sakit adalah memilih Tarif final. Pada saat akan menentukan Tarif
final, pihak manajemen rumah sakit harus mempertimbangkan faktor-
faktor seperti aspek psikologis, laba dan resiko yang dihadapi, pengaruh
unsur marketing mix, kebijakan penetapan Tarif rumah sakit, dan
dampak bagi pesaing atau pihak lain.

2.5 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDER


Unit Cost yang mencerminkan realitas berbagai biaya yang terjadi terkait
dengan pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit akan
memberikan banyak manfaat untuk keperluan: penentuan tarif atau

drhaps----35
pricing, perbaikan tingkat efisiensi dan cost effectiveness rumah sakit,
dan penentuan besarnya subsidi untuk jenis-jenis pelayanan kesehatan
tertentu, serta penentuan rugi atau laba operasional rumah sakit.
Dengan kata lain kegiatan ini akan berdaya guna dan berhasil guna
bilamendapat dukungan dari seluruh unsur stakeholder yang ada.

drhaps----36
BAB III

METODOLOGI

3.1 DESAIN DAN SETTING PENELITIAN


Untuk mencapai tujuan dari pekerjaan Bimbingan Teknis
Perhitungan Unit Cost dan Penentuan Tarif diperlukan model kajian ,
yaitu kajian terhadap data sekunder. Desain dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, diperoleh melalui
hasil analisis perhitungan unit cost.
Kajian data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan berbagai
dokumen yang berisi data tentang kondisi umum RSUD Banjar BaruKota
Banjar Baru, data keuangan, data pelayanan, data inventaris, dan data
kepegawaian di RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru. Data kuantitatif
dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat dan polanya melalui
proses perhitungan unit cost dengan menggunakan metode Double
Distribution. Data kualitatif diperoleh melalui analisa deskriptif tersebut
meliputi analisis ATP dan analisis WTP. Data kualitatif digunakan
sebagai bahan pertimbangan penentuan tarif.

Rencana kerja dalam pekerjaan bimbingan teknis analisis penghitungan unit


cost dan penetapan tarif untuk RSUDBanjar BaruKota Banjar Baru dapat
digambarkan sebagai berikut.

drhaps----37
MULAI

PERSIAPAN

MOBILISASI
PERENCANAAN

PENGUMPULAN DATA SEKUNDER


1. Pola Tarif saat ini
2. Demografi dan data ekonomi
3. Data Jenis layanan
4. Data kelembagaan
5. Peraturan Perundangan
6. Data Pola Tarif Pesaing (Shadow price)

1. PENGUMPULAN DATA PRIMER


1. Data Pelayanan Kesehatan (ADQ)
2. Data ATP & WTP

ANALISIS BIAYA SATUAN ANALISIS TARIF

TAHAP PENENTUAN UNIT COST DAN TARIF

UNIT COST PELAYANAN KESEHATAN

RUMUSAN TARIF PELAYANAN RS

PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR

SELESAI

Gambar 3.1. Bagan Alur Pelaksanaan Bimbingan Teknis Analisis


Penghitungan Unit Cost dan Penetapan Tarif
RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru

drhaps----38
3.2 RUANG LINGKUP WILAYAH PEKERJAAN
Ruang lingkup wilayah pekerjaan Bimbingan TeknisAnalisis Perhitungan
Unit Cost dan Penentuan Tarif ini dilakukan di RSUD Banjar BaruKota
Banjar Baru.Ruang lingkup pekerjaan Bimbingan TeknisAnalisis
Perhitungan Unit Cost dan Penentuan Tarif ini meliputi :
1. Workshop Perhitungan Unit Cost dan Tarif Pelayanan untuk
melakukan sosialisasi mengenai metode dan cara perhitungan
Unit Cost dan Penentuan Tarif pelayanan di rumah sakit.
2. Pengumpulan data untuk kepentingan perhitungan Unit Cost
pelayanan rumah sakit.
3. Datasekunder ATP dan WTP dari BPS untuk mengetahui
kemampuan membayar (ability to pay) yaitu minat konsumen
untuk membayarkan sejumlah (uang) atas suatu barang atau jasa
tertentu, sedangkan kemauan membayar (Willingness to pay atau
dikenal WTP) adalah sejumlah (uang) yang akan dibayarkan oleh
konsumen atas suatu barang atau jasa tertentu. Melakuan
perhitungan unit cost sebagai dasar penentuan tarif.
4. Analisis data hasil perhitungan unit cost dan Data ATP dan WTP
untuk membuat estimasi tarif pelayanan di rumah sakit.
5. Melihat harga pesaing untuk menentukan tarif yang sesuai
dengan kemampan masyarakat.

3.3 SURVAI DAN INVENTARISASI DATA


3.3.1 PENYUSUNAN DATA SEKUNDER
Dalam hal ini dilakukan kegiatan pengumpulan data yang terdapat di
beberapa instansi yang berkaitan dengan perhitungan Unit Cost.
Kegiatan ini meliputi:
1. Pengumpulan dokumen Tarif RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru
yang ada saat ini
2. Pengumpulan Demografi, Sosial dan Ekonomi
3. Identifikasi jenis-jenis pelayanan kesehatan yang ditawarkan
4. Pengumpulan data Kelembagaan RSUD Banjar Baru

drhaps----39
5. Pengumpulan Peraturan Perundangan yang terkait unit cost dan tarif
6. Pengumpulan Pola Tarif Pesaing

Produk Kegiatan
1. Data Pola Tarif RSUD Banjar Baruyang saat ini diberlakukan
2. Data Kondisi Demografi, Sosial dan Ekonomi Propinsi Kota Banjar
Baru
3. Data Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan yang ditawarkan kepada
masyarakat Propinsi Kota Banjar Baru saat ini.
4. Data struktur organisasi RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru
5. Data peraturan perundangan yang terkait dengan penghitungan unit
cost rumah sakit dan tarif rumah sakit
6. Data Pola Tarif RSU Pesaing yang ada di sekitar Provinsi Kalimantan
Selatan.

3.3.2 Data sekunder ATP dan WTP


Kegiatan ini berupa pengumpulan data sekunder yang bersumber dari
BPS untuk melihat kemampuan dan kemauan masyarakat untuk
membayar biaya kesehatan di rumah sakit. Selain itu juga untuk
menentukan tarif rumah sakit harus juga melihat tarif-tarif pesaing yang
ada di sekitarnya sehingga bisa bersaing dengan rumah sakit lain yang
ada di sekitarnya, dilakukan pricing policy.

3.4 Perhitungan Unit Costdan Tarif RSUDBanjar Baru


Dalam pelaksanaan pekerjaan perhitungan unit cost, metode yang akan
digunakan :
1. Metode Perhitungan Unit Cost yang akan digunakan
Penentuan unit cost rumah sakit akan dilakukan dengan
mendasarkan pada konsep-konsep perhitungan biaya yang terdapat
dalam bidang ilmu akuntansi biaya. Mengingat data-data keuangan
yang digunakan sebagai dasar perhitungan unit cost menggunakan
data masa lalu (historycal cost), maka dalam penghitungan unit cost

drhaps----40
untuk RSUD Banjar Baruakan digunakan metode yang dianjurkan
oleh Departemen Kesehatan, yaitu Metode Double Distribution.

2. Estimasi Tarif RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru


Estimasi tarif RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru akan dilakukan
dengan mendasarkan pada bidang ilmu marketing yang terkait
dengan pricing policy. Dalam hal ini, berbagai pricing strategy akan
dikaji untuk menentukan pilihan alternatif tarif yang paling sesuai
dengan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit dan
sesuai dengan lingkungan industri rumah sakit yang bersangkutan.

3. Diskusi dan koordinasi


Untuk menjaring aspirasi dari seluruh stekeholder perlu dilakukan
diskusi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti pemerintah,
rumah sakit dan DPRD kegiatan yang dilakuan adalah:
a. Melakukanexspose mengenai peritungan unit cost dan
penentuan tarif dan untuk mendapatkan masukan-masukan
dari pihakstakeholderrumah sakit.
b. Melakukan koordinasi dengan melakukan pertemuan-
pertemuan dengan pihak rumah sakit dan panitia perhitungan
Unit Cost untuk mendapatkan masukan-masukan di dalam
penentuan tarif RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru.

3.5 SISTEM PELAPORAN


Penyusunan laporan. Penyusunan laporan didahului dengan
penyusunan laporan pendahuluan, setelah itu dilakukan pencarian data
akan menghasilkan laporan, dan setelah dianalisis data tersebut akan
menghasilkan tarif unit costdan tarif RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru
lalu menyusun laporan akhir.

drhaps----41
BAB IV

INVENTARISASI DATA

Inventarisasi data dan survey lapangan berupa kegiatan untuk pengumpulan


data sekunder, yaitu data biaya dan data kegiatan yang telah terjadi di
RSUDBanjar Baru, selama periode tahun 2012.

4.1. PENGUMPULAN DATA SEKUNDER


Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan melakukan obeservasi data
historis tahun 2012 tentang biaya dan kegiatan di semua unit di RSUD Banjar
BaruKotayang mengkonsumsi biaya.

4.1.1 PELAKSANAAN
Identifikasi biaya langsung dan tidak langsung di masing-masing unit
pelayanan di RSUDBanjar Baru.
1. Data unit kerja pegawai
2. Biaya pemakaian obat per instalasi
3. Biaya pemakaian bahan habis pakai
4. Biaya pemakaian bahan habis pakai per instalasi
5. Biaya pemakaian bahan medis habis pakai per instalasi
6. Biaya pemakaian alat tulis kantor per instalasi
7. Data aktiva tetap
8. Data aktiva peralatan medis
9. Data aktiva peralatan non medis
10. Data aktiva kendaraan bermotor
11. Data biaya pemeliharaan ruang per instalasi
12. Data biaya pemeliharaan alat medis per instalasi
13. Data biaya pemeliharaan alat non medis per instalasi
14. Data out put pelayanan per instalasi

drhaps----42
15. Data oprasional per instalasi
16. Data konsumsi waktu tiap pelayanan
17. Data sumber pembiayaan
18. Data pendapatan retribusi per instalasi
19. Data pola tarif RSUDBanjar Baru saat ini
20. Data jenis pelayanan kesehatan yang ditawarkan
21. Data demografi, sosial, dan ekonomi Kota Banjar Baru
22. Data kelembagaan
23. Data pola peraturan perundangan
24. Data pola tarif pesaing

4.1.2 PRODUK KEGIATAN


Kegiatan pengumpulan dan analisis data sekunder menghasilkan Data
Biaya Langsung dan Biaya tidak Langsung di masing-masing Unit Kerja
di RSUDBanjar Baru, baik unit kerja yang termasuk kelompok unit kerja
produksi dan unit kerja penunjang.

Hasil yang sudah diperoleh dari proses pengumpulandan analisis data


sekunder telah diverifikasi dan dimasukkan ke dalam data base. Dari
proses tersebut diketahui terdapat sebagian data di instalasi, bagian atau
unit yang tidak dapat dikumpulkan, antara lain data aset (peralatan medis
dan peralatan non medis). Hal ini berakibat dalam proses analisis,
sebagian data tersebut tidak dapat dianalisis. Ringkasan dari data yang
telah dikumpulkan, baik di unit produksi maupun unit penunjang dapat
dilihat pada lampiran dan soft copy.

drhaps----43
BAB V

KONSEP PERHITUNGAN UNIT COST DAN PENETAPAN TARIF

5.1 DEFINISI BIAYA


Banyak para ahli memberikan definisi dari biaya, beberapa diantaranya,
biaya adalah ”pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai
tujuan tertentu”. Definisi yang lain, biaya adalah ”nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan untuk memperoleh manfaat”. Pengorbanan sumber
ekonomis, dibagi dalam 2 (dua) golongan :
a. Pengorbanan sumber ekonomis untuk memperoleh aktiva
(kekayaan), atau secara tidak langsung untuk mendapatkan
penghasilan.
b. Pengorbanan sumber ekonomis yang secara langsung untuk
memperoleh penghasilan dalam periode yang sama dengan
terjadinya pengorbanan.

5.2 ANALISIS BIAYA SATUAN


Dengan adanya pergeseran model pengelolaan rumah sakit, dari
sekedar pelaksana teknis ke arah pengelolaan rumah sakit secara
otonomi dengan menerapkan praktek bisnis yang sehat berdasarkan
kaidah-kaidah manajemen serta dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas ala korporasi, manajemen rumah sakit sangat
membutuhkan input dalam bentuk informasi yang lengkap. Hal ini
bertujuan agar rumah sakit tetap mampu memberikan pelayanan yang
bermutu dan berkesinambungan serta mampu tetap bertahan di tengah-
tengah tingkat persaingan yang ketat. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
tersebut, sumber daya manusia di rumah sakit dituntut meningkatkan
kemampuannya dalam melakukan analisis biaya. Salah satu informasi

drhaps----44
yang perlukan oleh manajemen sebagai informasi dalam pengambilan
keputusan dan menjalankan fungsinya adalah analisis biaya satuan (unit
cost).

Definisi dari analisis biaya satuan adalah suatu kegiatan menghitung


biaya rumah sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ada, baik secara
total maupun per-unit / per-pasien, dengan cara menghitung seluruh
biaya pada unit / pusat biaya / departemen jasa serta ”mengalokasikan” /
”mendistribusikan” ke unit-unit produksi / departemen produksi yang
kemudian dibayarkan oleh pasien. Secara umum, analisis biaya
terhadap biaya satuan (unit cost) dapat dilakukan melalui penghitungan
sebagai berikut :
TC
UC = -----------------
ADQ
Dimana :
UC = Unit Cost (Biaya Satuan).
TC = Total Cost (Biaya Total).
ADQ = Activity Driver Quantity (Jumlah Produk/Jasa).

5.3 ANALISIS BIAYA


Untuk melakukan pengelolaan lembaga dalam kaitannya analisis biaya,
manajemen harus mendasarkan pengelolaannya atas informasi biaya
yang paling lengkap yang dapat dikumpulkan. Disisi lain, konsep biaya
menyatakan bahwa ”tidak ada satu konsepsi biaya yang dapat
memenuhi berbagai macam tujuan”. Oleh karena itu, untuk melakukan
analisis biaya, manajer yang baik harus memahami pengelolaan atas
informasi biaya yang paling lengkap yang dapat dikumpulkan, yaitu
dengan pendekatan klasifikasi biaya. Untuk dapat mengklasifikasikan
biaya dengan tepat, manajemen harus memahami jenis usaha yang ada
di dalam lembaganya.

drhaps----45
5.4 ALOKASI / DISTRIBUSI BIAYA
Penghitungan biaya satuan (unit cost) sangat mudah untuk dilakukan jika
suatu lembaga hanya memiliki satu macam produk saja, yaitu dengan
menjumlahkan seluruh biaya dan membagi dengan total produk / jasa.
Jika lembaga mengembangkan usahanya dan menghasilkan lebih dari
satu macam produk, maka saat itulah persoalan mulai muncul dalam
penghitungan biaya satuan (unit cost). Persoalan / masalah utama dalam
analisis biaya adalah bagaimana “mendistribusikan” / “mengalokasikan”
biaya tidak langsung (overhead) ke masing-masing produk / jasa, hal ini
disebabkan karena adanya “biaya bersama (common cost)” dan “biaya
gabungan (joint cost)”. Biaya bersama (common cost) dan biaya
gabungan (joint cost) adalah jenis biaya tidak langsung yang harus
didistribusikan / dialokasikan ke departemen produksi dan dibebankan ke
masing-masing produk.

Biaya Investasi
Unit Unit
Penunjang Produksi

Biaya Operasional
Unit Unit
Penunjang Produksi Total Total Biaya
Biaya Produk Satuan
Biaya Pemeliharaan
Unit Unit
Penunjang Produksi

Gambar 5.1 Alokasi Biaya

5.5 DASAR ALOKASI / DISTRIBUSI BIAYA


Biaya-biaya yang terjadi pada setiap departemen jasa akan
didistribusikan ke departemen produksi yang memiliki biaya langsung
masing-masing produk. Pendistribusian biaya harus didasarkan pada

drhaps----46
ukuran yang umum dan yang berkorelasi dengan penyebab dari biaya
departemen jasa. Distribusi biaya dapat didasarkan pada :
- Jumlah karyawan.
- Konsumsi kwh.
- Konsumsi tenaga per jam.
- Luas lantai.
- Nilai aktiva.
- Biaya dari bahan baku yg digunakan.
- dan lain-lain.

5.6 METODE DOUBLE DISTRIBUTION

5.6.1 DEFINISI
Metode double distribution adalah merupakan salah satu metode yang
di kelompokkan ke dalam metode “konfensional” dalam analisis biaya
satuan (unit cost), karena dalam proses penghitungannya banyak
mendasarkan pada data biaya lembaga. Meski demikian, berdasarkan
prinsip dasarnya, metode ini diangap cukup adil dalam mengalokasikan /
mendistribusikan biaya dari departemen jasa / departemen penunjang ke
departemen produksi. Data yang digunakan sebagai dasar penghitungan
adalah data yang bersifat riil / aktual, artinya data yang digunakan adalah
data realisasi kegiatan. Sejak tahun 1997 sesuai dengan Kep.Menkes RI
No. 582/MENKES/SK/VI/1997 tentang Pola Tarif Rumah Sakit
Pemerintah, metode ini sudah menjadi metode yang dianjurkan untuk
digunakan dalam proses analisis penghitungan biaya satuan (unit cost)
di rumah sakit dilingkungan departemen kesehatan.

5.6.2 PRINSIP DASAR


Prinsip dasar yang melandasi metode double distribution adalah bahwa
lembaga memilik 2 (dua) jenis unit / departemen, yaitu departemen jasa /
departemen penjunjang dan departemen produksi. Dalam menjalankan
fungsinya, departemen jasa / departemen penjunjang memberikan

drhaps----47
layanan jasanya kepada departemen produksi, akan tetapi selain
memberikan layanan jasanya kepada departemen produksi, kepada
sesama departemen jasa / departemen penjunjang juga saling
memberikan layanan jasanya. Oleh karena itu, sebelum seluruh biaya
didistribusikan / dialokasikan dari seluruh departemen jasa / departemen
penjunjang ke seluruh departemen produksi, terlebih dahulu sesama
departemen jasa / departemen penjunjang akan saling mendistribusikan
/ mengalokasikan biayanya masing-masing.

5.6.3 Pendistribusian / Pengalokasian Biaya


Dengan konsep dasar bahwa departemen jasa / departemen penunjang
tidak hanya memberikan jasanya kepada departemen produksi saja,
tetapi juga kepada sesama departemen jasa / departemen penunjang
lainnya, maka distribusi / alokasi biaya juga dilakukan kepada sesama
departemen jasa / departemen penunjang. Metode ini mendistribusikan /
mengalokasikan biaya dengan cara membagi biaya dari unit penunjang
ke unit produksi melalui 2 tahap :
 Tahap I : mendistribusikan/mengalokasikan biaya asli dari pusat
biaya penunjang ke pusat biaya penunjang yang lain
dan seluruh pusat biaya produksi.
 Tahap II : mendistribusikan/mengalokasikan hasil distribusi
biaya I pada masing-masing pusat biaya penunjang
keseluruh pusat biaya produksi.

drhaps----48
Dalam pengalokasian / pendistribusian biaya, metode ini mendasarkan
pada ukuran yang umum dan yang berkorelasi dengan penyebab dari
biaya departemen jasa.

5.7 PENENTUAN TARIF


5.7.1 DEFINISI TARIF
Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan
pelayanan di rumah sakit yang dibebankan kepada masyarakat sebagai
imbalan atas jasa yang diterimanya (Depkes RI, 2001).

Menurut PP no 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum, pada Bagian Kedua tarif Layanan, pasal 9 ayat (1) BLU
dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas
barang.jasa layanan yang diberikan. Pada ayat (2) Imbalan atas
barang/jasa layanan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dalam bentuk tariff yang disusun atas dasar perhitungan
biaya per unit layanan atau hasil investasi dana.

Tarif rumah sakit sangat penting diperhatikan baik oleh rumah sakit
swasta maupun rumah sakit pemerintah. Bagi rumah sakit swasta, pola
penetapan tarif akan berpengaruh terhadap pendapatan yang kemudian
berdampak pada laba, serta kelangsungan hidup rumah sakit tersebut.
Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif memang masih ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menkes atau Pemerintah Daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa masih adanya kontrol yang ketat dari pemerintah
terhadap kebijakan penetapan tarif di rumah sakit pemerintah sebagai
pelaku usaha atau lembaga usaha.

drhaps----49
5.7.2 Tujuan Penetapan Tarif
Tarif di rumah sakit dapat ditetapkan dengan berbagai tujuan sebagai
berikut: (Trisnantoro, 2006) :
5. Meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit (cost recovery rate)
rumah sakit. Hal ini terutama terdapat pada rumah sakit pemerintah
yang semakin berkurang subsidinya.

6. Peningkatan akses pelayanan. Salah satu cara meningkatkan akses


pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin
adalah dengan menetapkan tarif pelayanan yang rendah Penetapan
tarif dengan cara ini hendaknya diikuti oleh subsidi yang memadai
dari pemilik atau pemerintah sehingga mutu pelayanan tetap terjaga.

7. Peningkatan mutu pelayanan. Di beberapa rumah sakit pemerintah


daerah, kebijakan penetapan tarif pada bangsal VIP bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan peningkatan kepuasan kerja
dokter spesialis. Dengan dibangun dan ditetapkannya tarif bangsal
VIP yang memadai, diharapkan dapat mengurangi waktu dokter
spesialis di rumah sakit swasta, sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

8. Penetapan tarif dengan tujuan lain, misalnya untuk mengurangi


pesaing, memaksimalkan pendapatan, meminimalkan penggunaan
dan menciptakan corporate image. Penetapan tarif untuk tujuan
mengurangi pesaing dilakukan untuk mencegah dibangunnya rumah
sakit baru yang akan menjadi pesaing. Penetapan tarif untuk
memaksimalkan keuntungan dapat dilakukan pada pasar yang
dikuasai oleh salah satu rumah sakit (monopoli), sehingga pada
demand yang tinggi, penetapan tarif dapat dilakukan setinggi-
tingginya. Penetapan tarif dengan tujuan menciptakan corporate
image adalah penetapan tarif yang ditetapkan dengan tujuan
meningkatkan citra sebagai rumah sakit golongan masyarakat kelas
atas.

drhaps----50
5.8 MODEL 3C DALAM KEBIJAKAN TARIF RUMAH SAKIT
Kebijakan tarif dapat ditentukan berdasarkan hasil analisis kebijakan
yang memadai. Analisis kebijakan yang dilakukan harus
mempertimbangkan tiga hal utama yaitu Cost, Competitor dan
Characteristics of products (Kotler, 2000).

a. Unit Cost.Unsur pertama yang perlu dipertimbangkan dalam


penentuan tarif pelayanan kesehatan adalah biaya per unit atau unit
cost pelayanan kesehatan. Biaya pelayanan kesehatan dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu sisi produsen atau pihak rumah sakit dan sisi
konsumen atau pasien. Setiap pelayanan kesehatan akan
menimbulkan dampak biaya bagi rumah sakit, di samping akan
mendatangkan pendapatan. Biaya dapat diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu
(Mulyadi, 2007). Dari definisi ini dapat diketahui empat unsur utama
dalam definisi pokok biaya tersebut, yaitu:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,

2. Diukur dalam satuan uang,

3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi,

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Neuman, Surver and Zelman (1988), menjelaskan bahwa bahwa


costpelayanan (biaya per unit) merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan satu unit produk atau pelayanan, yang biasanya
didasarkan pada rata-rata. Besarnya cost pelayanan tergantung dari
besarnya biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan sebuah
pelayanan yang diterima oleh pasien. Biaya pelayanan merupakan
ongkos yang dikeluarkan oleh pengguna pelayanan kesehatan
mencakup biaya perjalanan dan pelayanan itu sendiri.

drhaps----51
b. Competitors.Pesaing merupakan unsur kedua yang perlu
dipertimbangkan dalam penentuan tarif pelayanan kesehatan.
Pesaing akan bereaksi terhadap penentuan tarif yang dilakukan oleh
RSUD. Pesaing adalah organisasi yang menawarkan produk yang
sejenis atau bukan sejenis yang dapat mempengarugi secara
langsung maupun tidak langsung pendapatan organisasi lain. Kotler
(2000) menyatakan bahwa tarif yang ditetapkan dapat lebih rendah,
sama, atau lebih tinggi daripada tarif pesaing. Penetapan ini
tergantung pada tujuan dari penetapan tarif itu sendiri.

c. Characteristics of Product. Karakteristik produk suatu pelayanan


kesehatan akan menentukan besaran tarif yang akan ditetapkan oleh
sebuah rumah sakit. Karakteristik produk pelayanan kesehatan ini
akan direspon oleh konsumen atau pasien dalam bentuk value dari
suatu pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan dapat
dihargai atau diberi value jauh lebih tinggi daripada costnya atau
sebaliknya dinilai lebih rendah dari costnya. Misal, pasien tidak
keberatan untuk membayar lebih mahal biaya pelayanan kesehatan
yang dikelola secara professional daripada yang dikelola secara apa
adanya. Besar kecilnya value yang diberikan oleh pasien atau
masyarakat atas suatu pelayanan kesehatan dapat diidentifikasi
melalui Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) dari
konsumen pelayanan kesehatan tersebut.

drhaps----52
BAB VI

HASIL PERHITUNGAN UNIT COST, DIBANDINGKAN DENGAN


TARIF SAAT INI (2013) DAN SUBSIDI RSUD BANJAR BARU

6.1. HASIL PENGHITUNGAN UNIT COST


Analisis biaya yang dilakukan terhadap data biaya menghasilkan
informasi tentang unit cost dari masing-masing pelayanan kesehatan
yang ditawarkan oleh RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru. Analisis
dilakukan dengan metode Double Distribution yang menggunakan
mekanisme berjenjang dalam mengalokasikan dan mendistribusikan
biaya yang digunakan secara bersama-sama oleh berbagai unit
pelayanan atau unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara rinci, hasil
analisis dapat dilihat pada Lampiran dan soft copy.

Data biaya yang dianalisis adalah data biaya yang terjadi secara historis
di Tahun 2012. Setelah analisis biaya menghasilkan unit cost, maka
dilakukan proses prediksi untuk memperkirakan unit cost yang akan
terjadi pada Tahun 2012 dan Tahun 2013. Prediksi dilakukan dengan
asumsi bahwa unit cost akan mengalami kenaikan sesuai dengan laju
inflasi (sekitar 6%) ditambah dengan dua persen. Setelah diketahui
prediksi unit cost tahun 2012, maka unit cost dari masing-masing
pelayanan yang ditawarkan oleh rumah sakit dibandingkan dengan tarif
untuk mengetahui besaran subsidi yang harus ditanggung oleh
pemerintah. Tarif yang digunakan diasumsikan menggunakan tarif yang
saat ini diberlakukan di rumah sakit berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Banjar Baru Nomer …. Tahun ….. Tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan. dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

drhaps----53
tarif rumah sakit dikelompokkan kedalm beberapa kelompok untuk
memudahkan dalam embaca dokumen tarif di RS seperti dibawah berikut :
I TARIF IGD
II TARIF RAWAT JALAN
III TARIF FASILITAS PERAWATAN
IV TARIF HCU/ICU/ICCU/NICU/PICU
V TARIF BEDAH SENTRAL*
VI TARIF MCU
VII TARIF LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
VIII TARIF LABORATORIUM PATLOGI ANATOMI
IX TARIF RADIOLOGI
X TARIF REHABILITASI MEDIK
XI TARIF HEMODIALISA
XII TARIF TINDAKAN KEPERAWATAN
XIII TARIF TINDAKAN KEBIDANAN
XIV TARIF PELAYANAN GIGI & MULUT
XV TARIF PELAYANAN MEDIS THT
XVI TARIF PELAYANAN MEDIS MATA
XVII TARIF PELAYANAN FORENSIK
XVIII TARIF PELAYANAN SYARAF
XIX TARIF PELAYANAN PSIKOLOGI
XX TARIF TINDAKAN MEDIS NON INVASIF
XXI TARIF TINDAKAN MEDIS INVASIF
XXII TARIF TINDAKAN ANDROLOGI
XXIII TARIF SEWA ALAT
XXIV TARIF DIAGNOSTIK
XXV TARIF PELAYANAN VAKSINASI
XXVI TARIF PROMOSI DAN EDUKASI KESEHATAN
XXVII TARIF LAIN-LAIN

drhaps----54
Tabel 6.1. Perbandingan Tarif berbasis Unit cost, Tarif Saat Ini (2013)
dan surplus/defitit
Di RSUD Banjar Baru Kota Banjarbaru

TARIF
NO JENIS PELAYANAN BERBASIS TARIF SAAT INI SURPLUS
UNIT COST (Sept 2013) DEFISIT
(RP) (RP) (RP)
I TARIF IGD
1 Pemeriksaan oleh Dokter Umum IGD
2 Pemeriksaan, Konsultasi Dokter
Spesialis

II TARIF RAWAT JALAN


1 Pemeriksaan/ Konsultasi Dokter Umum
di Poliklinik
2 Pemeriksaan/ Konsultasi Dokter
Spesialis di Poliklinik

III TARIF FASILITAS PERAWATAN


1 Ruang Rawat Inap Kelas (III)
2 Ruang Rawat Inap Kelas (II)
3 Ruang Rawat Inap Kelas (I)
4 Ruang Rawat Inap VIP
5 Ruang Rawat Inap VVIP
6 Ruang Rawat Inap Isolasi
7 Ruang VK
8 One Day Care (ODC)
9 Rawat Observasi Kegawatdaruratan
10 Ruang Perawatan Pasca Operasi
11 Ruang Perawatan Kesehatan Jiwa
12 Ruang Perinatologi
13 Pemeriksaaan Dokter Case Manager

IV TARIF HCU/ICU/NICU/PICU
1 Perawatan Reguler
2 Perawatan Khusus isolasi ICU

V TARIF BEDAH SENTRAL (OK)


1 Operasi Kecil **
2 Operasi Sedang **
3 Operasi Besar **
4 Operasi Khusus **

VI TARIF MEDICAL CHECK UP


Pemeriksaan untuk surat keterangan
1 sehat

drhaps----55
Pemeriksaan Kesehatan Standard
2 Terdiri dari :
a. Pemeriksaan dr. Umum
b. Pemeriksaan Thorax Photo
c. LAB Sederhana (Urine Lengkap +
Darah Lengkap)

MCU Paket I
Terdiri dari :
3 a. Pemeriksaan dr. Umum
b. Pemeriksaan Thorax Photo
c. EKG
d. LAB Sederhana
Urine Lengkap + Darah Lengkap +
Fungsi Hati (SGOT, SGPT) + GDS +
Fungsi Ginjal + Kolesterol Total
4 MCU Paket II
Terdiri dari :
a. Pemeriksaan dr. Umum
b. Pemeriksaan dr. Spesialis
c. Pemeriksaan Thorax Photo
d. USG Abdomen Lengkap
e. EKG
f. LAB Sederhana
Urine Lengkap + Darah Lengkap +
Fungsi Hati (SGOT,SGPT, Gamma
GT)+ GDS, GDP + Fungsi Ginjal
(Ureum, Kreatinin) + Fungsi Lemak +
(Kolesterol Total, HDL, LDL,
Trigliserida) + Hepatitis (HbsAG/strip)
5 MCU Paket III
Terdiri dari :
a. Pemeriksaan dr. Umum
b. Pemeriksaan dr. Spesialis
c. Pemeriksaan Mata
d. Pemeriksaan THT
c. Pemeriksaan Thorax Photo
d. USG Abdomen Lengkap
e. EKG
f. Sprirometri
g. LAB :
Urine Lengkap + Darah Lengkap +
Fungsi Hati (SGOT,SGPT, Gamma GT)
+ GDS, GDP + Fungsi Ginjal (Ureum,
Kreatinin) + Fungsi Lemak +
(Kolesterol Total, HDL, LDL,
Trigliserida) + Hepatitis (HbsAG/strip) +
Anti HBS + Asam Urat
6 MCU Paket IV

drhaps----56
Terdiri dari :
a. Pemeriksaan dr. Umum
b. Pemeriksaan dr. Spesialis
c. Pemeriksaan Mata
d. Pemeriksaan Ginekologi (Khusus
Wanita)
e. Pemeriksaan THT
f. Pemeriksaan Thorax Photo
g. USG Abdomen Lengkap
h. Gizi
i. Sprirometri
j. EKG
k. LAB :
Urine Lengkap + Darah Lengkap +
Fungsi Hati (SGOT,SGPT, Gamma GT)
+ GDS, GDP + Fungsi Ginjal (Ureum,
Kreatinin) + Fungsi Lemak +
(Kolesterol Total, HDL, LDL,
Trigliserida) + Hepatitis (HbsAG/strip) +
Anti HBS + Asam Urat

VII TARIF LABORATORIUM PATOLOGI


KLINIK
HEMATOLOGI
1 Asam Folat
2 Darah Lengkap ( ABX Pentra)
3 Darah Rutin
4 Ferritin
5 G6PD
6 Gambaran Darah Tepi
7 Golongan Darah (ABO + Rhesus)
8 HAM’s Test
9 Hb F
10 Hitung Eosinofil
11 Hitung Jenis Leukosit
12 IT Rasio
13 LED
14 Malaria/Filaria
15 NAP
16 NSE
17 Perwarnaan Besi
18 Pewarnaan Acid Phosphatase
19 Pewarnaan Sumsum Tulang
20 Retikulosit
21 Sel LE
drhaps----57
22 SI & TIBC
23 SIBC
24 Sudan Black B
25 Sugar Water Test
26 Transferrin

URINALISIS
1 Kalium urine
2 Kalsium Urine
3 Lipase urine
4 Phospate urine
5 Protein Bence Jones
6 Protein Kuantitatif
Reduksi Urin/Protein Urin (3
7 parameter)
8 Tes Kehamilan (25 mIU/mL)
9 Tes Kehamilan Device
10 Urin Lengkap (Rutin + Sedimen)

HEMOSTASIS
1 APTT
2 D-dimer
3 Fibrinogen
4 Masa Pembekuan
5 Masa Perdarahan
6 Masa protrombin (PT)
7 PT + INR

TINJA
1 Darah samar
2 Lengkap (Rutin + pH + Reduksi)

KIMIA DARAH
1 Amilase Darah
2 Amilase Urine
3 Albumin
4 ALP
5 Analisa batu ginjal
6 Analisa Gas Darah
7 Analisa Gas Darah + elektrolit

drhaps----58
8 Asam empedu
9 Asam urat
10 Bilirubin direk
11 Bilirubin indirek
12 Bilirubin total
13 Calsium Ion
14 Cholinesterase
15 CK-MB
16 CK-total
17 CL Darah
18 CL Urine
19 CPK
20 Elektroforese ptotein
21 Fluktosamin
22 Fosfatase Alkali
23 Fosfatase asam
24 Gamma GT
25 GLDH
26 Glikolysis HB
27 Globulin
28 Glukosa darah
29 Glukosa darah stik
30 Glukosa Toleransi test
31 HBA1c
32 HBDH
33 Kalium darah
34 Kalsium (Ca)
35 Kalsium darah
36 Kolesterol HDL
37 Kolesterol LDL
38 Kolesterol total
39 Kreatinin
40 Kreatinin clearance
41 Lipase darah
42 Magnesium
43 Na, K, Cl (elektrolit darah)
44 Phosphat darah
45 Protein total
46 SGOT

drhaps----59
47 SGPT
48 Trigliserida
49 TTGO (5x GDS)
50 Urea Clearance
51 Ureum
52 Urine 4 porsi/ kurve harian

IMUNOSEROLOGI
1 Anti CMV IgG
2 Anti CMV IgM
3 Anti Dengue IgM, IgG
4 Anti HBc IgM
5 Anti HBc Total
6 Anti HBe
7 Anti HBs
8 Anti HBs (elisa)
9 Anti HCV
10 Anti Helicobacter Pylori IgG
11 Anti Helicobacter Pylori IgMHS
12 Anti HIV (ELISA)
13 Anti HIV (rapid)
14 Anti HSV I IgG
15 Anti HSV I IgM
16 Anti HSV II IgG
17 Anti HSV II IgM
18 Anti Rubella IgG
19 Anti Rubella IgM
20 Anti TB
21 Anti Toxoplasma IgG
22 Anti Toxoplasma IgM
23 ASTO
24 CRP kualitatif
25 CRP kuantitatif
26 Dengue Blot IgG
27 Dengue Blot IgM
28 Faktor Rhematoid
29 Hbe Ag
30 HBs Ag
31 HBsAg Elisa

drhaps----60
32 HBsAg Rapid
33 IgM anti Salmonella (Tubex)
34 NS1
35 PAP TB
36 RF ( Rheumatoid Factor)
37 TPHA
38 VDRL
39 Widal

MIKROBIOLOGI
1 Biakan Jamur
Biakan Mikroorganismen dengan
2 Resistensi
3 Biakan Salmonella Shigela (SS)
4 Cultur dan Resistensi test
5 Pewarnaan BTA
6 Pewarnaan Gram

CAIRAN TUBUH
1 Analisa cairan otak
2 Analisa cairan sendi
3 Analisa cairan tubuh lain (pleura dll)

DRUG MONITORING
1 Aminophylin
2 Tes Narkoba 3 parameter
3 Tes Narkoba 5 parameter
4 Tes Narkoba 6 parameter

DIABETES
1 Glukosa Darah PP
2 Glukosa Darah Puasa
3 Glukosa Darah Sewaktu
4 Urine 4 Porsi/ Kurve Harian

HORMON
1 Estradiol
2 FSH
3 FT3
4 FT4

drhaps----61
5 LH
6 Progesteron
7 Prolactin
8 T3
9 T4
10 Testosteron
11 TSH

TUMOR MARKER
1 AFP
2 B2 Microglobulin
3 CA 125 II
4 CA 19-9
5 CA15.3
6 CEA
7 Prostat Specific Antigen (PSA)

VIII TARIF LABRATORIUM PATOLOGI


ANATOMI
1 Sederhana
2 Kecil
3 Sedang
4 Besar
5 Canggih

IX TARIF RADIOLOGI
1 Appendicogram
2 Arteriografi
3 BNO IVP
4 BNO IVP Bipolar
5 Bone age
6 Bone survey
7 Cervical
8 Cervical 4 posisi
9 Cholecystrografi
10 Colon Inloop
11 Cor analysis
12 Coxigeus
13 CT Scan abdomen Kontras
14 CT Scan Abdomen Non Kontras

drhaps----62
15 CT Scan Kepala Kontras
16 CT Scan Kepala Non Kontras
17 CT Scan Thorax Kontras
18 CT Scan Thorax Non Kontras
19 Cystogram
20 Dental alveolar
21 Dental panoramic
22 ERCP
23 Fistulografi
24 Follow trough
25 Foto Abdomen 1 Posisi
26 Foto Abdomen 3 Posisi
27 Foto Abdomen polos
28 Foto Cranium
29 Foto Extrimitas atas
30 Foto Extrimitas atas bilateral
31 Foto Extrimitas bawah
32 Foto Extrimitas bawah bilateral
33 Foto Jaringan Lunak
34 Foto Kolumna Vertebralis
35 Foto Thorax
36 Foto Thorax AP/Lat
37 Guide Fluoroscophy
38 HSG
39 Mamografi
40 Mastoid
41 MRI
42 Oesophangusgrafi
43 OMD
44 Pelvis 1 Posisi
45 RPG
46 Scoliosis program
47 Sinus Paranasal
48 Sistografi
49 TMJ
50 TMJ 4 posisi
Tulang belakang 2
51 Posisi(Lumbal/Sakral/Servikal/Thorakal)
52 Urethrocyctogram
53 Usus Kecil/Besar

drhaps----63
54 Vertebrae 4 posisi
55 Vertebrae AP/Lat

X TARIF REHABILITASI MEDIK


1 ES
2 Exercise
3 IR
4 Laser
5 MWD
6 Speech Therapy
7 SWD
8 Terapi Parapin
9 Traksi Lumbal
10 USD

XI TARIF HEMODIALISA
1 Reguler
2 Reused Reguler

XII TARIF TINDAKAN KEPERAWATAN


1 Tindakan Kecil
Supresi Laktasi, Perawatan Kuku,
Irigasi Telinga, Spoling NGT, Irigasi
Mata, Oral Hygine, Suntik Vaksinasi,
Personal Hygine, Observasi PH,
Hyperglycemia, Hypo, Injeksi IV, IC SC,
Management Cardiac Shock, Pasang
Infus, EKG
2 Tindakan Sedang
Pemberian Obat Intra Spinal,
NGT, Dressing, Wound Care,
Parenteral Nutrisi, Enteral Nutrisi,
Pemasangan Spalk Bidai, Pengambilan
Darah Arteri Dewasa, Phlebotomy,
Umbilical Line, Irigasi Bladder, Intubasi
Gastro, Intestinal, Bowel, Irigasi Luka,
Prolap Recti, Ransel Verban, Tindik,
Penanganan Kejang, Perawatan Luka
Bakar
3 Tindakan Besar
Catheterisasi, Distraksi, Jahit
Luka, Intravenous, Bilas Lambung
4 Tindakan Khusus
Venasecsi, RJP, ETT, CVC,

drhaps----64
Manual Placenta, Hecting Perineum,
Tindakan DC Shock

XIII TARIF TINDAKAN KEBIDANAN


1 Biopsi
2 Couterisasi Condiloma Acuminata
3 Dopler
4 Douglas Punktio
5 Ekstirpasi Polip Servik
6 Gelang Identitas Pasien
7 Hydrotubasi
8 Incisi Kista Bartholini
9 Jahit Luka Khusus / Jahit Luka Portio
10 Jahit Luka Perinium
11 Lepas IUD
12 Lepas Pasang Susuk
13 Manual Aid Ekstraksi Kaki
14 Melepas Stent / drain
15 Melepas Tampon Vagina
16 Memasang Tampon Vagina
17 Memasukkan Obat Sitostatika
18 Merawat Luka Tanpa Hecting
19 Mikro Kuret
20 NST
21 Pap Smear
22 Partus dengan Penyulit
23 Partus Normal
24 Partus Presipitatus
25 Pasang / Lepas Lamineria
26 Pasang IUD
27 Pasang Pesarium
28 Pemakaian Slem Suction
29 Pemeriksaan Fisik Bayi
30 Penanganan Pasien dengan Eklamsi
31 Penanganan Pasien dengan HEG
Penanganan Pasien dengan
32
Konservatif
33 Penanganan Pasien dengan PEB
Penanganan Pasien dengan
34
Pendarahan
35 Perawatan Tali Pusat

drhaps----65
36 Plasenta Manual oleh dokter spesialis
37 Repair Perineum
38 Resusitasi Bayi
39 Scurent
40 Slem Peumosuction
41 Stradle Injury
42 Vacum Extraksi
43 Vaginal Touche (VT)
44 Visum Perkosaan

XIV TARIF PELAYANAN GIGI & MULUT


PENAMBALAN
1 Inlay/Uplay
2 Perawatan Saluran Akar/ Pengisian
3 Pulp caping
4 Tambal Amalgam Kompleks
5 Tambal Amalgam Simpleks
6 Tambal Light Curig 1 Permukaan Besar
7 Tambal Light Curig 1 Permukaan Kecil
8 Tambal Light Curig 2 Permukaan Besar
9 Tambal Sementara
Tambal Sementara Perawatan
10 Endomanual/Eksterpasi

PENCABUTAN
1 Gigi Sulung dengan Suntik
2 Gigi Sulung Topikal
3 Gigi Tetap dengan Komplikasi
4 Gigi Tetap Tanpa Komplikasi
5 Molar 3 dengan Komplikasi
6 Molar 3 tanpa Komplikasi
Scalling/Pembersihan Karang Gigi (per-
7 kuadran)

PERIODONTAL
1 Alvelectomy
2 Curetage per regio
3 Frenoktomi
4 Ginggivektomi per regio
5 Hecting per 1 jahitan

drhaps----66
6 Insisi Abses Ekstra Oral
7 Insisi Abses Intra Oral
8 Operculectomy
9 Perawatan Periodontal
10 Splinting wire per gigi

REMOVABLE PROTHESE :
1 Full prothese satu rahang
Full/Prothese/Rahang Atas & Rahang
2 Bawah
3 Protese Partial Gigi Berikutnya
4 Prothese Partial Gigi Pertama
Rebase Prothese Full Rahang
5 Atas/Bawah
6 Reparasi Prothese

FIXED PROTHESE
Bridge Acrylic Metal Procelin per-
1 Elemen
2 Full Post Crown
3 Gigi Implant + Crown PFM
4 Jacket Crown All Acrylic
5 Procelin Crown per-Gigi

BEDAH MULUT DENGAN ANASTESI


LOKAL
1 Kecil
Apex Reseksi 1 Elemen
Eksisi Mucocel/ Epulis
Eksisi Biopsi
Insisi Biopsi
2 Sedang
Odontectomy
Alveolectomy
Reposisi Dislokasi TMJ
Enukleasi Kista
Insisi Abses EO
3 Besar
Marsupiliasasi
Fiksasi Fraktur
Tindakan medik di Ruang Operasi
Bedah Sentral disesuaikan dengan tarif
drhaps----67
bedah sentral

ORTHO
Pencetakan Alginate Rahang Atas+
1 Bawah

Pemasangan
2 Alat Ortodonti Lepas RA+RB
3 Alat Ortodonti Lepas RA/RB
4 Alat Ortodonti Cekat RA+RB
5 Alat Ortodonti Cekat RA/RB
6 Alat Ortodonti Secsional
Kontrol
7 Kontrol Cekat
8 Kontrol Removeable
Pemasangan Alat Tambahan:
9 Alat ekstra oral - Face Mask
10 Alat ekstra oral - Head Gear
Bate Raiser Posterior/Anterior
11 (Removible)
12 Chin Cap + Head
13 Lip Bumper
14 Plat Retensi RA/RB (Retainer)
15 Trans Palatal Acrch (RPE)

XV TARIF PELAYANAN THT


1 Angkat Tampon Hidung
2 Audiometri
3 Audiometri Nada Murni
4 Bellog Tampon
5 Biopsi aproach CWL
6 Biopsi Cavum Nasi
7 Biopsi Cavum Nasi
8 Biopsi dan NPC
9 Biopsi Larynx
10 Biopsi Nasopharyng
11 Biopsi Nasopharynx
12 Biopsi Oropharyng
13 Biopsi Palatum
14 Biopsi Tonsil

drhaps----68
15 Biopsi Tumor Colli
16 Biopsi Tumor Lidah
17 Buka tampon anterior hidung
18 Buka Tampon Posterior Hidung
19 Corpus Alienum CAE
20 Corpus Alienum Cavum Nasi
21 Cuci Sinus
22 Curpus Alienum Hidung/ Lubang
Telinga
23 Curpus Alienum Hidung/ Lubang
Telinga dgn Penyulit
24 Debridemen Luka
25 Dekanulasi
26 ECA Hypopharinx dgn Inderect Laryng
27 ECA Telinga
28 ECA Tenggorokan
29 Ekstraksi Corpal Cavum Nasi
30 Ekstraksi Corpus Alienum Tenggorokan
31 Evacuasi Chalesteatoma
32 Evoked Potensial:SSEP
33 Gips Telinga
34 Imunoterapi
35 Injeksi Imunoterapi
36 Insisi Abses Mastoid
37 Insisi Abses Peritonsil/Tonsil
38 Insisi Mastoid
39 Insisi Retropharyngeal
40 Insisi Septal Abses
41 Insisi Septum Nasi
42 Irigasi Peritonsiler Abses
43 Irigasi Sinus Maksilaris
44 Kauter Konkha Hidung
45 Kauter Pharyng
46 Kauter Veruka
47 Laringoscopy Fiber Optik Tanpa
Gambar
48 Nasopharyngoscopy dengan biopsi
49 Nasopharyngoscopy tanpa biopsi
50 Oto Aksutik Emission
51 Parasentese Telinga
52 Pasang NGT

drhaps----69
53 Pasang Tampon Anterior Hidung
54 Perawatan Epistaxis
55 Perawatan Telinga
56 Punchtie Perinchondritis
57 Rhinoscopy Posterior
58 Serumen Plug
59 Spooling Cerumen
60 Spooling H202 3%
61 Spooling Serumen
62 Spooling Sinus Maxillaris
63 Suction Telinga
64 Tampon Hidung
65 Test Alergi
66 Test Fungsi Tuba
67 Test Kalori
68 Tympanometri

XVI TARIF PELAYANAN MATA


1 Amotio Corpal Ekstra Okuler
2 Amotio Corpus Aleneum Conjungtiva
3 Amotio Corpus Aleneum Kornea
4 Amotio Granuloma
5 Aneltest
6 Auto Refraktometer
7 Debridement/Spoolling/Irigasi
8 Ekstirpasi Lithiasis
9 Epilasi
10 Flouresin Test
11 Funduscopy Direk
12 Funduscopy Indirek
13 Injeksi Subconjungtiva
14 Insisi Abses Palpebra
15 Insisi Hodeoulum/Khlalazion
16 Irigasi Mata
17 Laserasi Palpebra/ Wing Toilet
18 Literasi (Lemak Mata)
19 Pemeriksaan Biometry
20 Pemeriksaan Keratometer
21 Penjahitan Konjungtiva

drhaps----70
22 Refraksi
23 Schemeer Test
24 Slit Lamp
25 Strike Retinoscopy
26 Tes Buta Warna
27 Tonometri
XVII TARIF PELAYANAN FORENSIK
1 Otopsi Jenazah Yang Telah Dikuburkan
2 Pemeriksaaan Histopologik Jenazah
3 Pemeriksaaan Toxicology Perjenis
4 Pemeriksaan Obat Kualitatif Perjenis
5 Pemulasaraan Jenazah Laki-laki
6 Pemulasaraan Jenazah Perempuan
7 Pengawetan Jenazah
8 Pengawetan Jenazah Pasca Otopsi
Perawat / Tenaga Medis Pendamping
9 Pasien
10 Perawatan jenazah
11 Periksaaan Kerangka
12 Periksaaan Obat Kuantitatif Perjenis
13 Rekontruksi Luas
14 Rekontruksi Menengah
15 Rekontruksi Sederhana
16 Visum Dalam Jenazah (Outopsi)
17 Visum Luar Jenazah

XVIII TARIF PELAYANAN SYARAF


1 Injeksi Carpal Tunnel Syndrome
2 Injeksi Dequarvain
3 Injeksi Epidural
Injeksi Neuro Vaskuler (Trigger Point)
4 a. 1 s/d 2 titik
5 b. > 2 titik
Injeksi Trigger Finger
6 a. 1 Sisi
7 b. 2 Sisi
Injeksi Trigger Thumb
8 a. 1 Sisi
9 b. 2 Sisi

drhaps----71
XIX TARIF PELAYANAN PSYCHYATRY
Psikoterapi
1 a. Kurang dari 30 menit
2 b. Lebih dari 30 menit
Surat Keterangan Bebas Narkoba
3 (SBN)
4 Surat Keterangan Sehat Rohani
13 Surat Keterangan Bebas Tembakau
Test Psikometri
5 a. MMSE (Tes Memori Pada Manula)
b. ADL / IADL (Tes Fungsi Kahidupan
6 Sehari-hari)
7 c. GDS (Tes Depresi Pada Manula)
8 d. MMPI
e. PANNS (Tes Monitoring Kemajuan
9 Terapi AP)
10 f. SCL-90
11 g. Tes Minat Bakat
12 h. Tes IQ
14 Konseling Perkawinan
15 Konseling HIV AIDS
Surat Keterangan Visum et Repertum
16 Phychiatricum
17 Saksi Ahli

XX TARIF PELAYANAN TINDAKAN


MEDIK NON INVASIF
1 Angkat Drain thorax
2 Angkat Jahitan > 10 sampul dst
3 Angkat Jahitan 1 s/d 5 sampul
4 Angkat Jahitan 6 s/d 10 sampul
5 Anuskopi
6 Atropinisasi
7 Back Slap
8 Bilas Lambung
9 Body Jacket – Dewasa
10 Bulectomy / Rawat Jalan
11 Corpus Alineum
12 DC Shock
13 Decompresi Anak
14 Defibrilasi
15 Dilatasi Phymosis
drhaps----72
16 Ekstrasi komedo milium
17 Exterpasi
18 Exterpasi – Kulit
19 Extirpasi Benda Asing di Cornea
20 Extremitas Atas Besar
21 Extremitas Atas Kecil – Sedang
22 Extremitas Bawah Besar
23 Extremitas Bawah Kecil – Sedang
24 Ganti Balut
25 Gips Jari Tangan
26 Gips Sepatu – Dewasa
27 Huknah / Glyseril / Hari
28 Infus, Drip, Tranfusi
29 Infusion Pump Dewasa / Hari
30 Injeksi Intra Cutan, Subcutan, Intra
Muskular, Intravena / Hari
31 Injeksi Intraartikular
32 Injeksi Keloid
33 Insis Abses (Loop)
34 Intubasi Endotracheal
35 Irigasi / Spooling Catheter
36 Irigasi Trauma Kimia,LA
37 Jahit Konjungtiva (Loop) LA
38 Jahit Luka < 5 cm
39 Jahit Luka > 10 cm
40 Jahit Luka 5 - 10 cm
41 Jahit Palpebra. LA
42 Kaustik Kimia Konka Nasal 1-2
43 Kumbah lambung ( Hm & Intoksikasi)
44 Lavement/ Sterilisasi Usus
45 Lepas Drain
46 Lepas Kateter Urine
47 Lepas Tampon Haemorhoid
48 Lepas WSD
49 Luka Khusus - Gangren Luas
50 Luka Khusus - Steven Johnson
51 Manipulasi & Reposisi Fraktur
52 Mantoux Test
53 Memasang / Melepas Tampon
54 Memasang Dolles Verband

drhaps----73
55 Memasang Gips Long Leg
56 Memasang Gips Nasal
57 Memasang Rek Verband
58 Memasang Sirculair Gips
59 Memasang Uslyp Verband
60 Memasang Vellpen Verband
61 Memasukkan Cytostatika per 1
62 Memasukkan Obat IV/IM/SC/SUPP
63 Memasukkan Obat Sitostatika
64 Membuat & Memasang Gips Spalk
65 Mencabut Cystostomi
66 Monitor Bed side
67 Multiple Incisi
68 Nail Extraction
69 Nebulizer
70 Nekrotomi Deridemen Besar
71 Nekrotomi Deridemen Kecil
72 Nekrotomi Deridemen Sedang
73 O2 > 10 L per jam
74 O2 1-3L/M/jam
75 O2 4-6L/M/jam
76 O2 6-8L/M/jam
77 O2 8-10L/M/jam
78 Observasi Ketat Pasien oleh Perawat
79 Observasi Pasien oleh Dokter Spesialis
80 Pasang Bidai Besar
81 Pasang Bidai Sedang
82 Pasang dan Lepas ETT
83 Pasang dan Lepas NGT/OGT
84 Pasang dan Lepas NGT/OGT dengan
Penyulit
85 Pasang dan Lepas Schoorsteen
86 Pasang Drain
87 Pasang Fowley Catheter
88 Pasang Kateter ( Ret Urine )
89 Pasang Kateter Urine
90 Pasang Kateterisasi LA
91 Pasang Ransel Verband
92 Pasang Skin Traksi
93 Pasang Spalk LA

drhaps----74
94 Pasang Tampon Haemorhoid
95 Pasang WSD Non Paru
96 Pemasangan Infus – Anak
97 Pemasangan Infus Sitostastika
98 Pemasangan Infus Standar
99 Pemasangan Infus Umbilikalis
100 Pengambilan Benda Asing THT
101 Pengambilan Cerumen
102 Pengambilan Darah Arteri - Anak
103 Pengambilan Darah Arteri - Dewasa
104 Pengambilan Darah Vena - Anak
105 Pengambilan Darah Vena - Dewasa
106 Perawatan Luka ( Paket )
107 Perawatan Luka Bakar < 20 %
108 Perawatan Luka Bakar > 30 %
109 Perawatan Luka Bakar 21-30 %
110 Perawatan Luka Besar diameter > 15
cm
111 Perawatan Luka Kecil diameter < 5 cm
112 Perawatan Luka Operasi
113 Perawatan Luka sedang diameter 5 - 15
cm
114 Perawatan Luka tracheostomy
115 PICC Insertion
116 Rectal Toucher
117 Regulasi Cepat
118 Rehidrasi Berat
119 Resusitasi - Anak/Bayi
120 Resusitasi – Dewasa
121 Resusitasi Cardio Pulmonal
122 Skin Test
123 Slem / Pneumo Suction
124 Sling / Bandage
125 Tampon Hidung Depan, LA
126 Transfusi Darah / Paket Bayi
127 Transfusi Darah / Paket Dewasa
128 Transfusion Exchange
129 U Sleb
130 Ultraviolet Terapi/ hari

drhaps----75
XXI TARIF TINDAKAN MEDIS INVASIF
1 Amputasi sederhana
2 Biopsi Jarum Halus
3 Biopsi Kelenjar Leher
4 Biopsi Pleura
5 Close sistotomi
6 CVC (Central Venus Chateter)
7 Eksisi Dengan Anastesi local
8 Incisi Besar
9 Incisi Biasa
10 Incisi Sedang
11 Pleurodesis
12 Punctie Acites
13 Punctie Bulibuli
14 Punctie Cephal Hematome
15 Punctie Lumbal
16 Punctie Pleura
17 Punctie Sumsum Tulang
18 Sedasi Anastesi
19 Venasectie
20 WSD

XXII TARIF TINDAKAN ANDROLOGI


1 Analisa sperma
2 Injeksi therapi hormone
Paket IUI (intra uterine insemimation)
3 persiapan
4 Test anilin + hoisin
5 Test fructosa + alpha glukosidase
Tindakan PLI (paternal leucocyte
6 immunization)
7 Washing sperm
8 Bayi Tabung :
Ovum pick up
Embryo
Embryo ransfer
Frezzing sperma
Inseminasi

XXIII TARIF SEWA ALAT

drhaps----76
1 Bed Side Monitor
2 Blanket Warmer
3 Blood Warmer
4 CPAP
5 Incubator
6 Infused Pump
7 Pulse Oxymetry
8 Respirator (Sewa)
Sewa Lemari Pendingin Jenazah per
9
hari (Max 5 hari)
10 Syringe Pump
11 Ventilator
1 Bed Side Monitor
2 Blanket Warmer

XXIV TARIF DIAGNOSTIK


1 Audiometri
2 BERA
3 Bronchoscopy
4 Colonoscopy
5 EEG
6 EKG
7 Electrocardiography
8 EMG
9 Endoscopy
10 Spirometry
11 SSEP
12 USG Abdomen
13 USG Abdomen Lengkap
14 USG Carotis Doppler
15 USG Ginecology/TV/Prostast/Paru
16 USG Kandungan
17 USG Mamae
18 USG Neonatus
19 USG Testis/Scrotum
20 USG Transvaginal
21 USG Tyroid
22 USG Vascular

XXV TARIF PELAYANAN VAKSINASI

drhaps----77
1 Vaksinasi

XXVI TARIF PROMOSI, EDUKASI


KESEHATAN
1 KMC (Kanggoroo Mather Care)
2 Manajemen Laktasi
3 Home Care
4 Growth and Development

XXVII TARIF LAIN LAIN


1 Biaya Sterilisasi Alat per set
2 Insenerator per kg
3 Kontrak Pemasangan ATM/ tahun
Loundry, Biaya pencucian per kg cucian
4
kering
5 Pan Pendidikan dan Pelatihan dokter
muda per orang per periode
6 Pan Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen/Disiplin Ilmu Lain per orang
per periode
7 Pan Pendidikan dan Pelatihan Perawat
dan setara per orang per periode
Parkir Kendaraan Roda 2/ jam (Max 4
8
jam)
Parkir Kendaraan Roda 4/ jam (Max 4
9
jam)
10 Penerimaan Study Banding per orang
11 Penelitian di RS per Paket
Sewa Lahan/Kantor/Fasilitas Umum per
12
m2 per tahun
Sewa Mobil Operational Pasien Dalam
14
Kota *
15 Sewa Kamar Jenazah / Hari *
16 Sewa Ambulance Dalam Kota *
17 Sewa Kendaraan Jenazah Dalam Kota
* Sewa Kendaraan Jenazah Luar Kota
(Tarif Dalam Kota ditambah Rp.
7000/KM)

Keterangan

Khusus pelayanan bedah sentral, katagori Operasi Kecl, Sedang, Besar dan Khusus ditentukan oleh
Direktur RS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

drhaps----78
Keterangan:Hasil analisis dan prediksi Unit Cost, secara lebih rinci dapat dilihat
pada Lampiran dan Soft Copy.

Subsidi Total sebesar Rp ..................... merupakan subsidi untuk pelayanan


kepada pasien umum di luar Gaji dan Investasi. RSUD Banjar BaruKota Banjar
Baru juga melayani pasien yang menggunakan fasilitas Jaminan. Untuk
memperkirakan besaran subsidi untuk pasien ini digunakan asumsi bahwa
pasien RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru terdiri dari 40% pasien umum dan
60% pasien dengan fasilitas jaminan, maka besaran subsidi total untuk pasien
umum dan pasien dengan fasilitas jaminan adalah Rp...................... Besaran
subsidi ini terdiri dari:
1. Subsidi untuk Pasien Umum: Rp ......................
2. Subsidi Pasien dengan Fasilitas Jaminan: Rp.......................

Subsidi Total sebesar Rp ...........................ini belum termasuk subsidi untuk


Gaji dan Investasi.

6.2. PENENTUAN TARIF DI RSUD BANJAR BARUKOTA BANJAR BARU


Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tarif di
rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2. Biaya penyelenggaraan Rumah Sakit dipikul bersama oleh
masyarakat (pasien) dan pemerintah dengan memperhatikan
kemampuan keuangan Negara dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat.
3. Rumah Sakit mermungut biaya sebagai imbalan alas jasa
pelayanan yang dibehkan sesual dengan tarif yang berlaku dan
seluruh penerimaan merupakan pendapatan fungsional Rumah
Sakit.

drhaps----79
4. Tarif Rumah Sakit harus mempertimbangkan kontinuitas layanan,
daya beli masyarakat, azas keadilan dan kepatutan, serta kompetisi
yang sehat.
5. Tarif Rumah Sakit dihitung atas dasar unit cost dari setiap jenis
pelayanan dan kelas perawatan. Dalam rangka melaksanakan
fungsi sosial, tarif pelayanan kelas III ditetapkan oleh Menteri
KesehatanRI
6. Besaran tarif untuk semua jenis pelayanan selain kelas lII
ditetapkan oeh Pimpinan Badan Layanan Umum Rumah Sakit
setelah disetujui Dewan Pengawas. Dalam hal ini Rumah Sakit
yang tidak memiliki Dewan Pengawas cukup ditetapkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit.
7. Tarif Rumah Sakit untuk golongan masyarakat yang
pembayarannya dijamin oteh pihak penjamnin, rnelalui suatu ikaan
peranjian tertulis ditetapkan atas dasar tidak saling merugikan.
8. Pimpinan Badan Layanan Umum Rumah Sak dapat membebaskan
sebagian atau selunuh biaya pelayanan bagi pasien tidak mampu
maupun pasien derigan pertimbangan tertentu tanpa mengurangi
kualitas pelayanan.

6.2.1. POLA TARIF RUMAH SAKIT


Setiap rumah sakit harus memiliki suatu pola tarif agar kepentingan
masyarakat, pemerintah, dan rumah sakit dapat terjamin dengan baik.
Pola Taripadalah pedoman dasar dalam pengaturan dan perhitungan
besaran tarip rumah sakit. Dengan demikian, pola tarif merupakan suatu
kebijakan dasar dalam penentuan tarif pelayanan kesehatan di rumah
sakit.

Pola Tarif adalah pedoman dasar dalam pengaturan dan perhitungan


besaran tarif rumah sakit yang didasarkan atas prisip-prinsip akuntansi
nirlaba dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan RI atas usul Menteri
Kesehatan RI.

drhaps----80
Berdasarkan pola tarif yang telah disusun dan disepakati, maka dapat
ditentukan tariff dari masing-masing pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di rumah sakit.Tarip adalah sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan kegiatan pelayanan di Rumah Sakit, yang dibebankan
kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang
diterimanya.

Komponen tarif rumah sakit terdiri dari Jasa Sarana dan Jasa
Pelayanan. Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima oieh rumah sakit
atas pemakaian sarana, fasilitas dan bahan.Jasa Pelayanan adalah
imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang
diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis,
pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau pelayanan
Iainnya.

Sesuai dengan kebijakan pemerintah, maka tarif rumah sakit harus


dihitung atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas
perawatan.Unit Cost adalah besaran biaya satuan dari setiap kegiatan
pelayanan yang diberikan Rumah Sakit, yang dihitung berdasarkan
standar akuntansi biaya Rumah Sakit. Namun demikian, unit cost
hanyalah satu dari faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam
penentuan tarif rumah sakit. Secara umum, faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan tarif rumah sakit adalah seperti dalam
Gambar berikut ini.

Tarif = UC + BB + In + Pm + UnC + JP

UC = Unit Cost

In = Inflasi

Pm = Profit Margin

UnC = Uncertainty cost

JP = Jasa Pelayanan

drhaps----81
Tarif rumah sakit sangat penting diperhatikan baik oleh rumah sakit
swasta maupun rumah sakit pemerintah. Bagi rumah sakit swasta, pola
penetapan tarif akan berpengaruh terhadap pendapatan yang kemudian
berdampak pada laba, serta kelangsungan hidup rumah sakit tersebut.
Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif memang masih ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menkes atau Pemerintah Daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa masih adanya kontrol yang ketat dari pemerintah
terhadap kebijakan penetapan tarif di rumah sakit pemerintah sebagai
pelaku usaha atau lembaga usaha.

6.2.2. Tujuan Penetapan Tarif di RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru


Penetapan tarif di RSU Banjar BaruKota Banjar Baruditetapkan dengan
berbagai tujuan sebagai berikut:
9. Meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit (cost recovery rate)
rumah sakit. Penetapan tarif di RSU Banjar BaruKota Banjar Baru
ditujukan untuk menutup sebagian biaya untuk pelayanan kesehatan
yang bersifat social atau untuk masyarakat tidak mampu, dan
memperoleh normal profit untuk pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat mampu.

10. Peningkatan akses pelayanan. Penetapan tarif di RSU Banjar


BaruKota Banjar Baru ditujukan untuk meningkatkan akses
pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya masyarakat
miskin. Oleh karena itu, rumah sakit ini masih subsidi yang memadai
dari pemilik atau pemerintah.

11. Peningkatan mutu pelayanan. Penetapan tarif di RSU Banjar


BaruKota Banjar Baru ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
dan peningkatan kepuasan kerja para karyawan medis dan non-
medis.

12. Peningkatan Citra Rumah Sakit.Tarif ditetapkan untuk menciptakan


corporate image atau pencitraan rumah sakit.

drhaps----82
6.3. KEMAMPUAN MEMBAYAR (ABILITY TO PAY) DAN KEMAUAN
MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY)

Ability to Pay (ATP) adalah kemampuan konsumen untuk membayar


produk atau jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan tingkat
penghasilan ideal yang diterimanya. Terdapat batasan ATP yang dapat
digunakan yaitu ATP 1 adalah besarnya kemampuan membayar yang
setara dengan 5 % dari pengeluaran non-pangan. Batasan ini didasarkan
bahwa pengeluaran untuk non pangan dapat diarahkan untuk keperluan
lain, termasuk untuk kesehatan (Hasibuan, 2008) .

Willingness to Pay (WTP) adalah kemauan konsumen untuk


membayar atau mengeluarkan imbalan atas persepsi konsumen tersebut
terhadap produk atau jasa layanan yang diterimanya. Sedangkan menurut
Hasibuan (2008) Willingness To Pay adalah kesediaan pengguna untuk
mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya atau besaran rupiah
rata-rata masyarakat yang mau mengeluarkan sebagai pembayaran satu
unit pelayanan.

Gambar 6.3. Latar Belakang Pendidikan Pasien


RSUDBanjar BaruKota Banjar Baru

Hasil survei yang lain menunjukkan bahwa proporsi terbesar pasien yang
berobat ke RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru adalah pasien dengan
pendidikan SLTA, dan proporsi yang paling rendah adalah pasien dengan
pendidikan S2 ke atas. Hal ini menunjukkan masyarakat yang memiliki
pendidikan di atas S1 memiliki kecenderungan berobat ke luar Kota Banjar
Baru.

Berdasarkan analisa data sekunder diketahui bahwa jenis pekerjaan


pasien yang paling banyak adalah sebagai ibu rumah tangga, selanjutnya diikuti
drhaps----83
oleh PNS, Petani dan pekerjaan lain-lain seperti Sopir Angkutan Umum, bekerja
serabutan dan yang lainnya.

Namun, Pemerintah tidak akanmenghadapi resiko yang besar apabila


menaikkan tarif pelayanan kesehatan di RSUD Banjar BaruKota Banjar Baru,
khususnya tarif Kelas III.Karena pada Januari 2014 akan diterapkan universal
coverage, dimana seluruh masyarakat akan masuk kedalam system asuransi
dengan Jaminan Kesehatan Nasional, dan seluruh pelayanan kelas III akan
dibayar oleh Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) dengan
menggunakan tariff INA CBG’s.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN
Dari kegiatan bimbingan teknis penghitungan unit cost dan analisis tarif,
yang meliputi proses pengumpulan data, serta hasil perhitungan unit cost
dan tarif untuk pelayanan kesehatan yang ditawarkan oleh RSUD Banjar
BaruKota Banjar Baru kepada masyarakat Kota Banjar Baru, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Sebagian besar unit cost pelayanan kesehatan di RSUDBanjar
Barulebih tinggi daripada Tarif yang diberlakukan pada saat ini.
2. Secara umum dapat disimpulkan bahwa untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kota Banjar Baru, RSUD
Banjar Baru masih mengalami defisit total sebesar Rp .....................

drhaps----84
yang terdiri dari defisit untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum sebesar Rp ............................

6.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pihak manajemen rumah sakit perlu untuk melakukan continuous
improvement untuk efisiensi pelayanan kesehatan sehingga biaya
pelayanan kesehatan dapat lebih efisien. Perbaikan efisiensi secara
berkesinambungan dapat diketahui dengan melakukan evaluasi unit
cost secara periodik yaitu setiap tahun sekali dan perlu penyesuaian
tarif secara rasional Apabila pihak manajemen dapat melakukan
perbaikan efisiensi, maka biaya pelayanan kesehatan pada tahun
berikutnya akan mengalami penurunan, dan hal ini mengandung arti
subsidi pemerintah akan semakin berkurang.
2. Biaya operasional RSUD Banjar Baru yang relatif masih rendah, jika
dibandingkan dengan pendapatan karenanya jika tariff masih
menggunakan tariff saat ini maka harus disubsidi oleh pemerintah.
Untuk tahun 2012, pemerintah harus memberikan subsidi kepada
rumah sakit ini minimal Rp......................,- di luar Gaji dan Investasi
untuk menutup defisit yang terjadi. Hal ini sangat penting agar rumah
sakit dapat tetap memberikan pelayanan kesehatan secara kontinyu
pada level mutu yang diharapkan dan mampu menjaga taraf
kesehatan masyarakat Kota Banjar Baru.
3. Untuk saat ini, pemerintah perlu mendorong pihak manajemen
rumah sakit untuk meningkatkan Tarif rumah sakit. Tarif yang
diberlakukan saat ini belum mampu cost recovery.
4. Mutu data biaya dari RSUDBanjar BaruKota Banjar Baru perlu untuk
ditingkatkan dengan memperbaiki sistem akuntansi, inventarisasi
asset, serta penerapan sistem informasi rumah sakit yang tepat
guna.

drhaps----85
LAMPIRAN

drhaps----86

Anda mungkin juga menyukai