Anda di halaman 1dari 30

Tugas MK EPG TH 2016

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengan semakin berkembangnya zaman , khususnya di negara
berkembang masalah kesehatan semakin banyak, karena begitu banyak
perbedaan dalam gaya hidup seseorang. Masalah kesehatan adalah salah satu
masalah yang menghambatnya kualitas negara dalam perkembanganya.
Maslaah yang sekarang sedang marak di kalangan masyarakat adalah masalah
yang berkaitan dengan status gizinya.
Masalah gizi dikenal sebagai masalah yang multikompleks karena
disamping banyaknya faktor satu dengan faktor lainnya (Suhardjo, 2005:6).
Masalah gizi kurang masih tersebar luas di Negara berkembang, termasuk
Indonesia. Pada saat ini, masalah gizi lebih adalah masalah gizi di Negara
maju, yang juga mulai terlihat di Negara berkembang, termasuk Indonesia
sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi (Sunita Almatsier, 2001:7)
Status Gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk anak yang diindikasikan melalui bearat bdan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi
merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkanpertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secaraumum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang
terjadi bila tubuhmengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial.
Status gizi lebih terjdibila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Pada
status gizi kurang maupun status gizi lebih, terjadi gangguan gizi (Sunita
Almatsier, 2001:9).
Gizi kurang yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh
merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang
buruk. Langkah penanganan harus didasarkan pada penyebab serta
Tugas MK EPG TH 2016

kemungkinan pemecahannya(Arisman, 2004:57). Survei di Amerika Tengah,


Kolombia, Ghana, India, PantaiGading, Nigeria dan Tunisia menunjukkan
bahwa peningkatan pendapatan hanya memberikan pengaruh perbaikan gizi
kepada para anggota keluarga yang lebih tua,anak-anak mereka biasanya
kurang terpenuhi 20-30 persen. Bayi mereka adalah yangpaling terkena dalam
hal ini, karena mereka tidak selalu tahu akan pentingnya tambahan susu ibu
pada umur yang tepat (Alan Berg, 1986:69). Baik anak-anakmaupun orang
dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah
tersinggung, cengeng dan apatis (Sunita Almatsier, 2001:11).
Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi
yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak.
Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai
penyakitdegeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit
diabetes,jantung koroner, hati dan kantong empedu (Sunita Almatsier,
2001:11). Samaseperti orang dewasa, gizi lebih pada anak terjadi karena
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan keluar, terlalu banyak
makan, terlalu sedikit olahraga, atau keduanya. Laju pertumbuhan berat
selayaknya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi berat terhadap tinggi
badan kembali normal. Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara
mengurangi makan sambilmemperbanyak olahraga (Arisman, 2004:57).
Berdasarkan penelitian dari Ir. Dody tahun 2015 menyatakan bahawa
data presentase balita dengan gizi buruk 3.8%. Status gizi balita menurut
indeks BB/U hasilnya 14,9% gizi kurang, 3,8% gizi buruk dan 1.5 gizi lebih.
Menurut indeks BB/TB 8,2% kurus , 5.3% gemuk dan 3.7% sangat kurus.
Sasarn dari 496 kabupaten/kota yang di analisisi, sebanyak 404
kabupaten/kota yang mempunyai permasalahan gizi yang bersifat Akut
Kronis, 20 Kabupaten/kota dengan permsalahn kronis dan 63 dengan
permasalahan gizi akut , sedangkan pada 9 kabupaten/kota tidak di temukan
permasalahan gizi.

Berdasarkan hasil penelitian salah satu faktor yang menyebabkan


status gizi kurang dan lebih adalah nilai status sosial ekonomi. Berdasarkan
data hasil sensus pada bulan maret tahun 2016 menyatakan bahwa angka
Tugas MK EPG TH 2016

keluarga miskin di indonesia mencapai 28,01 juta jiwa. Sehingga dapat


dikatakan masyarakat yang berstatus sosial ekonomi dapat menyebabkan gizi
kurang karena kurangnya ekonomi sama dengan gizi yang terpenuhi menjadi
tidak bergizi. Selain itu, di negara indonesia juga selain dengan masyarakat
miskin, terdapat juga masyarakat yang kaya, berdasarkan hasil penelitian dari
guntoro tahun 2015, menyatakan bahwa hampir 87% orang yang menderita
gizi lebih adalah masyarakat di kalangan menengah ke atas.
Dengan ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan
antara status sosial ekonomi orang tua para siswa kelas VI di SDN Sekaran 02
dengan status gizi siswanya berdasarkan nilai IMT/U.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas
dapatdirumuskan masalah sebagai berikut: Adakah Hubungan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua dengan Status Gizi Siswa Kelas VI SDN Sekaran 02,
Kecamatan Gunungpati , Kota Semarang?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan status gizi
siswa Kelas VI SDN Sekaran 02, Kecamatan Gunungpati , Kota Semarang

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihakyang terkait:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembanganteori
dan analisisnya untuk kepentingan di masa yang akan datang
yangbermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta menjadi
salah satureferensi untuk kajian lebih mendalam khususnya bidang
pendidikanjasmani dan kesehatan.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
1) Penelitian ini dapat memicu pihak sekolah untuk mengetahui
status gizi para siswa sebagai generasi muda penerus bangsa
yang berkualitas.
Tugas MK EPG TH 2016

2) Meningkatkan atau memperbaiki status gizi para siswa yang


memiliki status gizi kurang dan status gizi lebih supaya
memiliki gizi seimbang.
b. Bagi Guru, Orang Tua, dan Wali Murid
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada guru, orang
tua,dan wali murid, sehingga dapat saling bahu-membahu untuk
memelihara atau menjaga dan meningkatkan status gizi anak supaya
tumbuh kembangnya lebih optimal.
Tugas MK EPG TH 2016

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Anak Sekolah Dasar


Menurut Hutagalung, M (2009), anak sekolah dasar merupakan
individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan
keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan
fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam
menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas
tiga, memiliki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi,
bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku mendekati
tingkah laku anak remaja permulaan.

Seperti dikatakan Darmodjo (1992) yang dikutip Hutagalung, M


(2009), anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami
perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan
fisik, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek
tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan
dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya
perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam
usia yang sama.

Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan


dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan
keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat
mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat
memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga
menghambat mereka dalam belajar. Piaget (1992), yang dikutip Hutagalung
M (2009), mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang
dilalui anak yaitu : tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, tahap operasional
usia 2-6 tahun, tahap operasional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, tahap
operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.
Tugas MK EPG TH 2016

Anak usia sekolah dasar (SD) adalah anak yang berusia 6 sampai 12
tahun. Menurut Hurlock (1999) masa ini sebagai akhir masa kanak-kanak
(late chilhood) yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai tibanya anak
menjadi matang secara seksual, yaitu 13 tahun bagi perempuan dan 14 tahun
bagi laki-laki. Anak SD dibagi menjadi dua bagian, yaitu kelas rendah yang
berumur 6-9 tahun dan kelas tinggi yang berumur 10-12 tahun.

2.2 Klasifikasi Status Gizi


Menurut I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. (2001:73), dalam
menentukanstatus gizi harus ada ukuran baku yang sering
disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan
di Indonesia adalah baku rujukan World Health Organization
National Cebtre for Health Statistic (WHO-NCHS). PadaLoka Karya
Antropometri tahun 1975 telah diperkenalkan baku
Harvard.Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi
menjadi empat yaitu:

a. Gizi Lebih
Gizi lebih biasanya terjadi pada orag-orang yang hidupnya
sudah makmur dan kurang bisa menjaga makanannya.
Dalam status gizi lebih seperti itu tubuh benar-benar
sudah kewalahan menampung kelebihan zat gizi,
terutama zat sumber tenaga. Akhirnya kelebihan tersebut
disimpan dalam bentuk lemak dibawah kulit dan diantara
jaringan tubuh. Penimbunan lemak dibawah kulit akan
mengakibatkan seseorang menjadi gemuk. Sedangkan
lemak yang disimpan diantara jaringan tubuh akan
menimbulkan berbagai permasalahan baru, seperti
menyempitnya pembuluh darah dan meningginya
tekanan darah (Wied Harry Apriadji, 1987:5). Istilah
obesitas (kegemukan) dan overweight sering digunakan
untuk menggambarkan anak yang bergizi lebih. Dua
istilah ini sebenarnya tidak sama. Obesitas adalah untuk
Tugas MK EPG TH 2016

menggambarkan individu dengan berat badan menurut


tinggi badan lebih besar 120% dari setandart. Overweight
mempunyai batasan 110-120% dari standart. Dewasa ini
masyarakat belum menyadari sepenuhnya bahaya
obesitas, bahkan ada yang memandangnya sebagai
lambang kemamkmuran (Ali Khomsan, 2004:17).
b. Gizi Baik
Status gizi baik, atau ada juga yang menyebutnya gizi
normal, merupakantingkat kesehatan yang amat
diidamkan. Karena pada keadaan ini seseorang dapat
merasakan kenikmatan hidup jasmani dan rohani yang
dimulai dari usia yang semuda-mudanya dan berakhir
pada usia yang tinggi. Agar kesehatan tubuh kita berada
pada tingkat gizi baik maka diperlukan perhatian yang
sungguh-sungguh terhadap kecukupan gizi bagi tubuh.
Dengan demikian perencanaan, pemilihan, pengolahan
dan penyajian makanan harus lebih diperhatikan (Wied
Harry Apriadji, 1987:5).
c. Gizi Kurang
Kekurangan gizi sebagian besar terjadi akibat kekurangan
makan dan masalah ini lebih sulit diatasi. Hanya mereka
yang telah ahli dalam bidang gizi, dapat melakukan
diagnosis kekurangan gizi dan menaksir besar
masalahnya. Kekurangan gizi adalah keadaan yang kronis
dan membuat cemas bagi pembangunan bangsa berbagai
negara.
d. Gizi Buruk
Orang yang setiap hari dan dalam waktu lama kecukupan
gizinya tidakterpenuhi dikatakan orang tersebut kurang
gizi. Sedangkan akibat yangditimbulkan oleh kurang gizi
yang berkepanjangan ialah penyakit gizi kurang.
Tugas MK EPG TH 2016

2.3 Asupan Gizi bagi Anak


Anak sekolah dasar kelas IV, V, VI berkisar pada usia 10 12 tahun.
Pada usia ini, bila kesehatan tidak terganggu, anak akan mengalami 25
pertumbuhan badan yang cepat. Agar kesehatan anak tetap terjaga maka
diharuskan mengkonsumsi makanan yang lengkap berupa Empat Sehat Lima
Sempurna. Di dalam makanan Empat Sehat Lima Sempurna, terkandung
zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia khususnya anak guna
pertumbuhan, yaitu berupa: karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air.
Seperti yang diungkapkan oleh Sunita (2002: 9), konsumsi makanan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang, pembagianstatus gizi antara lain:
1. Status gizi baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup
zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
2. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat gizi esensial.
3. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
berlebih, sehingga menimbulkan efek toksis ataumembahayakan.

Gangguan gizi disebabkan olehfaktor primer atau sekunder. Faktor


primer adalah apabila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan
atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang
baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang
salah, dan sebagainya. Faktor-faktor sekunder meliputi semua faktor yang
menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan di
konsumsi. Misalnya terganggunya pencernaan, pertumbuhan gigi geliga yang
tidak baik, kekurangan enzim dan lain-lain. Menurut Asmira (1980: 13),
bahwa konsumsi makanan yang salah berakibat buruk terhadap kesehatan.
Konsumsi makanan dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan akan
berdampak negatif bagi tubuh.
Pengaruh kekurangan gizi antara lain akan mengakibatkan tubuh dapat
lelah, kurang bergairah, mudah mengantuk, sering sakit dan daya tahan tubuh
terhadap penyakit menurun, sehingga mudah terkena infeksi dan kurang
konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu. Seseorang anak sehat pada status
Tugas MK EPG TH 2016

gizi baik akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula, berat dan tinggi
badannya akan selalu bertambah. Bagi anak-anak khususnya sekolah dasar
kebutuhan akan makanan cukup gizi hendaknya menjadi perhatian utama,
karena mengingat energi atau tenaga yang dikeluarkan (energi expenditure)
selama kegiatan pembelajaran cukup besar.
2.4 Cara Pengukuran Status Gizi
Menurut Supariasa (2001), dalam pengukuran status gizi dibagi menjadi 2
pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Dalam pengukuran
sederhana dilakukan dengan penelitian langsung yang sering menjadi patokan
dalam penelitian, pengukuran langsung meliputi:
a. Pemeriksaan Antropometri
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi.
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit (Nyoman Supariasa,
dkk., 2002: 36).
Pengukuran antropometri bertujuan mengetahui status gizi berdasarkan
satu ukuran menurut ukuran lainnya, misalnya berat badan dan tinggi
badan, menurut umur (BB & TB/U), berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), lingkar lengan atas
menurut tinggi badan (LLA/TB).
Indeks antropometri yang sering digunakan
1. BB/U
2. TB/U
3. BB/TB
4. IMT/U
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode pemeriksaan untukmenilai status gizi
masyarakat. Metode ini berdasarkan perubahanperubahanyang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupanzat gizi bagi tubuh. Penggunaan
metode ini umumnya untuk surveiklinis secara cepat yang dirancang untuk
mendeteksi tanda-tandaklinis secara umum dari kekurangan salah satu atau
lebih zat gizi(Nyoman Supariasa, dkk., 2002: 19).
c. Biokimia
Tugas MK EPG TH 2016

Pemeriksaan biokimia (laboratorium), dilakukan melaluipemeriksaan


spesimen jaringan tubuh (darah, urin, tinja, hati, danotot) yang diuji secara
laboratoris terutama untuk mengetahui kadarhemoglobin, feritin, glukosa,
dan kolesterol. Cara ini digunakanuntuk mengetahui keadaan gizi secara
spesifik (Djoko PekikIrianto, 2006: 65).
d. Biofisika
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi tubuh (khusus jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan tubuh. Tes yang digunakan adalah tes
adaptasi senja (Nyoman Supariasa, dkk. 2002: 20).

2.5 Status SosialEkonomi


FS. Chapin dalam Kaare (1989:26) mengungkapkan status sosial ekonomi
merupakan posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berkenaan
dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural,
pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi dalam aktifitas kelompok
dari komunitasnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi
adalah tinggi rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan
kedudukan yang dipegangnya dalam suatu masyarakat berdasarkan pada
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya atau keadaan yang menggambarkan
posisi atau kedudukan suatu keluarga masyarakat berdasarkan kepemilikan
materi.

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam


masyarakat. Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang
atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu
seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi
kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan
keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua
dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder
(Soetjiningsih, 2004). Status social ekonomi menurut Koendjaraningrat (1983:
23) yang mencapai 3 faktor yaitu: pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.
Status sosial ekonomi ditentukan oleh tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
Tugas MK EPG TH 2016

pendapatan, dan harta/benda berharga yang dimiliki keluarga, di bawah ini


diuraikan sebagai berikut:

1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita
tertentu.Terdapat beberapa jenjang pendidikan di Indonesia. Meliputi
jenjang SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Peran pendidikan sangat
penting karena berhubungan dengan pengetahuan seseorang yang
berpengaruh terhadap perilaku keseharian.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan
jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang
diinginkan. Setiap orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jenis-jenis pekerjaan dapat dibedakan berdasarkan hasil dari pekerjaannya,
yaitu barang dan jasa. Jenis pekerjaan terkait dengan pendapatan yang
dimiliki keluarga. Dalam bidang pekerjaan orang dapat bekerja dalam
bidang sector formal dan informal yang terkait menghasilkan barang dan
jasa.
3. Pendapatan
Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang
telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang.
Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan
tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah misalnya lebih
komsumtif karena mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila
dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya ke bawah.
Tingkat penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh wajib pajak, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dalam nama dan
dalam bentuk apapun. Gaji merupakan factor terpenting dari biaya
perburuhan, yang didalamnya termasukbiaya non-gaji seperti kontribusi
social perusahaan dan pajak. Gaji juga merupakan tolak ukur kesuksesan
suatu perusahaan pada pasar nasional, internasional, dan multilateral.
Tugas MK EPG TH 2016

Salah satu tugas program penggajiaan adalah kewajiban analisa


kepentingan gaji sebagai salah satu factor biaya buruh serta
mengumpulkan informasi mengenai berbagai macam factor lainnya.
Semua ini dilakukan untuk lebih memahami berbagai macam fungsi dari
pengaruh gaji terhadap kinerja pekerja dan buruh.
Sistem imbalan pun disusun dengan berbagai pertimbangan dari
mulai perspektif kebutuhan pekerja, daya perusahaan, sampai pada sudut
pandang kelayakan. Dari pihak pekerja mengharapkan gaji sebesar-
besarnya sedangkan dari pengusaha atau perusahaan berusaha
meminimalisir pengeluaran dengan mengurangi beban gaji. Oleh karena
itu adanya pihak penengah sangatlah penting. Maka pemerintah bersama
legislative sebagai pimpinan Negara berusaha menengahi dengan
menetapkan undang-undang tertentu. Di Indonesia maka muncul lah UMR
(Upah Minimum Regional) dan UMP (Upah Minimum Provinsi).
Penetapan UMR/UMP pun berdasarkan berbagai pertimbangan, yang
dipengaruhi oleh berbagai aspek yang terkait dengan kebutuhan biaya
hidup. Adapun di Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang menetapkan
UMR pada tahun 2016 sebesar Rp1.909.000,00. (Pemprov Jateng,2016).

4. Harta/benda berharga yang dimiliki keluarga


Kepemilikan suatu barang oleh orang tidak terlepas dari apa yang
disebut hak milik, Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan atau
suatu kebendaan dengan leluasa, untuk berbuat bebas dengan kebendaan
itu asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan yang
berlaku.
Dengan adanya beberapa pandangan di atas dapat diketahui bahwa
status social ekonomi sebuah keluarga ditentukan oleh tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, dan harta/barang berharga yang dimiliki keluarga.

2.6. Kerangka Teori


3. - Pendidikan
Status Sosial - Pekerjaan
Ekonomi - Pendapatan
- Harta kekayaan

Cara Pengukuran
Asupan Status
Gizi Bagi AnakGizi
Tugas MK EPG TH 2016

- Pemeriksaan antropometri
- Klinis
- Biokimia
Biofisika

Status Gizi

Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

Masalah Gizi

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas
4.
Variabel Terikat

Status Sosial Ekonomi Status Gizi

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Bebas


Tugas MK EPG TH 2016

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sosial ekonomi yang meliputi
faktor pendapatan, faktor pendidikan, faktor pekerjaan, serta harta/ benda yang
berharga yang dimiliki keluarga.

3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara sosial ekonomi
dengan status gizi.

3.4 Definisi Operasional


N Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala
o Operasional Pengukur
an
Variabel
bebas
1 Status sosial Status sosial Pembagia Kuesioner Nilai Ordinal
. ekonomi ekonomi terbagi n Mean=
menjadi tiga dilihat Kuesioner 55,96
berdasarkan kepada Kategori:
pendidikan, siswa 1. Baik
pendapatan yang jika
perkapital dan kemudian skor
pekerjaan diberikan 55,96
ke orang
tua 2. Buruk
mereka jika skor
untuk 55,96
diisi
Variabel
terikat
1 Status Gizi Pengukuran status Mengiden 1. Timbang berdasarkan Ordinal
. gizi menggunakan tifikasi an Injak nilai
pengukuran umur 2. Micro- IMT/U,
antropometri setiap toise kategori:
berdasarkan IMT/U siswa (Alat 1.Sangat
kemudian penguku Kurus, jika
mengukur r tinggi Skor IMT/U
berat <-3 SD
Tugas MK EPG TH 2016

badan
setiap badan
siswa
dengan
timbangan
injak serta
mengukur
tinggi
badan
mengguna
kan
mengguna
kan
Microtois
e (Alat
pengukur
tinggi
badan
2.Kurus, jika
skor IMT/U
-3 SD
sampai
dengan
<-2SD

3.Normal,
jika Skor
IMT/U
-2SD
sampai
dengan 1SD

4.Gemuk,
jika Skor
IMT/U
>1SD
sampai
dengan
2 SD

5. Obesitas,
jika Skor
Tugas MK EPG TH 2016

IMT/U
>2SD

3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan observational


study dengan metode survei langsung terhadap responden, sebab data
dikumpulkan pada waktu yang bersamaan dan variabel yang diteliti hanya diukur
satu kali.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002:


79). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa SD Negeri Sekaran 02
Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang.

3.6.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri Sekaran 02


Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang, yang duduk di kelas 6. Alasan
pengambilan sampel pada kelas 6 adalah karena kelompok tersebut umumnya
telah memiliki kemampuan yang baik dalam membaca, menulis, dan
menjawab kuesioner, sehingga mudah untuk diajak kerja sama dalam
pengumpulan data. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24
sampel

Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Adapun kriteria


inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut.

1. Kriteria Inklusi
a. Berstatus sebagai siswa aktif SD Negeri Sekaran 02 Kecamatan
Gunung Pati Kota Semarang pada tahun ajaran 2016/2017.
b. Duduk di kelas 6.
c. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
d. Mengisi kuesioner dengan jelas dan lengkap.
2. Kriteria Ekslusi
Tugas MK EPG TH 2016

a. Tidak masuk sekolah saat penelitian berlangsung.


b. Sedang sakit atau kondisinya tidak memungkinkan untuk
menjawab/mengisi kuesioner.

3.7 Sumber Data

3.7.1 Data Primer

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari kuesioner untuk


memperoleh data tentang sosial ekonomi dari orang tua para siswa. Selain itu,
data primer ini diperoleh dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi
badan para siswa dan menanyakan tanggal lahir para siswa untuk mengetahui
umur berdasarkan tahun dan bulan

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa data yang didapatkan dari sekolah, seperti profil dan
gambaran umum sekolah.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.8.1 Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh data sampel, berupa:

3.8.1.1 Pengukuran Berat Badan

Dilakukan dengan menggunakan timbangan injak dengan kapasitas 120 kg


dengan ketelitian 0,1 kg. Keadaan saat ditimbang tanpa alas kaki dan atribut lain
yang mempengaruhi hasil penimbangan.

3.8.1.2 Pengukuran Tinggi Badan

Dilakukan dengan menggunakan microtoice dipasang pada dinding yang


datar tegak lurus lantai. Keadaan saat diukur tanpa menggunakan alas kaki dan
topi dan bersandar tegak sejajar dinding.
Tugas MK EPG TH 2016

3.8.2 Kuesioner

Kusioner dibagikan langsung kepada para siswa untuk diberikan dan diisi
oleh orang tua mereka. Kuesioner ini berisi 25 soal tentang sosial ekonomi yang
meliputi identitas siswa, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan wali murid baik
ayah maupun ibu. Untuk pemberian skor dalam kuesioner tersebut seperti dalam
tabel 3.1 berikut

Tabel 3.1 Pemberian Skor pada Kuesioner


Nomor Jawaban Skor
A 4
1-25 B 3
C 2
D 1

Sedangkan deskripsi hasil penelitian untuk status sosial ekonomi


dikategorikan menggunakan cut of point nilai mean. Untuk nilai mean
dikategorikan buruk sedangkan nilai mean dikategorikan baik.

3.9 Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian ini adalah:


3.9.1 Tahap persiapan. Peneliti menentukan subjek penelitian, tujuan penelitian,
dan tempat penelitian. Peneliti mengajukan surat izin dari Jurusan untuk
diserahkan ke siswa SD Negeri Sekaran 02 Kecamatan Gunung Pati Kota
Semarang.
3.9.2 Tahap pelaksanaan. Peneliti membagikan kuesioner kepada siswa untuk
diisi oleh orang tua mereka. Selain itu, peneliti juga mengidentifikasi umur
setiap siswa serta melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan
3.9.3 Tahap pengolahan data. Peneliti mengecek kembali kelengkapan
kuesioner serta data pengukuran berat badan dan tinggi badan. Kemudian
peneliti memulai untuk pengolahan data dan melakukan analisis. Ada
empat tahap dalam melakukan pengolahan data antara lain:
3.9.3.1 Coding

Coding dilakukan untuk mengklasifikasikan data dengan cara


memberikan kode pada data menurut jenisnya. Data tersebut berasal
dari jawaban responden yang diperoleh melalui pengisian kuesioner.
Tugas MK EPG TH 2016

Setiap variabel dikategorikan sesuai dengan jumlah skor/nilai untuk


masing-masing variabel. Coding tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut.

Tabel 3.2 Pemberian Kode


Variabel Kode Keterangan kode Keterangan
Sosial ekonomi 1 Baik
Baik, jika skor
55,96 (mean)
2 Buruk Buruk ,jika skor
55,96 (mean)
Status gizi 1 Sangat Kurus <-3 SD
2 Kurus -3 SD sampai
dengan <-2SD
3 Normal -2SD sampai
dengan 1SD
4 Gemuk >1SD sampai
dengan 2 SD
5 Obes >2SD

3.9.3.2 Editing

Editing dilakukan dengan mengecek isian formulir apakah


jawaban sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. Proses editing
dilakukan setelah jawaban diberi kode. Setelah itu, dilakuakan
pemeriksaan ulang terhadap jawaban responden. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara melihat kembali hasil pengumpulan data, baik
isi maupun instrumen penelitian, yaitu:

1. Mengecek jumlah lembar pertanyaan;

2. Mengecek kelengkapan identitas responden; dan

3. Mengecek macam isian data.

3. 9.3.3 Entry Data

Entry data yaitu memasukkan data ke dalam program computer.


Sebelum dianalisis lebih lanjut, data yang ada dikelompokkan sesuai
Tugas MK EPG TH 2016

dengan jenisnya. Entry data dilakukan dengan aplikasi dalam


komputer, salah satunya dengan program SPSS.

3.9.3.4 Cleaning

Cleaning dilaksanakan dengan cara melakukan pengecekan


kembali data yang sudah di-entry untuk mengetahui ada kesalahan atau
tidak. Selain itu cleaning juga dilakukan untuk mengetahui apakah ada
missing data, variasi data, dan konsistensi data.

3.10 Teknik Analisis Data

Pengolahan data dan analisis dilakukan dengan menggunakan


program Statistical Package for Social Science (SPSS) 16 for
Windows.

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil


penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui
gambaran terhadap variabel yang diteliti yaitu gambaran tingkat staus
sosial ekonomi dan status gizi yang digambarkan dalam bentuk
prosentase.

3.10.2 Analaisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang


diduga berhubungan dan berkorelasi. Analisis bivariat digunakan untuk
mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan
menggunakan uji statistik Kolmogorov- Smirnov.
Tugas MK EPG TH 2016

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum

4.1.2 Karakteristik Responden


4.1.2.1 Karakteristik Responden Menurut Umur

Pengumpulan data dilakukan terhadap 24 responden yang


merupakan siswa-siswi SDN Sekaran 02, Kota Semarang. Responden
dikategorikan dalam dua kelompok yaitu 9-12 tahun dan 13-15 tahun.
Karakteristik responden menurut umur tersaji dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur


Umur Jumlah Presentase (%)
9-12 tahun 20 83,3
13-15 tahun 4 16,7
Total 24 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa distribusi umur
responden paling banyak pada umur 9-12 tahun. Responden yang
termasuk ke dalam umur 9-12 tahun adalah sebanyak 20 anak (83,3%).
Adapun responden yang berusia 13-15 tahun sebanyak 4 anak (16,7%).
Pembagian responden tidak dilakukan berdasarkan kelas mereka duduk,
melainkan berdasarkan umur.

Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan responden yakni siswa-


siswi yang duduk di bangku kelas VI. Pemilihan responden ini dilakukan
dengan pertimbangan bahwa siswa-siswi yang duduk di bangku kelas VI
telah memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan kelas di
bawahnya.

Tabel 4.1 di atas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan


umur yang paling banyak pada umur 9-12 tahun. Pada kelompok usia 9-12
tahun dan 13-15 tahun masing-masing berjumlah 20 dan 4 siswa. Hal ini
juga mengindikasikan bahwa siswa di kelas VI memiliki kisaran umur
yang berbeda.
Tugas MK EPG TH 2016

4.1.2.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil pengumpulan data karakteristik responden, yaitu jenis


kelamin responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)


Laki-Laki 11 45,8
Perempuan 13 54,2
Total 24 100

Hasil pengumpulan data distribusi responden menurut jenis kelamin


berdasarkan tabel 4.2 tersebut diketahui bahwa responden yang berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 anak (45,8%) dan responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 anak (54,2%).

4.1.3 Hasil Analisis Data Univariat


4.1.3.1 Distribusi Responden Menurut Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi responden diklasifikasikan menjadi dua


kategori, yaitu baik dan buruk. Distribusi responden menurut status sosial
ekonomi tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Status Sosial Ekonomi


Status Sosial Jumlah Presentase (%)
Ekonomi
Baik 12 50
Buruk 12 50
Total 24 100
Tabel 4.3 di atas menunjukkan distribusi status sosial ekonomi
responden. Responden dengan status sosial ekonomi baik yaitu sebesar 12
responden (50%) dan responden dengan status sosial ekonomi buruk sebesar
12 responden (50%). Dari hasil distribusi status sosial ekonomi responden
yang diperoleh adalah berimbang antara responden yang memiliki status
sosial ekonomi baik dan responden yang memiliki status sosial ekonomi
buruk.

4.1.3.2 Distribusi Responden Menurut Status Gizi


Tugas MK EPG TH 2016

Tingkat status gizi responden diklasifikasikan menjadi tiga


kategori, yaitu normal, gemuk dan obesitas. Distribusi responden menurut
status gizi tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Status Gizi


Status Gizi Jumlah Presentase (%)
Normal 17 70,8
Gemuk 4 16,7
Obesitas 3 12,5
Total 24 100
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas menunjukkan distribusi perhitungan
IMT/U hasilnya menunjukan kondisi status gizi paling banyak pada kategori
normal yaitu sebanyak 17 responden (70,8%), dan yang memiliki tingkat
kategori gemuk sebayak 4 responden (16,7%) , sedangkan pada tingkat
kategori obesitas sebanyak 3 responden (12,5%).

4.1.4 Hasil Analisis Data Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini di peroleh dari tingkat status


sosial ekonomi orang tua responden yang di hubungkan dengan status gizi
responden berdasarkan IMT/U. Analisis bivariat yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dan berkorelasi.
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik
Kolmogorov- Smirnov.

4.1.4.2 Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan status gizi siswa-siswi
SDN Sekaran 02

Tabel 4.5 Hubungan Status sosial ekonomi orang tua dengan status gizi siswa-
siswi SDN Sekaran 02
Status Gizi
Status Nilai
sosek normal Gemuk Obes Total p
Jumla Jumla Jumla jumla
h % h % h % h %
Tugas MK EPG TH 2016

29,1 16, 4,1 0,84


Baik 7 7 4 7 1 7 12 100 7
16,
buruk 10 83,3 0 0 2 7 12 100

Dari Tabel 4.5 diperoleh data dari 12 responden dengan status sosial ekonomi
baik, 7 responden (29,17%) memiliki status gizi normal, 4 responden (16,7%)
memilki status gizi gemuk dan 1 responden (4,17%) memilki status gizi obes.
Sedangkan dari 12 responden dengan status sosial ekonomi buruk, 10 responden
(83,3%) memiliki status status gizi normal dan 2 responden (16,7%) memilki
status gizi obes.

Dari hasil uji Kolmogorov Smirnov, diperoleh p value sebesar 0,847 karena p
value >0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara status ekonomi
orang tua dengan status gizi para siswa kelas VI SDN Sekaran 02, Kecamatan
Gunungpati , Kota Semarang.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara


status ekonomi orang tua dengan status gizi para siswa kelas VI SDN Sekaran
02, Kecamatan Gunungpati , Kota Semarang. Hasil ini didasarkan pada uji
Kolmogorov Smirnov diperoleh p value sebesar 0,847 karena p value >0,05.

Hasil peneilitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh


Amirudin (2014) membuktikan bahwa pendapatan orang tua tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan status gizi pada siswa SDN II Tenggong
Rejotangan Tulungagung sebesar 7,45 % dan sisanya 92,55 % dipengaruhi
oleh faktor lainnya. Hal ini dikarenakan faktor status gizi pada masa sekarang
tidak bisa dibuat patokan untuk mengetahui status gizi siswa SDN II
Tenggong Rejotangan Tulungagung. Karena disini, peneliti hanya menilai
status gizi dari IMT/U, tidak sampai pada asupan gizi yang ada pada
makanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa masalah pendapatan orang tua
hanya merupakan salah satu faktor penentu status gizi dalam menunjang
aktivitas kegiatan sehari-hari baik disekolah maupun di luar sekolah. Hal ini
Tugas MK EPG TH 2016

juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Astuti dan Sulistyowati


(2012) menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara pendapatan
dengan status gizi pada anak prasekolah dan sekolah dasar Muhamadyah
Kecamatan Godean Sleman.
Selain itu, hasil penelitian dari oleh Bolang,dkk (2013) tentang hubungan
antara status sosial ekonomi dengan status gizi anak sekolah dasar kelas 4
dan kelas 5 SDN 1 tounelet dan SD katolik st. monica Kecamatan Langowan
Barat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan ibu dengan status gizi dari responden berdasarkan BB/U. Pada
hasil penelitian didapatkan (2,9%) yang ibu bekerja di rumah terdapat
responden dengan status gizi kurang, sedangkan (1,4%) ibu bekerja diluar
rumah terdapat responden dengan status gizi lebih.
Dari hasil penelitian di lapangan (SDN Sekaran 02 ) diperoleh data dari 12
responden dengan status sosial ekonomi baik, 7 responden (29,17%) memiliki
status gizi normal, 4 responden (16,7%) memilki status gizi gemuk dan 1
responden (4,17%) memilki status gizi obes. Sedangkan dari 12 responden
dengan status sosial ekonomi buruk, 10 responden (83,3%) memiliki status
status gizi normal dan 2 responden (16,7%) memilki status gizi obes.

Menurut hasil pengamatan yang telah dilakukan, meskipun status sosial


ekonomi orang tua siswa dikategorikan buruk namun dalam konsumsi
makanan mereka baik sehingga status gizi mereka normal. Hal ini
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan Sekaran yang berada di wilayah kampus
Universitas Negeri Semarang dengan mahasiswa yang banyak dan
mendukung banyaknya orang yang berwirausaha khususnya pada makanan.
Dengan ini memudahkan masyarakat khususnya anak- anak dalam
mendapatkan makanan di sekitar tempat mereka tinggal. Selain itu, harga
yang di jual sangat murah dan mudah terjangkau, sehingga meskipun dengan
keadaan sosial ekonomi buruk tetapi kebutuhan asupan gizi terpenuhi dengan
baik.

Dengan keberadaan kampus Universitas Negeri Semarang di Sekaran,


menyebabkan banyaknya makanan yang tersedia untuk mahasiswa seperti
Tugas MK EPG TH 2016

fast food dan makanan tinggi lemak sehingga menyebabkan masyarakat


sekitar khususnya anak-anak mudah mendapatkan makan-makanan tersebut.
Karena selain banyaknya makanan yang tersedia juga harganya pun
terjangkau. Dengan kejadian tersebut masih tedapat anak-anak yang
berlebihan dalam mengkonsumsi makanan fast food dan makanan tinggi
lemak sehingga mengakibatkan status gizi gemuk dan bahkan terjadi obesitas.
Hal ini sejalan dengan pendapat Masi, dkk. (2013) yang menyatakan fast
food bahwa merupakan makanan siap saji yang mengandung tinggi kalori,
tinggi lemak dan rendah serat. Konsumsi yang tinggi terhadap fast food
(makanan sip saji) dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih atau
kegemukan karena kandungan dari fast food tersebut.
Pada kondisi ekonomi terbatas biasanya pemenuhan gizi pada anak
jadi terabaikan. Namun, pada negara-negara maju masyarakatnya lebih
mengonsumsi kalori dan lemak jenuh melebihi kebutuhan tubuh
disebabkan tingkat pendapatan yang tinggi. Hal tersebut dapat
menyebabkan kegemukan, kegemukan sangat terkait dengan pola makan
dan gaya hidup. Penghasilan yang cukup ketika diimbangi dengan
pengetahuan gizi yang memadai, dan pemanfaatan pangan yang
baik,kebutuhan gizinya akan terpenuhi secara kualitas maupun kuantitas.
Keluarga yang tingkat pendapatannya meningkat tidak selalu
membelanjakan untuk kebutuhan gizi tapi sebaliknya dibelanjakan untuk
barang yang dapat meningkatkan status sosial. Banyak terdapat anak
dengan status gizi kurang pada ayah dan ibu yang secara ekonomi
seharusnya dapat mencukupi kebutuhan makanan yang bergizi.
Tugas MK EPG TH 2016

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan


bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi orang tua dengan status gizi para
siswa kelas VI SDN Sekaran 02, Kecamatan Gunungpati , Kota Semarang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran


antara lain:

1. Bagi Orang Tua


Orang tua hendaknya lebih memperhatikan masukan makanan bagi
anak baik secara kualitas maupun kuantitas karena keadaan gizi
dipengaruhi oleh konsumsi makan. Makanan yang bergizi tidak harus
diperoleh dari makanan yang mahal. Oleh karena itu untuk orang tua
yang mempunyai pendapatan keluarga rendah diharapkan dapat
memanfaatkan hasil pekarangan dan peternakan sehingga anaknya bisa
mempunyai status gizi yang baik. Selain itu orang tua harus rajin
mencari informasi tentang masalah gizi anak.
2. Bagi Pihak Sekolah
Salah satu upaya mengontrol kesehatan anak adalah dengan
mengetahui status gizi anak, hal ini dapat dilakukan dengan penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin, oleh karena itu
hendaknya dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan siswa di sekolah secara rutin agar diketahui apakah berat badan
dan tinggi badan siswa tersebut lebih atau kurang.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Diharapkan untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya dengan
responden yang berbeda atau responden sebaiknya dibandingkan
antara pedesaan dan perkotaan.
b. Pengambilan data dari orang tua siswa tidak hanya dengan
pembagian kuesioner karena ada kemungkinan isian yang ditulis
Tugas MK EPG TH 2016

tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga sebaiknya


dengan wawancara langsung.
c. Dalam penilaian status gizi sebaiknya tidak hanya menggunakan
antropometri tetapi dengan parameter lain, misalnya: biokimia
(pemeriksaan laboratorium: protein, albumin serum) atau diet (jumlah
berapa banyak porsi makan yang dikonsumsi dalam sehari dan jenis
zat gizi yang dikonsumsi).
Tugas MK EPG TH 2016

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Fariza. 2013. Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Sosial Ekonomi
Orang Tua / Wali MuridSiswa Kelas Atas Sekolah DasarNegeri 3 Jatiluhur
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen. Skripsi. Yogyakarta: FIK
UNY
Almatsier, Sunita 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia
PustakaUtama.
Amirudi, Maki. 2014. Hubungan Antara Pendapatan Orang Tua dengan Status
Gizi pada Siswa Sdn II Tenggong Rejotangan Tulungagung. Jurnal
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014,
564 568.
Astuti, F.D, dan Sulistyawati. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan
Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Anak Prasekolah dan
Sekolah Dasar di Kecamatan Godean. Jurnal Kes Mas FKM UAD, Vol.
7 No. 1.
Apriadji, Wied Harry. 1987.GiziKeluarga. Jakarta: Rajawali.
Arisman. 2004.Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Bolang, Kawengian dkk. 2013. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi
dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan Kelas 5 SDN 1
Tounelet dan SD katolik st. monica Kecamatan Langowan. Jurnal
Tumoutou (e-journal unsrat), Vol 2. No 1.
Cahyati dan Ningrum. 2008. Buku Ajar Biostatiska Inferensial. Semarang:
Jurusan IKM FIK UNNES.
Hutagalung, M. 2009. Artikel Pendidikan : Karakteristik Siswa SD. Jakarta.

Kadir dan Suarni. 2016. Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status
Gizi Anak Balita di puskesmas Batua Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis,Volume 9 Nomor 2 Tahun 2016 ISSN : 2302-172.
Khomsan, Ali. 2004.PangandanGiziuntukKesehatan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Koendjaraningrat.1983. Kebudayaan, Mentalisdan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia.
Tugas MK EPG TH 2016

Masi, Mayulu dkk. 2013. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian
Obesitas pada Ansak Sd di Kota Manado. Ejournal keperawatan
(e-Kp),Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013.
Muniruddin, Mohammad. 2010. HubunganAntara Status Gizi Dengan Hasil
Belajar Pada Siswa Kelas V dan VI di Sekolah Dasar Negeri 2 Cepiring
Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang: Unnes.
Notoatmodjo,S.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Upah Minimum Regional


Jawa Tengah.(www.jatengprov.go.id diakses pada tanggal 12 Desember
2016.)
Piaget, J.2005.Teori Perkembangan Kognitif

Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC


Supariasa, I Nyoman.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran ECG

Anda mungkin juga menyukai