DOSEN PEMBIMBING :
Mudhawaroh, SST,.M.Kes
NAMA KELOMPOK :
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena pertolongannya penulisan
makalah mata kuliah “ MUTU PELANAN KESEHATAN “. Makalah ini adalah hasil kerja
penulis yang secara sadar membuat agar bias berguna bagi siapapun khususnya bagi para
mahasiswi Stikes Pemkab Jombang, Program Studi D3 Kebidanan.
Makalah masih belum lengkap untuk itu penulis mohon maaf apabila masih sejumlah hal
yang belum dimasukkan sebagai bahan yang berjudul sesuai dalam makalah ini, jadi usul, saran
dan masukan sangat penulis harapkan dari semua pihak terutama dari ibu dosen supaya penulis
dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian hari.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan harapan penulis agar makalah ini bias berguna bagi
para mahasiswi khususnya untuk mahasiswi program studi D3 Kebidanan sebagai bekal
dikemudian hari.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................4
Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan........................................................................................................................13
3.2. Saran....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang prinsip jaminan mutu
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang dimensi mutu
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang organisasi mutu
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang model jaminan mutu
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang indicator jaminan mutu
6. Untuk mengetahui dan memahami tentang manfaat program jaminan mutu
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
c. Penyandang dana pelayanan kesehatan.
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan kesehatan
yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan efisien. Pasien
diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga biaya
pengobatan dapat menjadi efisien.
d. Pemilik sarana layanan kesehatan.
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang
bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu
menutupi biaya operasional dan pemeliharaan tetapi dengan tarif yang masih
terjangkau oleh pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang tidak mendapat
keluhan dari pasien dan masyarakat.
e. Administrator layanan kesehatan.
Administrator, walaupun tidak memberikan layanan kesehatan pada masyarakat
secara langsung, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan kesehatan.
Administrator berpandanan bahwa layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan
yang dapat menyusun prioritas dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan
harapan pasien serta pemberi layanan kesehatan
7
b. Dimensi keterjangkauan atau akses.
Artinya, layanan kesehatan harus dapat dicapai dan dijangkau oleh masyarakat,
tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi, dan bahasa.
Akses geografis diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis
transportasi, dan/atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang
memperoleh layanan kesehatan.
c. Dimensi efektivitas.
Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau
mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan
berkembangluasnya penyakit yang ada. Efektivitas layanan kesehatan ini bergantung
pada bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten,
dan sesuai dengan situasi setempat. Dimensi efektivitas berhubungan erat dengan
dimensi kompetensi teknis terutama dalam pemilihan alternatif dalam menghadapi
relative risk dan keterampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam standar
layanan kesehatan.
d. Dimensi Efisiensi.
Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi
kesehatan sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien
dapat melayani lebih banyak pasien dan masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak
efisien umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu
lama, dan menimbulkan risiko yang lebih besar pada pasien. Dengan melakukan
analisis efisiensi dan efektivitas kita dapat memilih intervensi yang paling efisien.
e. Dimensi kesinambungan.
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat dilayani
sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi
prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses
ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya. Apabila riwayat penyakit pasien
terdokumentasi dengan lengkap, akurat, dan terkini maka layanan kesehatan rujukan
yang diperlukan pasien dapat terlaksana dengan tepat,waktu dan tempat.
8
f. Dimensi keamanan.
Dimensi keamanan maksudnya adalah layanan kesehatan harus aman baik bagi
pasien, pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang
bermutu harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain. Oleh
karena itu, harus disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah
pihak.
g. Dimensi kenyamanan.
Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan
kesehatan tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen sehingga mendorong
pasien untuk datang berobat kembali ke tempat tersebut. Kenyamanan dan
kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien terhadap organisasi layanan
kesehatan.
h. Dimensi informasi.
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas
tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana layanan kesehatan itu akan/atau
telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan
rumah sakit.
i. Dimensi ketepatan waktu.
Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara yang
tepat oleh pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan dan obat yang tepat,
serta biaya yang tepat (efisien)
j. Dimensi hubungan antarmanusia.
Hubungan antarmanusia adalah hubungan antara pemberi layanan kesehatan
(provider) dengan pasien atau masyarakat (konsumen), pemerintah daerah, lembaga
swadaya masyarakat (LSM), atau antar sesama pemberi layanan kesehatan, (dinas
kesehatan, rumah sakit, puskesmas). Hubungan antarmanusia yang baik akan
menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga
rahasia, saling menghormati, responsif, memberi perhatian, dan lain-lain
9
2.3. Organisasi Mutu
Organisasi mutu adalah unit organisasi yang bertanggung jawab sebagai wadah orang-orang
yang bertanggung jawab pada mutu organisasi, seperti :
a. Komite medis
b. Pengendali infeksi nasokomial
c. Gugus kendali mutu
d. Tim penanganan stoke terpadu
e. Tim pelayanan jantung terpadu (supriyanto dan wulandari,2011)
2) Digunakan daftar titik untuk mengukur tingkatan kepatuhan terhadap standart yang
telah ditetapkan
10
b. Tahap Pendekatan Tim
Tahap pendekatan tim melalui upaya pemecahan masalah. Adapun tahap-tahap analisis
sistem / supervise tahap pendekatan tim adalah sebagai berikut:
1) Pola piker petugas dalam organisasi pelayanan kesehatan akan berubah dari pola pikir
sumberdaya menjadi pola pikir mutu
2) Petugas organisasi pelayanan kesehatan akan menyadari mutu itu sebenarnya dapat
dikendalikan oleh petugas itu sendiri
3) Petugas organisasi dalam pelayanan kesehatan akan menjabarkan tugas mereka dalam
bentuk istilah mutu, artinya dari hanya mementingkan kuantitas atau cakupan
pekerjaan saja, berubah menjadi orientasi kepada mutu
4) Petugas organisasi dalam pelayanan kesehatan akan merasa puas kalau mau
memecahkan masalah mutu yang sulit dan kemudian selanjutnya tingkat kepuasan
akan meningkat kalau masalah mutu yang dipecahkan semakin sulit.
11
2.5. Indikator Jaminan Mutu
Ada 2 macam indicator jaminan mutu yaitu :
a. Indicator persyaratan minimal, untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
pelayanan kesehatan (penyebab ), terdiri atas :
1) Indicator masukan : tenaga, dana , pedoman, sarana dan prasarana
2) Indicator lingkungan : kebijakan, undang-undang , organisasi dan manajeman
fasilitas pelayanan kesehatan
3) Indicator proses : tindakan medis dan non medis yang dikerjakan dala
memberikan pelayanan (alur kerja, praktek, perilaku pelayanan)
b. Indicator penampilan minimal / indicator keluaran, indicator ini mengukur mutu
pelayanan kesehatan (akibat), baik bersifat medis maupun non medis.
a. Pemahaman staf terhadap tingkat mutu pelayana kesehatan yang ingin dicapai
b. Meningkatakan efektifitas pelayanan yang diberikan
c. Mendorong serta meningkatkan efisien dalam pengolahn pelayanan kesehatan
d. Melindungi pelaksanaan kesehatan dari gugatan hukum
e. Semakin meningkatkanya mutu pelayanan
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perbaikan mutu merupakan upaya transformasi budaya kerja organisasi melalui
pengalaman belajar sehinggamerubah cara berpikir setiap orang yang terlibat dalam
organisasi, cara organisasi di kelola,sehingga berubah Kearah yang lebih baik.
Jaminan mutu pelayanan kesehatan ialah, suatu prose upaya yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, sistematis, obyektif, dan terpadu dalam menetapkan masalah
dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan
standart yang telah ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan
masalah mutu sesuai kemampuan yang ada dan menilai haisl yang dicapai guna
menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
(terutama pelayanan kebidanan)
Tujuan program jaminan mutu adalah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan. Prinsip-prinsip jaminan mutu adalah bekerja dalam tim,
memebrikan focus pada perubahan pada proses, mempunyai otoritas kinerja pada
pelanggan, pengambilan keputusan berdasarkan data, dan adanya komitmen pemimpin
dan keterlibatan bawahan dalam perbaikan proses pelayanan.
13
3.2. Saran
Untuk memberikan kepuasan kepada konsumen maka mutu pelayanan kesehatan
di Indonesia harus ditingkatkan, untuk mencapai masyarakat yang sehat dan terbebas dari
berbagai macam penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Cut Sriyanti, SST., M.Keb. 2016. Mutu dan Kebijakan Layanan Kesehatan Komprehensif.
Arief Tarmansyah Iman. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I : Quality Assurance.
Elly Nu'ma Zahroti. 2016. Organisasi Mutu. Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Airlangga
Surabaya.
14