DISUSUN OLEH :
Evi Agustina (191403015)
i
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. “E” MULAI MASA
KEHAMILAN TRIMESTER III SAMPAI MASA PEMILIHAN KONTRASEPSI
DI BPM ZAKIYAH, A.Md Keb
DI DESA PULO LOR KECAMATAN JOMBANG
KABUPATEN JOMBANG
Oleh :
Evi Agustina
NIM 191403015
Tahun 2021
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Nama Tanggal Tanda Tangan
Ketua Penguji : ..................... .................. .........................
Pembimbing I : ..................... .................. .........................
Pembimbing II : ..................... .................. .........................
Mengetahui,
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG
KETUA
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN JUDUL
NIM : 191403015
Evi Agustina
191403015
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa terpanjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmatnyalah sehingga dapat terselesaikan proposal penelitian sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah untuk mendapatkan gelar ahli madya kebidanan
Dalam hal ini, penulis pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Dr. Ririn Probowati, S.Kp.M.Kes selaku Ketua Stikes Pemkab Jombang.
2. Erika Agung M.,SST.M.Kes selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan Stikes
Pemkab Jombang.
3. Dwi Srirahandayani, SST., M.Keb selaku Dosen Pembimbing II yang telah
menyediakan tenaga dan waktu untuk membimbing dan menyempurnakan
dalam penyusunan proposal tugas akhir.
4. Niken Grah Prihartanti, SST., M.Keb selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan tenaga dan waktu untuk membimbing dan menyempurnakan
dalam penyusunan proposal tugas akhir.
5. Zakiyah, A.Md Keb selaku Bidan Desa Pulo Lor Kecamatan Jombang, Kabupaten
Jombang telah menyediakan tenaga dan waktu untuk mendampingi serta
membimbing dalam melakukan asuhan untuk menyelesaikan proposal tugas akhir.
6. Ayah, Ibu, serta adik saya yang tercinta, yang dengan sabar mendengarkan keluh
kesah saya. Yang dengan semangat memberikan support. Yang selalu siap
memberikan semua kebutuhan saya.
7. Responden saya, yang menerima saya sebagai teman dan mau saya
dampingi mulai dari masa kehamilan trimester III sampai masa pemilihan alat
kontrasepsi.
8. Teman teman prodi Bidan yang mau mengulurkan tangan untuk
memberikan bantuan tanpa pamrih.
Akhirnya penulis menyadari bahwa sangatlah banyak kekurangan dalam
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik.
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN JUDUL................................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................................................v
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................6
2.1. Konsep Dasar Kehamilan....................................................................................................6
2.2. Konsep Dasar Persalinan..................................................................................................10
2.3. Manajamen Bayi Baru Lahir Normal..............................................................................12
2.4. Konsep Dasar Nifas/ Puerperium.....................................................................................17
2.5. Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)........................................................................23
2.6. Manajemen Asuhan Kebidanan.......................................................................................29
BAB III...............................................................................................................................................36
METODE STUDI KASUS................................................................................................................36
3.1. Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan COC.......................................................................36
3.2. Pendekatan Penelitian.......................................................................................................36
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................................37
3.4. Subjek Penelitian...............................................................................................................37
3.5. Pengumpulan Data............................................................................................................37
3.6. Uji Keabsahan Data...........................................................................................................39
3.7. Etik Penelitian....................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................42
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangananya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan/ cedera. Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita
yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan
atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2019, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 89,81 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 91,45
per 100.000 kelahiran hidup. Gambaran AKI per Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada
tahun 2019 adalah sebagai berikut, Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2019
tertinggi terdapat di Kabupaten Situbondo yaitu sebesar 198,00 per 100.000 kelahiran
hidup sebanyak 18 orang. Sedangkan AKI terendah ada di Kota Batu yaitu sebesar
31,23 per 100.000 kelahiran hidup atau sebanyak 1 orang. Untuk Kota Kediri 2019
tidak ada kematian ibu (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2019). Walaupun capaian AKI
di Jawa Timur sudah memenuhi target Renstra dan Supas, AKI harus tetap
diupayakan turun.
Di Kabupaten Jombang pada tahun 2019 Angka Kematian ibu sebesar 71,64
per 100.000 KH. Angka tersebut berdasarkan data jumlah kematian maternal 14 kasus
dari 19.543 Kelahiran Hidup. Adapun rincian kematian maternal saat kehamilan
berjumlah 3 orang, pada saat persalinan berjumlah 4 orang dan pada saat nifas
berjumlah 7 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, 2019). Berdasarkan data
yang terlihat, bahwa AKI kabupaten Jombang selama beberapa tahun terakhir
menunjukkan tren yang menurun. Walaupun pada tahun 2017 AKI di kabupaten
Jombang sempat mengalami kenaikan yang cukup pesat dengan capaian 149,68 per
100.000 kelahiran hidup. AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap
kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan.
Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah jumlah
penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena
dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Jumlah kematian bayi
pada tahun 2019 sebanyak 167 bayi dari 19.543 Kelahiran Hidup, atau dengan kata
lain angka AKB Kabupaten Jombang tahun 2019 sebesar 8,55 per 1.000 KH (Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang, 2019).
2
Dalam data tersebut, jumlah angka kematian bayi di Kabupaten Jombang
menunjukkan tren yang menurun dalam beberapa tahun terakhir dari tahun 2016-
2017, namun pada tahun 2018 jumlah angka kematian bayi meningkat lagi. Dari 8,50
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 menjadi 10,28 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2018. Penyebab peningkatan AKB adalah banyaknya bayi lahir dengan
BBLR dan Asfiksia, dan kelainan bawaan.
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di
Kabupaten Jombang adalah meningkatkan kualitas pelayanan tenaga kesehatan
terhadap pelayanan ANC terutama ibu yang beresiko tinggi dan pelayanan PNC,
melakukan skrining PEB atau eklamsi pada setiap ibu hamil, meningkatkan kegiatan
kelas ibu hamil dan kelas ibu balita, meningkatkan 3 kompetensi tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan baik di puskesmas, puskesmas pembantu, dan polindes yang
berkaitan dengan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pemerintah berkomitmen dalam upaya menurunkan kematian ibu dan bayi.
Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah adanya dengan menetapkan 120
Kabupaten/Kota lokus penurunan AKI dan AKB pada tahun 2020 melalui Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/94/2020 tentang Lokus Kegiatan
Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Tahun 2020.
Pada dasarnya ibu hamil sebaiknya lebih sering mengunjungi bidan atau
dokter untuk memeriksakan kehamilannya. Antenatal care (ANC) adalah pengawasan
kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit
yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan
menetapkan risiko kehamilan. Tujuan utama antenatal care adalah
menurunkan/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal (Fatkhiyah &
Izzatul, 2019).
Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap
trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan
minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai menjelang
persalinan).
Tujuan berdasarkan data diatas, hal tersebut adalah suatu kondisi yang perlu
dilakukan pengawasan oleh bidan agar tidak menimbulkan keadaan yang abnormal
atau bahkan kematian. Kematian bisa terjadi akibat dari keterlambatan penanganan,
3
sehingga perlu dilakukan asuhan kebidanan komprehensif, pada ibu hamil sampai
pemilihan kontrasepsi.
Disini penulis menggunakan metode Continuity of care dalam kebidanan
merupakan serangkaian kegiatan pelayanan berkesinambungan mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta keluarga berencana (Sunarsih, 2020).
Continuity of care yang dilakukan oleh bidan pada umumnya berorientasi untuk
meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam suatu periode. Continuity of care
memiliki 3 jenis pelayanan yaitu manajemen, informasi dan hubungan.
Kesinambungan manajemen melibatkan komunikasi antar perempuan dan bidan.
Kesinambungan informasi menyangkut ketersediaan waktu yang relevan.
4
kebidanan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
masa nifas
4. Dapat melakukan pengkajian kepada ibu hamil, menegakkan diagnosa
kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuahan
kebidanan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
neonatus
5. Dapat melakukan pengkajian kepada ibu hamil, menegakkan diagnosa
kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuahan
kebidanan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
pemilihan alat kontrasepsi
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
Pada trimester III dinding vagina akan mengalami peregangan dan
hipertropi otot polos maupun jaringan ikat akan mengendor hal itu
terjadi karena akan adanya persiapan proses persalinan sehingga
mengakibatkan berpanjangnya dinding vagina (Suryati Romauli, 2014).
2. Sistem Payudara
Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran
payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32 minggu warna cairan agak
putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai
anak lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning dan banyak
mengandung lemak, cairan ini disebut kolostrum (Suryati Romauli, 2014).
3. Sistem Perkemihan
Pada kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, maka
maka ibu hamil akan kembali mengeluh sering kencing, karena kandung
kemih mulai tertekan (Suryati Romauli, 2014).
4. Sistem Pencernaan
Perut kembung juga sering terjadi karena adanya tekanan uterus yang
membesar dalam rongga perut (Nur Aini Wihardi & Kehamilan, 2014).
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan
uterus yang membesar dalam rongga perut mendesak organ-organ dalam
perut khususnya saluran pencernaan, usus besar kearah atas.
5. Sistem Integumen
Pada trimester III sistem integumen akan mengalami strie gravidarum
yaitu kulit yang berwarna kemerahan atau kusam biasanya terjadi pada
bagian perut bisa juga menyerang paha dan daerah payudara. Dan pada perut
biasanya terdapat linea nigra atau garis pertengahan di perut yang biasanya
berwarna hitam dan terkadang kecoklatan, dan pada payudara biasanya akan
mengalamai hiperpigmentasi dan hal tersebut akan hilang setelah terjadinya
persalinan dan hilangnya akan bertahap ke warna yang semula (Suryati
Romauli, 2014).
7
6. Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh
Pada trimester III peningkatan berat badan yang normal adalah 5,5 kg
lalu pada akhir kehamilan sekitar 11-12 kg dan cara mengukurnya ada cara
tersendiri yaitu BB dibagi TB pangkat 2 (Suryati Romauli, 2014).
7. Sistem Pernafasan
Pada trimester III akan kesusahan dalam proses pernafasan yang
menyebabkan adalah uterus membesar ke arah diagrafma sehingga
bergeraknya kurang leluasa (Suryati Romauli, 2014).
2) Nutrisi
Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari,
ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
zat besi, dan minum cukup cairan (Sondakh hal 122,2011).
3) Personal Hygiene
Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh setiap ibu
hamil. Kebersihan diri yang buruk dapat berdampak pada kesehatan ibu
dan janin. Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian dua
kali sehari (Sondakh hal 122,2011).
4) Pakaian
Ibu hamil sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar, mudah
dikenakan dan nyaman. Gunakan kutang dengan ukuran sesuai ukuran
payudara dan mampu menyangga seluruh payudara, tidak menggunakan
sepatu tumit tinggi ((Kemenkes RI, 2014).
8
5) Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil ((Kemenkes RI,
2014).
6) Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, coitus diperbolehkan sampai akhir
kehamilan, Coitus tidak dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginaan,
riwayat abortus berulang, abortus/premature imminens, ketuban pecah
sebelum waktunya ((Kemenkes RI, 2014).
7) Senam hamil
Suatu program latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu untuk
mempersiapkan persalinan baik secara fisik atau mental ((Kemenkes RI,
2014).
8) Istirahat/ Tidur
Istirahat dan tidur yang teratur apat meningkatkan kesehatan jasmani
dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin.
Tidur pada malam hari selama kurang lebih 8 jam dan istirahatdalam
keadaan rileks pada siang hari selama 1 jam ((Kemenkes RI, 2014).
9
2.2. Konsep Dasar Persalinan
2.2.1. Pengertian Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala
tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan
janin (Preterm, 2019). Terjadinya persalinan normal bukan berarti tidak ada
komplikasi, tetapi melainkan banyak kemungkinan hal yang bisa terjadi. Salah
satu komplikasinya adalah persalinan preterm.
Di dalam proses persalinan ibu harus tetap terjaga dalam setiap
pelayanan yang diberikan pada saat proses melewati persalinan, dan dalam
pelayanan bayi juga harus tetap terpantau dan terjaga kesetabilannya, pada
keamanan harus tetap berkualitas melalui upaya yang sangat lengkap, tetapi
tetap menggunakan intervensi seminimal mungking agar prinsip keamanan
selalu terjaga.
2.2.3. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan
kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten
dan fase aktif.
2. Fase Aktif
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
- Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm)
- Terjadi penurunan bagian terendah janin (APN, 2016).
2.2.4. Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida
dan 1 jam pada multigravida.
Tanda Persalinan Kala II
1. Adanya dorongan ibu yang ingin mengejan.
2. Adanya tekanan pada anus.
3. Perineum terlihat menonjol.
4. Vulva vagina membuka (APN, 2016).
11
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
3. Tali pusat memanjang
4. Semburan darah tiba tiba (APN, 2016).
2.2.6. Kala IV
a) Setelah Plasenta Lahir
Masasse uterus dapat membuat uterus kontraksi secara baik, ukur
tinggi fundus uteri contohnya 2 jari dibawah pusat, hitung jumlah kehilangan
darah, periksa adanya robekan, evaluasi keadaan umum, dokumentasikan
pada lembar patograf (APN, 2016).
b) Dua Jam Post Partum
Periksa tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kandung kemih, dan darah
yang keluar, 15 menit pada satu jam pertama, 30 menit pada satu jam kedua,
dan mengajarkan ibu cara masasse uterus yang benar, melakukan asuhan
bayi baru lahir (APN, 2016).
2. Sistem Kardiovaskuler
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan
mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan
resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan
ductus arteriosus tertutup (Sondakh,2017).
6. Sistem Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan
2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20
kali dalam 24 jam (Sondakh,2017).
7. Sistem Hati
Selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah (Sondakh,2017).
8. Sistem Imunoglobulin
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami : Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan
saluran nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus,
Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan
Purwoastuti, 2015:135).
14
9. Perubahan Suhu Tubuh
Mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas,
yaitu :
a. Konduksi, pemindahan panas dari tubuh bayi dihantarkan ke benda
sekitar yang suhu lebih rendah melalui kontak langsung.
b. Konveksi, panas yang hilang dari tubuh bayi ke udara sekitar yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada
kecepatan dan suhu udara).
c. Radiasi, panas yang dipancarkan dari bayi ke lingkungan yang lebih
(pemindahan panas antara objek yang memiliki suhu berberda).
d. Evaporasi, panas yang hilang melalui proses penguapan yang
bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas
dengan cara mengubah cairan menjadi uap)
15
g. Reflek berjalan (walking refleks) dengan perlakuan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya ditekankan pada satu bidang datar, maka
bayi akan melakukan gerakan melangkah seolah-olah berjalan.
h. Babinsky refleks apabila diberi rangsangan atau digores pada sisi
lateral telapak kaki kearah atas kemudian aka nada gerakan jari
sepanjang telapak tangan.
3. Pelabelan
Pelabelan dilakukan untuk mengetahui identitas bayi agar bayi tidak
tertukar (Sarwono, 2014).
4. Pemberian Vitamin K
Vitamin K digunakan untuk mencegah perdarahan dan pemberian
vitamin K dilakukan setelah bayi lahir, Vitamin K disuntikkan pada paha
sebelah kiri secara IM, dosis vitamin K yang di butuhkan adalah 1 mg
(Sarwono, 2014).
16
Pengukuran dan penimbangan biasa dilakukan karena biasanya
keluarga sangat ingin tau kondisi lahir bayi tersebut, pita ukur biasanya
tidak akurat bagi pengukuran bayi (Sarwono, 2014).
6. Memandikan Bayi
Memandikan bayi tidak boleh langsung setelah bayi lahir karena dapat
mengakibatkan bayi mengalami hipotermi, bayi baru boleh mandi setalah
6 jam setelah melahirkan (Sarwono, 2014).
7. Pemberian Imunisasi HB 0
Pemberian imunisasi HB 0 dilakukan pada usia 0 sampai 24 jam
imunisasi HB 0 suntikkan pada paha bagian kanan, dan fungsi HB 0
adalah untuk mencegah dari penyakit hepatitis (Sarwono, 2014).
17
2. Tahap Early Puerperium
Keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium. Waktu 1 hari
sesudah melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama). Pada fase ini
seorang bidan harus dapat memastikan involusi uteri ( proses pengecilan
rahim) dalam keadaan normal, tidak ada perda- rahan, lokhea tidak berbau
bu- suk, tidak demam, ibu mendapat- kan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik (Kesehatan et al., 2013)
3. Late Puerperium
Fase 6 minggu sesudah melahirkan. Pada periode ini seorang bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan secara berkala serta
konseling KB (Kesehatan et al., 2013)
2) Lochea
Menurut Sofian (2012) Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
a. Lochea Rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
decidua, vemiks kaseosa, lanugo, mekonium selama 2 hari pasta
persalinan.
18
b. Lochea Sanguilenta
Berwama merah kuning, berisi darah dan lendir hari ke 3-7
pasca persalinan
c. Lochea Serosa
Berwama kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7- 14
pasca persalinan
d. Lochea Alba
Cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lochia Purulenta
Terjadi infeksi yaitu keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
4) Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat
melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia
dapatmengalami kongesti payudara selama beberapa hari pertama
pascapartum karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi
kepada bayi. Wanita yang menyusui berespons terhadap menstimulus bayi
yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang
memproduksi susu (Varney, 2007).
19
mempercepat pengeluaran Asi serta konstipasi, selain itu ibu memerlukan
tambahan kalori 500 kalori tiap hari (RUMSARWIR, 2018)
2) Pola Istirahat
Ibu nifas dianjurkan tidur siang dan beristirahat selagi bayi tidur
merupakan cara untuk mencegah kelelahan pada ibu nifas (Saifuddin,
2009). Istirahat cukup dibutuhkan karena apabila kurang Istirahat akan
mempengaruhi produksi air susu ibu, memperlambat proses involusi, dan
menyebabkan depresi.
3) Personal Hygiene
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air pada daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Membersihkan diri setiap kali selesai
buang air kecil atau besar dan mengganti pembalut minimal dua kali
sehari (Saifuddin, 2009).
4) Pola Eliminasi
Kesulitan buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan
akan rasa sakit, takut jahitan terbuka, atau hemoroid, kesulitan ini dapat
dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan
cukup minum sehingga bisa buang air besar dengan lancar (Saifuddin,
2009).
20
Menerima tanggung jawab akan peran barunya, fase ini akan
berlangsung sepuluh hari.
2. Sepsis
Biasanya sepsis juga mnyerang ibu nifas karena adanya infeksi maka
dari itu biasanya ibu nifas akan di berikan antibiotik untuk pencegahan
infeksi seperti sepsis (Sarwono, 2014).
3. Eklamsia
Eklamsia adalah penyebab kematian ibu nomer 3 dan seharusnya ibu
yang mengalami eklamsia harus dirawat di tempat fasilitas kesehatan yang
memadai dan pada ibu eklamsia harus diberikan pengobatan yaitu
pemberian MgSO4 (Sarwono, 2014).
21
2.4.6. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, kujungan nifas dilakukan minimal
4 kali untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah- masalah yang terjadi.
- 6-8 jam setelah persalinan
- 6 hari setelah persalinan
- 2 minggu setelah persalinan
- 6 minggu setelah persalinan
2.4.7. Asuhan Masa Nifas Berdasarkan Waktu Kunjungan Masa Nifas
1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
a. Mencegah perdarahan masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berhasil dilakukan.
d. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
22
b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
24
Memerlukan penahanan nafsu selama fase kesuburan untuk
menghindari kehamilan
b. Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis,
berbentuk silinder dengan muaranya berpinggir tebal, yang
digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari
ketebalannya, yaitu 0,02 mm (Sri Handayani. Buku ajar pelayanan
keluarga berencana. Hal 71-72. 2010).
(a) Kelebihan
Tidak mengganggu produksi asi, efektif jika
pemakaiannya benar, murah dan tersedia diberbagai tempat,
serta sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro
organisme penyebab PMS (Penyakit Menular Seksual) (Sri
Handayani. Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Hal 71-
72. 2010).
(b) Kekurangan
Kesulitan untuk mempertahankan ereksi, harus tersedia
setiap kali berhubungan, perasaan malu membeli ditempat
umum, serta dapat terjadi kebocoran pada kondom (Sri
Handayani. Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Hal 71-
72. 2010).
26
Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat
sperma untuk masuk ke tuba fallopii (Saifuddin, 2006). Terdapat
dua macam penggolongan AKDR atau yang sering disebut IUD
(Intra Uterine Devices ) yaitu yang mengandung logam (Cu IUD)
dan yang mengandung hormon progesterone atau levonorgestrel.
(a) Kelebihan
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, metode
jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti), sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-
ingat, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu
takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal dengan
Cu AKDR (CuT- 380A), dapat digunakan sampai menopause,
tidak ada interaksi dengan obat-obat (Saifuddin (2006).
(b) Kekurangan
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama
dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid lebih
sakit (Saifuddin (2006).
2. Kontrasepsi Hormonal
Kotrasepsi hormonal adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektifdan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Jenis hormon
yang terkandung adalah estrogen dan progesterone (Baziad, 2002).
27
Tidak mengganggu hubungan seksual, mudah dihentikan setiap
saat, dapat digunakan dalam kontrasepsi darurat
(b) Kekurangan
Mahal dan membosankan untuk diminum, berat badan yang
semakin meningkat, harus digunakan setiap hari dan dalam waktu
yang sama
2) Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dilakukan atau
digunakan pada saat yang tidak disangka sangka dan digunakan
setelah berhubungan seksual (Bidan dan dosen kebidanan Indonesia,
2018).
28
Meningkatkan berat badan tubuh, perdarahan tidak menentu,
suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
29
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Nur Aini Wihardi &
Kehamilan, 2014).
Proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola
pikir. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan
pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktivitas
atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien.
Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 (tujuh ) langkah
yaitu sebagai berikut :
1) Langkah I Identifikasi Data Dasar
Pengumpulan data dasar, melakukan pengkajian dengan pengumpulan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien meliputi, riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, meninjau catata terbaru/catatan sebelumnya,
meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
(1) Data Subjektif
Data yang didapat dan pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian. Data subjektif meliputi:
1. Biodata yaitu identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah,
keluarga). Identitas meliputi:
a. Nama pasien : untuk mengetahui identitas pasien
b. Umur : untuk mengetahui resiko tinggi atau rendahnya kehamilan
pada ibu
c. Agama : untuk mengetahui keyakinan agama pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseIing sesuai dengan pendidikannya.
e. Suku/bangsa : berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan sehari-
hari.
f. Pekerjaan : gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya karena ini juga berpengaruh terhadap aktivitas kesehatan
klien
g. Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
2. Keluhan Utama
30
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
kehamilan.
3. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah, sudah
berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan keberadaannya dalam
keluarga, kesehatan, dan hubungan suami istri dapat memberikan
wawasan tentang keluhan yang ada (Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang, 2018).
4. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah
yang dikeluarkan dan pernahkan dismenorhoe (Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang, 2018).
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui Jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya
(abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam
kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada
kehamilan, persalinan ataupun nifas (Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang, 2018).
6. Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2018).
7. Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu, maupun penyakit
keluarga seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi,
epilepsi, serta riwayat kehamilan dahulu ibu pernah juga hipertensi dan
sembuh saat melahirkan.
8. Kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga
kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah
terpenuhi gizinya atau tidak.
a. Pola Nutrisi
31
Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah 70-80 ribu kkal,
dengan pertambahan berat badan sekitar 12,5 kg. Untuk 20 minggu
terakhir, diperlukan tambahan kalori sekitar 285-300 kkal setiap hari.
b. Pola Eliminasi
Pada wanita hamil terjadi obstipasi karena kurang gerak badan,
peristaltik menurun karena pengaruh hormon dan tekanan pada
rektum oleh kepala. Sedangkan untuk BAK ibu trimester III
mengalami ketidaknyamanan yaitu sering kencing (Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2018).
c. Pola Istirahat
Istirahat cukup minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang
hari
d. Aktifitas
Aktivitas fisik meningkatkan rasa sejahtera ibu hamil. Aktivitas fisik
meningkatkan sirkulasi, membantu relaksasi dan istirahat, dan
mengatasi kebosanan yang juga dialami oleh wanita yang tidak
hamil.Anjuran supaya pasien mempelajari latihan kegel untuk
memperkuat otot-otot di sekitar organ reproduksi dan meningkatkan
tonus otot (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2018).
e. Personal Hygiene
Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia, karena pada masa kehamilan PH
vagina menjadi asam 4-3 menjadi 5-6,5 akibatnya vagina mudah
terkena infeksi (Manuaba, 2010)
f. Pola seksual
Berapa kali melakukan hubungan seksual selama kehamilan dan
adakah keluhan, normalnya boleh dilakukan pada kehamilan trimester
II dan awal trimester III
32
2. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai composmentis.
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi, tekanan
darah normal adalah 120/80 - ≤140/90 mmHg. Pada kasus ibu hamil
dengan hipertensi tekanan darahnya 140/90
b. Suhu
Batas normal suhu tubuh yaitu 35,8-37,5oC. Pada kasus hipertensi <
35 dapat merupakan gejala preeklamsi (Manuaba, 2014)
c. Nadi
Normalnya 60-100 per menit (Sari dan Rimandini, 2014)
d. Respirasi
Frekuensi kurang dari 40 kali permenit/lebih dari 60 kali permenit
(Elisabeth, 2015).
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Muka : Tidak pucat, tidak oedema.
Mata : Konjungtiva merah muda atau pucat, skelera
Mulut : Mulut bersih atau tidak, ada caries dan karang gigi
tidak, ada stomatitis atau tidak
Leher : Dilihat ada pembesaran abnormal pada leher
Dada : Dilihat simetris atau tidak, dilihat apakah ada retraksi
dada
Payudara : Dilihat kebersihan payudara, puting susu menonjol
atau tidak, hiperpigmentasi pada daerah areola mamae
Abdomen : Dilihat apakah ada garis striae gravidarum, garis linea
alba dan nigra, dilihat apakah ada bekas luka operasi.
Anus : Dilihat ada tidaknya haemoroid
Ektremitas : Dilihat apakah ada varises pada ekstremitas,
ekstremitas bawah apakah ada oedema.
33
Palpasi
Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran
kelenjar limfe dan ada tidaknya bendungan vena jugularis.
Payudara : Ada atau tidak ada benjolan abnormal
Abdomen :
- Leopold I : Palpasi fundus uteri untuk menentukan tinggi
fundus uteri dengan dua telapak tangan dan menentukan apa yang
terdapat pada fundus uteri (kepala atau bokong janin)
- Leopold II : Palpasi bagian lateral untuk menentukan
punggung janin, punggung merupakan bagian keras dan rata.
- Leopold III : Pada pelvis dengan pemeriksaan mengarah ke
kaki ibu, kepala akan dapat terjadi ballotement diantara kedua
tangan, kepala teraba bulat dan keras.
- Leopold IV : Bagian terendah digerakkan antara jempol, dan
jari tangan menentukan kepala atau bokong dan seberapa bagian
telah masuk pintu atas panggul.
Auskultasi
Thorak : Terdengar atau tidak wheezing atau ronchi, suara
jantung lup dup
Abdomen : Terdengar DJJ (Detak Jantung Janin) normalnya 120-
160 x/menit reguler atau irregular
34
1. Data Subjektif Data subjektif pada ibu hamil :
- HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
- Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke... 2.
2. Data objektif
Data objektif pada ibu hamil dengan hipertensi meliputi :
Data dasar :
- HPL (Hari Perkiraan Lahir)
- Keadaan umum dan vital sign
TD : normalnya 120/80 - ≤140/90 mmHg
Nadi : normalnya 60-100 x/menit
Suhu : normalnya 35,8-37,5◦c
Respirasi : normalnya 60 x/menit
- Leopold I : Mc. Donald: 26 cm untuk mengetahui TFU dan bagian
apakah yang terdapat di fundus. TFU normal usia 35 kehamilan 28
minggu 3 jari diatas pusat dan bagian yang berada di fundus adalah
bokong
- Leopold II : Bagian bawah perut ibu kepala, punggung berada di
kanan atau kiri
- Leopold III : Bagian terbawah janin kepala sudah masuk PAP atau
bekum
- Leopold IV : Konvergen atau divergen
- Kontraksi teratur atau tidak
- TBJ : Untuk mengetahui perkiraan berat janin
TBJ = (TFU-12) x 155 Normalnya pada usia kehamilan 28 minggu
1020 gram
- DJJ normalnya 120-160 x/menit irreguler/regular
35
Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera, untuk melakukan konsultasi
kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi lain
BAB III
Pengumpulan data
36
Wawancara Observasi Studi Dokumentasi
37
pada kehamilan. Pasien bersedia dilakukan pendampingan mulai dari trimester III
hingga pemilihan alat kontrasepsi.
Keluarga pasien bersedia jika, ibu hamil sebagai pasien dalam studi kasus ini
dilakukan pendampingan selama kehamilan trimester III hingga pemilihan alat
kontrasepsi. Dan bidan praktik mandiri Khodijah bersedia mendampingi peneliti
selama melakukan asuhan pada subjek penelitian dengan sebagai verifikator dalam
penelitian studi kasus ini. Selain itu studi kasus penelitian ini dilakukan secara legal
dengan tanda tangan persetujuan dari pihak pasien, keluarga pasien sebagai saksi dan
juga bidan sebagai verifikator.
2) Wawancara
Menurut Notoatmodjo (2012; h. 139) Wawancara merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mengumpulkan suatu data, dimana penulis mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang atau pasien bahkan
keluarga, atau bercakap-cakap tatap muka dengan orang tersebut. Pada studi
kasus ini penulis akan melakukan wawancara secara langsung pada Ny. E mulai
dari Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, Hingga pemilihan alat
kontrasepsi.
3) Pemeriksaan Fisik
Menurut Notoatmodjo (2012;h. 131) pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan
tubuh manusia secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap
perlu. Pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Tindakan
38
ini dilakukan untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang diderita
pasien.
(1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses pengamatan untuk mendeteksi masalah
kesehatannya pasien. Teknik yang dilakuakan dalam pemeriksaan pada ibu
hamil salah satunya yaitu inspeksi pada mata bagian conjungtiva untuk
mengetahui apa ibu memiliki tanda anemia dan seklera berwarna putih atau
kekuningan. Contoh lain pada abdomen dengan melihat apa perut ibu
mengalami pebesaran sesuai dengan usia kehamilan, apa ada linea nigra dan
striae gravidarum dan luka bekas operasi.
(2) Palpasi
Palpasi adalah pemerikaan dengan menggunkan indra peraba yaitu tangan
untuk mengetahui ketahanan, kekeyalan, kekerasan, tekstur, dan mobilitas.
Teknik ini dapat dilakukan pada pemeriksaan perabaan perut (leopold)
bertujuan untuk menentukan TFU ibu hamil dan bagian-bagian janin didalam
uterus, selain itu pemeriksaan tulang belakang untuk menilai ada kelainan apa
tidak pada tulang belakang.
(3) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan menggunakan ujung jari pada bagian tubuh
mengetahui ukuran, batasan, kosistensi, organ- organ tubuh, dan menentukan
adanya cairan dalam rongga tubuh. Teknik ini dapat dilakukan pada saat
pemeriksaan CVAT dengan mengetuk bagian punggung bawah untuk
mengetahui ada kelainan fungsi ginjal pada ibu hamil, dan refleks patella.
(4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang
dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan alat yaitu stetoskop. Teknik ini
dilakukan pada saat pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop untuk
menilai apa ada kelainan wheezing atau stidor. Sedangkan pada ibu hamil
dengan menggunakan alat berupa linec yang diletakkan ada daerah punctum
maksimum untuk mendengar apa DJJ masih dalam batas normal.
39
Penulis menggunakan intrumen yang berhubungan asuhan kebidanan
komprehensif continuity of care seperti : catatan medis pasien yang berupa buku
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), partograf, skor poedji rochjati, dan literatur
lainnya.
Dalam studi kasus penelitian ini, menggunakan beberapa etik sebagai berikut :
1. Inform Consent/ Persetujuan Menjadi Pasien
Lembar persetujuan merupakan salah satu etika penelitian yang mana
digunakan sebagai tanda persetujuan responden yang akan dijadikan subjek
penelitian,lembar persetujuan diberikan sebelum melakukan penelitian agar calon
responden mengetahui maksut dan tujuan penelitian (Hidayat, 2014). Penulis
sebelum melakukan studi kasus, menanyakan kepada Ny. E apakah Ny.E setuju
atau tidak sebagai subyek dalam penelitian studi kasus ini untuk dilakukannya
asuhan komprehensif berkelanjutan mulai dari hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir hingga pemilihan alat kontrasepsi secara lisan dan di perkuat dengan surat
pernyataan persetujuan untuk di tanda tangani oleh pasien.
3. Autonomy
Responden berhak dalam menentukan keputusan yang menyangkut penelitian
ini setelah responden diberikan penjelasan tentang partisipasinya dalam penelitian
ini (Afiyanti &.Rachmawati,2014). Peneliti tidak menuntut hak pada Ny.E serta
peneliti memberikan hak Ny.E dalam menentukan keputusan yang menyangkut
dalam penelitian ini, setelah Ny. E diberikan penjelasan tentang patisipasinya
dalam penelitian studi kasus ini.
4. Anonymity
Peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam pengumpulan data,nama
responden diberikan kode atau inisial dama depan responden yang akan disajikan
dalam laporan penelitan (Hidayat, 2014). Dalam penelitian studi kasus ini peneliti
hanya menyebutkan nama pasien dengan menggunakan inisial nama pasien.
5. Justice
Prinsip yang mana akan memberikan keadilan dan kesetaraaan dalam
penelitian dengan menghargai hak dalam memberikan asuhan serta hak untuk
menjaga privasi responden (Setiawan & Saryono, 2011). Resiko dan
ketidaknyamanan secara fisik yaitu akan menyita waktu ibu selama memberiksan
asuhan, mulai dari pengkajian yang dilakukan di rumah pasien sampai dengan
pelaksanaan asuhan dengan perkiraan waktu 60-120 menit (atau sesuai dengan
kebutuhan) pada saat kunjungan rumah atau kunjungan ke fasilitas kesehatan.
41
Seluruh kegiatan dalam memberikan asuhan dilakukan dibawah bimbingan dari
bidan yang memiliki legalitas dalam praktik mandiri bidan.
6. Varacity
Dalam melakukan penelitian ini kejujuran merupakan aspek penting guna
memajukan ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan yang diterima tidak
diragukan lagi validitasntya (Sarosa,2017). Dalam penelitian studi kasus ini,
peneliti melakukan penelitian dengan kejujuran yang menjadi aspek dalam
pentingnya guna memajukan pengetahuan sehingga pengetahuan yang diterima
tidak diragukan lagi oleh validitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2019.
Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2019, 53(9), 1689–1699.
Fatkhiyah, N., & Izzatul, A. (2019). Keteraturan kunjungan Antenatal Care di wilayah kerja
42
Puskesmas Slawi Kabupaten Tegal. Indonesia Jurnal Kebidanan, 3(1), 18–23.
Fauziah. (2020). Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Buku Ajar Praktik Asuhan, 1–112.
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/D6NC3
Kebidanan, S., & Masa, P. (n.d.). Suhan kebidanan pada masa nifas .
Kesehatan, K., Indonesia, R., Kemenkes, P., & Jurusan, Y. (2013). Kementerian kesehatan
republik indonesia poltekkes kemenkes yogyakarta jurusan kebidanan.
Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5165/1/4_Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui_6. Modul Praktikum 1 Petunjuk Praktikum Nifas.pdf
Lily Yulaikhah, S. si. . (2019). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Lubis, E. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Ny.Ra Di Puskesmas Amplas
Kecamatan Amplas Kota Madya Medan Tahun 2018. Jurnal Kebidanan, 1–20.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1001/1/LTA ERNA WATI
NIM P07524117110 PDF.pdf
Masniah, M. (2012). Pentingnya Pengetahuan dan Sikap Bidan Dengan Kasus Rujukan
Gawat Darurat Obstetrik. Jurnal Kebidanan Indonesia, 3(2), 60–68.
https://doi.org/10.36419/jkebin.v3i2.71
MURDIANA, E. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S
Dengan Hipotermia. Karya Tulis Ilmiah, 1–111. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/7709/1/EKA MURDIANA.pdf
Nur Aini Wihardi, & Kehamilan, A. (2014). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Enisa
Fitriani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017. 40, 9–134.
Profil Kesehatan Jawa Timur. (2019). (BAB1) buku data menurut provinsi dan kabupaten.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 25–26.
43
RUMSARWIR, M. (2018). ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY.
“M” USIA 42 TAHUN G4P3Ab0Ah3 DENGAN FAKTOR RISIKO UMUR > 42 TAHUN
DI PUSKESMAS MLATI II SLEMAN.
Sunarsih, T. (2020). Asuhan Kebidanan Continuity of Care Di Pmb Sukani Edi Munggur
Srimartani Piyungan Bantul. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 5(1),
39. https://doi.org/10.31764/mj.v5i1.952
44