Anda di halaman 1dari 50

METODOLOGI PENELITIAN

DOSEN : Dwi Srirahandayani , SST.,M.Keb

DISUSUN OLEH :
Evi Agustina (191403015)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

Tahun Ajaran 2021- 2022

i
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. “E” MULAI MASA
KEHAMILAN TRIMESTER III SAMPAI MASA PEMILIHAN KONTRASEPSI
DI BPM ZAKIYAH, A.Md Keb
DI DESA PULO LOR KECAMATAN JOMBANG
KABUPATEN JOMBANG

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli


Madya Kebidanan pada Program Studi D-III Kebidanan

Oleh :
Evi Agustina
NIM 191403015

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

Tahun 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. “E” MULAI MASA


KEHAMILAN TRIMESTER III SAMPAI MASA PEMILIHAN KONTRASEPSI
DI BPM ZAKIYAH, A.Md Keb
DI DESA PULO LOR KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JOMBANG

Nama : Evi Agustina


NIM : 191403015
Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan diterima sebagai persyaratan memperoleh
gelar Ahli Madya Kebidanan program studi D-III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang

Menyetujui,
Nama Tanggal Tanda Tangan
Ketua Penguji : ..................... .................. .........................
Pembimbing I : ..................... .................. .........................
Pembimbing II : ..................... .................. .........................
Mengetahui,
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG
KETUA

Dr. Ririn Probowati, SKp.M.Kes


NIP. 196507151989032003

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN JUDUL

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Evi Agustina

NIM : 191403015

Prodi : D- III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang

Menyatakan bahwa judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. E Mulai


Masa Kehamilan Trimester III Sampai Masa Pemilihan Kontrasepsi Di BPM Zakiyah,
A.Md Keb, Di Desa Pulo Lor Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang” adalah
proposal penelitian yang benar- benar asli dari pemikiran sendiri yang saya lakukan untuk
memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D-
III Kebidanan. Apabila nanti terbukti bahwa study kasus ini tidak asli atau tidak disusun oleh
peneliti sendiri, maka saya sebagai peneliti bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jombang, 19 Juli 2021


Yang membuat pernyataan

Evi Agustina
191403015

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa terpanjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmatnyalah sehingga dapat terselesaikan proposal penelitian sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah untuk mendapatkan gelar ahli madya kebidanan

Dalam hal ini, penulis pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Dr. Ririn Probowati, S.Kp.M.Kes selaku Ketua Stikes Pemkab Jombang.
2. Erika Agung M.,SST.M.Kes selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan Stikes
Pemkab Jombang.
3. Dwi Srirahandayani, SST., M.Keb selaku Dosen Pembimbing II yang telah
menyediakan tenaga dan waktu untuk membimbing dan menyempurnakan
dalam penyusunan proposal tugas akhir.
4. Niken Grah Prihartanti, SST., M.Keb selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan tenaga dan waktu untuk membimbing dan menyempurnakan
dalam penyusunan proposal tugas akhir.
5. Zakiyah, A.Md Keb selaku Bidan Desa Pulo Lor Kecamatan Jombang, Kabupaten
Jombang telah menyediakan tenaga dan waktu untuk mendampingi serta
membimbing dalam melakukan asuhan untuk menyelesaikan proposal tugas akhir.
6. Ayah, Ibu, serta adik saya yang tercinta, yang dengan sabar mendengarkan keluh
kesah saya. Yang dengan semangat memberikan support. Yang selalu siap
memberikan semua kebutuhan saya.
7. Responden saya, yang menerima saya sebagai teman dan mau saya
dampingi mulai dari masa kehamilan trimester III sampai masa pemilihan alat
kontrasepsi.
8. Teman teman prodi Bidan yang mau mengulurkan tangan untuk
memberikan bantuan tanpa pamrih.
Akhirnya penulis menyadari bahwa sangatlah banyak kekurangan dalam
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik.

Jombang, 19 Juli 2021

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN JUDUL................................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................................................v
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................6
2.1. Konsep Dasar Kehamilan....................................................................................................6
2.2. Konsep Dasar Persalinan..................................................................................................10
2.3. Manajamen Bayi Baru Lahir Normal..............................................................................12
2.4. Konsep Dasar Nifas/ Puerperium.....................................................................................17
2.5. Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)........................................................................23
2.6. Manajemen Asuhan Kebidanan.......................................................................................29
BAB III...............................................................................................................................................36
METODE STUDI KASUS................................................................................................................36
3.1. Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan COC.......................................................................36
3.2. Pendekatan Penelitian.......................................................................................................36
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................................37
3.4. Subjek Penelitian...............................................................................................................37
3.5. Pengumpulan Data............................................................................................................37
3.6. Uji Keabsahan Data...........................................................................................................39
3.7. Etik Penelitian....................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................42

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang
memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami menstruasi dan melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar
kemungkinannya terjadi kehamilan (Lily Yulaikhah, 2019).
Dalam hal ini penatalaksaan mulai dari kehamilan hingga pemilihan
kontrasepsi ini merupakan hal yang normal atau fisiologis, hal tersebut dapat berubah
menjadi patologis bila tidak dilakukan asuhan dengan baik dan benar. Ibu dan anak
merupakan bagian dari anggota keluarga yang harus dan perlu mendapatkan prioritas
dalam hal kesehatan. Hal ini penilaian status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan
ibu dan penting untuk dilakukan pemantauan. Karena angka kematian ibu dan anak
menjadi salah satu indikator dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di
suatu negara.
Gawat darurat dalam kebidanan adalah suatu keadaan gawat darurat pada ibu
hamil, bersalin dan nifas. Kasus gawat darurat obstetrik apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Manifestasi klinik kasus gawat darurat
tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas. Penyebab kematian ibu secara
langsung yang terbanyak adalah komplikasi obstetrik, yaitu perdarahan (34%), infeksi
(21%), abortus tidak aman (11%) (Masniah, 2012).
Diagnosis dini dan intervensi yang terbukti efektif terhadap berbagai
komplikasi atau gawat darurat obstetrik yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu
dan bayi memerlukan pengetahuan dan sikap yang lengkap, pengalaman, intuisi
khusus dan kecakapan dalam membuat keputusan secara tepat. Serta lokasi tempat
melahirkan, tenaga penolong dan seberapa cepat ibu dapat dirujuk ke fasilitas rujukan
merupakan kondisi yang sangat krusial dalam menentukan keberhasilan upaya
penyelamatan ibu dan bayi. Pada penyebab kematian komplikasi obstetrik dapat
dicegah jika pada saat kehamilan, persalinan dan nifas, ibu dan bayi mendapatkan
pertolongan tenaga kesehatan terlatih, termasuk bidan dengan sigap dan tanggap.
Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau
dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait

1
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangananya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan/ cedera. Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita
yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan
atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2019, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 89,81 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 91,45
per 100.000 kelahiran hidup. Gambaran AKI per Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada
tahun 2019 adalah sebagai berikut, Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2019
tertinggi terdapat di Kabupaten Situbondo yaitu sebesar 198,00 per 100.000 kelahiran
hidup sebanyak 18 orang. Sedangkan AKI terendah ada di Kota Batu yaitu sebesar
31,23 per 100.000 kelahiran hidup atau sebanyak 1 orang. Untuk Kota Kediri 2019
tidak ada kematian ibu (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2019). Walaupun capaian AKI
di Jawa Timur sudah memenuhi target Renstra dan Supas, AKI harus tetap
diupayakan turun.
Di Kabupaten Jombang pada tahun 2019 Angka Kematian ibu sebesar 71,64
per 100.000 KH. Angka tersebut berdasarkan data jumlah kematian maternal 14 kasus
dari 19.543 Kelahiran Hidup. Adapun rincian kematian maternal saat kehamilan
berjumlah 3 orang, pada saat persalinan berjumlah 4 orang dan pada saat nifas
berjumlah 7 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, 2019). Berdasarkan data
yang terlihat, bahwa AKI kabupaten Jombang selama beberapa tahun terakhir
menunjukkan tren yang menurun. Walaupun pada tahun 2017 AKI di kabupaten
Jombang sempat mengalami kenaikan yang cukup pesat dengan capaian 149,68 per
100.000 kelahiran hidup. AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap
kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan.
Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah jumlah
penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena
dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Jumlah kematian bayi
pada tahun 2019 sebanyak 167 bayi dari 19.543 Kelahiran Hidup, atau dengan kata
lain angka AKB Kabupaten Jombang tahun 2019 sebesar 8,55 per 1.000 KH (Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang, 2019).
2
Dalam data tersebut, jumlah angka kematian bayi di Kabupaten Jombang
menunjukkan tren yang menurun dalam beberapa tahun terakhir dari tahun 2016-
2017, namun pada tahun 2018 jumlah angka kematian bayi meningkat lagi. Dari 8,50
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 menjadi 10,28 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2018. Penyebab peningkatan AKB adalah banyaknya bayi lahir dengan
BBLR dan Asfiksia, dan kelainan bawaan.
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di
Kabupaten Jombang adalah meningkatkan kualitas pelayanan tenaga kesehatan
terhadap pelayanan ANC terutama ibu yang beresiko tinggi dan pelayanan PNC,
melakukan skrining PEB atau eklamsi pada setiap ibu hamil, meningkatkan kegiatan
kelas ibu hamil dan kelas ibu balita, meningkatkan 3 kompetensi tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan baik di puskesmas, puskesmas pembantu, dan polindes yang
berkaitan dengan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pemerintah berkomitmen dalam upaya menurunkan kematian ibu dan bayi.
Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah adanya dengan menetapkan 120
Kabupaten/Kota lokus penurunan AKI dan AKB pada tahun 2020 melalui Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/94/2020 tentang Lokus Kegiatan
Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Tahun 2020.
Pada dasarnya ibu hamil sebaiknya lebih sering mengunjungi bidan atau
dokter untuk memeriksakan kehamilannya. Antenatal care (ANC) adalah pengawasan
kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit
yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan
menetapkan risiko kehamilan. Tujuan utama antenatal care adalah
menurunkan/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal (Fatkhiyah &
Izzatul, 2019).
Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap
trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan
minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai menjelang
persalinan).
Tujuan berdasarkan data diatas, hal tersebut adalah suatu kondisi yang perlu
dilakukan pengawasan oleh bidan agar tidak menimbulkan keadaan yang abnormal
atau bahkan kematian. Kematian bisa terjadi akibat dari keterlambatan penanganan,

3
sehingga perlu dilakukan asuhan kebidanan komprehensif, pada ibu hamil sampai
pemilihan kontrasepsi.
Disini penulis menggunakan metode Continuity of care dalam kebidanan
merupakan serangkaian kegiatan pelayanan berkesinambungan mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta keluarga berencana (Sunarsih, 2020).
Continuity of care yang dilakukan oleh bidan pada umumnya berorientasi untuk
meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam suatu periode. Continuity of care
memiliki 3 jenis pelayanan yaitu manajemen, informasi dan hubungan.
Kesinambungan manajemen melibatkan komunikasi antar perempuan dan bidan.
Kesinambungan informasi menyangkut ketersediaan waktu yang relevan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity Of Care) perlu dilakukan
pada ibu hamil, melahirkan, masa nifas, neonatus, dan KB?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan
continuity of care pada masa kehamilan Trimester III, bersalin, nifas, bayi baru
lahir sampai pemilihan alat kontrasepsi dengan menggunakan manajemen
kebidanan sesuai dengan manajemen kebidanan.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian kepada ibu hamil, menegakkan diagnosa
kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuahan
kebidanan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
masa kehamilan
2. Dapat melakukan pengkajian kepada ibu hamil, menegakkan diagnosa
kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuahan
kebidanan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
masa persalinan
3. Dapat melakukan pengkajian kepada ibu hamil, menegakkan diagnosa
kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuahan

4
kebidanan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
masa nifas
4. Dapat melakukan pengkajian kepada ibu hamil, menegakkan diagnosa
kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuahan
kebidanan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
neonatus
5. Dapat melakukan pengkajian kepada ibu hamil, menegakkan diagnosa
kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuahan
kebidanan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
pemilihan alat kontrasepsi

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
a) Bagi Peneliti
Menambah informasi serta wawasan bagi peneliti tentang asuhan kebidanan
continue of care pada ibu hamil Trimester III sampai pemilihan alat
kontrasepsi
b) Instansi Pendidikan
Sebagai salah satu bahan kepustakaan, bahan referensi atau sumber bacaan
yang berkaitan dengan asuhan kebidanan continue of care pada ibu hamil
Trimester III sampai pemilihan alat kontrasepsi
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan dalam pemberian pelayanan kesehatan pada ibu hamil
Trimester III sampai pemilihan alat kontrasepsi
b) Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan pelayanan yang sesuai pada ibu hamil Trimester III sampai
pemilihan alat kontrasepsi
c) Bagi Responden
Pasien mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan asuhan kebidanan pada ibu
hamil Trimester III sampai pemilihan alat kontrasepsi

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Kehamilan


2.1.1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam rahim seorang
perempuan. Masa kehamilan didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu
bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur yang dihasilkan oleh indung
telur. Masa pembuahan terbentuk kehidupan baru berupa janin dan tumbuh
didalam rahim ibu yang merupakan tempat berlindung yang aman dan nyaman
bagi janin (Fatkhiyah & Izzatul, 2019).
Trimester III adalah dimana usia kehamilan seorang ibu 7-9 bulan atau
kehamilan memasuki minggu ke-28 sampai tiba waktu melahirkan (28-40
minggu). Trimester III ditandai dengan klimaks kegembiraan emosi karena
kelahiran bayi ((Kemenkes RI, 2014)

2.1.2. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis pada Ibu Kehamilan


Trimester III
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus mulai menekan kearah tulang belakang, menekan vena kava
dan aorta sehingga aliran darah tertekan. Pada akhir kehamilan sering
terjadi kontraksi uterus yang disebut his palsu (braxton hicks). Istmus
uteri menjadi bagian korpus dan berkembang menjadi segmen bawah
rahim yang lebih lebar dan tipis, servik menjadi lunak sekali dan lebih
mudah dimasuki dengan satu jari pada akhir kehamilan (Suryati
Romauli, 2014).
b. Ovarium
Pada trimester III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi karena
telah digantikan oleh placenta yang telah terbentuk (Suryati Romauli,
2014).
c. Vagina dan Vulva

6
Pada trimester III dinding vagina akan mengalami peregangan dan
hipertropi otot polos maupun jaringan ikat akan mengendor hal itu
terjadi karena akan adanya persiapan proses persalinan sehingga
mengakibatkan berpanjangnya dinding vagina (Suryati Romauli, 2014).

2. Sistem Payudara
Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran
payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32 minggu warna cairan agak
putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai
anak lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning dan banyak
mengandung lemak, cairan ini disebut kolostrum (Suryati Romauli, 2014).

3. Sistem Perkemihan
Pada kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, maka
maka ibu hamil akan kembali mengeluh sering kencing, karena kandung
kemih mulai tertekan (Suryati Romauli, 2014).

4. Sistem Pencernaan
Perut kembung juga sering terjadi karena adanya tekanan uterus yang
membesar dalam rongga perut (Nur Aini Wihardi & Kehamilan, 2014).
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan
uterus yang membesar dalam rongga perut mendesak organ-organ dalam
perut khususnya saluran pencernaan, usus besar kearah atas.

5. Sistem Integumen
Pada trimester III sistem integumen akan mengalami strie gravidarum
yaitu kulit yang berwarna kemerahan atau kusam biasanya terjadi pada
bagian perut bisa juga menyerang paha dan daerah payudara. Dan pada perut
biasanya terdapat linea nigra atau garis pertengahan di perut yang biasanya
berwarna hitam dan terkadang kecoklatan, dan pada payudara biasanya akan
mengalamai hiperpigmentasi dan hal tersebut akan hilang setelah terjadinya
persalinan dan hilangnya akan bertahap ke warna yang semula (Suryati
Romauli, 2014).
7
6. Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh
Pada trimester III peningkatan berat badan yang normal adalah 5,5 kg
lalu pada akhir kehamilan sekitar 11-12 kg dan cara mengukurnya ada cara
tersendiri yaitu BB dibagi TB pangkat 2 (Suryati Romauli, 2014).

7. Sistem Pernafasan
Pada trimester III akan kesusahan dalam proses pernafasan yang
menyebabkan adalah uterus membesar ke arah diagrafma sehingga
bergeraknya kurang leluasa (Suryati Romauli, 2014).

2.1.3. Kebutuhan Dasar Pada Ibu Kehamilan Trimester III


1) Oksigen
Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan
berpengaruh pada bayi yang dikandung (Sondakh hal 122,2011).

2) Nutrisi
Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari,
ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
zat besi, dan minum cukup cairan (Sondakh hal 122,2011).

3) Personal Hygiene
Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh setiap ibu
hamil. Kebersihan diri yang buruk dapat berdampak pada kesehatan ibu
dan janin. Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian dua
kali sehari (Sondakh hal 122,2011).

4) Pakaian
Ibu hamil sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar, mudah
dikenakan dan nyaman. Gunakan kutang dengan ukuran sesuai ukuran
payudara dan mampu menyangga seluruh payudara, tidak menggunakan
sepatu tumit tinggi ((Kemenkes RI, 2014).
8
5) Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil ((Kemenkes RI,
2014).

6) Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, coitus diperbolehkan sampai akhir
kehamilan, Coitus tidak dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginaan,
riwayat abortus berulang, abortus/premature imminens, ketuban pecah
sebelum waktunya ((Kemenkes RI, 2014).

7) Senam hamil
Suatu program latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu untuk
mempersiapkan persalinan baik secara fisik atau mental ((Kemenkes RI,
2014).

8) Istirahat/ Tidur
Istirahat dan tidur yang teratur apat meningkatkan kesehatan jasmani
dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin.
Tidur pada malam hari selama kurang lebih 8 jam dan istirahatdalam
keadaan rileks pada siang hari selama 1 jam ((Kemenkes RI, 2014).

2.1.4. Perubahan Psikologis Pada Ibu Kehamilan Trimester III


Pada trimester III ibu biasa merasa dirinya aneh, jelek, dan merasa
dirinya tidak menarik lagi, dan timbul rasa tidak nyaman, merasa tidak
senang biasanya karena bayi tidak lahir tepat pada waktunya, biasanya akan
merasakan kawatir dengan keadaannya dan bayinya begitu pula ibu akan
mengalami ketakutan karena akan mengalami rasa sakit, ibu akan sangat
merasa sedih karena akan terpisah dengan bayinya, perhatian akan di rasakan
ibu mulai menghilang, akan mudah terluka, hasrat seksualitas akan menurun
(Suryati Romauli, 2014).

9
2.2. Konsep Dasar Persalinan
2.2.1. Pengertian Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala
tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan
janin (Preterm, 2019). Terjadinya persalinan normal bukan berarti tidak ada
komplikasi, tetapi melainkan banyak kemungkinan hal yang bisa terjadi. Salah
satu komplikasinya adalah persalinan preterm.
Di dalam proses persalinan ibu harus tetap terjaga dalam setiap
pelayanan yang diberikan pada saat proses melewati persalinan, dan dalam
pelayanan bayi juga harus tetap terpantau dan terjaga kesetabilannya, pada
keamanan harus tetap berkualitas melalui upaya yang sangat lengkap, tetapi
tetap menggunakan intervensi seminimal mungking agar prinsip keamanan
selalu terjaga.

2.2.2. Tanda dan Gejala Inpartu


1. Adanya pembukaan serviks
2. Adanya kontraksi uterus yang terjadi 2 kali dalam 10 menit.
3. Keluarnya cairan lendir bercampur darah (APN, 2016).

2.2.3. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan
kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten
dan fase aktif.

Dalam kala I, dibagi menjadi dua, yaitu :


10
1. Fase Laten
- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap

- Pembukaan servix kurang dari 4 cm


- Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam (APN, 2016).

2. Fase Aktif
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
- Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm)
- Terjadi penurunan bagian terendah janin (APN, 2016).

2.2.4. Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida
dan 1 jam pada multigravida.
Tanda Persalinan Kala II
1. Adanya dorongan ibu yang ingin mengejan.
2. Adanya tekanan pada anus.
3. Perineum terlihat menonjol.
4. Vulva vagina membuka (APN, 2016).

2.2.5. Kala III


a) Manajemen Aktif Kala III
1. Penyuntikkan oksitosin 10 unit 1 menit segera setelah bayi lahir.
2. Melakukan penegangan tali pusat.
3. Melakukan massase fundus uteri (APN, 2016).
b) Tanda- tanda pelepasan plasenta

11
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
3. Tali pusat memanjang
4. Semburan darah tiba tiba (APN, 2016).
2.2.6. Kala IV
a) Setelah Plasenta Lahir
Masasse uterus dapat membuat uterus kontraksi secara baik, ukur
tinggi fundus uteri contohnya 2 jari dibawah pusat, hitung jumlah kehilangan
darah, periksa adanya robekan, evaluasi keadaan umum, dokumentasikan
pada lembar patograf (APN, 2016).
b) Dua Jam Post Partum
Periksa tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kandung kemih, dan darah
yang keluar, 15 menit pada satu jam pertama, 30 menit pada satu jam kedua,
dan mengajarkan ibu cara masasse uterus yang benar, melakukan asuhan
bayi baru lahir (APN, 2016).

2.3. Manajamen Bayi Baru Lahir Normal


2.3.1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir (Sondakh,2017) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir cukup bulan, 38-42 minggu denganberat badan sekitar 2500-3000gram
dan panjang badan sekitar 50-55 cm.

2.3.2. Ciri-ciri Bayi Normal


Menurut (Lubis, 2018)
a. Berat badan 2.500-4.000 gram.
b. Panjang badan 48-52.
c. Lingkar dada 30-38.
d. Lingkar kepala 33-35.
e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
f. Pernapasan ±40-60 kali/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup.
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna.
12
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan
pada laki- laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada.
k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik
m. Refleks grap atau menggenggam sudah baik.
n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan

2.3.3. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar


Uterus
1. Sistem Pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah
kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem
saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.
Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit
(Sondakh,2017).

2. Sistem Kardiovaskuler
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan
mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan
resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan
ductus arteriosus tertutup (Sondakh,2017).

3. Sistem Metabolisme dan Termoregulasi


Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi
diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak (MURDIANA, 2017).
Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC,
maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi,
dan radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik akanmenyebabkan bayi
menderita hipotermi dan trauma dingin (cold injury) (Sondakh,2017).
13
4. Sistem Neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan
tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk,
mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas (Sondakh,2017).
5. Sistem Gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi
50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari
hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai
120mg/100mL (Sondakh,2017).

6. Sistem Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan
2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20
kali dalam 24 jam (Sondakh,2017).

7. Sistem Hati
Selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah (Sondakh,2017).

8. Sistem Imunoglobulin
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami : Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan
saluran nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus,
Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan
Purwoastuti, 2015:135).

14
9. Perubahan Suhu Tubuh
Mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas,
yaitu :
a. Konduksi, pemindahan panas dari tubuh bayi dihantarkan ke benda
sekitar yang suhu lebih rendah melalui kontak langsung.
b. Konveksi, panas yang hilang dari tubuh bayi ke udara sekitar yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada
kecepatan dan suhu udara).
c. Radiasi, panas yang dipancarkan dari bayi ke lingkungan yang lebih
(pemindahan panas antara objek yang memiliki suhu berberda).
d. Evaporasi, panas yang hilang melalui proses penguapan yang
bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas
dengan cara mengubah cairan menjadi uap)

10. Reflek pada Bayi Baru Lahir


a. Reflek kedipan, merupakan respon terhadap cahaya terang yang
mengindikasi normalnya saraf optik.
b. Reflek menghisap (rooting refleks) merupakan reflek bayi yang
membuka mulut atau mencari putting susu. Apabila diberi rangsangan
pada ujung mulut kepala akan menoleh kearah rangsangan.
c. Sucking reflex, yang dilihat pada saat bayi menyusu.
d. Tonick neck reflex, letakkan dalam posisi telentang, putar kepala ke
satu sisi dengan badan ditahan, ekstermitas terekstensi pada sisi kepala
yang diputar, tetapi ekstermitas pada sisi lain fleksi. Pada sisi keadaan
normal, bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala ketika
diputar ke sisi pengujian saraf assensori.
e. Reflek menggenggam (grasping refleks) dengan perlakuan bila telapak
tangan dirangsang akan member reaksi seperti menggenggam.
f. Reflek moro dengan perlakuan bila diberi rangsangan yang
mengejutkan atau spontan akan terjadi reflek lengan dan tangan
terbuka serta kemudian diakhiri dengan adduksi lengan.

15
g. Reflek berjalan (walking refleks) dengan perlakuan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya ditekankan pada satu bidang datar, maka
bayi akan melakukan gerakan melangkah seolah-olah berjalan.
h. Babinsky refleks apabila diberi rangsangan atau digores pada sisi
lateral telapak kaki kearah atas kemudian aka nada gerakan jari
sepanjang telapak tangan.

2.3.4. Asuhan Bayi Baru Lahir


1. Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi Menyusui Dini dilakukan selama 1 jam di dada ibu karena
dapat membuat bayi nyaman dan dapat mempertahankan susu tubuh bayi
agar tetap optimal, selama bayi di taruh di dada ibu di harapkan bayi dapat
menemukan puting susu dan tanda tanda bayi akan mencari puting susu
adalah dengan cara membuka mulutnya dan jika sudah bayi akan mulai
memberikan reflek hisap pada puting susu ibu (Sarwono, 2014).

2. Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat


Pada saat pemotongan tali pusat petugas harus dalam keadaan yang
steril karena dapat menyebabkan bayi terkena tetanus neonatorium dan
terjadi infeksi kemudian tali pusat di potong 2-3 cm, lalu ikat tali pusat
(Sarwono, 2014).

3. Pelabelan
Pelabelan dilakukan untuk mengetahui identitas bayi agar bayi tidak
tertukar (Sarwono, 2014).

4. Pemberian Vitamin K
Vitamin K digunakan untuk mencegah perdarahan dan pemberian
vitamin K dilakukan setelah bayi lahir, Vitamin K disuntikkan pada paha
sebelah kiri secara IM, dosis vitamin K yang di butuhkan adalah 1 mg
(Sarwono, 2014).

5. Pengukuran Berat dan Panjang Lahir

16
Pengukuran dan penimbangan biasa dilakukan karena biasanya
keluarga sangat ingin tau kondisi lahir bayi tersebut, pita ukur biasanya
tidak akurat bagi pengukuran bayi (Sarwono, 2014).

6. Memandikan Bayi
Memandikan bayi tidak boleh langsung setelah bayi lahir karena dapat
mengakibatkan bayi mengalami hipotermi, bayi baru boleh mandi setalah
6 jam setelah melahirkan (Sarwono, 2014).
7. Pemberian Imunisasi HB 0
Pemberian imunisasi HB 0 dilakukan pada usia 0 sampai 24 jam
imunisasi HB 0 suntikkan pada paha bagian kanan, dan fungsi HB 0
adalah untuk mencegah dari penyakit hepatitis (Sarwono, 2014).

8. Pemberian Salep Mata


Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah
terjadinya infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah
lahir (Sarwono, 2014).

2.4. Konsep Dasar Nifas/ Puerperium


2.4.1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama
masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil (Kebidanan & Masa, n.d.)

2.4.2. Tahapan Masa Nifas


1. Tahap Immediate Puerperium/ Puerperium Dini
Keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam sesudah
persalinan (0-24 jam sesudah melahirkan). Oleh karena itu, bidan perlu
melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu (Kesehatan et
al., 2013)

17
2. Tahap Early Puerperium
Keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium. Waktu 1 hari
sesudah melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama). Pada fase ini
seorang bidan harus dapat memastikan involusi uteri ( proses pengecilan
rahim) dalam keadaan normal, tidak ada perda- rahan, lokhea tidak berbau
bu- suk, tidak demam, ibu mendapat- kan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik (Kesehatan et al., 2013)

3. Late Puerperium
Fase 6 minggu sesudah melahirkan. Pada periode ini seorang bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan secara berkala serta
konseling KB (Kesehatan et al., 2013)

2.4.3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


1) Involusi Uterus
Involusi uterus merupakan proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan (RUMSARWIR, 2018)

Tabel. 3 Perubahan Uterus Masa Nifas

Involusi TFU Berat Uterus


Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram
1 minggu Pertengahan pusat 500 gram
simpisis
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram
simpisis
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal sebelum hamil 30 gram

2) Lochea
Menurut Sofian (2012) Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
a. Lochea Rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
decidua, vemiks kaseosa, lanugo, mekonium selama 2 hari pasta
persalinan.

18
b. Lochea Sanguilenta
Berwama merah kuning, berisi darah dan lendir hari ke 3-7
pasca persalinan
c. Lochea Serosa
Berwama kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7- 14
pasca persalinan

d. Lochea Alba
Cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lochia Purulenta
Terjadi infeksi yaitu keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

3) Vagina dan Perineum


Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengalami beberapa derajat edema memar, dan celah pada introitus.
Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina
kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang
vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya
longgar (Varney, 2007).

4) Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat
melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia
dapatmengalami kongesti payudara selama beberapa hari pertama
pascapartum karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi
kepada bayi. Wanita yang menyusui berespons terhadap menstimulus bayi
yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang
memproduksi susu (Varney, 2007).

2.4.4. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


1) Nutrisi
Konsumsi makanan dengan menu seimbang, bergizi dan cukup kalori,
membantu memulihkan tubuh dan mempertahankan tubuh dari infeksi,

19
mempercepat pengeluaran Asi serta konstipasi, selain itu ibu memerlukan
tambahan kalori 500 kalori tiap hari (RUMSARWIR, 2018)

2) Pola Istirahat
Ibu nifas dianjurkan tidur siang dan beristirahat selagi bayi tidur
merupakan cara untuk mencegah kelelahan pada ibu nifas (Saifuddin,
2009). Istirahat cukup dibutuhkan karena apabila kurang Istirahat akan
mempengaruhi produksi air susu ibu, memperlambat proses involusi, dan
menyebabkan depresi.

3) Personal Hygiene
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air pada daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Membersihkan diri setiap kali selesai
buang air kecil atau besar dan mengganti pembalut minimal dua kali
sehari (Saifuddin, 2009).

4) Pola Eliminasi
Kesulitan buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan
akan rasa sakit, takut jahitan terbuka, atau hemoroid, kesulitan ini dapat
dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan
cukup minum sehingga bisa buang air besar dengan lancar (Saifuddin,
2009).

5) Dukungan Psikologis (RUMSARWIR, 2018)


a. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani
(1) Fase Taking In
Periode ketergantungan, periode ini berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan
(2) Fase Taking Hold
Pada fase ini akan timbul rasa khawatir akan ketidaknyaman
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
(3) Fase Leting Go

20
Menerima tanggung jawab akan peran barunya, fase ini akan
berlangsung sepuluh hari.

b. Post Partum Blues (RUMSARWIR, 2018)


Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan
momen yang sangat bahagiakan, tapi kadang harus menemui
kenyataan bahwa tak semua menganggap nseperti itu karena ada juga
wanita yang mengalami depresi setelah melahirkan.
2.4.5. Bahaya Dalam Masa Nifas
1. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena hal hal yang dialami oleh ibu pada saat hamil
atau nifas biasanya pada saat hamil ibu mengalami anemia yang tidak
tertangani hal tersebut dapat mengakibatkatkan terjadinya perdarahan
pada saat masa nifas, namun biasanya perdarahan juga bisa terjadi karena
atonia uteri, retensio plasenta, maupun laserasi. Dan juga bisa disebabkan
oleh kandung kemih yang penuh sehingga harus dilakukan katerisasi jika
memang ibu tidak bisa buang air kecil, jika bisa ibu dianjurkan buang air
kecil terlebih dahulu (Sarwono, 2014).

2. Sepsis
Biasanya sepsis juga mnyerang ibu nifas karena adanya infeksi maka
dari itu biasanya ibu nifas akan di berikan antibiotik untuk pencegahan
infeksi seperti sepsis (Sarwono, 2014).

3. Eklamsia
Eklamsia adalah penyebab kematian ibu nomer 3 dan seharusnya ibu
yang mengalami eklamsia harus dirawat di tempat fasilitas kesehatan yang
memadai dan pada ibu eklamsia harus diberikan pengobatan yaitu
pemberian MgSO4 (Sarwono, 2014).

4. Infeksi Saluran Kemih


Hal ini biasanya terjadi pada ibu yang mengalami partus macet, bisa
terjadi karena ketuban pecah dini (Sarwono, 2014).

21
2.4.6. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, kujungan nifas dilakukan minimal
4 kali untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah- masalah yang terjadi.
- 6-8 jam setelah persalinan
- 6 hari setelah persalinan
- 2 minggu setelah persalinan
- 6 minggu setelah persalinan
2.4.7. Asuhan Masa Nifas Berdasarkan Waktu Kunjungan Masa Nifas
1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
a. Mencegah perdarahan masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berhasil dilakukan.
d. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)


a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak
ada bau menyengat.
b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.

3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)


a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat.

22
b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.

4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)


a. Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialaminya.
b. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini

2.5. Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)


2.5.1. Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur
jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip
dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki laki mencapai dan
membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi
untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang didalam rahim (Fauziah, 2020)

2.5.2. Fisiologis Keluarga Berencana


Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum yaitu pemberian dukungan dan pemantapan
penerimaan gagasan KB. Tujuan khusus yaitu penurunan angka kelahiran
yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan KB digolongkan
ke dalam 3 fase yaitu fase menunda kehamilan, fase menjarangkan kehamilan,
fase menghentikan kehamilan

2.5.3. Metode Keluarga Berencana


1. Kontrasepsi Non Hormonal
Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung
hormon, baik estrogen maupun progesterone (Hartanto, 2004).
23
Jenis- jenis Kontrasepsi Non Hormonal
a. Kontrasepsi Alamiah
1) Metode Kalender
Metode kalender adalah metode kontrasepsi sederhana ysng
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
Knaus (ahli kebidanan Vienna) berpendapat bahwa ovulasi terjadi
tepat 14 hari sebelum menstrusi berikutnya.Sedangkan Ogino (ahli
ginekologi Jepang) berpendapat bahwa ovulasi tidak terjadi tepat
14 hari sebelum menstruasi tetapi terjadi 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya (Ambarwati, 2012).
(a) Kelebihan
Menurut teori Hartanto (2004) yaitu :
 Ditinjau dari segi ekonomi: KB kalender dilakukan secara
alami dan tanpa biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk membeli alat kontrasepsi.
 Dari segi kesehatan: sistem kalender ini jelas jauh lebih
sehat karena bisa dihindari adanya efek sampingan yang
merugikan seperti halnya memakai alat kontrasepsi lainnya
(terutama yang berupa obat).
 Dari segi psikologis: yaitu sistem kalender ini tidak
mengurangi kenikmatanhubungan itu sendiri seperti bila
memakai kondom misalnya. Meski tentu saja dilain pihak
dituntut kontrol diri dari pasangan untuk ketat berpantang
selama masa subur.
(b) Kekurangan
Teori lain dalam buku Wikhjosastro H (2005) mengemukakan
kekurangan metode kalender :
 Diperlukan banyak pelatihan untuk biasa menggunakannya
dengan benar
 Memerlukan pemberian asuhan (non – medis) yang sudah
terlatih

24
 Memerlukan penahanan nafsu selama fase kesuburan untuk
menghindari kehamilan

2) Metode Suhu Basal


Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur
suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan
masa ovulasi. Metode suhu basal tubuh mendeteksi kapan ovulasi
terjadi.
Keadaan ini dapat terjadi karena progesterone, yang dihasilkan
oleh korpus luteum, menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh
dipertimbangkan sebagai masa ovulasi, suhu tubuh mengalami
peningkatan sedikitnya 0,2-0,5 derajat celcius di atas 6 kali
perubahan suhu sebelumnya yang diukur (Sri Handayani. Buku
ajar pelayanan keluarga berencana, hal 60-61. 2010).

3) Metode Lendir Servik


Metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan
terhadap perubahan lender serviks wanita yang dapat dideteksi dari
vulva. Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap
perubahan lender serviks selama siklus menstruasi yang
menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilisasi
maksimal dalam masa subur (Sri Handayani. Buku ajar pelayanan
keluarga berencana, hal 60-61. 2010).

4) Metode Amenore Laktasi (MAL)


Metode amenorrhea laktasi adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara
eksklusif,artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian
makanan atau minuman apapun (Sri Handayani. Buku ajar
pelayanan keluarga berencana, hal 60-61. 2010)
(a) Kelebihan
Tidak mengganggu senggama, Dapat dilakukan segera setelah
melahirkan, Tidak memerlukan biaya (Bidan dan dosen
kebidanan Indonesia, 2018).
25
(b) Kekurangan
Tidak efektif digunkan selama 6 bulan, Kesulitan
memperthankan menyusui secara eksklusif, Memerlukan
persiapan sejak kehamilan (Bidan dan dosen kebidanan
Indonesia, 2018).

b. Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis,
berbentuk silinder dengan muaranya berpinggir tebal, yang
digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari
ketebalannya, yaitu 0,02 mm (Sri Handayani. Buku ajar pelayanan
keluarga berencana. Hal 71-72. 2010).
(a) Kelebihan
Tidak mengganggu produksi asi, efektif jika
pemakaiannya benar, murah dan tersedia diberbagai tempat,
serta sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro
organisme penyebab PMS (Penyakit Menular Seksual) (Sri
Handayani. Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Hal 71-
72. 2010).
(b) Kekurangan
Kesulitan untuk mempertahankan ereksi, harus tersedia
setiap kali berhubungan, perasaan malu membeli ditempat
umum, serta dapat terjadi kebocoran pada kondom (Sri
Handayani. Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Hal 71-
72. 2010).

2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

26
Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat
sperma untuk masuk ke tuba fallopii (Saifuddin, 2006). Terdapat
dua macam penggolongan AKDR atau yang sering disebut IUD
(Intra Uterine Devices ) yaitu yang mengandung logam (Cu IUD)
dan yang mengandung hormon progesterone atau levonorgestrel.
(a) Kelebihan
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, metode
jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti), sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-
ingat, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu
takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal dengan
Cu AKDR (CuT- 380A), dapat digunakan sampai menopause,
tidak ada interaksi dengan obat-obat (Saifuddin (2006).
(b) Kekurangan
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama
dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid lebih
sakit (Saifuddin (2006).

2. Kontrasepsi Hormonal
Kotrasepsi hormonal adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektifdan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Jenis hormon
yang terkandung adalah estrogen dan progesterone (Baziad, 2002).

Jenis- jenis Kontrasepsi Hormonal :


1) Kontrasepsi Pil
Kontrasepsi oral (pil) adalah cara kontrasepsi untuk wanita yang
berbentuk pil, didalam pil berisi gabungan dari hormon estrogen dan
progesteron atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja. Cara
kerjanya menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir
serviks.
(a) Kelebihan

27
Tidak mengganggu hubungan seksual, mudah dihentikan setiap
saat, dapat digunakan dalam kontrasepsi darurat
(b) Kekurangan
Mahal dan membosankan untuk diminum, berat badan yang
semakin meningkat, harus digunakan setiap hari dan dalam waktu
yang sama

2) Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dilakukan atau
digunakan pada saat yang tidak disangka sangka dan digunakan
setelah berhubungan seksual (Bidan dan dosen kebidanan Indonesia,
2018).

3) Kontrasepsi Suntikan Hormon


a. Suntikan kombinasi disebut suntikan kombinasi karena suntikan
estrogen dan progesteron yang diberikan secara IM satu bulan
sekali (Bidan dan dosen kebidanan Indonesia, 2018).
(a) Kelebihan
Mengurangi nyeri saat haid, jumlah perdarahan tidak banyak,
tidak mengganggu proses senggama
(b) Kekurangan
Terjadi perdarahan atau haid yang tidak teratur, terjadi
perubahan berat badan, keterlambatan kesuburan
b. Suntikan progestin kontrasepsi ini sama dengan kontrasepsi
suntikan kombinasi tetapi suntikkan ini bisa digunakan selama 3
bulan (Bidan dan dosen kebidanan Indonesia, 2018).
(a) Kelebihan
Tidak mengganggu menyusui, dapat berlangsung dalam waktu
lama, menurunkan penderita kanker.
(b) Kekurangan

28
Meningkatkan berat badan tubuh, perdarahan tidak menentu,
suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan

4) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implan)


Implan adalah suatu alat kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormone, dipasang
dilengan atas (Bidan dan dosen kebidanan Indonesia, 2018).

(a) Macam kontrasepsi implan


 Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 mm. Berisi 36 mg hormon
Levonorgestrel dengan daya kerja 5 tahun.
 Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang
40 mm dan diameter 2,4 mm. Berisi 68 mg 3–Ketodesogestrel
dengan daya kerja 3 tahun.
 Indoplant, terdiri dari 2 batang. Berisi 75 mg hormon
Levonorgestrel, daya kerja 3 tahun
(b) Kelebihan
Dapat digunakan dalam jangka panjang, tidak mempengaruhi air
susu ibu, dapat dicabut setiap saat.
(c) Kekurangan
Dapat menimbulkan nyeri kepala, harus dipasang oleh tenga
kesehatan yang ahli, dapat menimbulkan bercak darah/spoting.

2.5.4. Cara Kerja Kontrasepsi (Fauziah, 2020)


a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
b. Melumpuhkan sel sperma
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma

2.6. Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk

29
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Nur Aini Wihardi &
Kehamilan, 2014).
Proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola
pikir. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan
pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktivitas
atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien.
Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 (tujuh ) langkah
yaitu sebagai berikut :
1) Langkah I Identifikasi Data Dasar
Pengumpulan data dasar, melakukan pengkajian dengan pengumpulan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien meliputi, riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, meninjau catata terbaru/catatan sebelumnya,
meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
(1) Data Subjektif
Data yang didapat dan pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian. Data subjektif meliputi:
1. Biodata yaitu identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah,
keluarga). Identitas meliputi:
a. Nama pasien : untuk mengetahui identitas pasien
b. Umur : untuk mengetahui resiko tinggi atau rendahnya kehamilan
pada ibu
c. Agama : untuk mengetahui keyakinan agama pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseIing sesuai dengan pendidikannya.
e. Suku/bangsa : berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan sehari-
hari.
f. Pekerjaan : gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya karena ini juga berpengaruh terhadap aktivitas kesehatan
klien
g. Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
2. Keluhan Utama
30
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
kehamilan.
3. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah, sudah
berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan keberadaannya dalam
keluarga, kesehatan, dan hubungan suami istri dapat memberikan
wawasan tentang keluhan yang ada (Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang, 2018).
4. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah
yang dikeluarkan dan pernahkan dismenorhoe (Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang, 2018).
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui Jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya
(abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam
kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada
kehamilan, persalinan ataupun nifas (Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang, 2018).
6. Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2018).
7. Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu, maupun penyakit
keluarga seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi,
epilepsi, serta riwayat kehamilan dahulu ibu pernah juga hipertensi dan
sembuh saat melahirkan.
8. Kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga
kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah
terpenuhi gizinya atau tidak.
a. Pola Nutrisi

31
Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah 70-80 ribu kkal,
dengan pertambahan berat badan sekitar 12,5 kg. Untuk 20 minggu
terakhir, diperlukan tambahan kalori sekitar 285-300 kkal setiap hari.
b. Pola Eliminasi
Pada wanita hamil terjadi obstipasi karena kurang gerak badan,
peristaltik menurun karena pengaruh hormon dan tekanan pada
rektum oleh kepala. Sedangkan untuk BAK ibu trimester III
mengalami ketidaknyamanan yaitu sering kencing (Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2018).
c. Pola Istirahat
Istirahat cukup minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang
hari

d. Aktifitas
Aktivitas fisik meningkatkan rasa sejahtera ibu hamil. Aktivitas fisik
meningkatkan sirkulasi, membantu relaksasi dan istirahat, dan
mengatasi kebosanan yang juga dialami oleh wanita yang tidak
hamil.Anjuran supaya pasien mempelajari latihan kegel untuk
memperkuat otot-otot di sekitar organ reproduksi dan meningkatkan
tonus otot (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2018).
e. Personal Hygiene
Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia, karena pada masa kehamilan PH
vagina menjadi asam 4-3 menjadi 5-6,5 akibatnya vagina mudah
terkena infeksi (Manuaba, 2010)
f. Pola seksual
Berapa kali melakukan hubungan seksual selama kehamilan dan
adakah keluhan, normalnya boleh dilakukan pada kehamilan trimester
II dan awal trimester III

(2) Data Objektif


1. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu baik, sedang atau lemas.

32
2. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai composmentis.
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi, tekanan
darah normal adalah 120/80 - ≤140/90 mmHg. Pada kasus ibu hamil
dengan hipertensi tekanan darahnya 140/90
b. Suhu
Batas normal suhu tubuh yaitu 35,8-37,5oC. Pada kasus hipertensi <
35 dapat merupakan gejala preeklamsi (Manuaba, 2014)
c. Nadi
Normalnya 60-100 per menit (Sari dan Rimandini, 2014)

d. Respirasi
Frekuensi kurang dari 40 kali permenit/lebih dari 60 kali permenit
(Elisabeth, 2015).
4. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
Muka : Tidak pucat, tidak oedema.
Mata : Konjungtiva merah muda atau pucat, skelera
Mulut : Mulut bersih atau tidak, ada caries dan karang gigi
tidak, ada stomatitis atau tidak
Leher : Dilihat ada pembesaran abnormal pada leher
Dada : Dilihat simetris atau tidak, dilihat apakah ada retraksi
dada
Payudara : Dilihat kebersihan payudara, puting susu menonjol
atau tidak, hiperpigmentasi pada daerah areola mamae
Abdomen : Dilihat apakah ada garis striae gravidarum, garis linea
alba dan nigra, dilihat apakah ada bekas luka operasi.
Anus : Dilihat ada tidaknya haemoroid
Ektremitas : Dilihat apakah ada varises pada ekstremitas,
ekstremitas bawah apakah ada oedema.

33
 Palpasi
Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran
kelenjar limfe dan ada tidaknya bendungan vena jugularis.
Payudara : Ada atau tidak ada benjolan abnormal
Abdomen :
- Leopold I : Palpasi fundus uteri untuk menentukan tinggi
fundus uteri dengan dua telapak tangan dan menentukan apa yang
terdapat pada fundus uteri (kepala atau bokong janin)
- Leopold II : Palpasi bagian lateral untuk menentukan
punggung janin, punggung merupakan bagian keras dan rata.
- Leopold III : Pada pelvis dengan pemeriksaan mengarah ke
kaki ibu, kepala akan dapat terjadi ballotement diantara kedua
tangan, kepala teraba bulat dan keras.
- Leopold IV : Bagian terendah digerakkan antara jempol, dan
jari tangan menentukan kepala atau bokong dan seberapa bagian
telah masuk pintu atas panggul.

 Auskultasi
Thorak : Terdengar atau tidak wheezing atau ronchi, suara
jantung lup dup
Abdomen : Terdengar DJJ (Detak Jantung Janin) normalnya 120-
160 x/menit reguler atau irregular

5. Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium


Pada pemeriksaan laboratorium Hb >11 gr/dl dan mengkaji kadar protein
urin (-), reduksi urin (-)

2) Langkah II Implementasi Data Dasar


Implementasi data dasar, menetapkan diagnosis atau masalah berdasarkan
penafsiran data dasar yang telah dikumpulkan
(1) Diagnosa kebidanan, dengan : Ny. .... umur .... tahun G...P...A... umur ....
tahun umur kehamilan ... minggu.

34
1. Data Subjektif Data subjektif pada ibu hamil :
- HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
- Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke... 2.
2. Data objektif
Data objektif pada ibu hamil dengan hipertensi meliputi :
Data dasar :
- HPL (Hari Perkiraan Lahir)
- Keadaan umum dan vital sign
TD : normalnya 120/80 - ≤140/90 mmHg
Nadi : normalnya 60-100 x/menit
Suhu : normalnya 35,8-37,5◦c
Respirasi : normalnya 60 x/menit
- Leopold I : Mc. Donald: 26 cm untuk mengetahui TFU dan bagian
apakah yang terdapat di fundus. TFU normal usia 35 kehamilan 28
minggu 3 jari diatas pusat dan bagian yang berada di fundus adalah
bokong
- Leopold II : Bagian bawah perut ibu kepala, punggung berada di
kanan atau kiri
- Leopold III : Bagian terbawah janin kepala sudah masuk PAP atau
bekum
- Leopold IV : Konvergen atau divergen
- Kontraksi teratur atau tidak
- TBJ : Untuk mengetahui perkiraan berat janin
TBJ = (TFU-12) x 155 Normalnya pada usia kehamilan 28 minggu
1020 gram
- DJJ normalnya 120-160 x/menit irreguler/regular

3) Langkah III Mengidentifikasi Diagnosis/Masalah Potensial


Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial, berdasarkan diagnosa
mengantisipasi penanganannya atau masalah yang telah ditetapkan

4) Langkah IV Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera

35
Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera, untuk melakukan konsultasi
kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi lain

5) Langkah V Perencanaan Tindakan Yang Dilakukan


Perencanaan tindakan yang dilakukan, merupakan lanjutan penatalaksanaan
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi

6) Langkah VI : Pelaksanaan, Melaksanakan Rencana Asuhan Komprehensif


Pelaksanaan, melaksanakan rencana asuhan komprehensif. Pelaksanaan yang
efisien akan berhubungan dengan waktu dan biaya dapat meningkatkan mutu dan
asuhan klien

7) Langkah VII Evaluasi


Evaluasi, keefektivan dan asuhan yang sudah diberika meliputi pemenuhan
kebutuhan.

BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1. Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan COC

Menentukan subjek studi kasus


Ibu hamil trimester III usia kehamilan 28- 40 minggu

Menjelaskan maksud serta tujuan peneliti pada subjek


penelitian dan melakukan Informed Concent untuk legalitas
dalam penelitian

Pengumpulan data

36
Wawancara Observasi Studi Dokumentasi

Melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif


dengan Manajemen 7 Langkah Varney

3.2. Pendekatan Penelitian


Dalam studi kasus asuhan kebidanan komprehensif Continuity Of Care ini,
pendekatan yang dilakukan peneliti adalah pendekatan kualitatif (Case Study) dengan
cara memahami, mendekati, dan menggali informasi yang berhubungan dengan kasus
atau keadaan pasien, faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian- kejadian khusus
yang berhubungan dengan kasus maupun tindakan serta mencapai tujuan terhadap
suatu intervensi. Peneliti memberikan asuhan kebidanan komprehensif continuity of
care pada pasien mulai dari kehamilan trimester III, Persalinan, Nifas, Bayi baru lahir
hingga pemilihan alat kontrasepsi.

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat studi kasus ini dilaksanakan di Bidan Praktik Mandiri Khodijah A.Md
Keb Jalan Kapten Tendean, Pulo Kalimalang RT 02/ RW 06, Kecamatan
Jombang, Kabupaten Jombang
2. Waktu pelaksanaan studi kasus ini pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2021,
dengan rincian dalam kurun waktu mulai 18 Juni 2021 sampai 28 Oktober 2021

3.4. Subjek Penelitian


Subyek penelitian adalah sesuatu yang di teliti baik orang, benda ataupun
lembaga (Amirin, 2012). Pada penelitian studi kasus ini ibu hamil G1P00000 dengan
usia kehamilan 37- 38 minggu dengan KSPR 2, di dapatkan tidak ada komplikasi

37
pada kehamilan. Pasien bersedia dilakukan pendampingan mulai dari trimester III
hingga pemilihan alat kontrasepsi.
Keluarga pasien bersedia jika, ibu hamil sebagai pasien dalam studi kasus ini
dilakukan pendampingan selama kehamilan trimester III hingga pemilihan alat
kontrasepsi. Dan bidan praktik mandiri Khodijah bersedia mendampingi peneliti
selama melakukan asuhan pada subjek penelitian dengan sebagai verifikator dalam
penelitian studi kasus ini. Selain itu studi kasus penelitian ini dilakukan secara legal
dengan tanda tangan persetujuan dari pihak pasien, keluarga pasien sebagai saksi dan
juga bidan sebagai verifikator.

3.5. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan selama proses pemberian asuhan kebidanan
komprehensif (continuity of care) berlangsung. Adapun teknik pengambilan datanya
adalah :
1) Observasi
Metode Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung tanpa
mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan
objek tertentu. Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap kondisi
pasien yang dikelola atau mengamati perilaku dan kebiasaan pasien yang
berhubungan dengan asuhan yang akan diberikan (Nursalam, 2009).

2) Wawancara
Menurut Notoatmodjo (2012; h. 139) Wawancara merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mengumpulkan suatu data, dimana penulis mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang atau pasien bahkan
keluarga, atau bercakap-cakap tatap muka dengan orang tersebut. Pada studi
kasus ini penulis akan melakukan wawancara secara langsung pada Ny. E mulai
dari Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, Hingga pemilihan alat
kontrasepsi.

3) Pemeriksaan Fisik
Menurut Notoatmodjo (2012;h. 131) pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan
tubuh manusia secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap
perlu. Pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Tindakan

38
ini dilakukan untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang diderita
pasien.
(1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses pengamatan untuk mendeteksi masalah
kesehatannya pasien. Teknik yang dilakuakan dalam pemeriksaan pada ibu
hamil salah satunya yaitu inspeksi pada mata bagian conjungtiva untuk
mengetahui apa ibu memiliki tanda anemia dan seklera berwarna putih atau
kekuningan. Contoh lain pada abdomen dengan melihat apa perut ibu
mengalami pebesaran sesuai dengan usia kehamilan, apa ada linea nigra dan
striae gravidarum dan luka bekas operasi.
(2) Palpasi
Palpasi adalah pemerikaan dengan menggunkan indra peraba yaitu tangan
untuk mengetahui ketahanan, kekeyalan, kekerasan, tekstur, dan mobilitas.
Teknik ini dapat dilakukan pada pemeriksaan perabaan perut (leopold)
bertujuan untuk menentukan TFU ibu hamil dan bagian-bagian janin didalam
uterus, selain itu pemeriksaan tulang belakang untuk menilai ada kelainan apa
tidak pada tulang belakang.

(3) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan menggunakan ujung jari pada bagian tubuh
mengetahui ukuran, batasan, kosistensi, organ- organ tubuh, dan menentukan
adanya cairan dalam rongga tubuh. Teknik ini dapat dilakukan pada saat
pemeriksaan CVAT dengan mengetuk bagian punggung bawah untuk
mengetahui ada kelainan fungsi ginjal pada ibu hamil, dan refleks patella.
(4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang
dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan alat yaitu stetoskop. Teknik ini
dilakukan pada saat pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop untuk
menilai apa ada kelainan wheezing atau stidor. Sedangkan pada ibu hamil
dengan menggunakan alat berupa linec yang diletakkan ada daerah punctum
maksimum untuk mendengar apa DJJ masih dalam batas normal.

4) Intrumen yang digunakan

39
Penulis menggunakan intrumen yang berhubungan asuhan kebidanan
komprehensif continuity of care seperti : catatan medis pasien yang berupa buku
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), partograf, skor poedji rochjati, dan literatur
lainnya.

3.6. Uji Keabsahan Data


Uji keabsahan studi kasus ini dengan mengambil data baru (here and now)
dengan menggunakan instrument pengkajian, tindakan, evaluasi yang sesuai
sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi, yaitu menggunakan pasien,
bidan, keluarga pasien sebagai sumber informasi, sumber dokumentasi dengan
menggunakan pendokumentasian SOAP.

3.7. Etik Penelitian


Etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dilakukan
dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Ratnawati, 2018).

Dalam studi kasus penelitian ini, menggunakan beberapa etik sebagai berikut :
1. Inform Consent/ Persetujuan Menjadi Pasien
Lembar persetujuan merupakan salah satu etika penelitian yang mana
digunakan sebagai tanda persetujuan responden yang akan dijadikan subjek
penelitian,lembar persetujuan diberikan sebelum melakukan penelitian agar calon
responden mengetahui maksut dan tujuan penelitian (Hidayat, 2014). Penulis
sebelum melakukan studi kasus, menanyakan kepada Ny. E apakah Ny.E setuju
atau tidak sebagai subyek dalam penelitian studi kasus ini untuk dilakukannya
asuhan komprehensif berkelanjutan mulai dari hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir hingga pemilihan alat kontrasepsi secara lisan dan di perkuat dengan surat
pernyataan persetujuan untuk di tanda tangani oleh pasien.

2. Beneficience dan Nonmaleficience


Dalam penelitian ini mewajibkan peneliti untuk memperkecil resiko dan
memperbanyak manfaat, yang akan bermanfaat secra individu maupun
40
masyarakat (Setiawan & Saryono, 2011). Kegiatan penelitian ini tidak beresiko
karna metode yang digunakan adalah wawancara dan setiap kegiatan asuhan di
damping oleh bidan (Afiyanti &.Rachmawati,2014). Ny. E sebagai subyek atau
pasien dalam studi kasus asuhan kebidanan komperehensif ini akan mendapatkan
keuntungan berupa pengawasan dari tenaga kesehatan sejak ibu hamil sampai
dengan pemilihan alat kontrasepsi. Penulis juga saat melakukan pengkajian dan
pemeriksaan telah meminimalkan bahaya risiko yang terjadi, yaitu melakukan
mencuci tangan sebelum tindakan dan menggunakan alat pelindung diri (APD)
seperti handscoon.

3. Autonomy
Responden berhak dalam menentukan keputusan yang menyangkut penelitian
ini setelah responden diberikan penjelasan tentang partisipasinya dalam penelitian
ini (Afiyanti &.Rachmawati,2014). Peneliti tidak menuntut hak pada Ny.E serta
peneliti memberikan hak Ny.E dalam menentukan keputusan yang menyangkut
dalam penelitian ini, setelah Ny. E diberikan penjelasan tentang patisipasinya
dalam penelitian studi kasus ini.

4. Anonymity
Peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam pengumpulan data,nama
responden diberikan kode atau inisial dama depan responden yang akan disajikan
dalam laporan penelitan (Hidayat, 2014). Dalam penelitian studi kasus ini peneliti
hanya menyebutkan nama pasien dengan menggunakan inisial nama pasien.

5. Justice
Prinsip yang mana akan memberikan keadilan dan kesetaraaan dalam
penelitian dengan menghargai hak dalam memberikan asuhan serta hak untuk
menjaga privasi responden (Setiawan & Saryono, 2011). Resiko dan
ketidaknyamanan secara fisik yaitu akan menyita waktu ibu selama memberiksan
asuhan, mulai dari pengkajian yang dilakukan di rumah pasien sampai dengan
pelaksanaan asuhan dengan perkiraan waktu 60-120 menit (atau sesuai dengan
kebutuhan) pada saat kunjungan rumah atau kunjungan ke fasilitas kesehatan.

41
Seluruh kegiatan dalam memberikan asuhan dilakukan dibawah bimbingan dari
bidan yang memiliki legalitas dalam praktik mandiri bidan.

6. Varacity
Dalam melakukan penelitian ini kejujuran merupakan aspek penting guna
memajukan ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan yang diterima tidak
diragukan lagi validitasntya (Sarosa,2017). Dalam penelitian studi kasus ini,
peneliti melakukan penelitian dengan kejujuran yang menjadi aspek dalam
pentingnya guna memajukan pengetahuan sehingga pengetahuan yang diterima
tidak diragukan lagi oleh validitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

(Kemenkes RI, 2016). (2014). ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY


“B”GI P0A0 28 MINGGU DENGAN KURANG ENERGI KRONIS DI BPM
SAPTARUM MASLAKHA Amd.Keb DESA PLOSO KEREP KECAMATAN
SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG. Proposal Tugas Akhir ( Tta-400 ), 7.

Ambarwati, W. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2019.
Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2019, 53(9), 1689–1699.

Fatkhiyah, N., & Izzatul, A. (2019). Keteraturan kunjungan Antenatal Care di wilayah kerja

42
Puskesmas Slawi Kabupaten Tegal. Indonesia Jurnal Kebidanan, 3(1), 18–23.

Fauziah. (2020). Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Buku Ajar Praktik Asuhan, 1–112.
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/D6NC3

Kebidanan, S., & Masa, P. (n.d.). Suhan kebidanan pada masa nifas .

Kesehatan, K., Indonesia, R., Kemenkes, P., & Jurusan, Y. (2013). Kementerian kesehatan
republik indonesia poltekkes kemenkes yogyakarta jurusan kebidanan.
Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5165/1/4_Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui_6. Modul Praktikum 1 Petunjuk Praktikum Nifas.pdf

Lily Yulaikhah, S. si. . (2019). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).

Lubis, E. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Ny.Ra Di Puskesmas Amplas
Kecamatan Amplas Kota Madya Medan Tahun 2018. Jurnal Kebidanan, 1–20.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1001/1/LTA ERNA WATI
NIM P07524117110 PDF.pdf

Masniah, M. (2012). Pentingnya Pengetahuan dan Sikap Bidan Dengan Kasus Rujukan
Gawat Darurat Obstetrik. Jurnal Kebidanan Indonesia, 3(2), 60–68.
https://doi.org/10.36419/jkebin.v3i2.71

MURDIANA, E. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S
Dengan Hipotermia. Karya Tulis Ilmiah, 1–111. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/7709/1/EKA MURDIANA.pdf

Nur Aini Wihardi, & Kehamilan, A. (2014). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Enisa
Fitriani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017. 40, 9–134.

Preterm, P. (2019). Jurnal midwifery. 1(1), 1–14.

Profil Kesehatan Jawa Timur. (2019). (BAB1) buku data menurut provinsi dan kabupaten.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 25–26.

Ratnawati, R. (2018). Asuhan Kebidanan Berkelanjutan (Contuinty Of Care) Pada Ny H Di


Puskesmas Patean Kabupaten Kendal. Journal Information, 10, 1–16.

43
RUMSARWIR, M. (2018). ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY.
“M” USIA 42 TAHUN G4P3Ab0Ah3 DENGAN FAKTOR RISIKO UMUR > 42 TAHUN
DI PUSKESMAS MLATI II SLEMAN.

Sunarsih, T. (2020). Asuhan Kebidanan Continuity of Care Di Pmb Sukani Edi Munggur
Srimartani Piyungan Bantul. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 5(1),
39. https://doi.org/10.31764/mj.v5i1.952

44

Anda mungkin juga menyukai