Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian

upaya yang ditunjukkan untuk mempengaruhi orang lain,

mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat

agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya

dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan

memiliki tujuan yang sama yaitu terjadinya perubahan

perilaku yang dipengaruhi oleh banyak faktor

diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku

pendidikan, proses pendidikan dan perubahan perilaku

yang diharapkan (Setiawati, 2008).

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan

masyarakat hidup sehat dan aktif berperan serta dalam

upaya kesehatan. Adapun tujuan dari pendidikan

kesehatan yaitu menjadikan kesehatan adalah suatu yang

bernilai di masyarakat secara mandiri/berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat,

serta mendorong pengembangan dan penggunaan sarana

pelayanan kesehatan yang secara tepat, mempelajari apa

yang dapat dilakukan sendiri dan bagaimana cara tanpa


2

meminta pertolongan kepada sarana pelayanan kesehatan

formal dan terciptanya suasana yang kondusif dalam

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat mengubah

sikap dan tingkah lakunya (Utami dkk, 2015).

Pendidikan kesehatan menunjang terlaksananya

program-program kesehatan yang diantaranya menurunkan

angka kematian karena penyebab yang dapat dicegah

(Setiawati, 2008) terdapat tiga program prioritas

yaitu peningkatan kesehatan ibu dan anak, pencegahan

dan penanggulangan penyakit dan preventif promotif

atau gerakan masyarakat hidup sehat (Indonesia

baik.id, 2018). Salah satu program untuk meningkatkan

derajat kesehatan remaja yaitu (PIK-KRR) atau Pusat

Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja,

dimana PIK-KRR dibagi menjadi dua yaitu Pusat

Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) dan Pusat

Informasi dan Konseling Mahasisiwa (PIK-S)(K4health).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

derajat kesehatan wanita salah satunya adalah dengan

cara memberikan pendidikan kesehatan pada wanita

khususnya pendidikan kesehatan tentang SADARI. Hasil

peneltian Syarifah dkk, (2017) ada pengaruh yang

signifikan pemberian pendidikan kesehatan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) terhadap pengetahuan dan


3

sikap wanita usia subur (WUS) ditunjukkan dengan nilai

p 0,000 atau p>0,05. Hasil penelitian syarifah dkk,

(2017) Pengetahuan wanita tentang resiko dan manfaat

deteksi dini kanker payudara sangat berpengaruh

positif terhadap keyakinan tentang kesehatan,

perilaku, dan sikap sehingga perawatan professional

dapat mengembangkan program kesehatan payudara. Salah

satu upaya deteksi dini kanker payudara yaitu dengan

melakukan SADARI.

Penelitian Rina dan Desi, (2015) pada remaja

putri ada pengaruh tingkat pengetahuan remaja putri

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

yaitu rata-rata sebelum diberikan pendidikan kesehatan

sebesar 4,48 sedangkan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan rata–rata menjadi 9,95. (Rina M, 2015).

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah

pemeriksaan untuk dapat menemukan adanya benjolan

abnormal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri

tanpa harus pergi ke petugas kesehatan tanpa harus

mengeluarkan biaya. American Cancer Society

mengemukakan dalam proyek skrening kanker payudara

menganjurkan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

walau tidak dijumpai keluhan apapun dengan melakukan

deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-


4

3%. Dalam melakukan SADARI diperlukan minat dan

kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk meningkatkan

serta menjaga kualitas hidup agar lebih baik. Manfaat

dari SADARI yaitu, dapat mendeteksi ketidaknormalan

atau perubahan yang terjadi pada payudara serta untuk

mengetahui benjolan yang memungkinkan adanya kanker

payudara karena penemuan secara dini adalah kunci

untuk menyelamatkan hidup, dengan melakukan SADARI

akan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kewaspadaan adanya benjolan yang tidak normal pada

payudara (Mulyani, 2013).

Hasil penelitian agisia dkk, (2016) ada

pengaruh pemberian pendidikan kesehatan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) terhadap pengetahuan dan

motivasi melakukan (SADARI) pada wanita usia 30-50

tahun dengan pengetahuan setelah diberikan pendidikan

kesehatan menunjukan nilai rata-rata kelompok

perlakuan lebih besar daripada kelompok control

(17,10>14,25) dan nilai rata-rata motivasi setelah

diberikan pendidikan kesehatan menunjukan nilai rata-

rata kelompok perlakuan lebih besar dari kelompok

kontrol (65,45>59,65)(Agisia dkk, 2016).

Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan

dengan cara SADARI atau Pemeriksaan payudara sendiri


5

dan dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinik dan

pemeriksaan mamoografi. Deteksi dini dapat menekan

angka kematian sebesar 25-30%. SADARI sangat penting

dianjurkan kepada masyarakat. Sekitar 90% kanker

payudara ditemukan sendiri oleh pasien dan sekitar 5%

ditemukan selama pemeriksaan fisik untuk alasan

pemeriksaan lainnya (Mulyani, 2013). Data kejadian

kanker payudara di NTB yaitu kota mataram sebanyak 2

(0,14%), Lombok utara 10, Lombok timur 14 (0,39%),

Lombok tengah 9 (0,01%) di kabupaten Lombok barat

sebanyak 8 (0,15%) kasus ( Dikes NTB, 2017).

Berdasarkan informasi tersebut maka perlu

dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan

kesehatan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Tentang Pemerksaan

Payudara Sendiri (SADARI) Pada Sisiwi Kelas X Di SMKN

1 Gerung”
6

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah penelitian adalah “Apakah ada pengaruh

pendidikan kesehatan pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) terhadap pengetahuan dan prilaku tentang

pemerksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswi kelas

X di SMKN 1 gerung?”.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

pendidikan kesehatan pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) terhadap pengetahuan dan prilaku tentang

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswi

kelas X di SMKN 1 Gerung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan siswi kelas X

tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

b. Mengidentifikasi perilaku siswi kelas X

tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

c. Mengidentifikasi pengetahuan siswi kelas X

tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

setelah diberikan pendidikan kesehatan.


7

d. Mengidentifikasi perilaku siswi kelas X

tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

setelah diberikan pendidikan kesehatan.

e. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

terhadap pengetahuan tentang pemerksaan

payudara sendiri (SADARI) pada siswi kelas X.

f. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

pemeriksaan paayudara sendiri terhadap

perilaku tentang pemerksaan payudara sendiri

(SADARI) pada siswi kelas X.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan yang berkecimpung

dibidang kesehatan.
8

D. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama dan judul Tekhnik Penelitian Hasil


1 Rina Mardiyana,  Jenis penelitian: Ada pengaruh tingka
Desi Tri H (2015) penelitian pengetahuan remaj
“Pengaruh kualitatif putri sebelum da
Pendidikan  Teknik pengambilan sesudah diberika
Kesehatan sampel: Total pendidikan kesehata
Terhadap Tingkat sampling yaitu rata-rat
Pengetahuan  Desain penelitian sebelum diberika
Tentang yang digunakan pra pendidikan kesehata
Pemeriksaan eksperimental sebesar 4,48 sedangka
Payudara Sendiri dengan pendekatan sesudah diberika
(SADARI) Pada one group pre-post pendidikan kesehata
Remaja Putri Di test design. rata–rata menjad
Dusun Keret Desa  Analisa data 9,95.
Sumberjati, menggunakan
Mojoanyar analisa deskriptif
Mojokerto”
2 Syarifah, Yuyun ,  Jenis penelitian: Pengetahuan responde
Winarianti Penelitian sebelum pendidika
(2017). Kuantitatif kesehatan SADARI hany
“Pengaruh  Teknik pengambilan 9% yang berkategor
Pendidikan sampel: metode baik, sedangka
Kesehatan Periksa random sampling sesudah pendidika
Payudara Sendiri dengan tekhnik kesehatan pengetahua
(SADARI) Terhadap stratified random respoden yan
Pengetahuan Dan sampling brkategori bai
Sikap Wanita Usia  Menggunakan desaign menjadi 66%
Subur (WUS) Di penelitian quasi Sementara sika
Puskesmas Sungai eksperiment dengan responden sebelu
Durian Kecamatan metode pre dan post pendidikan SADAR
Sungai Raya test without hanya 27% yan
Kabupaten Kubu control berkategori bai
Raya Tahun 2017”  Analisa data menjadi 72%
menggunakan uji Penelitian menggunaka
marginal tingkat kepercayaa
homogeneity. 0,1 diperoleh nila
p<0,000, yan
menunjukan bahw
terdapat perubaha
pengetahuan dan sika
sadari antara sebelu
dan sesudah pendidika
kesehatan.
9

3 Agissia C. S,  Jenis penelitian: Hasil penelitia


Arina M. Katinah penelitian kelompok perlakua
(2016) kuantitatif menunjukan nila
“Pengaruh  Teknik pengambilan pengetahuan pretes
Pendidikan sampel: Multistage (14,55) dan posttes
Kesehatan Tentang sampling (17,10), nila
Pemeriksaan  Menggunakan metode motivasi pretes
Payudara Sendiri quasi eksperiment (59,45) dan posttes
(SADARI) Terhadap dengan pendekatan (65,45). Pada kelompo
Pengetahuan Dan non equivalen control menunjuka
Motivasi control group. nilai pengetahua
Melakukannya Pada  Pengambilan data pretest(14,25). nila
Wanita Usia 30-50 menggunakan motivasi pretes
Tahun Di Desa kuesioner (59,20) dan posttes
Joho Mojolaban”  Analisa data : (59,65), hasil uji da
Analisa uji perbedaan pengetahua
Wilcoxon signed setelah pendidika
rank test dan uji kesehatan menunjuka
mann whitney. nilai rata-rat
kelompok perlakua
lebih besar dari pad
kelompok kontro
(17,10>14,25) da
nilai rata-rat
motivasi setela
diberikan pendidika
kesehatan mennjuka
nilai rata-rat
kelompok perlakua
lebih besar dari pad
kelompok
kontrol(65,45>59,65)
hasil ujibed
pengetahuan menunjuka
p-value= 0,001 da
motivasi p-value
0,002.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan sebagai kombinasi dari

pembelajaran pengalaman yang dirancang ntuk

memfasiitas pemakaian perilaku yang kondusif untuk

kesehatan secara sukarela (Green, 1980), sedangkan

Griffiths, (1972) mengatakan pendidikan kesehatan

adalah usaha untuk menutup kesenjangan apa yang

diketahui sebagai praktik kesehatan optimum dan yang

sebenarnya (Utami dkk, 2015).

2. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup kesehatan dapat dilihat dari

tiga dimensi (Notoadmojo, 1993) dalam (Utami dkk,

2015) meliputi, yaitu:

a. Dimensi sasaran, Pendidikan kesehatan individual

dengan sasaran individu, kelompok dengan sasaran

kelompok kelompok masyarakat tertentu, masyarakat

dengan sasaran masyarakat luas.

b. Dimensi Tempat Pelaksanaan, pendiidika kesehatan

rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga,

disekolah dengan sasaran pelajar, dimasyarakat


11

atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau

pekerja.

c. Dimensi Tigkat Pelayanan Kesehatan, Pendidikan

kesehatan promosi kesehatan (health promotion)

misalnya peningkatan gizi, perbaikan santasi

lingkungan, gaya hidup dan sebagainya,

perlindungan khusus (spesifik protection)

misalnya imunisasi, diagnosis dini dan pengobatan

segera (early diagnosis and prompt treatment)

misalnya pengenalan gejala dini penyakit melalui

pendidikan kesehatan, pembatasan cacat

(disability limition) misalnya pengobatan yang

layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko

kecacatan.

3. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk

menjadikan kesehatan adalah suatu yang bernilai di

masyarakat, individu agar mampu secara

mandiri/berkelompok mengadakan kegiatan untuk

mencapai tujuan hidup sehat, serta mendorong

pengembangan dan penggunaan sarana pelayanan

kesehatan yang secara tepat, mempelajari apa yang

dapat dilakukan sendiri dan bagaimana cara tanpa

meminta pertolongan kepada sarana pelayanan


12

kesehatan formal agar terciptanya suasana yang

kondusif dalam individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat, mengubah sikap dan tingkah lakunya

(Utami dkk, 2015).

4. Strategi Pendidikan Kesehatan

a. Strategi Global/WHO

1) Perlindungan

Strategi ini dirancang untuk mempengaruhi para

pengambil keputusan terkait dengan masalah

kesehatan atau factor penunjang kesehatan sasaran

strategi ini antara lain pejabat, pengusaha serta

organisasi poitik dan organisasi masyarakat.

Output yang dihasilkan bisa dalam bentuk undang-

udang kesehatan, peraturan pemerintah, instruksi

menteri, kebijakan pengusaha yang kesemuanya

menunjang upaya pemeliharaan dari peningkatan

kesehatan.

2) Dukungan Sosial

Kegiatan ini di tunjukkan kepada tokoh

maasyarakat baik formal ataupun informal. Dengan

strategi ini di harapkan kegiatan akan mendapat

dukungan yang besar dari masyarakat dengan

melihat ketokohan dan figur yang menyampaikan

kebijakan kesehatan.
13

3) Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan ini ditunjukkan langsung terhadap

masyarakat sebagai sasaran utama melakukan

pendidikan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat

bisa dilakukan dengan cara penyuluhan kesehatan,

pengorganisasian dan kegiatan pelatihan dan

bimbingan terhadap masyarakat dalam upaya

pemeliharaan dan penigkatan kesehatan.

b. Strategi Promosi Kesehatan/Otawa Charther

1) Kebijakan berwawasan kesehatan

Kebijakan yang dibuat benar-benar mendukung semua

upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

2) Lingkungan Yang Mendukung

Kgiatan atau upaya untuk menciptakan atau

mengkondisikan lingkungan yang sehat baik fisik

ataupun nonfisik.

3) Reorientasi Pelayanan Kesehatan

Masalah kesehatan saat ini sepertinya menajadi

tanggung jawab pemerintah saja, padahal pada

hakekatnya masalah kesehatan adalah tanggung

jawab bersama. Bentuk pemberdayaan masyarakat

dalam kesehatan bisa dimulai dari dibentuknya

lembaga swadaya masyarakat yang perduli terhadap


14

masalah kesehatan sampai dengan upaya swadaya

masyarakat terhadap kesehatan.

4) Keterampilan Individu

Kesehatan masyarakat dapat tercipta jika

kesehatan individu, kesehatan keluarga, kesehatan

kelompok telah terwujud terlebih dahulu, untuk

itu upaya menanamkan kesadaran akan pentingnya

arti kesehatan bagi indivdu perlu dilakukan.

5) Gerakan Masyarakat

Gerakan masyarakat berarti upaya yang dilakukan

secara bersama-sama seluruh tingkatan mulai dari

individu, keluarga dan masyarakat dengan bahu

membahu memelihara, mempertahankan dan

menigkatkan kesehatan (Setiawati dan Dermawan,

2008).

B. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

1. Pengertian Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri

untuk menemukan adanya benjolan abnormal pada

payudara, SADARI ini tidak membutuhkan biaya dan

memberikan manfaat pada wanita dalam meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan SADARI

(Olfah dkk, 2013). Merupakan cara mudah untuk

melakukan deteksi dini kanker payudara pada wanita


15

setelah mengalami menstruasi, dengan melakukan

SADARI akan meningkatkan kesadaran akan pentingnya

kewaspadaan adanya benjolan yang tidak normal pada

payudara (Suastina, 2013).

Pemeriksaan payuadara sendiri (SADARI) adalah

pengembangan kepedulian seorang wanita terhadap

kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi

dengan langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara

awal penyakit kanker payudara. Kegiatan ini sangat

sederhana dan dapat dilakukan oleh semua wanita tanpa

perlu merasa malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan

biaya, dan bagi wanita yang sibuk hanya perlu

menyediakan waktunya selama kurang lebih lima menit.

Tidak diperlukan waktu khusus, cukup dilakukan saat

mandi atau pada saat sedang berbaring. SADARI

sebaiknya mulai dilakukan saat seorang wanita telah

mengalami menstruasi. Tingkat sensitivitasnya

(kemampuannya untuk mendeteksi kanker payudara)

adalah sekitar 20-30% (Nisman, 2011). SADARI optimum

dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus

menstruasi karena pada masa itu retensi cairan

minimal dan payudara dalam keadaan lembut, tidak

keras, membengkak sehingga jika ada pemebengkakan

akan lebih mudah ditemukan (Mulyani, 2013). American


16

Cancer Society merekomendasikan agar sejak usia 20

tahun, kaum wanita memeriksakan payudaranya setiap

tiga tahun sekali sampai usia 40 tahun. Sesudahnya

pemeriksaan dapat dilakukan sekali dalam setahun.

Meskipun sebelum umur 20 tahun benjolan pada payudara

bisa dijumpai (Eni Setiati, 2009).

2. Manfaat Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Nisman (2011) mengatakan deteksi dini

merupakan langkah awal yang sangat penting untuk

mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan

pada payudara sehingga dapat mengurangi tingkat

kematian karena penyakit kanker tersebut. Manfaat

deteksi dini ini adalah untuk meningkatkan

kemungkinan harapan hidup pada wanita penderita

kanker payudara. Hampir 85% gangguan atau benjolan

ditemukan oleh penderita sendiri melalui pemeriksaan

dengan benar. Maka dari itu, SADARI adalah metode

yang termurah,tercepat, dan paling sederhana yang

dapat mendeteksi secara dini kanker payudara.

3. Indikasi Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi

terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara

depan, sisi kiri, sisi kanan, apakah ada benjolan,

perubahan warna kulit, puting bersisik dan


17

pengeluaran cairan atau nanah dan darah. Kanker

payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus

terbanyak sekaligus penyebab kematian. Semakin

bertambahnya usia, semakin besar pula resiko seorang

perempuan terkena kanker. Sebagian penderita di

deteksi stadium lanjut karena kanker tidak bergejala

(Olfah dkk 2013).

4. Tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Nisman (2011), mengatakan tujuan SADARI sangat

perlu dilakukan dengan bertujuan mengurangi kejadian

kanker payudara sebagai berikut.

a. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker

payudara, bukan untuk mencegah kanker payudara.

Dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara

dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga

pengobatan dini akan memperpanjang harapan hidup

penderita kanker payudara.

b. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker

yang ditemukan pada stadium awal akan memberikan

harapan hidup lebih lama.

5. Yang melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Menurut Long (1999) dalam (Nisman, 2011)

wanita yang dianjurkan melakukan SADARI atau Breast


18

Self Examination dan saran waktu pelaksanaan SADARI

adalah sebagai berikut:

a. Wanita usia subur : 7-8 hari setelah menstruasi

b. Wanita pasca menopause : pada waktu tertentu

setiap bulan

c. Setiap wanita berusia di atas 20 tahun perlu

melakukan SADARI setiap bulan.

d. Wanita yang berisiko tinggi sebelum mencapai

usia 50 tahun perlu melakukan mamografi setiap

tahun, pemerikaaan payudara oleh dokter setiap

2 tahun.

e. Wanita yang berusia antara 20-40 tahun :

1) Mammogram awal atau dasar antara usia 35-40

tahun

2) Melakukan pengujian payudara pada dokter

setiap 3 tahun.

f. Wanita yang berusia antara 40-49 tahun

melakukan pemeriksaan payudara pada dokter dan

mamografi setiap 1-2 tahun.

g. Wanita yang berusia di atas 50 tahun melakukan

pemeriksaan payudara pada dokter dan mamografi

setiap tahun.
19

6. Waktu Yang Tepat Untuk Melakukan Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI)

Nisman (2011), mengatakan Waktu yang tepat

untuk pemeriksaan payudara sendiri adalah satu

minggu setelah selesai haid. Jika siklus haid telah

berhenti, maka sebaiknya dilakukan periksa payudara

sendiri pada waktu yang sama setiap bulan nya dan

waktu yang dibutuhkan untuk melakukannya tidak lebih

dari 5 menit.

7. Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Eni Setiati (2009), Mulyani (2013), American

Cancer Society mengatakan agar sejak usia 20 tahun,

kaum wanita memeriksakan payudaranya setiap tiga

tahun sekali sampai usia 40 tahun. Meskipun sebelum

umur 20 tahun benjolan pada payudara bisa dijumpai.

Berikut langkah-langkahnya:

a. Tahap awal, berdirilah di depan cermin,

pandanglah kedua payudara. Perhatikan

kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa

seperti cairan dari puting, pengerutan,

penarikan atau pengelpasan kulit.

b. Angkatlah kedua tangan di atas kepala.

Perhatikan apakah ada kelainann pada kedua

payudara atau puting.


20

c. Kedua tangan diletakkan di di pinggang agak

membungkuk ke arah cermin sambil menarik bahu

dan siku kedepan. Periksa kembali, apaah ada

perubahan atau kelainan pada kedua payudara

atau puting.

d. Angkatlah lengan kanan, dengan menggunakan 2-4

jari tengah kiri untuk memeriksa payudara kanan

scara lembut, hati-hati dengan secara

menyeluruh. Dimulai dari bagiaan tepi sisi

luar, tekan ujung jari dengan membentuk

lingkaran itu secara lambat seputar payudara.

Secara bertahap lakukan kearah putting.

Pastikan mencakp seluruh payudara. Berikan

perhatian khusus didaerah ketiak . rasakan

untuk setiap benjolan yang tidak biasa atau

benjolan dibawah kulit.

e. Dengan kedua tangan, pijat puting payudara

kanan dan tekan payudara untuk melihat apakah

ada cairan atau darah yang keluar dari putting

paudara. Lakukan hal yang sama pada payudara

kiri.

f. Mengulang langkah (d) dan (e) dengan posisi

berbaring. Berbaringlah ditempat dengan

permukaan rata, berbaringlah dengan lengan


21

kanan dibelakang kepala dan bantal kecil atau

lipatan handuk diletakkan dibawah pundak.

Posisi ini menyebabkan payudara menjadi rata

dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan

gerakan melingkar yang sama seperti pada tahap

(d) dan (e). lakukan pada payudara kiri.

8. Masalah Yang Ditemukan Saat Keterlambatan Melakukan

Pemeriksaan Payudara Sendiri Sadari (SADARI)

Menurut Olfah dkk (2013), Setiati (2009),

Nisman (2011), menyatakan apabila anda tidak

melakukan Skrining dan deteksi dini dengan

pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan stelah

menstruasi akan menemukan masalah kanker payudara

atau kelainan yang terjadi di payudara seperti

memiliki sejumlah tanda yang harus diwaspadai yang

menunjukkan suatu ketidaknormalan pada pyudara.

Hal-hal berikut ini dapat menandakan adanya kanker

payudara tanda-tanda khusus kanker payudara sebagai

berikut:

a. Terdapat benjolan kecil pada jaringan

disekeliling payudara biasanya tanpa rasa sakit

walaupun 25% kanker dihubungkan dengan suatu rasa

tidak nyaman.

b. Puting susu yang terlipat ke dalam.


22

c. Perubahan tekstur atau rasa seperti perubahan

warna kulit dan terdapat kerutan-kerutan pada

kulit payudara

d. Rasa tidak nyaman atau kesadaran rutin terhadap

salah satu payudara.

e. Suatu perubahan pada puting susu atau pengeluaran

spontan dari puting susu (jarang-jarang).

f. Bintik - bintik getah bening yang membengkak di

bawah ketiak Anda yang berbintik-bintik adalah

tanda meningkatnya penyakit.

g. Terjadi pembengkakan, benjolan yang keras, padat,

tidak sakit, jika ditekan tidak bergerak pada

tempatnya, dan hanya teraba pada salah satu

payudara.

h. Terjadi perlukaan seperti keluar darah atau nanah

dari puting susu.

i. Timbul rasa nyeri.

j. Terjadi pembengkakan di daerah ketiak atau puting

susu seperti gatal, terasa bakar, dan tertarik ke

dalam .

k. Terjadi perlukaan di daerah ketiak.


23

C. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Notoatmojo, (2003) mengatakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek

tertentu. Pengindraan panca indera manusia yaitu

indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga yaitu proses

melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman

dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun

informal (Titik L, 2014).

Budiman dan Ryanto, (2013) mengatakan

Pengetahuan adalah hasil yang didapatkkan dari

pengetahuan yang terjadi setelah seorang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari proses

belajar, dalam proses belajar sendiri terdapat

factor yang mempengaruhi seperti memotivasi, sarana

informasi mauu social bdaya. Pngetahuan merupakan

ssesuatu yang dibentuk dan terus menerus yang akan

mengalami reoranisasi oleh pemahaman-pemahaman yang

baru.
24

Soekanto, (2002) mengemukakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari tahu, merupakan

domain yang penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Proses kognitif meliputi

ingatan, pikiran, persepsi, symbol-simbol penalaran

dan pemecahan persoalan (Titik Lestari, 2014).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1999)

pengetahuan diartikan segala sesuatu yang diketahui

atau segala sesuatu yang berkenaan dengan hal mata

pelajaran. Kategori pengetahuan meliputi kemampuan

untuk mengatakan kembali dari ingatan hal-hal khusus

dan umum, metode dan proses atau pengingat sesuatu

pola, susunan, gejala atau peristiwa (Titik Lestari,

2014)

b.Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa

kedalaman seseorang dalam menghadapi, mendalami,

memperdalam perhatian serta sebagaimana manusia

menyelesaiikan masalah tentang konsep-konsep baru

dalam kemampuan dalam belajar dikelas. Untuk

mengukur tingkat pengetahuan sesorang secara rinci

terdiri dari enam tingkatan (Titik L, 2014).


25

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu spesifik dari sesuatu bahan yang

diterima atau dielajari.

2) Memahami (comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang

diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada

suatu kondisi atau situasi yang nyata.

4) Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam

komponen-komponen, tapi masih dalam suatu struktur

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthetis)

Kemampuan meletakkan atau menghubunggkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

atau menyususn fomulasi baru dari formulasi yang

ada.
26

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi/penilaian terhadap suatu

materi/obyek.

c.Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut

(Notoadmojo, 2003) dalam (Titik L, 2014) sebagai

berikut:

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara Coba Salah (Trial and error)

Cara coba salah dilakukan dengan menggunakan

kemunkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba

kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut

dapat dipecahkan.

b. Cara Kekuasaan Atau Otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa

pemimpin-pimpinan masyarakat baik formal atau

informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan

berbagai prinsip orang lain yang menerima

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih

dahulu atau membuktikan kebenarannya baik


27

berdasarkan fakta empiris maupun penalaran

sendiri.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang pernah diperolah dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau

lebih popouler disebut metodologi penelitian,

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626),

kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.

d.Faktor-faktor Yang Mempengruhi Pengetahuan

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seorang terhadap perkembangan orang lain menuju

kerah cita-cita tertentu yng menentukan manusia

untuk berebut dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Menurut YB

Mantra yang dikutip oleh notoadmojo (2003),

pendidikan dapat mempengaruhi sesorang termasuk

juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta


28

dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseoang makin mudah

menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam

(2003), pekerjaan adalah keburukan yang

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya

dan keluarga. Pekerjaann bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulng dan

banyak tatangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam

(2003), usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampi berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup

umur, tigkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja

dari segi kepercayaan masyarkat seseorang yang

lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasannya.
29

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosil budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

informasi (A.Wawan dan Dwi M. 2010)

c.Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut arikunto (2006) pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yitu :

a.Baik : Hasil presentase 76-100%

b.Cukup : Hasil Presentase 56-75%

c.Kurang : Hasil presentase <56% (Wawan dan

Dwi, 2010).

D. Perilaku

1.Pengertian Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap

suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat

diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan


30

tujuan baik disadarii maupun tidak. perilaku

merupakan kumpulan berbagai factor yang saling

berinteraksi (Wawan dan Dwi, 2010)

Skinner, (1938) merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (ragsangan dari luar), oleh karena perilaku

itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme dan kemudian organisme tersebut merespon

(Titik L, 2015).

Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat

dipelajari. Umumnya, perilaku manusia pada

hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan

lingkungannya sebagai manifestasi hayati dia adalah

mahluk hidup (Titik L, 2015).

2.Bentuk Perilaku

A.Wawan dan dewi M. (2010), mengatakan Secara

lebih operasional perilaku diartikan suatu respon

organisme atau seseorang terhadap rangsangan

(stimulus) dari luar subjek tersebut, respon ini

berbentu 2 macam yakni :

a. Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi

didalam diri manusia dan tidak secara langsung

dapat terlihat oleh orang lain, misalnya


31

berfikir, tanggapan atau sikap batin dan

pengetahuan.

b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas

dapat diobservasi secara langsung.

3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Notoatmodjo (2003) dalam (Titik L, 2015)

mengatakan Perilaku manusia dipengaruhi oleh dua

factor pokok, yaitu factor perilaku (behaviour

causes) dan factor diluar perilaku (non behaviour

causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk

dari 3 faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang

mencakup pengetahuan, sikap dan sebagainya.

b. Factor pemungkin (enabling factor), yang menckup

lingkungan fisik, tersedia atau tidaak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana keselamatan kerja.

c. Faktor penguat (reinforcement factor), meliputi

undang-undang, peraturan—peraturan pengawasan dan

sebagainya.

4.Proses Penerimaan Perubahan Perilaku

Rogers 1974, dalam (Zaidin A, 2010)

mengatakan ada 5 tingkatan yang disingkat dengan

AIETA, yaitu :
32

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut

menyadari adanya stimulus/informasi tersebut.

b. Interest, dimana orang tersebut mulai tertarik

atas stimulus tersebut.

c. Evaluation, dimana yang bersangkutan menimbang-

nimbang baik/buruk, diterima/tidak diterima

stimulus tersebut.

d. Trial, dimana orang yang bersangkutan mencoba

perilaku baru tersebut.

e. Adaptasi, dimana setelah dicoba tampaknya sesuai

maka yang bersangkutan menerima sepenuhnya

perilaku baru tersebut, berdasarkan pertimbangan,

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif

terhadap stimulus.

5. Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) dalam (Notoatmodjo,

2014) membedakan adanya tiga ranah atau domain

perilaku yaitu :

a. Ranah kognitif (cognitive domain)

Ranah koginitif dapat dikur dari pengetahuan

(knowledge), pengetahuan merupakan hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga lidah dan sebagainya).


33

perilaku yang didasari pengetahuan umumnya

bersifat langgeng (Sunaryo, 2014). Secara

garis besar tingkat pengetahuan dibagi menjadi

6 yaitu :

1) Tahu (know), tahu artinya mengingat

kembali memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (comprehension), memahami suatu

objek bukan berarti sekedar tahu tentang

objek tetapi harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang

objek tersebut.

3) Aplikasi (application), dapat diartikan

apabila orang yang telah memahami objek

tersebut dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut. Dengan kata lain menerapkan

informasi yang sudah didapat dan

dipelajari untuk diterapkan di kondisi

nyata.

4) Analisis (analysis), adalah kemampuan

seseorang untuk menjabarkan objek ke dalam

bagian yang lebih kecil tetapi masih dalam

struktur objek tersebut.


34

5) Sintesis ( synthesis), merupakan kemampuan

seseorang untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan

kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap objek tertentu.

b. Ranah afektif (affective domain)

Ranah afektif dapat diukur dengan sikap

(attitude). Sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, sikap belum

merupakan tindakan tetapi merupakan

predisposisi perilaku atau reaksi tertutup.

Sikap juga mempunyai tingkatan diantaranya

adalah :

1) Menerima (receiving), diartikan bahwa

subjek mau menerima stimulus yang

diberikan (objek).

2) Menanggapi (responding), merupakan jawaban

tanggapan terhadap pertanyaan yang

dihadapi.

3) Menghargai (valuing), artinya memberikan

nilai positif terhadap objek atau

stimulus.
35

4) Bertanggung jawab (responsible), artinya

berani mengambil resiko dengan semua yang

telah dilakukannya.

c. Ranah Psikomotor (psychomotor domain)

Ranah psikomotor dapat diukur dari

keterampilan (practice). Merupakan suatu

sikap yang belum tentu terwujud dalam

tindakan. Tindakan ini dapat dibedakan

menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya

yaitu :

1) Praktik terpimpin (guided response),

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu

tetapi masih tergantung pada tuntunan atau

menggunakan panduan.

2) Praktik secara mekanisme (mechanisme),

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu

atau mempraktikan sesuatu secara otomatis.

3) Adopsi (adoption), Suatu tindakan atau

praktik yang sudah berkembang. Tidak

sekedar melakukan rutinitas atau mekanisme

tetapi sudah dilakukan modifikasi,

tindakan atau perilaku yang berkualitas.


36

E. Kerangka Konsep

Pendidikan
Kesehatan
Perilaku Pemeriksaan Pengetahuan
payudara sendiri

Domain perilaku  Tahu (know)


a. Ranah kognitif  Memahami(comperehenti
on)
b. Ranah afektif  Aplikasi(application)
c. Raanah psikomotor
 Analisa ( analysis)
 Sintesis (syntesis)
 Evaluasi (evaluation)

Bagan 2.1 Kerangka konseptual penelitian pengaruh


pendidikan kesehatan pemriksaan payudara
sendiri (SASARI) terhadap pengetahuan dan
perilaku tentang pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI).

Keterangan :

= di teliti

= tidak diteliti

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara

terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus

diuji secara empiris (Sumadi S, 2015).


37

Ha: Ada pengaruh pendidikan kesehatan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) terhadap pengetahuan dan

perilaku tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) pada siswi kelas X di SMKN 1 Gerung.

H0: Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) terhadap pengetahuan dan

perilaku tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) pada siswi kelas X di SMKN 1 Gerung.


38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sisiwi kelas X

yang bertempat di SMKN 1 Gerung. Penelitian ini akan

dilaksanakan dari tanggal 1 februari – 29 februari

2019

B. Subjek, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Subjek

Subjek penelitian adalah subjek yang menjadi

pusat perhatian atau sasaran penelitian (Arkunto,

2015). Pada peneliian ini yang menjadi subjek

penelitian adalah siswi kelas x di SMKN 1 Gerung.

2. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (nursalam, 2011) adapun

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi

perempuan kelas x di SMKN 1 Gerung sejumlah 139

siswi.

3. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang

diharapkan dapat mewakili atau representative

populasi, sampel yang dikehendaki merupakan bagian


39

dari populasi target yang akan diteliti scara

langsung (Agus riyanto, 2011). Sampel pada

penelitian ini adalah sebagian siswi kelas X di

SMKN 1 Gerung yaitu sebanyak 58 siswi.

Berdasarkan rumus Nursalam, (2011)dapat

digunakan rumus yaitu:

𝑁
n= (1+𝑁 (𝑑)2)

keterangan:

n= besar sampel

N= besar popoulasi

D= tingkat signifikansi (0,1) (Nursalam, 2011)


𝑁
n = (1+𝑁 (𝑑)2)

139
n = 1+139 (0,01)

139
n = (1+1,39)

139
n = 2,39

n = 58,15

jadi diperoleh hasil perkiraan sampel sebanyak 58

siswi.

4. Tekhnik Pengambilan Sampel

Tekhnik pengamblan sempel yang digunakan

adalah simple random sampling. Simple random

sampling adalah pemilihan sampel dengan cara


40

setiap elemen diseleksi secara acak. Jika

sampling frame kecil, nama bisa ditulis disecarik

kertas, diletakkan dikotak diaduk dan diambil

secara acak setelah semuanya terkumpul (Nursalam,

2011). Dalam penelitian ini yang menjadi

responden adalah siswi kelas X di SMKN 1 Gerung.

Adapun kriteria dalam pengambilan sampel ini

adalah:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-

ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010).

Kriiteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1) Siswi kelas X di SMKN 1 Gerung.

2) Sudah menstruasi.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria

eksklusi dari studi karena berbagai sebab

(Murni, 2012).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:

1) Siswi yang tidak masuk sekolah sakit/izin

2) Belum mengalami menstruasi.


41

C. Rancangan penlitian

Desain penelitian atau rancangan penelitian

merupakan kerangka acuan bagi peneliti untuk mengkaji

hubungan antar variabel dalam suatu penelitian. Desain

penelitian dapat menjadi petunjuk bagi peneliti untuk

mencapai tujuan penlitian dan juga sebagai penuntun

bagi peneliti dalam seluruh proses penelitian (Agus,

2011). Pada penlitian ini menggunakan metode pra

eksperimen dengan pendekatan one group pretest-

postest, yang Artinya pada pendekataan ini dilakukan

(pretest) sehingga peneliti dapat menguji perubahan-

perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan.

D. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data adalah suatu

proses pendekatan pada subjek dan proses

pengumpulan karaktristik subjek yang diprlukan

dalam suatu penlitian (Nursalam, 2011).

Sebelum melakukan pengolahan data, peneliti

membuat surat persetujuan atau informed concent

terlebih dahulu untuk menjadi responden agar

responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian, jika bersedia maka harus


42

menandatangani/cap jempol lembar persetujuan

tersebut (Alimul, 2010).

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian

ini meliputi:

a. Data tentang pengetahuan dan perilaku siswi

mengenai SADARI sebelum diberikan pendidikan

kesehatan.

b. Data tentang pengetahuan dan perilaku siswi

mengenai SADARI setelah diberikan pendidikan

kesehatan.

2. Instrument penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan

digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo,

2010). Pada penelitian ini, instrument yang

digunakan adalah lembar kuesioner. Kuesioner

adalah cara pengumpualan data mengenai suatu

masalah dengan cara mengedarkan suatu daftar

pertanyaan yang berupa formulir (Agus R, 2011).

Lembar kuesioner pada penelitian ini terdiri dari

10 pertanyaan pengetahuan dan perilaku tentang

SADARI. Kusioner pengetahuan didapatkan dari

hasil modifikasi, dari Ningrum Diah P (2017)

factor yang berhubungan dengan perilaku

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Kuesioner


43

ini berisi pernyataan untuk mengidentifikasi

pengetahuan dan perilaku tentang SADARI, Panduan

skoring atau penilaian menggunakan pendekatan

skala gutman, adapun panduan penilaian atau

skoringnya sebagai berikut jumlah pilihan ada 2

dengan jumlah pertanyaan ada 10, skoring terendah

0 (pilihan jawaban yang salah), skoring tertinggi

1 (pilihan jawaban yang benar). Jumlah skor

terendah =skoring terendah X jumlah pertanyaan =

0 x 10 = 0(0%), jumlah skor tertinggi = skoring

tertinggi x jumlah pertanyaa = 1 x 10 = 10 (100%)

(bukukerja.com). sedangkan kusioner perilaku

dimodifikasi dari Arini Estetia P.(2011)

hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja

putri tentang SADARI terhadap perilaku

SADARI.

3. Tehnik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu bentuk

penyajian data untuk mendapatkan kesimpuln yang

baik (Notoadmojo, 2010).

Data yang terkmpul diolah menurut

pengolahan data Nursalam,(2011) dengan beberapa

tahap, yaitu:
44

a. Editing

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan

kesesuaian jawaban, kelengkapan, pengisian

serta konsistensi jawaban responden. Dalam

penyuntingan tidak dilakukan penggantian

atas jawaban responden.

b. Coding

Pengkodean atau pemberian kode untuk

mempermudah dalam pengolahan data dan proses

selanjutnya.

c. Skoring

Setelah dilakukan pengkodean maka

kemudian pemberian nilai sesuai dengan skor

yang telah ditentukan.

kriteria penentuan skoring untuk variable

pengetahuan dan perilaku SADARI adalah:

Baik 76-100 %

Cukup 56-76 %

Kurang < 56 %

E. Identifikasi variabl dan definisi operasional

1. Variabel

Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur

atau diamati yang nilainya bervariasi antara satu


45

objek ke objek lainnya dan terukur (Agus Ryanto,

2011).

a. Variabel indpenden (variabel bebas)

Variabel independen merupakan variabel

yang mempengaruhi variabel lain, artinya

apabila variable independen berubah maka

akan mengakibatkan perubahan variabel lain

(Agus Ryanto, 2011).

Pada penelitian ini variabel

independennya (variabel bebas) adalah

pendidikan kesehatan SADARI.

b. Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel dependen adalah vriabel yang

nilainya ditentukan oleh variabel lain.

Variabel respons akan muncul sebagai akibat

dari manipulasi variabel–variabel lain

(Nursalam, 2011).

Pada penelitian ini variabel

dependennya (variabel terikat) adalah

pengetahuan dan perilaku

2. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan definisi dari

variabel-variabel yang akan diteliti secara

operasional di lapangan (Agus Ryanto, 2011).


46
47
48

F. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian pengaruh pendidikan

kesehatan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

terhadap pengetahun dan perilaku tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) menggunakan uji statistic

wilcoxon.
49

G. Kerangka Kerja

Adapun kerangka kerja dalam penelitian ini adalah

POPULASI SISWI KELAS X


DI SMKN 1 GERUNG
SIMPEL RANDOM
SAMPLING
SAMPEL SEBAGIAN SISWI
KELAS X DI SMKN 1
GERUNG

INFORMED
CONSENT
PENGUMPULAN DATA

VARIABEL INDEPENDEN INTERVENSI VARIABEL DEPENDEN

PENDIDIKAN KESEHATAN PENGETAHUAN DAN


(SADARI) PERILAKU

(KUESIONER) (KUESIONER)

ANALISA DATA

(MANN-WHITNEY)

PENYAJIAN HASIL

GAMBAR 3.1 Kerangka kerja Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Pemeriksaan Payudara Sendir (SADARI) Terhadap
Pengetahuan Dan Perilaku Tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) Pada Siswi Kelas X Di
SMKN 1 Gerung.

Anda mungkin juga menyukai