BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebahagian mcasyarakat. Bayi Berat Lahir Rendah
( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram (Yulianti L, 2010).
Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan
dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian
keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan komsumsi makanan pun kurang.
Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi pada mereka yang status
perekonomiannya cukup, hal ini berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran,
kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk
faktor utama dalam peningkatan mortalitas dan morbilitas neonatus, bayi
dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan
dimasa depan (bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 ).
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari
seluruh kelahiran didunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering
terjadi dinegara- Negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Data
statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan dinegara- Negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram ( depkes. go. Id, online
diakses 04 Juni 2011).
Menurut perkiraan World Health Organisation (WHO), pada tahun
1995 hampir semua ( 98 % ) dari 5 juta kematian neonatal di Negara
berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah
BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi
dibanding Negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian bayi di
2
Indonesia pada tahun 2008 berkisar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Kita
bisa membandingkan dengan Malaysia yang tercatat angka kematian 41
bayi per 100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 44 lahir mati per
100.000 kelahiran hidup dan Philiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup.
(Diakses tanggal 4 juni 2011 )
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7
daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%,
Berdasarkan analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah
menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi
dari Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2007). Angka
kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain. BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena
merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir,
Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal
saat bayi (Evariny, 2005).
Estimasi angka kematian neonatal
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan kebidana pada By Ny. “S” dengan Bayi
Berat Badan Lahir Rendah dengan menggunakan pendokumentasian Soap.
2. Tujuan khusus
Mampu melakukan pengkajian data subyektif asuhan kebidanan pada bayi Ny
”S”dengan BBLR.
Mampu melakukan data obyektif asuhan kebidanan pada bayi Ny ”S”
BBLR.
Mampu mengidentifikasi diagnosa atau analisaasuhan kebidanan pada bayi
Ny ”S” dengan BBLR.
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan masalah dan
kebutuhan pada bayi Ny ”S” dengan BBLR.
4
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit Kota Mataram
Dapat memberikan pelayanan yang komperehensif bagi pasien dan
menerapkan semboyan lebih baik mencegah daripada mengobati.
2. Bagi pendidikan
Dapat meningkatan bimbingan pada mahasiswa dalam memberikan
asuhan kebidanan pada Bayi Ny. “S” dengan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Baru lahir perterm dengan
BBLR dan dapat meningkatkan keterampilan dalam Asuhan kebidanan
pada By Ny. “S” dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
6
lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya yaitu tidak mencapai 2.500
gram. ( Atikah dan Cahyo, 2010 ; h.2)
C. Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengkelompokan bayi BBLR , yaitu :
A. Menurut harapan hidupnya :
a) Bayi baru lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100- 1500 gram
c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000
gram
7
D. ETIOLOGI
Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR
Menurut Atikah dan Cahyo (2010; h. 5-7 ) faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya BBLR yaitu :
1. Faktor ibu :
a) Penyakit :
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti : anemia sel berat, perdarahan ante
partum, hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi
kandung kemih dan ginjal)menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, HIV/AIDS,malaria, TORCH
b) Ibu :
1. Angka kejdian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia<20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Kehamilan ganda (multi gravid)
3. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
a) Keadaan sosial ekonomi :
- Kejadian tertinggi terdapat pada golongan social ekonomi rendah
- Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
- Keadaan gizi yang kurang baik
- Pengawasan antenatal yang kurang
b) Sebab lain :
8
- Ibu perokok
- Ibu peminum alcohol
- Ibu pecandu obat narkotik
- Penggunaan obat antimetabolik
2. Faktor janin :
a. Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
b. Infeksi janin kronik (inklusi sitomrgali, rubella bawaan)
c. Disautonomia familial
d. Radiasi
e. Kehamilan ganda / kembar (gemeli)
f. Aplasia pankreas
C. Faktor plasenta :
a. Berat plasenta berkurang atau berongga keduanya (hidramnion)
b. Luas permukaan berkurang
c. Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasite)
d. Infark
e. Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)
f. Plasenta yang lepas
g. Sindrom plasenta yang lepas
h. Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)
D. Faktor lingkungan
a. Bertempat tinggal di dataran tinggi
b. Terkena radiasi
c. Terpapar zat beracun.
9
sekitar 200 cc/kgBB/hari. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya
pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI
atau susu formula khusus bayi BBLR.
3. Pencegahan infeksi
Memberikan perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi.Oleh
karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk
apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan
luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat-
alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien
ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, ,mencegah
timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
4. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
5. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsistensi O2 yang diberikan
sekiar 30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
S = SUBJEKTIF
12
O = OBJEKTIF
A = ANALISA
a. Diagnosa/masalah
b. Antisipasi diagnosa/masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, 4
Varney.
P = PENATALAKSANAAN
BAB III
TINJAUAN KASUS
13
14
3. Keluhan utama
ibu mengatakan berat badan bayinya kecil .
4. Riwayat perjalan penyakit
Bayi lahir di RSUD kota Mataram langsung menangis dan ditangani
oleh bidan dan dibawa keruang NICU karena berat badan lahir
rendah dari dengan A-S 7-9.
5. Riwayat Kehamilan
- Hamil ke : Dua
- HPHT :26-12-2017
- HTP :23-08-2018
- Usia kehamilan :8 Bulan
- Masalah /penyulit :tidak ada
- Imunisasi :
TT1: pada tanggal 01-02-2018
TT2:pada tanggal 10-03-2018
6. Riwayat persalinan
Bayi lahir spontan di RSUD kota Mataram langsung menangis, warna
kemerahan, gerakan aktif, bayi sudah mendapatkan Vit K dan salep
mata .berat badan lahir 2100 gram, panjang badan 46 cm, lingkar
kepala 30 cm, lingkar dada 31cm, lila 9 cm dan ( A-S )7-9
15
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum bayi : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Emosi : Stabil
d) Tanda vital :
Denyut jantung : 130x/menit
Suhu : 36,00C
Respirasi : 46 x/menit
e) Berat badan : 2100 gram
f) Panjang badan : 46 cm
g) Lingkar kepala : 30 cm
h) Lingkar dada : 31 cm
i) Lila : 9 cm
Jumlah 7 9
a. Kepala
1) Fontanel mayor teraba lunak dan berdenyut, batasnya tegas, datar
dan tidak menonjol/cekung.
2) Sutura sagitalis teraba tepat/rapat dan tidak terpisah/menjauh.
3) Pada kepala tidak terdapat caput Succedaneum atau cephal
hematoma.
b. Telinga
Telinga normal dimana hubungan antara telinga dengan mata dan
kepala simetris.
c. Mata
Bersih, tidak terdapat sekresi seperti pus dan tidak terdapat tanda-tanda
infeksi lain.
d. Hidung dan mulut
Hidung tidak terdapat obstruksi, dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
lain.
Mulut bibir tidak sumbing, warna merah,.
e. Leher
Tidak terdapat gumpalan atau sumbatan.
f. Toraks
Simetris, klavikula normal, putting susu agak menonjol, tidak ada
tarikan dinding dada saat bernafas.
g. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, jumlah jari normal.
h. System syaraf
Refleks kejut (+), refleks mencari (+), refleks menghisap (+), refleks
menelan (+), refleks menggenggam (+).
i. Abdomen
Bentuk simetris, tidak terdapat penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat tidak ada, tidak ada inflamasi, jumlah
pembuluh darah tiga, perut teraba lunak/lembek (saat tidak menangis),
tidak ada tonjolan.
17
j. Genetalia
Jenis kelamin perempuan, Terdapat Labia Mayora dan labia Minora,
Vagina Berlubang, Uretra Berlubang.
k. Tungkai dan kaki
Gerakan normal, kaku tidak pucat atau sianosis, jumlah jari-jari
lengkap,dan tampak normal.
l. Punggung dan anus
Tidak terdapat pembengkakan dan cekungan pada punggung, anus (+),
ada lubang anus, kelainan lain tidak ada.
m. Kulit
Warna merah/tidak pucat, tanda lahir tidak ada, terdapat verniks
kaseosa, dan tidak terdapat pembengkakan dan bercak-bercak hitam.
3. Pemeriksaan penunjang : tidak ada.
C. ASESSMENT/ ANALISA
A. Diagnosa
- . Diagnosa: BCBKMK dengan berat badan lahir rendah.
- Dasar : Keadaan umum baik dengan berat badan lahir 2100 gr.
- Masalah : BBLR
- Pada pemeriksaan tanda-tanda vital (suhu) diperoleh
suhu bayi 366 C
- Kebutuhan :
Menjaga kehangatan bayi.
Mengobervasi ada muntah .
Menciptakan lingkungan aman dan nyaman
Mengobsrvasi TTV : HR , Respirasi dan suhu .
Dasar :
Subyektif :
Ibu mengatakan usia kehamilannya 8 bulan
18
D. PELAKSANAAN ASUHAN
1. Memberitahu ibu bahwa bayinya dengan BB : 2100 gr, PB: 46cm, Lila :
9 cm, Lika : 30 cm, Lida: 31 cm, dan tidak terdapat kelainan-kelainan,
keadaan umum bayi baik.
2. Menjelaskan pada ibu untuk tetap mempertahankan kehangatan bayinya
dengan cara:
Membungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi
ditutup karena permukaan kulit kepala paling besar dibandingkan
bagian tubuh lainnya, sehingga ditakutkan akan terjadi kehilangan
kehangatan yang dapat menyebabkan bayinya kedinginan
Tidak membiarkan bayi berada di tempat terbuka yang terlalu dingin
atau terlalu panas, agar kondisi tubuh bayi tetap terjaga
Tidak memandikan bayi sebelum berumur 12 jam
Rawat bayi di ruang hangat dan waktu bayi dipindahkan ke tempat
lain juga bayi tetap hangat
3. Obsevasi ada muntah
4. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
5. Menjelaskan pada ibu bagaimana cara merawat bayinya agar tetap
bersih dan merawat tali pusat agar tidak terjadi infeksi yaitu:
Perawatan bayi misalnya menyeka secara teratur, setiap pagi dan
sore dengan menggunakan air hangat, membersihkan rambut, setelah
mandi segera mengeringkan bayi dengan handuk, ibu bisa
memberikan minyak telon atau bedak dengan sapuan tipis. Ibu juga
harus mengganti popok bayi setiap kali basah dan mengganti
pakaian bayi
19
Perawatan tali pusat: agar tidak terjadi infeksi, maka tali pusat bayi
harus tetap dijaga kekeringannya dan kebersihannya yaitu dengan
merawatnya 2x/hari. Sebelum membersihkan dan merawat tali pusat,
ibu harus mencuci tangan dulu dengan sabun, kemudian tali pusat
dibersihkan dengan air sabun, tidak perlu menggunakan obat merah,
bedak, abu serta kunyahan sirih dan lain-lainnya karena akan
menyebabkan tali pusat infeksi. Setiap kali kencing ibu harus segera
mengganti popok agar tidak terkena tali pusat.
6. Memberikan bayi injeksi vit. K 0,5 ml secara IM pada paha kiri dan
memberikan salep mata
7. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu:
Pernapasan sulit, sesak, ada retraksi/tarikan dinding dada bayi
terlihat merintih
Bayi menggigil kedinginan atau sebaliknya badan bayi terasa panas
Hisapan bayi saat menyusi lemah dan bayi muntah
Tali pusat terlihat merah, bengkak, bernanah dan berbau busuk
Bayi tidak kencing dalam 1 hari dan tinja lembek atau bercampur
darah
Bayi kelihatan lemah, gerakan sedikit dan bayi mengalami kejang.
Apabila ibu mendapatkan salah satu dari tanda di atas maka segera
dibawa ke Petugas Kesehatan terdekat.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
21
21
(Insiasi menyusu dini) diantara kedua payudara ibu, kemudian bayi dan ibu di
selimuti untuk mencegah terjadinya kehilangan panas pada tubuh bayi. Setelah
1 jam dilakukannya IMD dilakukan pengukuran antropometri pada bayi, BB:
2100 gram, Panjang Badan: 46 cm, Lika : 30 cm, Lida : 31 cm, Lila : 9 cm,
Anus (+) kelainan tidak ada, jenis kelamin Perempuan. Kemudian bayi
diberikan kepada ibu untuk di susui sesering mungkin.
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pentalaksanaan antara teori dan praktik tidak terdapat kesenjangan serta telah
dapat ditangani dengan baik sampai dengan keadaan pasien baik.
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil observasi dan pembahasan yang dapatdilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
24
23