Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENYEBARAN HEWAN

(EKOLOGI HEWAN TANAH)

OLEH: Kelompok I

Anisa (2030801083)
Aditiya Pramana Putra (2030801086)
Betta Inda sari(2030801087)
Fitria Julianti (2030801089)
Feny Junita (203080106

Dosen Pengempu: Irham Falahudin, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan pratikum
Praktikum ini bertujuan untuk
1. untuk mengetahui struktur dan komunitas hewan tanah
2. untuk mengetahui pola kehidupan hewan tanah
3. untuk melihat distribusi beberapa hewan tanah
4. untuk melihat peran hewan tanah dalam kehidupan
5. mengetahui model dispersal

B. Alat dan Bahan


Alat : teropong; meteran, perangkap jebak, termometer, pH meter, Yellow pan trap
Bahan : alkohol 95% 1 liter, formalin 4% 250ml, aquades 1 liter, umpan
ikan/gula/madu 1 botol kecil, kapas, asam asetat 4%

C. Cara Kerja
1. Distribusi Hewan
- Tentukan 3 daerah yaitu kebun sawit, kebun karet dan hutan biasa dengan luas daerah
masing 50 x 50 m. Setiap 5 meter di pasang 1 perangkap.
- Peragkap dipasang selama 1x24jam, kemudian serangga di koleksi dan dihitung
- Kemudian di laboratorium dilaksanakan kegiatan sortir, identifikasi, mounting dan
labeling.
2. Analisis Faktor Fisik
• Menghitung kadar air tanah dan kadar organik tanah
• tanah diambil cuplikan dengan ukuran 12x15x10 cm, sebanyak 10 sampel dan
dimasukkan kedalam box sampel. Kemudian di laboratorium dilakukan analisis
kadar air tanah dan kadar organik tanah
• tekstur tanah: tanah di pegang dan dirasakan teksturnya
• warna tanah: tanah di lihat warna dan jenisnya berdasarkan karakteristik
morfologi tanah.
• pH tanah: buat lubang sedalam 10cm dan beri aquades sedikti, kemudian
masukkan pH meter. Lihat perubahan pHnya.
• Suhu tanah: sama dengan pH, ukur juga suhu tanah.
BAB II
Tinjauan Pustaka

Komposisi adalah susunan atau penyusun dalam suatu populasi organisme yang
berpengaruh dalam kehidupan organisme meliputi habitat, ketersediaan makanan, dan
lingkungannya. Komunitas adalah sistem kehidupan bersama dari sekelompok populasi
organisme yang saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi satu dengan yang
lainnya dan berkaitan pula dengan kondisi lingkungan hidupnya(Suin, 2002).Dalam
komunitas organisme hidup saling berhubungan atau berinteraksi secara fungsional.

Komposisi organisme penyusun komunitas yang menempati suatu daerah dapat


ditulis berupa nama jenis penyusunnya, dan biasanya disusun dalam bentuk tabel. Dalam
komunitas organisme hidup saling berhubungan atau berinteraksi secara fungsional.
Semua jenis organisme yang ditemukan pada lokasi penelitian dilaporkan termasuk jenis
yang jarang. Komposisi organisme penyusun komunitas, organisme yang jarang
kepadatannya bisa digunakan sebagai indikator dalam lokasi penelitian.
Sugiyarto (2002) menjelaskan bahwa komposisi komunitas makrofauna tanah dan
fungsi ekosistem menunjukkan hubungan yang sangat kompleks dan belum banyak
diketahui dengan pasti. Walaupun telah banyak dilaporkan bahwa penurunan struktur
komunitas dan perubahan peran makrofauna tanah terjadi akibat perubahan sistem
penggunaan lahan seperti hutan yang beralih fungsi menjadi pertanian/perkebunan.
Tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem teresterial yang di dalamnya dihuni
oleh banyak organisme yang disebut biodiversitas tanah. Biodiversitas tanahsangat
berperan dalam mempertahankan sekaligus meningkatkan fungsi tanah untuk menopang
kehidupan di dalam dan diatasnya. Pemahaman tentang biodiversitas tanah masih sangat
terbatas, baik dari segi taksonomi maupun fungsi ekologinya (Hagvar, 1998).

Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke
dalam tumbuhan. Melalui akar-akarnya tumbuhan menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat,
kalium, tembaga, seng dan mineral esensial lainnya. Dengan semua ini, tumbuhan
mengubah karbon dioksida (dimasukkan melalui daun) menjadi protein, karbohidrat,
lemak, asam nukleat dan vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua heterotrof
bergantung. Bersamaan dengan suhu dan air, tanah merupakan penentu utama dalam
produktivitas bumi (Kimball, 1999).
Tekstur, struktur, salinitas dan kemasaman tanah serta kandungan unsur hara sangat
mempengaruhi keragaman fungsional tanah (BIS, 2010). Pada tanah bertekstur lempung
dan liat sedang akan cocok untuk pertumbuhan cacing dan organisme tanah. Sebaliknya
pada tanah bertekstur pasir yang memiliki kapasitas menahan air rendah tidak cocok untuk
pertumbuhan organisme tanah. Kadar garam (salinitas) tanah yang lebih tinggi pada bagian
dekat permukaan tanah akan menyebabkan “stress” pada organisme tanah. Namun
demikian tingkat sesitivitas terhadap kadar garam berbeda-beda diantara spesies yang
berbeda.
Kualitas tanah umumnya ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah. Untuk
menentukan kualitas tanah secara kimia perlu dilakukan analisa kimia yang biayanya relatif
mahal. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas tanah dengan
biaya relatif murah, tetapi cepat dan akurat, adalah dengan mengunakan organisme dalam
tanah sebagai bioindikator (Paoletti et al.,1991).
Proses dekomposisi bahan organik dalam tanah akan melepaskan unsur-unsur yang
dapat langsung digunakan oleh tumbuhan dan organisme lainnya. Sisa-sisa bahan organik
dalam tanah akan membentuk humus yang menentukan kualitas dan kesuburan tanah (BIS,
2010).

Fauna tanah adalah semua fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup dipermukaan tanah
maupun yang hidup di dalam tanah, sebagian atau seluruh siklus hidupnya berlangsung di
dalam tanah, serta dapat berasosiasi dan beradaptasi dengan lingkungan tanah (Wallwork,
1970).
Menurut Wallwork (1970) dan Hole (1981), berdasarkan kehadirannya fauna tanah terbagi
menjadi beberapa kelompok berikut:
a. Transient yaitu fauna tanah yang meletakkan telur dan kepompongnya didalam
tanah, tetapi ketika masuk tahap kehidupan yang aktif tidak lagi berada di dalam
tubuh tanah. Contohnya adalah Bradybaena similaris.
b. Temporaryyaitu fauna tanah yang awal kehidupannya aktif di dalam tanah,
sedangkan kehidupan selanjutnya berada di luar tanah. Contohnya adalah larva
dari Tipula sp.
c. Periodicyaitu fauna tanah yang sering sekali keluar masuk tanah. Contohnya
adalah Euborelia sp.
d. Permanentadalah fauna tanah yang seluruh siklus hidupnya berlangsung di dalam
tanah. Contohnya adalah Collemboladan Acarina.
Wallwork (1970) membagi fauna tanah berdasarkan sifat makannya menjadi beberapa
kelompok atau golongan berikut:
a. Carnivore, yaitu predator (Carabidae, Pselaphidae, Scydmaenidae,
kumbangStaphylinidae, tungau Mesostigmata dan Prostigmata, laba-laba,
kalajengking,lipan, Nematodaserta Mollusca) dan binatang parasit
(Ichneumonidae,Diptera parasit dan Nematoda).
b. Phytophagous, yaitu fauna pemakan tumbuhan (Molluscadan larva Lepidoptera),
fauna pemakan akar tanaman (Nematodaparasit tanaman, Symphylidae, larva
Diptera, Coleoptera, Lepidoptera, Molluscadan Orthopterapelubang) serta fauna
pemakan kayu (rayap, larva kumbang dan tungau Pthiracaroidae).
c. Saprophagousyaitu fauna pemakan tanaman mati dan bahan organik yangbusuk
(Lumbricidae, Enchytraeid, Isopoda, Milipedes, tungau, Collemboladan
serangga). Beberapa dari mereka juga merupakan pemakan feses(coprophages),
pemakan kayu (xylophages) dan pemakan bangkai(necrophages) yang seringkali
disebut sebagai detritivor.
d. Microphytic-feedersyaitu fauna pemakan jamur, alga, lichens dan
bakteri,misalnya tungau Saprophagous, Collembolaserta serangga pemakan
fungi.
e. Miscellaneous-feedersyaitu fauna pemakan tanaman atau hewan,
misalnyaNematoda, tungau Cryptostigmata,Collembola, larva Dipteradan
larvaColeoptera.

Salah satu organisme tanah adalah fauna yang termasuk dalam kelompok
makrofauna tanah yang memiliki ukuran panjang tubuh >2 mm, terdiri dari miliopoda,
isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Wood, 1989).
Makrofauna tanah terdiri dari kelompok herbivora (pemakan tanaman) dan karnivora
(pemangsa hewan-hewan kecil). Herbivora meliputi Annelida seperti cacing, Mollusca
seperti bekicot dan keong. Arthropoda meliputi Crustacea seperti kepiting dan Diplopoda
seperti kaki seribu. Karnivora meliputi Arachnida seperti laba-laba, kutu, kalajengking dan
Chilopoda seperti kelabang. Insecta meliputi belalang, kumbang, rayap, lalat, jangkrik,
lebah dan semut. makrofauna tanah sebagai fauna-fauna besar penghuni tanah yang dapat
dibedakan menjadi: fauna- fauna besar pelubang tanah, cacing tanah, Arthropoda dan
Molusca (Hanafiah et al., 2005).
Fauna tanah khususnya makrofauna tanah merupakan salah satu
komponen tanah. Kehidupan makrofauna tanah sangat tergantung pada
habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis makrofauna
tanah di suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan
perkataan lain, keberadaan dan kepadatan populasi makrofauna tanah di suatu
daerah sangat tergantung pada faktor lingkungan abiotik maupun biotik
(Yulipriyanto, 2010).
Kemampuan hewantanah untuk beradaptasi dengan lingkungannya
merupakan sal ah satu factor penyelamat untuk melestarikan spesies hewan tanah
dari seleksi alamiah. Kerapatan populasi suatu spesies ditemukan oleh dua faktor
seleksi yaitu seleksi realitas laju pertambahan alamiah dan seleksi kapasitas
dukung lingkungan (Hanafiahetal., 2014).
Kehidupan hewan tanah khususnya makro fauna tanah sangat tergantung
pada habit at nya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis makro
fauna tanah di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah itu.Dengan
perkataan lain Keberadaan dan kepadatan suatu jenis makro fauna tanah di Suatu
daerah sangat tergantung dari factor lingkungan,yaitu lingkungan abiotic dan
lingkungan biotik (Suin, 1989).Selanjutnya Adianto (1993) menyatakan bahwa
apabila didapatkan cacing tanah yang bersifat karakteristik, yaitu yang memiliki
nilai KR > 10% dan FK > 25% pada suatu areal dapat digunakan sebagai petunjuk
secara biologis bahwa tingkat kesuburan tanahnya baik. Selanjutnya dijelaskan
bahwa organisme sebagai bioindikator kualitas tanah bersifat sensitif terhadap
perubahan, mempunyai respon spesifik dan ditemukan melimpah di dalam tanah.
Peran tumbuhan dalam mengatur rantai makanan pergerakan nutrisi
dari satu jenis organisme ke jenis lainnya juga dijumpai dipermukaan tanah.
Serasah tanaman (litter fall) dan tanaman mati menyumbangkan sisa tanaman
yang sangat besar di permukaan tanah. Fauna tanah seperti Arthropoda dan
cacing tanah meningkatkan efisiensi dekomposisi sisa tanaman tersebut
dengan meningkatkan distribusi sisa makanan (Handayanto dan Hairiah,
2009).
Kehidupan hewan tanah sangat bergantung pada habitatnya, karena
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah
sangat ditentukan keadaan daerah itu. Dengan perkataan lain, keberadaan dan
kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat tergantung
dari faktor lingkungan yaitu lingkungan abiotik dan biotik (Sutedjo et al.,
1996).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kehadiran makrofauna tanah
diantaranya adalah kelembaban tanah, suhu atau temperatur tanah, pH tanah,
kadar air tanah, kadar organik tanah, Organisme hidup, dan tumbuhan dan
fauna lainnya.

Kelembaban tanah terjadi akibat kandungan air setempat yang tinggi.


Air dalam tanah tergantung pada keadaan tekstur dan struktur, semakin halus
liat tanah semakin besar air yang dapat diikat oleh tanah liat. (Sutedjo et al.,
1987) .
Menurut Anggraini et al. (2005) dalam Peritika (2010)kelembaban tanah
menggambarkan kandungan uap air di tanah yang merupakan faktor ekologis
yang penting karena mempengaruhi aktivitas organisme dan membatasi
penyebarannya.
Kelembaban tanah penting untuk diketahui karena dengan mengetahui
kelembaban tanah dapat diketahui seberapa besar jumlah atau kandungan uap
air yang berada di dalam tanah. Hasil pengukuran kelembababan tanah yang
baik untuk kehidupan makrofauna tanah berkisar antara 50-75%.

Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat
menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu
tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah.

Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah
sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami
fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga
tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin,
2006).
Kehidupan makrofauna tanah juga ikut ditentukan oleh suhu tanah. Suhu
tanah yang ekstrim dapat mematikan makrofauna tanah. Selain itu suhu tanah
juga mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi serta metabolisme makrofauna
tanah. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
organisme tanah antara 15ºC-25ºC (Odum, 1996).
Hasil penelitian Edward dan Better (1992) menunjukkan bahwa suhu
optimum untuk pertumbuhan makrofauna tanah berkisar antara 15–25ºC. Suhu
berpengaruh terhadap aktivitas, pertumbuhan, metabolisme, respirasi dan
reproduksinya.
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat
menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu
tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Suhu
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme tanah
antara 15ºC- 25ºC(Handayanto,2009).
Menurut Yuliprianto (2010) menyatakan bahwa pada daerah dimana
variasi musimnya sangat kuat sering dihadapi terutama pada temperatur.
Kisaran temperatur yang ideal kurang lebih pada 15-20ºC (didaerah tropis
tentu lebih tinggi).
Menurut Hanafiahet al. (2005) bahwa temperatur sangat mempengaruhi
aktivitas mikrobial tanah. Aktivitas ini sangat terbatas pada temperatur di
bawah 10ºC, laju optimum aktifitas biota tanah yang menguntungkan terjadi
pada suhu 15- 30ºC. Wallwork (1970)dalam Rahmawaty (2004)besarnya
perubahan gelombang suhu dilapisan jauh dari tanah berhubungan dengan
jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah. Dwiastuti
(2011) menambahkan bahwa suhu optimum untuk organisme tanah berkisar
antara 15 - 25ºC. Pada suhu yang terlalu tinggi organisme tanah akan berhenti
makan untuk mengurangi pengeluaran air.
Keasaman tanah sangat mempengaruhi keberadaan dan kepadatan fauna
tanah. Fauna tanah ada yang memilih hidup pada tanah yang pHnya asam dan
ada pula yang hidup pada pH basa.Fauna yang memilih hidup pada pH tanah
yang asam disebut fauna tanah golongan asidofil, yang memilih hidup pada
tanah yang basa disebut fauna tanah golongan kalsinofil.Untuk golongan yang
dapat hidup pada tanah yang asam dan basa disebut dengan fauna tanah
golongan indifferen (Suin, 2006).
Keasaman (pH) tanah berpengaruh terhadap kehidupan dan kegiatan
makrofauna tanah karena makrofauna tanah sangat sensitif terhadap pH tanah
sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor pembatas.Akan tetapi toleransi
makrofauna tanah terhadap pH umumnya bervariasi tiap spesies.Organisme
tanah tumbuh paling baik pada pH sekitar netral. Kisaran pH tanah yang ideal
untuk kehidupan makrofauna tanah adalah 6-7,2.
Meskipun pengaruh pH terhadap organisme tanah lebih bersifat tidak
langsung seperti halnya tanaman, sebagian besar organisme tanah tidak
tumbuh baik pada pH rendah. Oleh karena itu, beberapa aktivitas penting
terkait dengan ketersediaan hara yang dilakukan oleh organisme tanah, seperti
penambahan N, nitrifikasi dan perombakan bahan-bahan organik secara tidak
langsung juga akan terhambat oleh pH rendah (Rukmana, 1999; Maft’uah et
al., 2005).pH tanah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap
tanaman dan umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman besar pada pH
tanah sekitar nertal (7), karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah
larut dalam air (Hardjowigeno, 2007).Hou et al. (2005)dalam Riyani (2014)
menjelaskan bahwa makrofauna tanah menyukai tanah dengan pH yang
berkisar 6,5-7,5.
Keasaman tanah pada umunya dapat mempengaruhi pertumbuhan,
reproduksi dan metabolisme. Keasaman tanah sangat mempengaruhi populasi
dan aktivitas makrofauna tanah sehingga menjadi faktor batas penyebaran dan
juga kenakeragamannya.
Kadar air tanah sangat erat hubungannya dengan populasi makrofauna
tanah. Hal ini dikarenakan tubuh makrofauna tanah mengandung air, oleh
karena itu kondisi tanah yang kering dapat menyebabkan tubuh makrofauna
tanah kehilangan air dan hal ini merupakan masalah yang besar bagi
kelangsungan hidupnya (Lee, 1985).

Kadar air dalam tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah
sehingga dimungkinkan makrofauna tanah membutuhkan kadar air yang tinggi
(Hakim et al., 1986).

Untuk pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperlukan


suatu keadaan taat air yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman
dengan mudah akan menyerap unsur hara. Tata air dan udara yang baik ini
adalah jika pori terisi air minimum 10%dan pori terisi udara minimal 10% atau
lebih. Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun pada tanaman. Air
tanah hampir seluruhnya berada pada udara atau atmotsfer (Kemas,
2007).Tanah yang kadar airnya rendah jenis hewan tanah yang hidup sangat
berbeda dengan hewan tanah yang hidup pada tanah yang kadar airnya tinggi
(Suin, 1997).
Kandungan air di dalam tanah menunjukkan hubungan yang
berpengaruh dalam keberadaan organisme tanah. Hal ini disebabkan karena
peningkatan kandungan air tanah dapat mengurangi kandungan udara yang
berada di dalam tanah. Kandungan air di dalam tanah yang baik untuk hidup
dan perkembangbiakan organisme tanah berkisar antara 30,25-50,15%.
Berbagai jenis organisme tanah yang mengambil oksigen langsung dari udara
tidak akan beradaptasi pada lingkungan tanah dengan kandungan air yang
tinggi. Sebaliknya makrofauna tanah yang mampu mengambil oksigen dari air
akan mendominansi kehidupan pada habitatnya tersebut (Hanifah, 2004).
Kapasitas kandungan air tanah maksimum adalah jumlah air maksimal
yang dapat ditampung oleh tanah setelah hujan turun dengan sangat lebat atau
besar. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam keadaan terisi
oleh angin sehingga tanah menjadi jenuh dengan air. Jika terjadi penambahan
air lebih lanjut, maka akan terjadi penurunan air gravitasi yang bergerak lurus
terus kebawah. Pada keadaan ini air tanah ditahan oleh tanah dengan
kandungan atau kekuatan Pf = 0 atau 0 atm (Notohadiprawiro, 1994).

Bahan organik tanah sangat menentukan kepadatan organisme tanah


diantaranya makrofauna tanah. Bahan organik tanah merupakan sisa-sisa
tumbuhan, hewan dan organisme tanah lainnya baik yang telah terdekomposisi
maupun yang sedang terdekomposisi. Fauna tanah golongan saprovora
hidupnya tergantung pada sisa daun yang jatuh. Komposisi dan jenis serasah
daun itu menentukan jenis fauna tanah yang hidup disana (Suin, 1997).

Hasil pengukuran N total tanah yang menunjukkan tanah yang


dibudidaya dengan pertanian organik mengandung N total lebih banyak
meskipun peningkatannya tidak secara mencolok. N total secara optimum
berkisar antara 0,20-0,23. Peningkatan N total berasal dari mineralisasi bahan-
bahan organik yang ditamabahkan dalam pertanian organik, sistem pertanian
non organik N ditambahkan dalam bentuk pupuk N. Ternyata penambahan
pupuk N dalam tanah tidak mesti diikuti peningkatan kandungan N total dalam
tanah. Hal ini karena lebih banyak N yang hilang terangkut hasil panen,
melalui pelindian atau penguapan. Sistem pertanian organik juga dapat
memperbaiki sifat fisik-kimia tanah dengan peningkatan N total, P tersedia, K
tukar yang lebih baik sehingga berpengaruh pada keseimbangan nutrisi yang
tercukupi (Utami dan Handayani, 2003).

Organisme hidup itu meliputi flora dan fauna tanah yang bersifat
mikroskopik dan kegiatan hidupnya terpusatkan pada kandungan tanah yang
berupa bunga tanah dan yang sering sangat peka terhadap perubahan-
perubahan kondisi lingkungannya yang terbatas. Organisme hidup itu
mempunyai arti penting dalam memlihara keseimbangan ekologi dan
kehidupan di bumi. Organisme itu juga menyebabkan berbagai zat hara
esensial bagi tumbuhan tinggi, termasuk nitrogen dalam bentuk yang langsung
dapat digunakan(Widyawati, 2013).
Faktor lingkungan biotik bagi makrofauna tanah adalah organisme lain
yang terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan
golongan fauna lainnya. Pada komunitasnya, jenis-jenis organisme tersebut
saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Interaksi tersebut dapat berupa
netralisme, kompetisi, predasi, parasitisme, mutualisme, dan komensalisme
(Hariyanto et al., 2008).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data/ Hasil
Lokasi: Danau Jakabaring Sport city
Deskripsi lokasi: Hutan yang terdapat pohon pinus
n Spesies Jumlah Hewan Keterangan
o Tanah
Sawit
1 Oecophylla 10
Nama ilmiah: Oecophylla
Kerajaan: Animalia
Ordo: Hymenoptera
Kelas: Insecta
Famili: Formicidae
Filum: Arthropoda
Bangsa: Oecophyllini
2 Paraponera 9 Kerajaan: Animalia
clavata
Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hymenoptera

Famili: Formicidae

Subfamili: Paraponerinae

Genus: Paraponera

F.Smith, 1858

Spesies: P. clavata
N Indikator Keterangan
o
Pinus
1 Pori tanah Pori pori Pori-pori tanah sekitar pohon
Sawit besar berguna untuk
Besar
menyimpan bahan organik dan
cadangan air tanah.dan efektif
mengurangi aliran air
permukaan.
Ketika hujan datang air tidak
langsung mengalir melainkan
terserap ke dalam tanah tersebut
dilepas perlahan-lahan sehingga
air masih tersedia pada musim
kering
2 pH tanah 6.5 Dengan pH tanah yang
berkisaran antara 6.5 sampai ke
7 karna kelapa sawit cenderung
membutuhkan pH yang netral
3 Tekstur dan Lempung Liat Tanah yang mempunyai
warna tanah Berpasir, Liat kandungan pasir yang cukup tinggi
mempunyai pori-pori makro lebih
Dan Lempung
banyak dari pada pori-pori mikro,
Berliat hal ini menyebabkan terjadinya
aerasi yang baik, daya hantar
airnya baik namun kemampuan
menyimpan unsur hara rendah dan
partikel pasir dapat saling
berikatan lebih kuat sehingga
dapat menyebabkan bahan
organiknya sedang dan membuat
kemantapan agregat yang lebih
stabil
4 Suhu udara 35 ◦C Suhu udara lokasi pada saat
pengambilan sampel yaitu 35◦C

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini diamati pohon pinus yang berlokasi di kebun sawit
mariana banyu asin sumatera selatan. Analisis Vegetasi Pengambilan data di
lapangan menggunakan teknik Purposive sampling, yaitu dilakukan dengan cara
membuat petak 5 x 5m untuk perangkap.

Semut rangrang adalah serangga sosial yang mempunyai peranan


penting dalam ekosistem, yaitu sebagai predator bagi berbagai serangga
(Mele, 2008). Semut rangrang sangat agresif, berlimpah dan menjaga
kawasannya dari spesies lain. Semut rangrang memiliki posisi penting
secara ekologi di hutan, perkebunan kakao dan lingkungan berhutan lain
yang dihuni, selain itusemut rangrang juga telah menjadi objek dari semakin
banyaknya studilapangan (Holldobler &Wilson, 1977) .
Koloni semut peluru ini terdiri dari beberapa ratus ekor dan biasanya terletak
di dasar pohon. Semut Peluru berburu secara individu di atas pohon dan di sekitar
sarangnya. Semut pekerja berada dekat sarang untuk menjaga para semut kecil
dan mengambil nektar hingga sampai ke ujung pohon. Nektar dibawa ke sarang
untuk makanan para bayi semut oleh Semut pekerja menggunakan rahangnya.
Para semut pekerja berukuran 18-25 milimeter dan warnanya agak hitam
kecokelatan. Sedangkan semut ratu tubuhnya lebih besar hanya mampu
memproduksi telur saja. Kaki bagian depan berwarna keemasan, badan dan
kakinya berbulu. Tubuh Semut peluru ini lebih mirip seperti bentuk
binatang tawon tanpa sayap. Organ Semut peluru ini berada di lambung, yang
dapat mengeras bila terjadi bahaya atas dirinya.
Semut peluru mempunyai racun yang sangat kuat, yang dapat
melumpuhkan mangsa mereka atau menyerang demi perlindungannya. Rasa sakit
yang disebabkan oleh gigitan semut peluru ini konon lebih besar
daripada Hymenoptera lainnya. Tingkat keparahan dari rasa sakit akibat gigitan
semut peluru ini pada sekala 1,0 - 4,0 menurut Schmidt Sting Pain Index. Schmidt
Sting Pain Index adalah skala rating rasa nyeri yang disebabkan
gigitan Hymenoptera yang berbeda-beda. Rasa sakit ini bisa digambarkan seperti
di bakar hidup-hidup, hingga sakit yang berdenyut-denyut itu berlanjut selama 24
jam. Diperkirakan bahwa semut ini telah berevolusi dengan cara menangkis
pemangsa yang akan menggali mereka. Untuk mengobati akibat gigitan semut ini
kalau dalam keadaan darurat bisa dikompres menggunakan air es dingin, atau
menggunakan Poneratoxin (Neurotoxin Pentacosapeptide) mengobati bila terjadi
kerusakan pada jaringan kulit akibat luka gigitan semut peluru.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Di sekitar pohon sawit terdapat populasi semut rangrang (Oesophylla sp.)
dan semut Peluru (Paraponera clavata), jumlah individu semut yang kami
temukan ialah 10 semut rangrang dan 9 Semut Peluru. Habitat semut rangrang
disekitar pohon sawit memiliki pori tanah Lempung Liat Berpasir, Liat Dan
Lempung Berliat, pH tanah 6.5-7.0 suhu udara disekitar pohon pinus 35◦C
sedangkan untuk semut peluru ditemukan didekat pohon sawit yang terdapat
bekas pohon sawit yang telah ditebang dan disekitar dahan yang sudah ditebang
B. Saran
Diharapkan untuk lebih teliti dalam perhitungan koloni pada hewan
serangga yang diteliti dan diamati serta dicatat jenis spesiesnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Y.I, Iing N, Didin J. 2015. Struktur Populasi dan Sebaran Serta
Karakteristik Huru Sintok (Cinnamomum sintoc Bl) di Resort Cilimus Taman
Nasional Gunung Cirermai. Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
Maknun, Djohar. 2017. Ekologi : Populasi, Komutis, Ekosistem Mewujudkan
Kampus Hijau, Asri, Islami, dan Indah. Nurjati press : Sunyagi Cirebon.
"Black Carpenter Ant Camponotus pennsylvanicus". NWF The National Wildlife
Federation. Retrivied 4 desember 2021.
Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Jackson RB. 2011.
BIOLOGY: Ninth Edition. San Francisco: Pearson Education.
Lintang, D.R, Edi. B, Darsono. 2017. Kuantitas Anakan Kultur Semut Rangrang
(Oesophylla smaragdina) Secara Artifisal Menggunakan Beberapa Jenis
Pakan Berbeda. Jurnal vol : 4, No : 1
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai