Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ORNITOLOGI

ASAL USUL BURUNG

Dosen Pengampu: Ericka Darmawan, S.Pd, M.Sc.

Disusun oleh:
Ulfi Kusuma Wijaya Subagiyo (2010305017)
Itsnawati Arzan Putri (2010305026)
Luvy Arifah (2010305055)
Luciana Dwi Syafitri (2010305074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2023
A. PEMBAHASAN
 Burung
Burung dikelompokkan dalam kelas Aves pada klasifikau Vertebrata. Bulu
merupakan modifikasi dari kulit bagian terluar Hanya burung yang memiliki bulu
Bulu tersebut menutupi seluruh tubuhnya, kecuali beberapa bagian tubuhnya yang
tidak tertutup bulu yaitu parah dan kakinya Sederetan bulu-bulu panjang yang
terletak di tepi anggota gerak depan atau sayap berperan untuk terbang Deretan
bulu-bulu panjang lainnya pada bagian ekos berfungsi sebagai kemudi pada saat
terbang Untuk bulu penutup tubuh berfungsi membantu menjaga suhu tubuh
(insulasi) Perlindungan terhadap hilangnya panus tubuh sangat efektif untuk
kondisi burung yang tergolong hewan berdarah panas Peranan lain bulu, yaitu
dengan adanya bulu yang berwarna-warni berperan dalam komunikasi sosial dan
untuk melindungi diri dari predatornya. Selain dimilikinya bulu, semua burung
memiliki paruh.
Paruh merupakan mandibula yang tertutup oleh zat tanduk Bentuk paruh
burung bervariasi tergantung dari jenis makanannya dan tidak ada hewan
vertebrata lainnya yang memiliki paruh kecuali Platypus (hewan paruh bebek)
anggota kelas Mammalia dari Australia. Burung juga kelihatan berbeda dari ular,
kura-kura, kadal, dan buaya yang relatif lebih berkerabat dekat Perbedaan tersebut
terlihat pada struktur tulangnya Adanya perubahan ini dihubungan dengan
adaptasinya untuk terbang Ekstremitas/anggota gerak depan mengalami
modifikasi menjadi sayap dan bagian badan burung menjadi lebih pendek.
Ekstremitas burung lebih ringan dan pusat gravitasinya lebih rendah, hal ini untuk
menjaga stabilitas tubuhnya. Ringanya ekstremitas tersebut dikarenakan makin
ramping dan adanya tulang yang berongga. Kekuatan dan kakakun tubuh
disebabkan oleh gabungan/fusi dari beberapa tulang, khusus pada bagian sayap,
kaki dan babu burung Besarnya massa otot dada yang digunakan untuk
menggerakan sayap, maka mengharuskan tulang dada (strum) semakin luas.
Akibatnya sternum berbentuk lempengan yang besar dengan bentukan seperti
mata pisau atas lunas (carina sterni) untuk perlekatan otot dada.
Contoh Vanellus malabaricus

Keterangan :
1-Paruh, 2-Kepala, 3-Iris, 4-Pupil, 5-Mantle, 6-Lesser Covert, 7-Scapulars, 8-
Coverts, 9-Tersier, 10-Rump, 11-Primary, 12-Vent, 13 -Paha, 14-Tibia-tarsal
joint, 15-Tarsus, 16-Jari, 17-Tibia, 18-Belly, 19-Flanks, 20-Dada, 21-Troat,
22-Wattle, 23-Eyestripe.

Apakah seekor Burung itu ?


 Seekor Hewan
 Aves
 Memiliki Kerangka
 Memiliki suhu tubuh yang tinggi
 Tertutup oleh buru
 Terbang dengan ekstrimitas depan
 Berlari atau hinggap dengan ekstrimitas belakang
 Memiliki rahang yang Panjang membentuk paruh tanpa gigi
 Memiliki mata dan rongga mata yang besar
 Meletakan telurnya di sarang
 Mengerami telur
 Merawat anaknya
 Evolusi Burung
Kesamaan antara burung dengan Reptilia diperkirakan bahwa ancestor burung
adalaly Reptilia. Namun Reptilia mana yang berevolusi menjadi burung tetap
merupakan hipotesis Ada yang menyatakan bahwa burung berevolusi dari
sekelompok Reptilia yang dikenal dengan Thocodont. Hal ini didasarkan bahwa
salah satu anggota thecodont yaitu Longisquama, memiliki sisik yang Panjang.
Munculnya berbagai hipotesis tersebut dikarenakan telah ditemukannya foul
Archaeopteryx lithographica sebanyak 5 spesimen Bukti pertama bahwa
Archaeopterys merupakan burung yaitu ditemukannya sehelai bulu dalam batu
kapur di tambang Bavarian, Jerman pada tahun 1861 oleh Herman von Meyer
Beberapa bulan berikutnya ditemukan tulang yang lengkap dan bulu dari hewan
seperti Reptil berukuran kecil Herman von Meyer memberi nama fosil tersebut
dengan Archaeopteryx (achios purba, pteryx sayap) lithographica Diperkirakan
hewan tersebut hidup pada periode Jurassic sekitar 192-136 juta tahun yang lalu
Penemuan spesimen lengkap dan Archaeopterys yang lain yaitu di tambang lain
dekat Eichstatt Bavaria pada tahun 1877 Spesimen tersebut memperlihatkan
tentang persendian, detail dan tulung sayap, bulu-bulu terbang, dan pasangan bulu
yang melekat pada setiap vertebrae dari ekornya yang Panjang.

Archaeopteryx merupakan seekor Reptilia seukuran burung gagak dengan


moncong tumpul bila dibandingkan dengan paruh burung modern, tetapi giginya
berkembang dengan baik (Gambar 2.3). Susunan tulang kepalanya seperti Reptilia
Memiliki ekor panjang seperti kadal dengan vertebrae ckor (tulang ekor) sebanyak
18-21 buah yang masing-masing membawa sepasang bulu. Secara umum
Archaeopteryx memiliki 2 karakter burung yaitu bulu dan furcula (wishbone:
tulang garpu). Bulu yang panjang tidak bisa dibedakan dari bulu modern yang
memanjang pada ekstremitas depan dan ekor.

Archaeopteryx memiliki furcula besar yang tidak biasanya dimiliki Reptilia,


dan tulang coracoid yang berkembang dengan baik, dilengkapi dengan pectoral
girdle (gelang panggul). Keadaan tersebut memperlihatkan perkembangan antara
Reptilia dengan burung modern. Furcula/merupakan kunci adaptasi burung untuk
bel kekuatan terbang mengepak. Ciri lainnya yaitu ekstremitas anteriornya
panjang, tetapi tulang metakarpal dan digit (jari) tidak berfusi. Memiliki tiga cakar
yang tetap berfungsi pada jari-jari ekstremitas aterior. Sternumnya kecil dan tidak
berkarina sterni, serta kemungkinan tersusun atas tulang rawan, sehingga
akibatnya tidak kuat. Sebaliknya pada burung modern sternum sangat berkembang
baik.
Adanya sternum yang kecil merupakan petunjuk bahwa otot terbangnya kecil.
Sedangkan tulang rusuknya seperti pada sebagian Reptilia yaitu kehilangan
penguatan horizontal (prosesus ucinatus), sebaliknya pada burung modern
memiliki prosesus ucnatus. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki Archaeopteryx,
maka hewan tersebut merupakan hewan yang aktif, tergolong bipedal yang
mampu berlari pada tanah. Dimilikinya cakar kemungkinan Archaeopteryx
menggunakannya untuk bergantung diantara cabang pohon, dan dengan adanya
sayap kemungkinan mampu melompat antara cabang-cabang yang besar atau
meluncur dari pohon satu ke pohon lainnya. Adanya kemampuan tersebut berarti
Archaeopteryx dapat terbang dari kekuatan terbang mengepak, Berdasarkan pada
ciri-ciri yang dimilikinya yaitu khususnya dengan adanya bulu, maka para
Ornitologist menyatakan bahwa Archaeopteryx sebagai burung awal dari periode
Jurassic.
Pada periode berikutnya yaitu Cretaceous sekitar 135-100 juta tahun lalu,
merupakan periode dengan banyak burung. Dua jenis burung purba yang
ditemukan sebagai fosil di daerah Kansas yaitu Hesperornis (western bird" dan
Ichtyornis ("fish bird"), Hesperornis diperkirakan merupakan burung air yang
tidak terbang dengan sayap kecil, sternum tidak berlunas, tulang klavikula tidak
berfusi, dan paruh bergigi seperti Archaeopteryx. Kepalanya besar dan sangat
kuat, serta kakinya berlobus. Ukuran tubuhnya bervariasi dari yang seukuran
ayam kecil sampai pinguin besar, tetapi yang terbesar adalah Hesperornis regalis
panjang tubuhnya 1-2 meter. Jumlah spesies dari genus Hesperornis diketahui
sebanyak 13 spesies. Sedangkan Ichtyornis memiliki kepala yang panjang,
bergigi, dan sayap Berdasarkan fosil diketahui ada 6 spesies burung Ichtyornis.
Cara mencari ikan oleh Ichtyornis yang kuat. yaitu dengan cara terbang di atas
permukaan air kemudian menangkapnya dengan cepat tetap dimiliki oleh burung-
burung laut pada saat ini.
Ordo-ordo burung modern mulai berkembang sekitar 60 juta tahun lalu atau
awal periode tertiary. Burung air seperti auk, itik, camar, bangau, loon, dan petrel,
menginvasi niche akuatik selama jaman Eocene, sekitar 55-60 juta tahun lalu.
Burung woedpecker primitif dan yang berkerabat juga berkembang selama
Eocene awal, dan menjadi predominat burung-burung petengger selama jaman
Miocene. Burung kingfisher dan hornbill sangat berkembang pada jaman
Oligocene. Pada jaman Miocene berlangsung evolusi cepat dari tumbuhan
berbunga dan serangga, sehingga menyebabkan niche baru dari burung pemakan
serangga, pemakan buah, dan pemakan madu. Keadaan tersebut menghasilkan
radiasi besar-besaran dari burung berkicau. Menjelang akhir periode tertiary
sekitar 10 juta tahun lalu, burung mengalami perkembangan yang luas termasuk
genus modem.
Akhirnya pada periode Quartenary sekitar 2 juta tahun lalu, karena dikaitkan
dengan perubahan habitat mengakibatkan populasi burung modern terpecah-
pecah. Beberapa menjadi punah dan lainnya ada yang menjadi spesies baru. Jadi
sebagian besar burung modern berkembang selama jaman Pleistocene atau saat
ini.
Dipandang dari segi evolusi ancestor burung adalah Reptilia. Hal ini dapat
ditelusur dari ciri-ciri yang dimiliki oleh burung Burung masih mempertahankan
ciri reptil yaitu berupa sisik-sisik yang terdapat pada kakinya, dan bulu
kemungkinan merupakan perkembangan dari sisik reptil. Sisik burung dan bulu
memiliki komposisi kimia yang sama dengan sisik reptil yaitu tersusun dari zat
keratin.
Kemampuan terbang oleh burung merupakan kelebihan yang dimiliki oleh
burung Akan tetapi bagimana burung memperoleh kemampuan terbang tersebut,
jika diperkirakan bahwa burung berevolusi dari reptil? Kemungkinannya,
pertama-tama dengan berlari-lari atau memanjat sesuatu dengan tungkai
belakangnya sambil membentangkan ekstremitas depan yang berbulu yang
berfungsi sebagai sayap. Adanya gerakan-gerakan tersebut menyebabkan hewan
dapat meluncur dari satu cabang pohon ke cabang pohon lainnya atau melayang-
layang di udara Akibat dari perilaku tersebut terjadilah perubahan secara
berangsur-angsur pada rangkanya sehingga kemampuan terbangnya semakin
bertambah. Perubahan rangka tersebut meliputi menjadi semakin ringannya
tulang, dan bagian vertebrae, gelang bahu, dan gelang panggul bersatu
membentuk suatu kerangka yang ringan. Selain itu adanya lunas pada tulang dada
sebagai tempat melekatnya otot-otot terbang sehingga sangat membantu dalam
mengembangkan kemampuan terbangnya

 Foligeni Burung
Penyusman klasifikan burung yang ada di dunia sangat membantu ornitologist
unik komunikasi dan menjadi alat untuk mempelajari lebih lanjut dari kekerabatan
burung secant evolusionari. Aneka ragam burung yang ada itu sebenarnya
merupakan hasil dari proses evolusi yaitu :
1. Evolusi filetik, dimana terjadi perubahan secara berangsur-angsur dan
garis silsilah yang tunggal melalui proses evolusi,
2. Spesiasi, pembentukan spesies baru karena adanya pemisahan dari satu
garis silsilah yang tunggal melalui proses evolusi,
3. Kepunahan, merupakan akhir dari dan suatu garis silsilah.
Adanya perubahan evolusi tersebut menghasilkan adanya taksa yang memiliki
kesamaan, dan juga mendorong terbentuknya perbedaan yang besar diantara taksa
yang ada. Sedangkan terjadinya kepunahan dari garis silsilah yang berdekatan
menyebabkan hilangnya hubungan dari kelanjutan garis silsilah tersebut. Namun
demikian secara teori, setiap takson adalah monofiletik, terdiri atas burung-burung
yang berkerabat dekat yang secara evalusiona merupakan keturunan dari ancestor
yang sama.
Karakter apakah yang dapat digunakan untuk menentukan taksa yang
berkerabat dekat? Untuk jawaban tersebut, bagi para ahli taksonomi yang
diperlukan adalah karakter-karakter yang bernilai penting dan dikenal dengan
sebutan "karakter konservatif yaitu tidak mudah berubah selama adaptasi ekologi.
Akan tetapi dalam kenyataannya tidak hanya satu karakter konservatif dari burung
yang dapat berpuman penting dalam mengambil suatu penyelesa masalah yang
besar. Pemilihan karaker taksonomi yang digunakan untuk tujuan klasifikasi
burung berbeda-beda antara satu kelompok burung dengan kelompok burung
lainnya. Karakter karakter tersebut antara lain berupa perilaku burung, pula bulu
dari anak burung, suara dan morfologi dari alat suara, atau berupa gen dan protein:
Karakter yang unik mungkin merupakan karakter yang dimiliki oleh kelompok
spesies yang berkerabat dekat Contohnya pada kelompok burung Passerine, semua
burung anggota kelompok Passarine memiliki beberapa karakter unik yang sama
yaitu bentuk sperma, bentuk kaki tipe petengger, dan bentuk kelenjar minyak yang
unik
Konvergen dari karakter-karakter yang ada dapat ditujukkan dengan
mempelajari secara detail anatomi dan juga dengan menemukan perbedaan yang
tampak. Contohnya anatomi yang detail dari struktur kaki (susunan keempat jari
kaki) akan memperlihatkan bagaimana burung- burung yang tidak berkerabat
dekat berkembang serupa tetapi tidak identik.
Karakter-karakter yang mudah berubah selama adaptasi maka tidak akan
banyak memberikan informasi tentang ancestornya dan bahkan dapat
menyesatkan. Sedangkan jika mengalami adaptasi ekologi yang sama, dapat
menyebabkan spesies burung yang tidak berkerabat dekat dan hidup peda habitat
sama pada daerah berbeda akan memiliki kesamaan dalam penampakan,
morfologi, dan perilakunya. Contohnya pada burung "meadowlark" yang hidup di
padang rumput Amerika Utara dan burung "longclaw" dari padang rumput Afrika,
mereka memiliki kosamaan pada pola warnanya.

 Sistematika Berdasarkan Biokimia


Berkembangnya pengetahuan tentang struktur DNA dan kontrol
genetik untuk sintesis protein memungkinkan kita untuk menemukan
kemungkinan baru dalam mempelajari hubungan evolusioner dari burung.
Kita dapat menguji hipotesis tentang kekerabatan berdasarkan perbandingan
antara persamaan morfologi dengan persamaan biokimianya. Secara umum,
dalam mengkaji kekerabatan maka kajian biokimia cenderung menguatkan
bukti-bukti berupa karakter morfologi yang telah diperoleh sebelumnya.
Namun kadangkala analisis biokimia meragukan gambaran yang terbentuk
secara tradisional, mengungkapkan kasus kasus terlupakan dari konvergen,
dan mengusulkan kekerabatan diantara taksa tidak seperti yang telah diduga
sebelumnya.
Salah satu dari teknik utama dalam mengkaji sistematik secara
biokimia adalah elektroforesis protein, yaitu merupakan suatu metode
pemisahan protein. Protein yang memisah tersebut biasanya bentuk yang
berbeda dari enzim yang sama munurut gerakannya dalam aliran listrik yang
lemah. Protein membawa muatan listrik, dimana merefleksian sedikit
perbedaan dalam komposisi asam amino Sehingga oleh karena itu juga
merefleksikan perbedaan dalam gen yang mengontrol komposisi asam amino
dari protein tertentu.

B. KESIMPULAN
Seekor hewan dikatakan sebagai seekor burung apabila memiliki ciri khusus
yaitu adanya bulu. Bulu merupakan modifikasi dari kulit bagian terluar. Bulu
berperanan untuk terbang dan membantu menjaga sushu tubuh (insulasi). Selain itu
bulu berpenan untuk komunikasi sosial dan melindungi dari predatornya. Selain
dimilikinya bulu, semua burung memiliki paruh.Burung berkembang dari reptil
bipedal yang kecil sekitar 150 juta tahun lalu, Berdasarkan kajian terhadap fosil maka
Archeopteryx lithographica merupakan reptil tergolong bipedal seukuran burung
gagak, bergigi, dan memiliki ciri yang dimiliki oleh burung yaitu bulu dan sebuah
tulang furcula. Penyusunan klasifikasi burung yang ada di dunia sangat membantu
ornitologist untuk komunikasi dan menjadi alat untuk mempelajari lebih lanjut dari
kekerabatan burung secara evolusionari. Aneka ragam burng yang ada itu sebenarnya
merupakan hasil dari spesiasi, kepunahan, dan evolusi filetik. Karakter yang dapat
digunakan untuk menentukan taksa yang berkerabat dekat, bagi para ahli taksonomi
yaitu berupa karakter konservatif. Konvergen merupakan evolusi yang bebas dari
adaptasi yang sama oleh spesies yang tidak berkerabat dekat, sehingga dapat
menyebabkan spesies yang tidak berkerabat dekat terlihat berkerabat dekat. Kasus
konvergen dapat didekati dengan melakukan kajian yang detail dari karakter yang
komplek, misalnya dengan mempelajari anatomi jari kaki dan bukti-bukti biokimia.

C. DAFTAR PUSTAKA
Rahayu Ery Sofia. 2005. Buku Ajar Pengantar Ornithologi. Malang : Universitas
Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai