Anda di halaman 1dari 17

Rahbia Yusuf

2016310339

Morfologi Serangga

Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama,
sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip
cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut
(abdomen) (Fahlevi, 2010).

a. Kepala (Caput)

Kepala pada serangga terdiri dari satu rentetan ruas-ruas metamer tubuh. kepala serangga
berfungsi untuk mengumpulkan makanan, manipulasi, penerima sensoris dan perpaduan saraf
(Borroret al., 1992). Pada kepala serangga terdapat alat mulut,antena, mata majemuk, dan mata
tunggal (osellus) (Jumar, 2000).

1. Alat Mulut.

Bagian mulut serangga tersusun atas labrum, sepasang mandibula, sepasang maksila, labium
dan hypofaring. Tipe bagian-bagian mulut serangga telah menentukan bagaimana serangga itu
makan (Borroret al, 1992). Menurut Jumar (2000), pada dasarnya bentuk mulut pada serangga
dapat digolongkan menjadi menggigit-mengunyah (Seperti pada: Ordo Orthoptera, Coleoptera,
Isoptera, dan pada larva serangga), menusuk-menghisap (seperti pada Ordo Homoptera dan
Hemiptera), menghisap (seperti pada Ordo Lepidoptera), menjilat-menghisap (seperti pada
Ordo Diptera).

2. Antena

Antena pada serangga bervariasi bentuknya dengan fungsi sebagai alat sensor. Borror et al
(1992) menyatakan bahwa fungsi antena pada serangga merupakan alat perasa dan bertindak
sebagai organ-organ pengecap, organ pembau, serta organ untuk mendengar. Serangga
mempunyai sepasang antena pada kepala dan biasanya tampak seperti benang memanjang
(Jumar, 2000).

3. Mata Majemuk dan mata Tunggal (Ocelli).

Menurut Jumar (2000), serangga dewasa memiliki 2 tipe mata, yaitu mata tunggal dan mata
majemuk. Mata tunggal dinamakan ocellus (jamak: ocelli). Mata tunggal dapat dijumpai pada
larva, nimfa, maupun pada serangga dewasa. Mata majemuk sepasang dijumpai pada serangga
dewasa dengan letak masing-masing pada sisi kepala dan posisinya sedikit menonjol ke luar,
sehingga mata majemuk ini mampu menampung semua pandangan dari berbagai arah. Mata
majemuk (mata faset), terdiri atas ribuan ommatidia.

b. Dada (Toraks)

Menurut Borror et al (1992), toraks merupakan tagma (segmen) lokomotor tubuh dan toraks
mangandung tungkai-tungkai dan sayap-sayap. Toraks terdiri atas tiga ruas, bagian anterior
protoraks, mesotoraks, dan bagian posterior metatoraks. Diantara serangga-serangga memiliki
dua pasang spirakel terbuka pada toraks. Spirakel yang satu berkaitan dengan mesotoraks dan
yang lain berkaitan dengan metatoraks. Meso dan metahoraks mengalami beberapa perubahan
yang berkaitan dengan penerbangan.

c. Sayap

Sayap-sayap serangga adalah pertumbuhan-pertumbuhan keluar dari dinding tubuh yang


terletak pada dorso-lateral antara notum dan pleura (Borror et al, 1992). Mereka timbul sebagai
pertumbuhan keluar seperti kantung, tetapi bila berkembang dengan sempurna, maka akan
berbentuk gepeng dan seperti sayap dan diperkuat oleh suatu deretan rangka-rangka sayap.
Pada serangga, sayap berkembang sempurna dan berfungsi dengan baik hanya ada dalam
stadium dewasa, kecuali pada Ordo Ephemeroptera, sayap berfungsi pada instar
terakhirnya.Tidak semua serangga memiliki sayap. Serangga tidak bersayap digolongkan ke
dalam sub kelas Apterygota, sedangkan serangga yang memiliki sayap dimasukkan ke dalam
golongan sub kelas Pterygota.

Sayap serangga juga mengalami modifikasi. Modifikasi sayap menurut Jumar (2000), adalah
sebagai berikut:

 Pada Ordo Tysanoptera, sayap depan berupa rumbai.


 Pada Ordo Coleoptera, sayap depan mengeras dan dinamakan elitra (tunggal: elitron).
Elitra berfungsi untuk melindungi sayap belakang yang berupa selaput (membran).
 Pada Ordo Diptera, sayap depan berkembang sempurna, sedangkan sayap belakang
mengalami modifikasi menjadi struktur seperti gada yang disebut halter. Halter
berfungsi sebagai penyeimbang tubuh pada saat terbang.
 Pada Ordo Hemiptera, sayap depan sebagian mengeras dan sebagian lagi tetap berupa
membran. Sayap depan ini disebut sebagai hemielitra (tunggal: hemielitron).
 Pada Ordo Orthoptera, sayap depan berupa perkamen, diduga sebagai pelindung dan
disebut sebagai tegmina (tunggal: tegmen).

d. Tungkai/Kaki

Menurut Borror (1992) tungkai-tungkai thoraks serangga bersklerotisasi (mengeras) dan


selanjutnya dibagi menjadi sejumlah ruas. Secara khas, terdapat 6 ruas pada kaki serangga. Ruas
yang pertama yaitu koksa yang merupakan merupakan ruas dasar; trokhanter, satu ruas kecil
(biasanya dua ruas) sesudah koksa; femur, biasanya ruas pertama yang panjang pada tungkai;
tibia, ruas kedua yang panjang; tarsus,biasanya beberapa ruas kecil di belakang tibia; pretarsus,
terdiri dari kuku-kuku dan berbagai struktur serupa bantalan atau serupa seta pada ujung
tarsus. Sebuah bantalan atau gelambir antara kuku-kuku biasanya disebut arolium dan bantalan
yang terletak di dasar kuku disebut pulvili.

Menurut Jumar (2000), tungkai-tungkai serangga mengalami modifikasi. Sejumlah modifikasi


tersebut adalah:

 Tipe cursorial, adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan berlari.
 Tipe fussorial, tungkai yang digunakan untuk menggali, ditandai dengan adanya kuku
depan yang keras.
 Tipe saltatorial, tungkai yang berfungsi untuk meloncat, ditandai dengan pembesaran
femur pada tungkai belakang.
 Tipe raptorial, tungkai yang berfungsi untuk menangkap dan mencengkeram mangsa,
ditandai dengan pembesaran femur tungkai depan.
 Tipe natatorial, tungkai yang berfungsi untuk berenang, ditandai dengan bentuk yang
pipih serta adanya sekelompok “rambut-rambut renang” yang panjang.
 Tipe ambolatorial, tungkai yang berfungsi untuk berjalan ditandai dengan femur dan
tibia yang lebih panjang dari bagian tungkai lainnya. Bentuk ini merupakan bentuk
umum tungkai serangga.

e. Perut (Abdomen)

Pada umumnya abdomen serangga terdiri dari 11 segmen metameri (berulang). Tiap segmen
metamer memiliki satu sklereit dorsal tergum (jamak: terga), satu sklereitventral sternum
(jamak: sterna) dan satu selaput daerah lateral pleuron (jamak: pleura) (Borror et al,, 1992).

Menurut Arora & Dhaliwal (1999), abdomen merupakan tempat organ dalam berada, yang
mana fungsi-fungsi fisiologis tubuh berada di sana. Bagaimana pun sistem itu mulanya berasal
dari saluran yang dimulai dari bagian kepala, melewati thoraks dan salurannya sampai sejauh
mana pada abdomen. Alat kelamin serangga biasanya terletak pada atau kira-kira pada ruas
abdomen 8 dan 9. Ruas-ruas ini memiliki kekhususan yang berkaitan dengan kopulasi dan
peletakan telur (Borroret al., 1992).
a. Pembagian daerah tubuh (kepala, dada, perut)
Serangga dewasa tubuhnya terbagi atas tiga bagian, yaitu caput (kepala), torak (dada),
dan abdomen (perut). Pada kepala terdapat alat mulut dan sejumlah organ indera, yaitu
antenna, palpus dan mata. Dada merupakan bagian tengah tubuh serangga dan pada bagian ini
terdapat kaki-kaki dan sayap-sayap (bila ada). Abdomen merupakan bagian tubuh posterior
yang terdiri atas ruas-ruas dan terdapat tympanum dan alat genetalia.

Gambar Hipotesis evolusi tubuh serangga yang berasal dari hewan sejenis cacing (Ross,
1964)
1. Caput (Kepala)
Kepala/caput merupakan bangunan anterior yang menyerupai kapsul. Menurut
Trisyono (2004) caput merupakan sebuah konstruksi yang padat dan keras dan terdapat
beberapa suture yang menurut teori evolusi caput tersebut terdiri dari empat ruas yang
mengalami penyatuan. Kepala pada dasarnya tersusun atas 6 segmen yang berfusi.
Keenam segmen tersebut tidak tampak lagi pada hewan dewasa, tetapi pada saat embrio
teramati. Bukti adanya keenam segmen pada saat dewasa yaitu terlihat adanya 6 apendiks
yang meliputi dorsal, antena, interkalari, mandibula, maksila, dan labial.
Pada kepala terdapat mata, antena dan alat mulut. Bentuk kepala bervariasi yang
sangat berkaitan dengan bagaimana serangga makan. Serangga-serangga dengan alat
mulut pengunyah secara normal memiliki kepala yang sangat besar, yang lurus ke
arah bawah. Serangga dengan alat mulut pencucuk-pengisap mempunyai kepala yang
kecil yang bervariasi dalam kenampakan maupun letaknya.
Tipe Kepala Serangga
Ada tiga tipe kepala serangga yaitu hypognathous, acrididae, dan carabidae.
Hypognathous apabila alat mulutnya menghadap ke bawah, contoh serangganya
adalah belalang. Acrididae prognathous apabila alat mulutnya menghadap ke depan,
contoh serangganya adalah kumbang. Carabidae dan ephistognathous apabila alat
mulutnya menghadap ke belakang, contoh serangga adalah semua serangga ordo
Hemiptera (Trisyono, 2004).

Gambar Tipe kepala serangga (Ross, 1964)

a. Mata
Mata serangga terdiri dari dua macam yaitu mata majemuk dan mata oseli. Mata majemuk
berfungsi sebagai pendeteksi warna dan bentuk, sedangkan mata oseli atau biasa disebut mata
tunggal berfungsi sebagai pendeteksi intensitas cahaya (Trisyono, 2004).
Mata majemuk terletak pada kedua sisi kepala dan berwarna hitam. Mata majemuk
dilindungi oleh bagain transparan dari kutikula yaitu cornea, dimana terbagi menjadi sejumlah
besar potongan berbentuk segi enam yaitu disebut sebagia facet. Setiap facet merupakan ujung
terluar dari suatu unit yang disebut ommatididum. Adanya struktur ini akan memberikan
gambaran mozaik seperti pada udang. Diantara beberapa serangga, kemungkinan belalang
mampu membedakan warna (Hadi, 2009).
Mata sederhana atau ocellus (jamak ocelli) di daerah kepala bagian atas serta di tepi
sebelah dalam mata majemuk. Mata sederhana ini terdiri atas sekelompok sel-sel penglihatan
yaitu retinula dan di bagian tengahnya terdapat batang optik yaitu rhabdom. Bagian terluar mata
sederhana terdapat lensa transparan yang merupakan modifikasi dari kutikula (Hadi, 2009).

Gambar… . Tipe mata serangga (Ross, 1964)


b. Antena
Selain mata, terdapat juga sepasang antena yang panjang dan sangat mobil (bergerak
gerak). Antena merupakan alat tambahan yang beruas ruas dan berpori. Antena belakang
berbentuk benang dan tersusun atas sejumlah besar segmen. Pada antena terdapat rambut-rambut
sensori yang kemungkinan berfungsi sebagai indera pembau (Jumar, 2000). Menurut Trisyono
(2004) bagian-bagian antena adalah antenifer, soket, scape, pedicel, meriston, dan flagelum.
Gambar Bagian-bagian antena serangga
Menurut Jumar (2000) berdasarkan bentuknya antena serangga dapat dibedakan menjadi
14 tipe yaitu:
 Filiform: menyerupai benag, tiap-tiap segmen yang membentuk antena ukurannya
sama, misalnya antena pada Valanga sp. (Orthoptera).
 Moniliform: seperti manik-manik, ruas-ruas antena berukuran sama dan berbentuk
bulat, misalnya Rhysodidae.
 Setaseous: seperti rambut kaku (Seta), makin ke ujung ruas-ruas antena maakin
ramping, misalnya Isoptera.
 Clavate: seperti moniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya, misalnya
Coccinellidae.
 Capitate: seperti clavate tetapi perbesaran ruas-ruas terakhir tiba-tiba membesar,
misalnya Nitidulidae.
 Serate: tiap-tiap segmennya berbentuk seperti gigi, misalnya Elateridae.
 Geniculate: segmen pertama berukuran panjang diikuti oleh satu segmen yang lebih
kecil yang membentuk sudut dengan segmen pertama, misalnya Formicidae.
 Pectinate: setiap segmen memanjang ke arah samping seperti sisir, misalnya
Pyrochoroidae.
 Bipectinate: setiap segmen memiliki satu pasang rambut.
 Stylate: segmen terakhir runcing dan agak panjang, misalnya Asilidae.
 Aristate: seakan-akan dari segmen antena keluar lagi antena, misalnya Muscidae.
 Plumose: setiap segmen berambut lebat dan panjang, misalnya nyamuk jantan.
 Lamellate: segmen paling ujung membesar dan menjadi lempengan, misalnya
Scarabaidae.
 Flabellate: semua segmen setelah pedicel bentuknya seperti lempengan, misalnya
Rhipiceridae.

c. Mulut
Bagian-bagian mulut serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe umum, yaitu
mandibulata (pengunyah) dan haustelata (penghisap), tipe alat mulut pengunyah, mandibel
bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke sisi, dan serangga tersebut biasanya mampu
menggigit dan mengunyah makanannya (Trisyono, 2004).
Tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan bentuk seperti probosis yang
memanjang atau paruh dan melalui alat itu makanan cair dihisap. Tipe mulut penggigit yaitu
Mulut tipe pengigit dilengkapi dengan rahang atas dan bahwa yang sangat kuat, contohnya mulut
belalang dan jangkrik. Tipe mulut penusuk-penghisap yaitu mulut tipe penusuk-penghisap
mempunyai rahang yang panjang dan runcing. Contohnya nyamuk. Mulut penghisap yaitu mulut
tipe penusuk-penghisap dilengkapi dengan alat seperti belalai panjang yang dapat digulung,
contohnya mulut kupu kupu. dan mulut penjilat yaitu mulut tipe penjilat dilengkapi dengan alat
untuk menjilat. Contohnya mulut lebah madu dan lalat (Jumar, 2000).
2. Thorax (Dada)
Toraks adalah bagian yang menghubungkan antara caput dan abdomen. Torak juga
merupakan daerah lokomotor pada serangga dewasa karena pada torak terdapat tiga pasang kaki
dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura tidak bersayap). Torak bagian dorsal
disebut notum (Jumar, 2000).
Dada (thorax) terdiri atas 3 segmen yaitu prothorax (anterior): adalah bagian depan dari
thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai depan, mesothorax (tengah)
bagian tengah dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai tengah dan
sepasang sayap depan dan metathorax (posterior) bagian belakang dari thorax dan sebagai tempat
atau dudukan bagi sepasang tungkai belakang dan sepasang sayap belakang. Tiap-tiap segmen
tertutup oleh eksokeleton, di bagian dorsal disebut tergum, disisi lateral disebut pleura, dan di
bagan ventral disebut sternum (Jumar, 2000). Pada mesothorax dan metathorax masing-masing
terdapat sepasang sayap.
3. Abdomen (Perut)
Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan
reproduksi. Abdomen serangga terdiri dari beberapa ruas, rata-rata 9-10 ruas jumlah segmen
abdomen embrio insekta adalah 11 dan masing-masing segmen membawa sepasang apendiks
rudimenter (Jumar, 2000).
Sedangkan pada insekta fase dewasa abdomennya tidak memiliki apendiks dan sejumlah
segmen biasanya mereduksi. Segmen pertama abdomen belalang berfusi dengan metathoraks.
Hasil penggabungan ini hanya terdri atas tergum saja, dan disetiap sisi segmen ini terdapat
sebuah membran tympani berbentuk oval yang merupakan penutup sebuah kantung
pendengaran. Pada segmen ke 9 dan ke 10 sternumnya berfusi, sedangkan tergumnya hanya
sebagian saja yang berfusi. Segmen ke 11 hanya terdiri atas tergum saja dan membentuk alat
genitalia. Pada hewan jantan terdiri atas lempeng sub genital, 2 lempeng podical, dan 2 cerci
(Jumar, 2000).
Sedangkan pada hewan betina memiliki 2 lempeng podical, 2 cerci, dan 3 pasang lempeng
yang dapat digerakkan dimana membentuk ovipositor, alat untuk meletakkan telur
Sesungguhnya, terdapat sejumlah serangga yang tidak memiliki ovipositor, dengan demikian
serangga ini menggunakan cara lain untuk meletakkan telurnya. Jenis serangga tersebut terdapat
dalam ordo Thysanoptera, Mecoptera, Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Serangga ini
biasanya akan menggunakan abdomennya sebagai ovipositor. Beberapa spesies serangga dapat
memanfaatkan abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan telur-telurnya
(Jumar, 2000).
4. Dinding tubuh
Dinding tubuh serangga tidak hanya berfungsi untuk melindungi bagian luar tubuh tetapi
juga merupakan struktur untuk memperkokoh tubuh dan juga sebagai tempat melekatnya otot
(Gillot, 2005). Integumen terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu:

1. Lapisan dasar (basement membrane) dengan ketebalan kurang lebih ½ mm.


2. Epidermis atau hipodermis yang mempunyai ketebalan satu sel.
3. Lapisan kutikula yang tebalnya kurang lebih 1 mm.
Gambar . Struktur umum integumen serangga (Gullan dan Cranston, 2005: 23)
Kutikula adalah kunci kontributor keberhasilan Insekta. Lapisan ini menyediakan
esoskeleton kuat untuk tubuh dan anggota badan, apodemes (pendukung internal dan perlekatan
otot), dan sayap, dan bertindak sebagai penghalang antara jaringan hidup dengan lingkungan.
Secara internal, kutikula membatasi tabung trakea, beberapa saluran kelenjar dan usus depan
maupun usus tengah dari saluran pencernaan. Kutikula dapat bervariasi dari yang kaku, seperti
dalam kebanyakan kumbang dewasa, atau tipis dan fleksibel, seperti di banyak larva.
Pembatasan kehilangan air merupakan fungsi penting dari kutikula agar serangga dapat bertahan
hidup di darat. (Coulson dan Witter, 1984).
Kutikula terdiri dari sel-sel mati yang dibentuk oleh sel hidup di bawahnya yaitu
epidermis, yang terdiri dari prokutikula dan epikutikula. Prokutikula terdiri dari lapisan yang
lebih tebal dibandingkan epikutikula. (Gullan dan Cranston, 2005)
Prokutikula adalah lapisan yang terdapat dibagian bawah epikutikula, terdiri dari endokutikula
yang lebih tebal yang ditutupi oleh eksokutikula yang lebih tipis. Bahan penyusun dari protikula
disebut kitin yang membentuk senyawa kompleks dengan protein.

Epikutikula merupakan lapisan tipis yang biasanya terdiri dari :

Lapisan dalam disebut lapisan kutikulin (lipoprotein).

Lapisan luar disebut lapisan lilin yang sulit ditembus air. Disamping menjadi pencegah
kehilangan air, lapisan lilin dapat mencegah predasi, memberikan pola mimikri atau kamuflase,
serta memantulkan radiasi matahari dan ultraviolet.

Bagian yang mengeras dari kutikula terutama terdapat pada lapisan eksokutikula,
disebabkan oleh adanya sklerotin sebagai hasil dari proses pengerasan yang disebut dengan
sklerotisasi. (Gullan dan Cranston, 2005).
Kitin ditemukan sebagai unsur pendukung dalam dinding sel eksoskeleton artropoda, dan
sangat penting dalam struktur ekstraseluler serangga. Molekul kitin dikelompokkan menjadi
bundel dan dirakit menjadi mikrofibril fleksibel yang tertanam dan terkait erat dengan matriks
protein, memberikan kekuatan tarik yang besar. (McGavin, 2001).
Berbeda dengan ciri kutikula yang biasanya padat (solit) adapula bagian mulut seperti
rahang memiliki kutikula yang sangat fleksibel atau benar-benar elastis pada serangga dalam
berbagai lokasi dan proporsi. Di mana gerakan elastis terjadi, seperti di ligamen sayap atau untuk
gerakan melompat pada kutu dapat terjadi dikarenakan adanya resilin yaitu sebuah protein
seperti karet. Rantai polipeptida melingkar pada protein ini berfungsi sebagai bantalan mekanik
di bawah ketegangan atau kompresi. Kutikula relatif permiabel, dan bila keadaannya tipis, maka
dapat dilalui oleh air dan gas. (McGavin, 2001).
Kutikula pada serangga dapat berganti dalam kurun waktu tertentu. Molting atau sebut
saja “pergantian kulit” adalah suatu proses yang kompleks dan dikendalikan oleh hormon-
hormon tertentu dalam tubuh serangga. Molting dapat terjadi sampai tiga atau empat kali, bahkan
pada beberapa serangga tertentu, molting dapat terjadi sampai lima puluh kali atau lebih selama
hidupnya (McGavin, 2001).
5. Segmentasi
Segmentasi metamerik, yaitu sejumlah segmen primer tubuh yang sama dapat dibedakan,
secara jelas pada Annelida. Sedangkan pada serangga hanya dapat terlihat pada serangga yang
belum tersklerotisasi. Terdapat dua segmentasi pada serangga (Gillot, 2005) yaitu :
 Segmentasi primer adalah susunan bagian tubuh yang dipisahkan oleh celah
intersegmen, yang mana celah intersegmen tersebut berfungsi sebagai tempat
melekatnya otot longitudinal. Pada imago terletak pada bagian yang telah mengalami
sklerotisasi, yaitu mulai dari depan dari lipatan yang membatasi segmen primer
tersebut sampai kebelakang, bagian yang tidak tersklerotisasi dari segmen primer
tersebut disebut dengan membran konjungtif (penghubung) atau intersegmen.
 Segmentasi sekunder berlangsung pada serangga dewasa serta pada berbagai larva
serangga. Pada segmentasi sekunder, membran antara segmen tidak bertepatan
dengan titik tempat menempel otot longitudinal, tetapi sedikit agak ke anterior. Jadi
pada segmentasi sekunder, otot melekat pada bagian yang keras.
Gambar . Tipe segmentasi tubuh. (a)Segmentasi primer, seperti yang tampak
pada tubuh lunak larva beberapa insekta. (b)Segmentasi sekunder sederhana.
(c)Segmentasi sekunder yang lebih banyak terderivat. (d)Bagian longitudinal
dorsum toraks pada serangga bersayap, dimana acrotergites pada segmen
kedua dan ketiga telah diperbesar menjadi postnota. (Gullan dan Cranston,
2005: 28)

Pada serangga dewasa dan nimfa, dan hexapoda pada umumnya, salah satu fitur eksternal
yang paling mencolok adalah penggabungan dari segmen menjadi unit fungsional (tagmosis).
Proses tagmosis telah melahirkan tagmata (daerah) familiar dari kepala, toraks, dan abdomen.
Proses tagmosis tersebut menghasilkan daerah yang dikenal dengan sebutan tagmata (daerah)
kepala, toraks dan abdomen. 6 segmen menjadi kepala, 3 segmen menjadi toraks dan 11 segmen
menjadi abdomen. (Gillot, 2005)
Untuk membahas morfologi eksternal secara lebih rinci, beberapa indikasi orientasi
diperlukan. Tubuh bilateral simetris dapat dijelaskan menurut tiga sumbu (Gullan dan Cranston,
2005):
 longitudinal, atau anterior ke posterior, cephalic (kepala) ke caudal (ekor);
 dorsoventral, atau dorsal (atas) ke ventral (bawah);
 melintang, atau lateral (luar) melalui sumbu memanjang ke arah lateral berlawanan.

Gambar . Sumbu tubuh utama dan hubungan bagian-bagian dari anggota


gerak dengan tubuh (Gullan dan Cranston, 2005: )

Untuk anggota gerak, seperti kaki atau sayap, proksimal atau basal mengacu pada dekat
dengan tubuh, sedangkan distal atau apikal berarti jauh dari tubuh. Selain itu, struktur yang
mesal, atau medial, jika mereka lebih dekat ke garis tengah (median line), atau lateral jika lebih
dekat ke margin tubuh, berhubungan terhadap struktur lainnya.
Empat daerah utama dari permukaan tubuh: dorsum atau permukaan atas; yang venter
atau permukaan yang lebih rendah; dan dua lateralis pleura (tunggal: pleuron), memisahkan
dorsum dari venter. Sclerotisasi yang terjadi di daerah yang ditetapkan menghasilkan lempengan
disebut sclerites. Segmental utama sklerit adalah tergum (lempeng dorsal; jamak: terga),
sternum (lempeng ventral; jamak: Sterna), dan pleuron (pelat sisi). Jika sclerite adalah
subdivisi dari tergum, sternum, atau pleuron, istilah tergite, sternite, dan pleurite dapat
diterapkan. (Gullan dan Cranston, 2005)
Pleura abdominal sebagian sering dijumpai berselaput, tetapi pada toraks telah
mengalami sclerotisasi dan biasanya berlekatan/terkait dengan tergum dan sternum dari setiap
segmen. Fusi ini membentuk kotak, yang berisi sisipan otot kaki dan, pada serangga bersayap
terdapat otot-otot untuk terbang. Dengan pengecualian dari beberapa larva, sclerites kepala
berfusi atau menyatu menjadi kapsul yang kaku. Pada larva, toraks dan abdomen mungkin tetap
bermembran dan tagmosis kurang jelas serta terga, sterna, dan pleura jarang dapat dibedakan.
(Gullan dan Cranston, 2005)

6. Sayap

Sayap adalah eksistensi atau perluasan kutikula yang dibentuk oleh epidermis. Sayap terdiri dari
membran ganda yang mengandung pembuluh darah dari kutikula yang lebih tebal yang berfungsi
untuk memperkuat sayap. Meskipun pembuluh darah ini bervariasi dalam polanya, mereka
bersifat konstan dalam sebuah family, genus atau spesies dan berfungsi sebagai salah satu sarana
klasifikasi dan identifikasi (Hickman, 2001).

Gambar Bagian dari sayap serangga (Gullan and Cranston, 2010)


Gambar Contoh Persebaran dari aliran darah di sayap serangga (Gullan and Cranston, 2010)

Borror (1992) juga menyebutkan bahwa sayap serangga adalah pertumbuhan-


pertumbuhan keluar dari dinding tubuh yang terletak pada dorso-lateral antara notum dan pleura.
Mereka timbul sebagai pertumbuhan keluar seperti kantung, tetapi bila berkembang dengan
sempurna, maka akan berbentuk gepeng dan seperti sayap dan diperkuat oleh suatu deretan
rangka-rangka sayap. Pada serangga, sayap berkembang sempurna dan berfungsi dengan baik
hanya ada dalam stadium dewasa, kecuali pada Ordo Ephemeroptera, sayap berfungsi pada instar
terakhirnya.
Tidak semua serangga memiliki sayap. Serangga tidak bersayap digolongkan ke dalam
subkelas Apterygota, sedangkan serangga yang memiliki sayap dimasukkan ke dalam golongan
subkelas Pterygota. Sayap serangga juga mengalami modifikasi.
Modifikasi sayap menurut Jumar (2000) adalah sebagai berikut:
a. Pada Ordo Tysanoptera, sayap depan berupa rumbai
b. Pada Ordo Coleoptera, sayap depan mengeras dan dinamakan elitra (tungggal: elitron).
Elitra berfungsi untuk melindungi sayap belakang yang berupa selaput (membran)
c. Pada Ordo Diptera, sayap depan berkembang sempurna, sedangkan sayap belakang
mengalami modifikasi menjadi struktur seperti gada yang disebut halter. Halter berfungsi
sebagai penyeimbang tubuh pada saat terbang
d. Pada Ordo Hemiptera, sayap depan sebagian mengeras dan sebagian lagi tetap berupa
membran. Sayap depan ini disebut sebagai hemielitra (tunggal: hemielitron)
e. Pada Ordo Orthoptera, sayap depan berupa perkamen, diduga sebagai pelindung dan
disebut sebagai tegmina (tunggal: tegmen).

Anda mungkin juga menyukai