Disusun oleh :
Perikanan A/Kelompok 5
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat
pada waktunya. Laporan praktikum ini berjudul Konsumsi Oksigen Pada
Ikan Lele, Bandeng, dan Nilem. Laporan praktikum ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Fisiologi
Hewan Air.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah bekerja sama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk itu
pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum maupun
dalam penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan terus
berproses, tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak.
Demikian laporan praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan
yang diberikan oleh asisten laboratorium.
Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya
bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 1
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele ..................................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi ................................................................................... 3
2.1.2 Habitat ......................................................................................... 3
2.2 Ikan Bandeng .............................................................................. 4
2.2.1 Klasifikasi ................................................................................... 4
2.2.2 Habitat ......................................................................................... 5
2.3 Ikan Nilem .................................................................................. 6
2.3.1 Habitat ......................................................................................... 6
2.3.2 Klasifikasi ................................................................................... 7
2.4 Oksigen Terlarut ......................................................................... 7
2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Oksigen Terlarut di Perairan 8
2.5 Konsumsi Oksigen ...................................................................... 8
2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Oksigen ............. 9
2.6 Kebutuhan Oksigen..................................................................... 10
ii
5.2 Saran ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 19
LAMPIRAN .......................................................................................... 22
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Alat..................................................................................................... 22
2. Bahan ................................................................................................. 23
3. Prosedur ............................................................................................. 24
4. Kegiatan Praktikum ........................................................................... 26
5. Hasil Pengamatan............................................................................... 29
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui konsumsi oksigen pada
berbagai jenis ikan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1
2
1.3 Manfaat
Manfaat praktikum adalah memberikan informasi mengenai konsumsi
oksigen pada berbagai jenis ikan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Lele Sangkuriang menurut Irianto (2007) adalah sebagai
berikut :
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
2.1.3 Habitat
Habitat atau lingkungan hidup lele sangkuriang adalah air tawar, meskipun
air yang terbaik untuk memelihara lele sangkuriang adalah air sungai, air saluran
irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele sangkuriang relatif
3
tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang
baik.
4
5
Lele sangkuriang juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun
dalam kolam yang kadar oksigennya rendah, karena ikan lele sangkuriang
mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut labirin yang memungkinkan
lele sangkuriang mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasan
(Himawan 2008). Djoko (2006), faktor-faktor yang berhubungan dengan
lingkungan hidup ikan senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah: suhu berkisar antara 24 300C, pH 6,5 7,5, oksigen
terlarut 5 6 mg/l. Dengan kondisi perairan tersebut diatas ikan lele dapat hidup
dengan baik mengenai kepesatan tubuhnya maupun kemampuan dalam
menghasilkan benih ikan.
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan bandeng menurut Nelson (1984) adalah:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Gonorhynchiformes
Famili : Chanidae
6
Genus : Chanos
Species : Chanos chanos
Jepang Selatan sampai Australia Utara. Namun demikian, ikan bandeng jarang
tertangkap sebagai hasil laut.
8
2.3.2 Habitat
Habitat ikan nilem di alam hidup pada perairan yang ditumbuhi pakan
alami dari kelompok peryphyton seperti cyanophyceae, cholophyceae yang
merupakan makanan penting invertebrata, berudu, dan ikan. Ikan nilem adalah
ikan asli Indonesia yang didapati banyak hidup di sungai dan rawa-rawa,
umumnya lingkungan hidup nilem berada di air tawar dengan kisaran kandungan
oksigen yang cukup yaitu 5 - 8 mg/l. Ikan nilem dapat dipelihara dengan baik di
daerah tropis pada ketinggian daerah, 150 - 1000 m dari permukaan laut, tapi
ketinggian optimumnya 800 m dari permukaan laut.
itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup
dalam perairan tersebut (Salmin 2000).
Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor
seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut. Odum (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen
dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang
dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaaan, kadar oksigen akan
lebih tinggi, karena adanya proses difusi antar air dengan udara bebas serta adanya
proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan
kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan bahan
organik dan anorganik. Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan
BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keperluan organisme
terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada lems, stadium dan aktifitasnya.
Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak. Kandungan oksigen terlarut (DO)
minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa
beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7
ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %
(Huet 1970).
3. Jumlah mineral yang larut dalam air. Semakin besar mineral yang
terkandung dalam air, semakin kecil oksigen yang larut dalam air
(berbanding terbalik).
dalam tubuhnya juga meningkat, akibatnya laju respirasi meningkat pula karena
kebutuhan oksigen untuk metabolisme menjadi lebih besar.
14
15
16
17
sehingga mendapatkan laju konsumsi oksigen yang sedikit, seharusnya ikan lele
sangkuriang bisa mendapatkan konsumsi oksigen yang tinggi dikarenakan
kebiasaan ikan lele yang melakukan air breathing dan mengambil air langsung di
udara, sehingga menyebabkan laju konsumsi oksigennya sangat tinggi. Menurut
(Lagler, et.al 1997), ikan yang sering melakukan air breathing jauh lebih tahan
bertahan hidup di lingkungan perairan dengan kadar oksigen rendah.
Kemudian berdasarkan grafik diatas ikan bandeng mendapatkan konsumsi
oksigen sebesar 1,5 mg/L, hal ini merupakan kondisi yang tidak baik karena
konsumsi oksigen yang didapatkan pada sampel ikan bandeng sangat kecil.
Menurut Badrudin (2014), tingkat konsumsi ikan oksigen pada ikan bandeng yang
baik adalah 4-8 mg/L. Faktor lain yang menyebabkan konsumsi oksigen ikan
bandeng sedikit adalah aktifitas ikan yang sangat sedikit sehingga laju
metabolisme pada ikan tersebut menjadi lambat dan menyebabkan konsumsi
oksigennya sedikit.
Pada ikan nilem kelompok 5 mendapatkan nilai konsumsi ikan sebesar 2,4
mg/L. Nilai konsumsi oksigen yang didapatkan ini merupakan nilai konsumsi
oksigen terbesar dibandingkan 2 jenis ikan lainnya yaitu ikan lele sangkuriang dan
ikan bandeng, hal ini dikarenakan ikan nilem mempunyai gelembung renang yang
berfungsi sebagai alat hidrostatik untuk menyesuaikan diri dengan tekanan air
terhadap tubuhnya, sebagai alat bantu pernapasan dan alat resonasi udara.
18
1.4
1.2
1 0.91
0.8 0.74
0.6 0.52
0.4
0.2
0
15 30 45 60
Waktu Pengamatan (menit)
1.2 1.1
0.97
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
30 40 50 60
Waktu Pengamatan (menit)
2
1.8
1.8
Konsumsi Okgisgen (mg/L) 1.6
1.4
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.6
0.4
0.2
0
20 30 50
Waktu Pengamatan (menit)
sebesar 10oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 2-3 kali lipat, karena
laju metabolisme juga akan meningkat. Ikan yang mempunyai aktifitas tinggi
(metabolisme tinggi) memerlukan oksigen lebih banyak. Kemudian, umur ikan
juga dapat berpengaruh terhadap laju konsumsi oksigen terhadap ikan, semakin
tua umur ikan, laju metabolismenya semakin menurun, sehingga kebutuhan
oksigen juga menurun. Ukuran ikan juga mempengaruhi laju konsumsi oksigen,
semakin besar ukuran ikan maka semakin rendah juga laju konsumsi oksigen yang
didapatkan (Fujaya 2004).
Berdasarkan grafik diatas, ikan lele sangkuriang semakin lama waktu
pengujian maka semakin sedikit juga konsumsi oksigen yang didapatkan, hal ini
terbukti pada pengujian selama 60 menit, konsumsi oksigen yang didapatkan ikan
lele sangkuriang semakin kecil menjadi 0,52 mg/L.
Sama halnya dengan ikan lele sangkuriang, ikan bandeng pun juga
semakin lama waktu pengujian makan sedikit juga konsumsi oksigen yang
didapatkan. Kemudian faktor lain yang menyebabkan konsumsi oksigen pada ikan
bandeng yang kecil adalah aktifitas ikan bandeng yang sedikit sehingga laju
metabolisme pada ikan tersebut menjadi lambat dan menyebabkan konsumsi
oksigennya sedikit.
Berbeda halnya dengan ikan lele sangkuriang ataupun ikan bandeng. Pada
ikan nilem didapatkan nilai konsumsi oksigennya yang semakin meningkat
seriring semakin bertambahnya lama waktu pengujian. Hal ini dikarenakan ikan
nilem memiliki gelembung renang yang dapat membantu ikan nilem
menyesuaikan dengan perairan tersebut, sehingga ketika meningkatnya lama
waktu pengujian maka ikan nilem sudah bisa menyesuaikan dengan perairan itu
dan dapat mengambil oksigen lebih banyak yang menyebabkan nilai konsumsi
oksigennya semakin meningkat seiring bertambahnya lama waktu pengujian.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai konsumsi oksigen
berbeda-beda pada 3 jenis ikan yang berbeda karena masing-masing ikan
memepunyai alat pernafasan yang berbeda. Pada ikan lele sangkuriang didapatkan
nilai konsumsi oksigen sebesar 0,8 mg/L dengan bobot ikan sebesar 18 gram,
kemudian pada ikan bandeng didapatkan nilai konsumsi oksigen sebesar 1,5 mg/L
dengan bobot ikan sebesar 6 gram, lalu pada ikan nilem didapatkan nilai konsumsi
oksigen sebesar 2,4 mg/L dengan bobot ikan sebesar 53 gram. Ikan nilem
termasuk ikan yang tidak toleran terhadap perubahan oksigen terlarut oleh karena
itu hasil laju konsumsi yang didapatkan dari mengurangi DO awal dengan DO
akhir nya rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen
antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas.
5.2 Saran
Praktikum yang dilaksanakan dapat memicu adanya saran saran yang
dapat membangun diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan ikan jenis lain agar lebih variatif dan medapat wawasan luas
mengenai konsumsi oksigen pada jenis ikan yang berbeda.
2. Waktu lebih variatif agar dapat menghasilkan data yang lebih banyak.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23
Moyle, P.B. and J.J. Cech. 1982. Fishis an Introduction to Ichtyology. Prertice
Hall, Inc.
Spotte, S. 1970. Fish and Invertebrate Culture Water Management and Closed
System. John Willey and Sons, Inc. New York.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat
25
26
Lampiran 2. Bahan
Ikan lele dimasukan ke dalam wadah plastik, tanpa ada air yang
memercik
Ikan bandeng dimasukan ke dalam wadah plastik, tanpa ada air yang
memercik
Ikan bandeng dimasukan ke dalam wadah plastik, tanpa ada air yang
memercik
Bobot Konsumsi
Kelompok DO awal DO akhir
Ikan Oksigen
C (mg/l) (mg/l)
(gram) (mg/l)
1 11 6,4 6,2 0,2
2 26 6,4 5,4 1
3 45 6,4 5,5 0,9
4 21 6,4 5,8 0,6
5 25 6,9 5,3 1,6
6 27 6,5 5,3 1,2
7 18 6,7 5,6 1,1
8 43 5,6 5,1 0,5
9 26 5,7 5,3 0,4
10 27 5,7 5 0,7
11 44 5,8 4,7 1,1
12 47 5,6 4,8 0,8
13 49 5,7 4,9 0,8
14 31 5,7 5,5 0,2
15 45 6,7 1,9 4,8
16 27 6,3 3 3,3
17 21 6,3 1,1 5,2
18 42 6,4 2 4,4
39
Bobot Konsumsi
Kelompok DO awal DO akhir
Ikan Oksigen
C (mg/l) (mg/l)
(gram) (mg/l)
19 12 6,2 2,8 3,4
20 21 6,3 2 4,3
Rata-Rata 1,8
Rata-Rata 30,4 6,2 4,4
4 3.5 3.7
3.5 2 1.9
3.5 3.1 3 3 3.2 1.6
Laju Konsumsi O2
Laju Konsumsi O2
3 1.5
2.5 2.2 1.1
2 1
0.70.7
1.5 0.6
0.9 1
1 0.5 0.4 0.40.4
0.30.3
0.5 0.2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kelompok Kelompok
3.5 3.3
1.4
1.2
3 1.2
LAju Konsumsi O2
Laju Konsumsi O2
2.5 1
2
2 0.8 0.7
0.6
1.5 0.6 0.5
0.9 0.4 0.4 0.4 0.4
1 0.7 0.7 0.4 0.3 0.3
0.6
0.4 0.3 0.4
0.5 0.2 0.2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelompok Kelompok
LAju Konsumsi O2
2.5 2.5
2 2
2 2
1.5 1.5
0.9 0.9
1 0.6 0.7 0.7 1 0.7 0.7
0.6
0.4 0.3 0.4 0.4 0.3 0.4
0.5 0.2 0.5 0.2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok Kelompok
40
41
2 5
4
4
1.5
3
Laju Konsumsi O2
Laju Konsumsi O2
1.8
1 2 1.1
0.7 0.8 0.8 0.5
1 0.4 0.7 0.3
0.5
0
0 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 -2
-0.5 -1.9
-3
-2.9
-1 -4
Kelompok kelompok
1.8 1.62
1.6
1.4
Laju Konsumsi O2
1.2
1 0.91
0.74
0.8
0.6 0.52
0.4
0.2
0
A B C Kelautan
Kelas
2
2.5 2.2 1.8
2 2.1 2 1.7
1.6
2 1.6
1.51.4 1.6
1.5 1.5 1.3 1.4
1.5 1.2 1 1 1 1.1 1 1
0.8 0.91
0.9 0.9
0.9
0.8
1 1 0.7
1 0.6 0.7 0.6
0.5
0.4 0.4 0.4 0.3
0.5 0.3
0.3 0.5 0.1
0.1
0 0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
Kelompok Kelompok
42
1.4 1.2
1.2
Konsumsi Oksigen (mg/l)
1.1
1.2 0.97
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
A B C Kelautan
Kelas
43
6
Konsumsi Oksigen Kelas A 5.2
5 3 2.8 4.8
2.6 4.4 4.3
Konsumsi Oksigen (mg/l)
2.5 2.4
Konsumsi Oksigen (mg/l)
4 2.2 2.2
3.3 3.4
2 1.8
1.7
3
1.5 1.4 1.4 1.4
1.3 1.3 1.3
1.2
1.1
2 1 1
1.6
1
0.7 1.2 1.1
1 0.9 1.1 0.6
0.8 0.8 0.5 0.5
1 0.5 0.7 0.4
0.6 0.5 0.4 0.3
0.2 0.2
0 0
1 12 2 3 3 44 55 66 77 88 9 9101011 11
12 12
13 14
13 15
141615171618 17
19 18
20 21
19 22
2023
Kelompok
Kelompok
2.0 1.8
1.8
Konsumsi Oksigen (mg/l)
1.6
1.4
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
Perikanan A ( 30 Perikanan B (20 Perikanan C (50 Kelautan (xx Menit)
Menit) Menit) Menit)
Kelas
44
1
0.8
0.8 0.7
0.6 0.6
0.6 0.5 0.5 0.5
0.4 0.4 0.4 0.4
0.4 0.3 0.3
0.2 0.2
0.2 0.1 0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kelompok