Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN LELE,


BANDENG, DAN NILEM
Disusun Sebagai Laporan Akhir Praktikum Fisiologi Hewan Air
Tahun Akademik 2017-2018

Disusun oleh :
Perikanan A/Kelompok 5

Dita Rosani 230110160047


Rachmat Mahadika R 230110160062
Revky Priyambodo 230110160051

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada
waktunya. Laporan praktikum ini berjudul Konsumsi Oksigen Pada Ikan
Lele, Bandeng, dan Nilem. Laporan praktikum ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Fisiologi
Hewan Air.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah bekerja sama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk itu
pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum maupun dalam
penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan terus berproses,
tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Demikian laporan
praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan yang diberikan oleh
asisten laboratorium.
Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya
bagi semua pihak.

Jatinangor, November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vi

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 1
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele ..................................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi ................................................................................... 3
2.1.2 Habitat ......................................................................................... 3
2.2 Ikan Bandeng .............................................................................. 4
2.2.1 Klasifikasi ................................................................................... 4
2.2.2 Habitat ......................................................................................... 5
2.3 Ikan Nilem .................................................................................. 6
2.3.1 Habitat ......................................................................................... 6
2.3.2 Klasifikasi ................................................................................... 7
2.4 Oksigen Terlarut ......................................................................... 7
2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Oksigen Terlarut di Perairan 8
2.5 Konsumsi Oksigen ...................................................................... 8
2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Oksigen ............. 9
2.6 Kebutuhan Oksigen..................................................................... 10

III BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan............................................................................ 11
3.2.1 Alat.............................................................................................. 11
3.2.2 Bahan .......................................................................................... 11
3.3 Prosedur Praktikum..................................................................... 12
3.3.1 Prosedur Praktikum Pada Ikan Lele............................................ 12
3.3.2 Prosedur Praktikum Pada Ikan Bandeng .................................... 12
3.3.3 Prosedur Praktikum Pada Ikan Nilem ......................................... 12
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Kelompok ........................................................................... 13
4.2 Data Angkatan ............................................................................ 15

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ..................................................................................... 18

ii
5.2 Saran ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 19
LAMPIRAN .......................................................................................... 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Ikan Lele .......................................................................................... 3


2. Ikan Bandeng ................................................................................... 5
3. Ikan Nilem ....................................................................................... 6
4. Grafik Konsumsi Oksigen Ikan Lele Sangkuriang ........................ 15
5. Grafik Konsumsi Oksigen Ikan Bandeng ...................................... 15
6. Grafik Konsumsi Oksigen Ikan Nilem .......................................... 16

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Konsumsi Oksigen Kelompok 5 .................................................... 13

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Alat..................................................................................................... 22
2. Bahan ................................................................................................. 23
3. Prosedur ............................................................................................. 24
4. Kegiatan Praktikum ........................................................................... 26
5. Hasil Pengamatan............................................................................... 29

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas suatu
perairan adalah jumlah oksigen terlarut (DO), yaitu menempati urutan kedua setelah
Nitrogen (Sheare 2008). Namun dilihat dari segi kepentingan untuk budi daya ikan,
oksigen menempati urutan teratas, karena dibutuhkan untuk pernapasan. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika ketersediaannya dalam air
tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan proses pertumbuhan
ikan akan terganggu, bahkan akan mengalami kematian.
Konsumsi oksigen sebagai indikator respirasi juga menunjukkan
metabolisme energetik. Pengertian dari metabolisme dasar itu sendiri adalah
kuantitas oksigen yang dikonsumsi ketika ikan berada pada kondisi istirahat, tidak
makan, dan dalam lingkungan yang netral. Metabolisme dasar pada ikan lebih
rendah dibandingkan dengan binatang lainnya karena ikan adalah hewan
poikilotermal dan energi untuk menopang tubuhnya sangat sedikit sedangkan
energi yang dibuang lewat ekskresi sangat rendah.
Konsumsi oksigen pada setiap jenis ikan berbeda-beda. konsumsi oksigen
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, ukuran tubuh, aktivitas yang
dilakukannya (Djuhanda 1981). Konsumsi oksigen pada tiap organisme berbeda-
beda tergantung pada aktivitas, jenis kelamin, ukuran tubuh, temperatur dan
hormon. (Hurkat dan Marthur 1976). Faktor lain yang menyebabkan perbedaan
konsumsi oksigen terlarut adalah nutrisi dan usia. Semakin besar bobot ikan maka
semakin banyak pula konsumsi oksigennya, begitu juga sebaliknya. Semakin
banyak konsumsi oksigen semakin besar laju metabolismenya (Gordon 1972).
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan praktikum mengenai
konsumsi oksigen pada jenis ikan yang berbeda-beda.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui konsumsi oksigen pada
berbagai jenis ikan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1
2

1.3 Manfaat
Manfaat praktikum adalah memberikan informasi mengenai konsumsi
oksigen pada berbagai jenis ikan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele


Ikan lele adalah sejenis ikan air tawar yang memiliki kemampuan hidup
lebih kuat di bandingkan ikan air tawar lainnya. Ikan lele mempunyai bentuk tubuh
memanjang, berkulit licin, berlendir dan tidak bersisik. Pada bagian ruang rongga
insangnya terdapat alat bantu pernafasan (arborescent), bentuknya seperti batang
pohon yang bentuk dengan kapiler-kapiler darah. Ikan lele mempunyai sirip dada
yang dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing disebut patil, patil berguna
sebagai senjata dan alat bantu untuk pertahanan tubuhnya.

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Lele Sangkuriang menurut Irianto (2007) adalah sebagai
berikut :
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 1. Ikan Lele Sangkuriang

2.1.3 Habitat
Habitat atau lingkungan hidup lele sangkuriang adalah air tawar, meskipun
air yang terbaik untuk memelihara lele sangkuriang adalah air sungai, air saluran
irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele sangkuriang relatif
tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik.

3
4

Lele sangkuriang juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun
dalam kolam yang kadar oksigennya rendah, karena ikan lele sangkuriang
mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut labirin yang memungkinkan
lele sangkuriang mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasan
(Himawan 2008). Djoko (2006), faktor-faktor yang berhubungan dengan
lingkungan hidup ikan senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah: suhu berkisar antara 24 300C, pH 6,5 7,5, oksigen
terlarut 5 6 mg/l. Dengan kondisi perairan tersebut diatas ikan lele dapat hidup
dengan baik mengenai kepesatan tubuhnya maupun kemampuan dalam
menghasilkan benih ikan.

2.2 Ikan Bandeng


Ikan bandeng atau milkfish termasuk ikan yang sudah lama dikenal di
Indonesia. Ikan bandeng termasuk jenis ikan pelagis yang mencari makan di
permukaan dan sering dijumpai di daerah dekat pantai atau litoral. Ikan bandeng
sebagai ikan air laut dapat hidup pada perairan yang mempunyai kisaran salinitas
cukup lebar dan karena itu disebut urihalin (euryhaline). Ikan bandeng juga
membutuhkan oksigen yang cukup untuk kebutuhan pernafasannya. Ikan bandeng
merupakan ikan bertulang keras (teleostei) dengan habitat di perairan payau.
Tubuhnya berwarna putih keperak-perakan dan dagingnya berwarna putih susu
Bandeng yang hidup di alam memiliki panjang tubuh mencapai 1 m.
Menurut Ahmad et al (1993), ikan bandeng jantan memiliki ciri-ciri warna sisik
yang lebih cerah dan mengkilap keperakan serta mempunyai dua lubang kecil di
bagian anus yang tampak jelas pada bandeng dewasa. Bandeng betina dapat
diidentifikasi dari perut yang agak buncit dan terdapat tiga lubang di bagian anus
yang tampak jelas pada betina dewasa.

2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan bandeng menurut Nelson (1984) adalah:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Gonorhynchiformes
Famili : Chanidae
5

Genus : Chanos
Species : Chanos chanos

Gambar 2. Ikan Bandeng


2.2.2 Habitat
Menurut Ahmad et al (1993), larva bandeng merupakan bagian dari
komunitas plankton di laut lepas yang kemudian hidup dan berkembang, hidup di
perairan pantai berpasir, berair jernih dan banyak mengandung plankton, serta
bersalinitas 25-35 ppt. Tahapan larva berlangsung sampai sekitar 30 hari setelah
menetas. Larva mulai makan plankton 72 jam setelah ditetaskan.
Benih yaitu larva berumur lebih dari 25 hari atau disebut juga nener, hidup di
perairan pantai berkarang atau pantai berlumpur, berair jernih yang kadang-kadang
ditumbuhi vegetasi campuran atau mangrove, namun subur dan bersalinitas 25-
35ppt. Gelondongan yaitu benih berumur 1-2 bulan dan berukuran 5-8 cm, hidup
di perairan pantai berlumpur yang banyak mengandung plankton dan kelekap, serta
bersalinitas sekitar 20 ppt. ikan bandeng dewasa berumur 6 bulan sampai 4 tahun
dengan panjang total 40 - 70 cm, biasa hidup di perairan pantai karang atau perairan
pantai berlumpur yang ditumbuhi kelekap, serta bersalinitas 30-35 ppt. Bandeng
dewasa biasa tertangkap dengan gill net di perairan pantai pada kedalaman 2 - 10
m. Induk, biasa berumur lebih dari 4 tahun, dengan panjang total 70-150 cm hidup
di perairan pantai sampai perairan laut dalam dan di terumbu karang. Pada musim
pemijahan ikan bandeng biasa bergerombol di perairan terumbu karang. Menurut
Murtidjo (2002), bandeng sebagai ikan air laut, memiliki penyebaran yang sangat
luas, yakni dari pantai Afrika Timur sampai ke Kepulauan Tuamutu, sebelah timur
Tahiti, dan dari Jepang Selatan sampai Australia Utara. Namun demikian, ikan
bandeng jarang tertangkap sebagai hasil laut.
6

2.3 Ikan Nilem


Ikan Nilem adalah salah satu jenis ikan air tawar yang hidup di tempat-
tempat dangkal dengan arus tidak terlalu deras seperti danau, sungai dan rawa.
Menurut Sunarma et al (2007) ikan nilem merupakan salah satu ikan asli perairan
indonesia. Ikan tersebut, banyak dibudidayakan dan disukai oleh masyarakat karena
memiliki rasa enak serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Ikan Nilem
ditemukan di beberapa wilayah seperti pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ikan
nilem mempunyai bentuk tubuh silindris, mulut dapat disembulkan. Posisi mulut
terletak di ujung hidung (terminal). Ikan nilem tubuhnya berwarna coklat
kehitaman atau coklat hijau pada punggungnya, terang di bagian perut dan ikan
nilem merah dengan punggung merah atau kemerah-merahan dengan bagian perut
agak terang Weber (1916) dalam Wicaksono ( 2005). Ikan nilem termasuk kedalam
ikan Cyprinidae yang sensitif terhadap perubahan oksigen terlarut, oksigen terlarut
yang disarankan untuk budidaya ikan cyprinidae kelas II ini menurut PP. No. 82
Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran air yaitu minimal 4 mg/L
sedangkan hasil pengukuran oksigen terlarut selama penelitian berkisar antara 3,3,6
4,47 mg/L (Adinda 2016).
2.3.1 Klasifikasi
Ikan nilem menurut Saanin (1968) diklasifikasikan dalam :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Species : Osteochilus hasselti

Gambar 3. Ikan Nilem


7

2.3.2 Habitat
Habitat ikan nilem di alam hidup pada perairan yang ditumbuhi pakan alami
dari kelompok peryphyton seperti cyanophyceae, cholophyceae yang merupakan
makanan penting invertebrata, berudu, dan ikan. Ikan nilem adalah ikan
asli Indonesia yang didapati banyak hidup di sungai dan rawa-rawa, umumnya
lingkungan hidup nilem berada di air tawar dengan kisaran kandungan oksigen yang
cukup yaitu 5 - 8 mg/l. Ikan nilem dapat dipelihara dengan baik di daerah tropis
pada ketinggian daerah, 150 - 1000 m dari permukaan laut, tapi ketinggian
optimumnya 800 m dari permukaan laut.

2.4 Oksigen Terlarut


Dissolved Oxygen ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu
perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup
dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan
dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO).
Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik,
jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan
dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Salmin 2000).
Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut. Odum (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen
dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang
dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaaan, kadar oksigen akan
lebih tinggi, karena adanya proses difusi antar air dengan udara bebas serta adanya
8

proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar


oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen
yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan bahan organik
dan anorganik. Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD,
semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keperluan organisme
terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada lems, stadium dan aktifitasnya.
Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak. Kandungan oksigen terlarut (DO)
minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa
beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm
selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (Huet
1970).

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Oksigen Terlarut di Perairan


Oksigen terlarut di perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Tekanan yang terdapat pada air. Semakin besar tekanan gas oksigen
terhadap permukaan air, semakin besar oksigen yang larut dalam air
(berbanding lurus)
2. Suhu pada air. Semakin dingin suhu air, semakin besar oksigen yang larut
dalam air (berbanding terbalik).
3. Jumlah mineral yang larut dalam air. Semakin besar mineral yang
terkandung dalam air, semakin kecil oksigen yang larut dalam air
(berbanding terbalik).

2.5 Konsumsi Oksigen


Konsumsi oksigen sebagai indikator respirasi juga menunjukkan
metabolisme energetik. Pengertian dari metabolisme dasar itu sendiri adalah
kuantitas oksigen yang dikonsumsi ketika ikan berada pada kondisi istirahat, tidak
makan, dan dalam lingkungan yang netral. Metabolisme dasar pada ikan lebih
rendah dibandingkan dengan binatang lainnya karena ikan adalah hewan
poikilotermal dan energi untuk menopang tubuhnya sangat sedikit sedangkan
energi yang dibuang lewat ekskresi sangat rendah. Namun, ternyata hewan air
9

membutuhkan oksigen dengan jumlah yang berbeda-beda tergantung pada jenis,


ukuran, kondisi fisiologis dan variabel lingkungan seperti suhu, kadar oksigen
terlarut, kadar karbondiksida, salinitas, dan lain-lain (Salmin 2005).
Peranan oksigen dalam kehidupan ikan merupakan zat yang mutlak
dibutuhkan oleh tubuh yaitu untuk mengoksidasi zat makanan (karbohidrat, protein
dan lemak) sehingga dapat menghasilkan energi (Affandi 2002). Pada buku
Fisiologi Hewan Air, Affandi 2002 juga menyatakan adapun komponen-komponen
pada sistem pernapasan yaitu alat pernapasan (insang), oksigen, karbondioksida,
dan darah meliputi butir-butir darah merah dan Hb. Selain itu, prinsip pernapasan
yaitu proses perukaran gas terjadi secara difusi. Pada proses difusi terjadi suatu
aliran molekul gas dari lingkungan atau ruang yang konsentrasi gasnya tinggi ke
lingkungan atau ruang yang konsentrasi gasnya rendah. Sedangkan, ukuran ikan
mempengaruhi jumlah konsumsi oksigen karena menurut Salmin (2005) ikan yang
berukuran besar cenderung memiliki aktivitas metabolisme yang lebih besar di
seluruh tubuhnya sehingga kebutuhan akan oksigen untuk respirasi juga lebih besar.
Menurut Salmin (2005), aktivitas ikan juga mempengaruh banyaknya
oksigen yang dikonsumsi, dimana hal ini berpengaruh pada suhu tubuh ikan.Saat
ikan aktif bergerak maka suhu tubuhnya meningkat sehingga laju metabolisme
dalam tubuhnya juga meningkat, akibatnya laju respirasi meningkat pula karena
kebutuhan oksigen untuk metabolisme menjadi lebih besar.

2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Oksigen


Konsumsi O2 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Intensitas dari metabolisme oksidatif dalam sel.
2. Kecepatan pertukaran yang mengontrol perpindahan air disekitar insang
yang berdifusi melewatinya.
3. Faktor internal yaitu kecepatan sirkulasi darah dan volume darah yang
dibawa menuju insang.
4. Afinitas oksigen dari haemoglobin (Lagler 1977).
Semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit O2 terlarut dan bertambah
besar konsumsi oksigen. Pengaruh temperatur ini terjadi karena kenaikan
temperatur akan menaikkan metabolisme. Pada umumnya hewan poikiloterm
10

metabolisme dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan, pada suhu rendah


metabolisme turun dan metabolisme akan meningkat pada suhu lingkungan yang
meningkat (Singh 1997).

2.6 Kebutuhan Oksigen


Menurut Zonneveld dkk (1991), kebutuhan Oksigen mempunyai dua aspek
yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuan konsumtif yang
bergantung pada keadaan metabolisme ikan. Ikan membutuhkan oksigen guna
pembakaran untuk menhasilkan aktivitas, pertumbuhan , reproduksi dll. Oleh
karena itu oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitas ikan, konversi pakan,
demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen dengan ketentuan faktor
kondisi lainnya adalah optimum. Ikan membutuhkan oksigen untuk proses
penguraian makanan dalam tubuhnya dan proses masuknya oksigen dengan cara
difusi kedalam tubuh ikan melewati organ insang dan keluarnya CO2 ke
lingkungan perairan bebas diluar tubuh ikan di sebut dengan pernapasan.oleh karna
itu kebutuhan oksigen dalam air harus tetap terjaga karena kekurangan oksigen akan
mengakibatkan biota yang kita pelihara bersaing satu sama lain untuk memenuhi
kebutuhan oksigennya yang mengakibatkan stres sampai dengan kematian total
(Firdaus 2011).
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai Konsumsi Oksigen Pada Ikan
Lele, Bandeng dan Nilem dilaksanakan pada tanggal 24, 31 dan 7 oktober 2017,
pukul 13.30 WIB sampai pukul 15.30 WIB yang bertempat di Laboratorium
Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran,
Jatinangor, Sumedang
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum sebagai berikut:
1. Beaker glass atau wadah plastik, tempat percobaan
2. Cling warp, bahan pelapis/penutup terbuat dari plastic
3. DO Meter, mengukur oksigen terlarut
4. Stopwatch, penunjuk waktu
5. Timbangan digital, mengukur bobot ikan
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum sebagai berikut:
1. Ikan lele, objek yang akan diamati
2. Ikan bandeng, objek yang akan diamati
3. Ikan nilem, objek yang akan diamati
4. Air tawar, media hidup ikan nilem dan lele
5. Air payau, media hidup ikan bandeng

11
12

3.3 Prosedur Praktikum


3.3.1 Konsumsi Oksigen Pada Ikan Lele
1. Wadah plastik disiapkan, lalu diisi dengan air sampai penuh
2. Oksigen terlarutnya diukur dengan menggunakan DO meter
3. Ikan lele ditimbang
4. Ikan lele dimasukan ke dalam wadah plastik, tanpa ada air yang memercik
5. Tutup wadah plastik dengan cling warp
6. Wadah percobaan dibiarkan selama 30menit
7. Setelah selesai, cling warp dibolongi sedikit, lalu diukur oksigen terlarutnya
dengan menggunakan DO meter.

3.3.2 Konsumsi Oksigen Pada Ikan Bandeng


1. Wadah plastik disiapkan, lalu diisi dengan air asin sampai penuh
2. Oksigen terlarutnya diukur dengan menggunakan DO meter
3. Ikan bandeng ditimbang
4. Ikan bandeng dimasukan ke dalam wadah plastik, tanpa ada air yang
memercik
5. Tutup wadah plastik dengan cling warp
6. Wadah percobaan dibiarkan selama 30 menit
7. Setelah selesai, cling warp dibolongi sedikit, lalu diukur oksigen terlarutnya
dengan menggunakan DO meter.
3.3.3 Konsumsi Oksigen Pada Ikan Nilem
1. Wadah plastik disiapkan, lalu diisi dengan air sampai penuh
2. Oksigen terlarutnya diukur dengan menggunakan DO meter
3. Ikan nilem ditimbang
4. Ikan nilem dimasukan ke dalam wadah plastik, tanpa ada air yang memercik
5. Tutup wadah plastik dengan cling warp
6. Wadah percobaan dibiarkan selama 30 menit
7. Setelah selesai, cling warp dibolongi sedikit, lalu diukur oksigen terlarutnya
dengan menggunakan DO meter.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Kelompok


Adapun nilai konsumsi oksigen yang didapatkan oleh kelompok 5
berdasarkan 3 jenis ikan yang berbeda yaitu:
Tabel 1. Konsumsi Oksigen Kelompok 5
Bobot Ikan DO Awal DO Akhir Konsumsi
Jenis Ikan
(gr) (mg/L) (mg/L) Oksigen (mg/L)
Lele
18 3,9 2,7 0,8
Sangkuriang
Bandeng 6 5,2 3,7 1,5
Nilem 53 6,7 4,3 2,4

Berdasarkan grafik diatas, didapatkan nilai konsumsi oksigen yang berbeda-


beda pada 3 jenis ikan yang berbeda. Pada ikan lele sangkuriang didapatkan nilai
konsumsi oksigen sebesar 0,8 mg/L dengan bobot ikan sebesar 18 gram, kemudian
pada ikan bandeng didapatkan nilai konsumsi oksigen sebesar 1,5 mg/L dengan
bobot ikan sebesar 6 gram, lalu pada ikan nilem didapatkan nilai konsumsi oksigen
sebesar 2,4 mg/L dengan bobot ikan sebesar 53 gram.
Kebutuhan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran tubuh,
aktifitas, musim, serta suhu perairan. Effendi (2003) menyatakan suhu merupakan
faktor yang sangat penting pengaruhnya terhadap aktivitas vital pada tubuh ikan,
terutama bernafas, tumbuh dan reproduksi, peningkatan suhu sebesar 10oC akan
meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 2-3 kali lipat, karena laju metabolisme juga
akan meningkat. Ikan pun membutuhkan oksigen sebagai salah satu kebutuhan
dasar bagi kelangsungan hidupnya,oksigen dibutuhkan oleh sel untuk berbagai
reaksi metabolisme. Oleh karena itu, kelangsungan ikan sangat ditentukan
lingkungannya (Fujaya 1999).
Pada ikan lele sangkuriang didapatkan nilai konsumsi oksigen sebesar 0,8
mg/L. Menurut Spotte (1970) menyatakan ikan familia Clariidae diketahui bahwa
konsumsi oksigen menurun seiring dengan dengan meningkatnya CO2 dalam
perairan. Pada ikan sample lele sangkuriang kelompok 5, ikan tidak begitu aktif

13
14

sehingga mendapatkan laju konsumsi oksigen yang sedikit, seharusnya ikan lele
sangkuriang bisa mendapatkan konsumsi oksigen yang tinggi dikarenakan
kebiasaan ikan lele yang melakukan air breathing dan mengambil air langsung di
udara, sehingga menyebabkan laju konsumsi oksigennya sangat tinggi. Menurut
(Lagler, et.al 1997), ikan yang sering melakukan air breathing jauh lebih tahan
bertahan hidup di lingkungan perairan dengan kadar oksigen rendah.
Kemudian berdasarkan grafik diatas ikan bandeng mendapatkan konsumsi
oksigen sebesar 1,5 mg/L, hal ini merupakan kondisi yang tidak baik karena
konsumsi oksigen yang didapatkan pada sampel ikan bandeng sangat kecil.
Menurut Badrudin (2014), tingkat konsumsi ikan oksigen pada ikan bandeng yang
baik adalah 4-8 mg/L. Faktor lain yang menyebabkan konsumsi oksigen ikan
bandeng sedikit adalah aktifitas ikan yang sangat sedikit sehingga laju metabolisme
pada ikan tersebut menjadi lambat dan menyebabkan konsumsi oksigennya sedikit.
Pada ikan nilem kelompok 5 mendapatkan nilai konsumsi ikan sebesar 2,4
mg/L. Nilai konsumsi oksigen yang didapatkan ini merupakan nilai konsumsi
oksigen terbesar dibandingkan 2 jenis ikan lainnya yaitu ikan lele sangkuriang dan
ikan bandeng, hal ini dikarenakan ikan nilem mempunyai gelembung renang yang
berfungsi sebagai alat hidrostatik untuk menyesuaikan diri dengan tekanan air
terhadap tubuhnya, sebagai alat bantu pernapasan dan alat resonasi udara.
15

4.2 Data Angkatan


Adapun nilai konsumsi oksigen angkatan yang didapatkan berdasarkan
lama waktu pengujian sample 3 jenis ikan yang berbeda, yaitu:
1.8
1.62
1.6
Konsumsi Oksigen (mg/L)

1.4
1.2
1 0.91

0.8 0.74

0.6 0.52

0.4
0.2
0
15 30 45 60
Waktu Pengamatan (menit)

Gambar 4. Grafik Konsumsi Oksigen Ikan Lele Sangkuriang


1.4
1.2 1.2
Konsumsi Oksigen (mg/L)

1.2 1.1
0.97
1

0.8

0.6

0.4

0.2

0
30 40 50 60
Waktu Pengamatan (menit)

Gambar 5. Grafik Konsumsi Oksigen Ikan Bandeng


16

2
1.8
1.8
Konsumsi Okgisgen (mg/L) 1.6
1.4
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.6
0.4
0.2
0
20 30 50
Waktu Pengamatan (menit)

Gambar 6. Gafik Konsumsi Oksigen Ikan Nilem


Berdasarkan grafik diatas terdapat perbedaan konsumsi oksigen pada tiap
jenis ikannya. Hal ini dikarekanan adanya proses perlakuan lama waktu yang
berbeda-beda sehingga menyebabkan nilai konsumsi oksigennya berbeda-beda.
Pada ikan lele sangkuriang nilai konsumsi oksigen terbesar didapatkan pada
perlakuan selama 30 menit dengan nilai konsumsi oksigen 1,62 mg/L sedangkan
nilai terkecil ada pada perlakuan 60 menit dengan nilai konsumsi oksigen sebesar
0,52 mg/L, kemudian pada ikan bandeng nilai konsumsi oksigen terbesar
didapatkan pada perlakuan selama 40 dan 50 menit dengan nilai konsumsi oksigen
1,2 mg/L sedangkan nilai terkecil ada pada perlakuan 60 menit dengan nilai
konsumsi oksigen sebesar 0,97 mg/L, lalu pada ikan nilem didapatkan nilai
konsumsi oksigen terbesar pada perlakuan 50 menit dengan nilai konsumsi oksigen
sebesar 1,8 mg/L, sedangkan nilai terkecil didapatkan pada perlakuan 20 menit
dengan nilai konsumsi oksigen 0,6 mg/L.
Konsumsi oksigen adalah banyaknya oksigen yang dikonsumsi (mg atau
ml) persatuan berat ikan (g atau kg) dan persatuan waktu (detik atau jam) (Moyle
dan Cech 1990). Kebutuhan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
ukuran tubuh, aktifitas, musim, serta suhu perairan. Effendi (2003) menyatakan
suhu merupakan faktor yang sangat penting pengaruhnya terhadap aktivitas vital
pada tubuh ikan, terutama bernafas, tumbuh dan reproduksi, peningkatan suhu
17

sebesar 10oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 2-3 kali lipat, karena
laju metabolisme juga akan meningkat. Ikan yang mempunyai aktifitas tinggi
(metabolisme tinggi) memerlukan oksigen lebih banyak. Kemudian, umur ikan juga
dapat berpengaruh terhadap laju konsumsi oksigen terhadap ikan, semakin tua umur
ikan, laju metabolismenya semakin menurun, sehingga kebutuhan oksigen juga
menurun. Ukuran ikan juga mempengaruhi laju konsumsi oksigen, semakin besar
ukuran ikan maka semakin rendah juga laju konsumsi oksigen yang didapatkan
(Fujaya 2004).
Berdasarkan grafik diatas, ikan lele sangkuriang semakin lama waktu
pengujian maka semakin sedikit juga konsumsi oksigen yang didapatkan, hal ini
terbukti pada pengujian selama 60 menit, konsumsi oksigen yang didapatkan ikan
lele sangkuriang semakin kecil menjadi 0,52 mg/L.
Sama halnya dengan ikan lele sangkuriang, ikan bandeng pun juga semakin
lama waktu pengujian makan sedikit juga konsumsi oksigen yang didapatkan.
Kemudian faktor lain yang menyebabkan konsumsi oksigen pada ikan bandeng
yang kecil adalah aktifitas ikan bandeng yang sedikit sehingga laju metabolisme
pada ikan tersebut menjadi lambat dan menyebabkan konsumsi oksigennya sedikit.
Berbeda halnya dengan ikan lele sangkuriang ataupun ikan bandeng. Pada
ikan nilem didapatkan nilai konsumsi oksigennya yang semakin meningkat seriring
semakin bertambahnya lama waktu pengujian. Hal ini dikarenakan ikan nilem
memiliki gelembung renang yang dapat membantu ikan nilem menyesuaikan
dengan perairan tersebut, sehingga ketika meningkatnya lama waktu pengujian
maka ikan nilem sudah bisa menyesuaikan dengan perairan itu dan dapat
mengambil oksigen lebih banyak yang menyebabkan nilai konsumsi oksigennya
semakin meningkat seiring bertambahnya lama waktu pengujian.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas membahas tentang data kelompok kami yaitu
kelompok 5 dan data angkatan FPIK 2016. Dari hasil kelompok 5, diperoleh hasil
konsumsi oksigen pada ikan bandeng sebesar 1,5 mg/l dengan bobot ikan sebesar 6
gram. Hal ini merupakan kondisi yang tidak baik karena konsumsi oksigen yang
didapatkan pada sampel ikan bandeng sangat kecil. Adapun hasil laju konsumsi
oksigen pada ikan bandeng yang diperoleh dari angkatan FPIK UNPAD 2016
terdapat perbedaan hasil laju oksigen di tiap kelasnya. Pada kelas A nilai konsumsi
oksigennya yaitu sebesar 1,2 mg/l , kelas B 1,1 mg/l , kelas C 0,97 mg/l dan kelas
kelautan 1,2 mg/l. Perbedaan ini dikarenakan lama waktu pengujian sampel di
wadah yang berbeda-beda, untuk kelas A lama waktu pengujiannya adalah 50 menit,
kelas B lama pengujiannya adalah 30 menit, kelas C lama pengujiannya adalah 60
menit, dan kelas kelautan lama pengujiannya adalah 45 menit. Pada ikan bandeng
semakin lama pengujian sampel maka semakin rendah juga nilai konsumsi oksigen
yang didapatkan dikarenakan ikan bandeng bukan tergolong ikan yang dapat
melakukan Air Breathing sehingga aktifitasnya pun rendah. Terbukti pada kelas C
dengan waktu pengujian terlama yaitu 60 menit mendapatkan nilai konsumsi
oksigen yang paling rendah dibandingkan kelas yang lainnya.
5.2 Saran
Praktikum yang dilaksanakan dapat memicu adanya saran saran yang
dapat membangun diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan ikan jenis lain agar lebih variatif dan medapat wawasan luas
mengenai konsumsi oksigen pada jenis ikan yang berbeda.
2. Waktu lebih variatif agar dapat menghasilkan data yang lebih banyak.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adinda, K., P. Zahidah. Syawaludin, A ., H. 2016. Peningkatan Produksi Ikan Mas


(Cyprinus Carpio L) Menggunakan Sistem Budidaya Polikultur
Bersama Ikan Nilem (Osteochilus Hasselti) Di Waduk Cirata, Jawa
Barat. Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (146-156).
Affandi, Usman. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press.
Ahmad, T., M.J.R. Yakob, D. Rohaniawan, M. Suparya, dan Budiman. 1997.
Sistem usaha perikanan berbasis bandeng umpan. Laporan Hasil
Penelitian ARMP 1996/97. Balai Penelitian Perikanan Pantai, Maros.
57 hlm.
Badrudin. 2014. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos). WWF-Indonesia.
Jakarta.
Djoko. 2006. Lele Sangkuriang Alternatif Kualitas di Tanah Priangan. Trobos.
Jakarta. Agustus : 80 81.
Djuhanda, T.1981. Dunia Ikan. CV Amico. Bandung.
Djuhanda, 1994. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Americo,
Bandung.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Firdaus. 2011. Fisiologi Hewan Air. (Diakses pada hari sabtu pukul 05:32 pada
tanggal 30 maret 2013. Makassar).
Fujaya. 1999. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Gordon, M. 1977. Animal Phisiology Principles and Adaptations.Third Edition
Macmillan Publishing Co. Inc. New York.
Himawan. 2008. Budidaya Lele Sangkuriang. 23 Juni 2012 in Agriculture, New
Yourk : CAB International, 1997. (diakses 15 april 2016) 1 : 1 kolom
Huet, M. 1971. Texbook of fish culture: Breeding and cultivation fish. England:
Fishing News Book Ltd. p.436.
Irianto, H dan S, Isnadi. 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan.

19
20

Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata Untuk Universitas


Cetakan ketiga. Sinar Wijaya, Surabaya.
Lagler, et.al. 1977. Ichtyology. John Willey and Sons. Inc. New York.
Mathur P.N, dan Hurkat P.C.1976. A Text Book of Animal Physiologi. New
Delhi :Schand Co Ltd.
Moyle, P.B. and J.J. Cech. 1982. Fishis an Introduction to Ichtyology. Prertice Hall,
Inc.
Murtidjo, B. A,. 2002. Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Nelson, G.E., and Robinson. 1982. Digestion, transport and respiration. In:
Fundamental concepts of biology. 4th eds. USA: John Wiley and Sons.
p.95-112.
Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Philadelphia :Saunder Com.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Cetakan I. Bina Cipta,
Jakarta.
Salmin. 2005. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap,
Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono,
eds.) P3O - LIPI hal 42 46.
Sheare, J. K. 2008. Anatomi dan Psikologi Reproduksi. Florida : Universitas Florida.
Singh, I.S.B., 2004. Recirculation Systems for Organic Shrimp and Prawn Seed
Production. Di dalam: Subasinghe T, Singh T, Lem A, Editor. The
Production and Marketing of Organic Aquaculture Products.
Proceedings of The Global Technical and Trade Conference; Ho Chi
Minh City, 15-17 June 2004. Malaysia: Infofish. 75-95 Hlm.
Spotte, S. 1970. Fish and Invertebrate Culture Water Management and Closed
System. John Willey and Sons, Inc. New York.
Sunarma, A., D. W. B. Hastuti dan Y. Sistina. 2007. Penggunaan ekstender madu
yang dikombinasikan dengan krioprotektan berbeda pada pengawetan
sperma ikan nilem (Osteochilus hasseltii). Konferensi aquaculture
Indonesia. 10 pp.
21

Wicaksono, Prabowo. 2005. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan Dan


Kelangsungan Hidup Ikan Nilem (Osteochilus Hasselti) C.V. Yang
Dipelihara Dalam Keramba Jaring Apung Di Waduk Cirata Dengan
Pakan Perifiton. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Badrudin. 2014. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos). WWF-Indonesia.
Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Fujaya. 1999. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Lagler, et.al. 1977. Ichtyology. John Willey and Sons. Inc. New York

Moyle, P.B. and J.J. Cech. 1982. Fishis an Introduction to Ichtyology. Prertice Hall,
Inc.
Spotte, S. 1970. Fish and Invertebrate Culture Water Management and Closed
System. John Willey and Sons, Inc. New York.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat

Gambar 1. Timbangan Gambar 2. Wadah lastik

Gambar 3. Cling warp Gambar 4. DO Meter

Gambar 5. Jam Tangan

22
23

Lampiran 2. Bahan

Gambar 7. Ikan Lele Sangkuriang Gambar 8. Ikan Bandeng

Gambar 9. Ikan Nilem


24

Lampiran 3. Prosedur Praktikum


Konsumsi oksigen pada ikan lele

Wadah plastik disiapkan, dan diisi air penuh

Oksigen terlarutnya diukur dengan menggunakan DO meter

Ikan lele ditimbang

Ikan lele dimasukan ke dalam wadah plastik, tanpa ada air yang
memercik

Tutup wadah plastik dengan cling warp

Wadah percobaan dibiarkan selama 30menit

Setelah selesai, cling warp dibolongi sedikit, lalu diukur oksigen


terlarutnya
Konsumsi oksigen pada Ikan bandeng

Wadah plastik disiapkan, dan diisi air penuh

Oksigen terlarutnya diukur dengan menggunakan DO meter

Ikan bandeng ditimbang

Ikan bandeng dimasukan ke dalam wadah plastik, tanpa ada air yang
memercik

Tutup wadah plastik dengan cling warp

Wadah percobaan dibiarkan selama 30menit

Setelah selesai, cling warp dibolongi sedikit, lalu diukur oksigen


terlarutnya
25

Konsumsi oksigen ikan nilem

Wadah plastik disiapkan, dan diisi air penuh

Oksigen terlarutnya diukur dengan menggunakan DO meter

Ikan bandeng ditimbang

Ikan bandeng dimasukan ke dalam wadah plastik, tanpa ada air yang
memercik

Tutup wadah plastik dengan cling warp

Wadah percobaan dibiarkan selama 30menit

Setelah selesai, cling warp dibolongi sedikit, lalu diukur oksigen


terlarutnya
26

Lampiran 4. Kegiatan Praktikum


Kegiatan praktikum konsumsi oksigen pada ikan lele

Gambar 6. Wadah plastik disiapkan dan diisi air Gambar 7. DO diukur

Gambar 8. Ikan bandeng ditimbang Gambar 9. Ikan dimasukan dan


ditutup dengan cling wrap
27

Gambar 10. Diukur oksigen terlarut sesudah 30 menit

Kegiatan praktikum konsumsi oksigen pada ikan bandeng

Gambar Wadah plastik disiapkan dan diisi air Gambar DO diukur

Gambar Ikan nilem ditimbang GambarIkan dimasukan dan


ditutup dengan cling wrap
28

Gambar Oksigen terlarut sesudah 50 menit


Kegiatan praktikum konsumsi oksigen pada ikan nilem

Gambar Wadah plastik disiapkan dan diisi air Gambar DO diukur

Gambar ikan nilem ditimbang Gambar Ikan dimasukan dan


ditutup dengan cling wrap
29

Gambar Oksigen terlarut sesudah 50 menit

Lampiran 5. Hasil Pengamatan


Hasil Pengamatan Konsumsi oksigen pada ikan lele

Bobot DO awal DO akhir Konsumsi


Kelas Kelompok
Ikan (gr) (mg/L) (mg/l) O2
1 23 4,3 3,5 0,8
2 35 4,1 3,6 0,5
3 17 3,7 3,1 0,6
4 37 3,9 2,8 1,1
5 18 3,9 2,7 1,2
6 19 4,6 2,7 1,9
7 37 4,6 3,5 1,1
8 2,6 4,2 3,1 1,1
9 16 5,9 5,3 0,6
10 23 6,1 5,4 0,7
11 40 6 5,3 0,7
12 34 7,4 5,1 2,3
A
13 33 5,9 4,6 1,3
14 22 6 4,6 1,4
15 29 6 4,9 1,1
16 22 6,4 4,6 1,8
17 18 5,9 5,3 0,6
18 22 5,7 5,3 0,4
19 25 5,9 5,5 0,4
20 44 5,8 5,4 0,4
21 37 5,6 5,5 0,1
22 41 5,7 5,2 0,5
23 12 5,5 5,2 0,3
Rata-Rata 26,37 5,35 4,44 0,91
1 20 6,3 2,8 3,5
2 35 6,3 2,6 3,7
30

Bobot DO awal DO akhir Konsumsi


Kelas Kelompok
Ikan (gr) (mg/L) (mg/l) O2
3 41 6,3 3,2 3,1
4 29 6,3 3,3 3
5 25 6,3 3,3 3
6 20 6,3 3,1 3,2
7 40 6,3 2,8 3,5
8 39 6,3 4,1 2,2
9 34 5,2 4,3 0,9
10 19 5,1 4,9 0,2
11 40 5,1 4,1 1
B 12 49 6 4,1 1,9
13 40 4,9 4,2 0,7
14 23 5,6 4,9 0,7
15 12 5,7 4,6 1,1
16 36 5,8 5,4 0,4
17 22 5,9 5,3 0,6
18 28 5,8 5,4 0,4
19 29 5,7 5,3 0,4
20 19 5,6 5,3 0,3
21 31 5,4 5,1 0,3
22 34 6,9 5,3 1,6
Rata-Rata 30,23 5,87 4,25 1,62
1 26 3,8 2,9 0,9
2 14 3,2 2,6 0,6
3 32 6,7 3,4 3,3
4 18 4,4 4 0,4
5 48 3,7 3 0,7
6 23 5,5 3,5 2
7 12 3,4 3,2 0,2
8 33 5,6 4,9 0,7
9 18 5,3 5 0,3
10 12 5,6 5,2 0,4
C 11 39 5,5 4,9 0,6
12 18 5,7 4,5 1,2
13 26 5,8 5,1 0,7
14 24 5,6 5,1 0,5
15 39 5,5 5,1 0,4
16 11 5,7 5,3 0,4
17 11 5,8 5,4 0,4
18 30 5,8 5,5 0,3
19 24 5,6 5,3 0,3
20 23 5,7 5,3 0,4
Rata-Rata 24,05 5,20 4,46 0,74
1 41 4,3 3,6 0,7
31

Bobot DO awal DO akhir Konsumsi


Kelas Kelompok
Ikan (gr) (mg/L) (mg/l) O2
2 31 4,5 7,4 -2,9
3 32 4 3,2 0,8
4 32 5,5 7,4 -1,9
5 39 5,1 3,3 1,8
6 30 4,6 3,5 1,1
7 41 7,5 3,5 4
8 18 4 3,6 0,4
9 37 5,7 5 0,7
10 29 5,7 4,9 0,8
11 22 5,7 5,2 0,5
12 24 5,7 5,4 0,3
Kelautan 13 39 6 6,6 -0,6
14 17 5,7 5 0,7
15 27 6,7 5,5 1,2
16 11 7 5,3 1,7
17 29,15 5,8 5,3 0,5
18 18,93 5,8 5,5 0,3
19 21,89 5,9 5,5 0,4
21 10,57 5,8 5,5 0,3
22 40,32 5,8 5,3 0,5
23 34,9 5,9 5,3 0,6
24 25,73 5,8 5,4 0,4
25 33,65 5,8 5,7 0,1
Rata-Rata 28,55 5,60 5,1 0,52

Hasil pengamatan konsumsi oksigen pada ikan bandeng


Kelompok Bobot Ikan DO awal DO akhir Konsumsi Oksigen
A (gram) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
1 6 5,6 4,4 1,2
2 10 5,3 3,3 2
3 7 6,3 3,7 2,6
4 5 5,6 3,5 2,1
5 6 5,2 3,7 1,5
6 6 5,6 3,4 2,2
7 5 5,3 3,9 1,4
8 6 5,7 4,1 1,6
9 5 5,9 5,5 0,4
10 11 5,9 5,1 0,8
11 5 5,9 5 0,9
12 9 5,9 5 0,9
13 9 5,9 4,9 1
32

Kelompok Bobot Ikan DO awal DO akhir Konsumsi Oksigen


A (gram) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
14 5 5,9 5,3 0,6
15 5 5,9 5,6 0,3
16 5 5,9 5,6 0,3
17 4 5,9 5 0,9
18 5 5,9 5 0,9
19 5 5,7 4,9 0,8
20 6 6 5 1
21 8 5,9 4,3 1,6
22 6 5,8 4,3 1,5
23 5 5,6 4,9 0,7
Rata-Rata 1,2

Kelompok Bobot Ikan DO awal DO akhir Konsumsi Oksigen


B (gram) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
1 5 5,7 5 0,7
2 5 5,8 4,8 1
3 10 6 3,7 2,3
4 6 6,2 4 2,2
5 7 6 4 2
6 6 6,8 5 1,8
7 8 6,1 4,4 1,7
8 12 5,8 4,2 1,6
9 10 5,6 5,1 0,5
10 9 5,6 5 0,6
11 8 5,6 5,2 0,4
12 5 5,6 5,5 0,1
13 4 5,6 5,5 0,1
14 9 5,6 5,2 0,4
15 6 5,6 5,3 0,3
16 7 5,8 4,8 1
17 8 5,8 4,8 1
18 10 5,8 4,5 1,3
19 6 5,8 4,7 1,1
20 9 5,8 4,4 1,4
21 7 5,8 4,8 1
22 6 5,8 4,8 1
Rata - Rata 1,1
33

Kelompok Bobot Ikan DO awal DO akhir Konsumsi Oksigen


C (gram) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
1 8 5,9 5,8 0,1
2 6 6 4,5 1,5
3 9 6,3 3,5 2,8
4 3 6,6 4,4 2,2
5 5 6,7 4,1 2,6
6 7 6 4,7 1,3
7 18 6,2 6,1 0,1
8 8 5,9 5,1 0,8
9 9 5,9 5,6 0,3
10 6 5,9 5,8 0,1
11 10 5,9 4,8 1,1
12 5 5,9 5,5 0,4
13 5 5,9 5,7 0,2
14 2 5,9 5,1 0,8
15 8 5,8 5,2 0,6
16 7 5,6 4,4 1,2
17 6 5,6 4,6 1
18 8 5,5 4,4 1,1
19 5 6,4 5,6 0,8
20 6 5,5 5,1 0,4
Rata-Rata 0,97

Kelompok Bobot Ikan DO awal DO akhir Konsumsi Oksigen


Kelautan (gram) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
1 5 7,9 3,2 4,7
2 8 7,8 4,5 3,3
3 11 8,9 7,7 1,2
4 8 7,8 4,2 3,6
5 6 8,4 7,8 0,6
6 5 8,3 7,5 0,8
7 7 8,3 7,7 0,6
8 5 6,6 4,7 1,9
9 8 6,1 5,8 0,3
10 5 6,1 5,8 0,3
11 10 6,3 5,9 0,4
12 8 6,1 5,8 0,3
13 9 6,2 5,6 0,6
14 19 7 5,4 1,6
15 5 7 5,9 1,1
16 5 6,2 5,9 0,3
34

Kelompok Bobot Ikan DO awal DO akhir Konsumsi Oksigen


Kelautan (gram) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
17 5 5,7 4,9 0,8
18 9 5,7 4,8 0,9
19 4 5,7 5,1 0,6
21 6 5,7 5 0,7
22 8 5,7 5 0,7
23 8 5,7 5 0,6
24 6 5,7 5,1 1
25 9 5,7 4,7 1
Rata-Rata 1,2

Konsumsi oksigen pada ikan nilem

Kelompok Bobot Ikan DO awal DO akhir Konsumsi


A (gram) (mg/l) (mg/l) Oksigen (mg/l)
1 68 6,5 5,4 1,1
2 30 6,2 5,5 0,7
3 53 6,1 5,1 1
4 36 6 3,8 2,2
5 53 6,7 4,3 2,4
6 66 6,5 3,9 2,6
7 45 6,7 3,9 2,8
8 26 6 3,8 2,2
9 30 6,8 5,4 1,4
10 39 6,8 5,4 1,4
11 34 6,8 5,6 1,2
12 50 6,8 5,5 1,3
13 47 6,8 5,1 1,7
14 36 6,8 5,4 1,4
15 44 6,8 5,5 1,3
16 47 6,8 5 1,8
17 33 6 5 1
18 34 6 5,6 0,4
19 38 6 5,5 0,5
20 10 6 5,5 0,5
21 38 6 5,4 0,6
22 27 6 5,7 0,3
35

23 34 6 4,7 1,3
Rata-Rata 1,4

Kelompok Bobot Ikan DO awal DO akhir Konsumsi


B (gram) (mg/l) (mg/l) Oksigen (mg/l)
1 27 7,5 7 0,5
2 38 7,1 5,9 1,2
3 28 6,4 6,2 0,2
4 33 6,4 6 0,4
5 18 6,6 5,5 1,1
6 25 7,1 6,3 0,8
7 19 7,6 6,5 1,1
8 35 6,5 6,1 0,4
9 54 5,5 5,1 0,4
10 34 5,5 5,2 0,3
11 43 5,5 4,9 0,6
12 27 5,5 5,4 0,1
13 48 5,5 5,1 0,4
14 22 5,5 5,4 0,1
15 23 5,5 5,2 0,3
16 37 6,1 5,4 0,7
17 20,45 6,2 5,7 0,5
18 53 6,4 5,3 1,1
19 31,25 6,2 5,6 0,6
20 11,73 6,4 5,9 0,5
21 27 5,9 5,7 0,2
22 26,19 6,9 5,8 1,1
Rata - Rata 0,6

Bobot DO Konsumsi
Kelompok DO awal
Ikan akhir Oksigen
C (mg/l)
(gram) (mg/l) (mg/l)
1 11 6,4 6,2 0,2
2 26 6,4 5,4 1
3 45 6,4 5,5 0,9
4 21 6,4 5,8 0,6
36

Bobot DO Konsumsi
Kelompok DO awal
Ikan akhir Oksigen
C (mg/l)
(gram) (mg/l) (mg/l)
5 25 6,9 5,3 1,6
6 27 6,5 5,3 1,2
7 18 6,7 5,6 1,1
8 43 5,6 5,1 0,5
9 26 5,7 5,3 0,4
10 27 5,7 5 0,7
11 44 5,8 4,7 1,1
12 47 5,6 4,8 0,8
13 49 5,7 4,9 0,8
14 31 5,7 5,5 0,2
15 45 6,7 1,9 4,8
16 27 6,3 3 3,3
17 21 6,3 1,1 5,2
18 42 6,4 2 4,4
19 12 6,2 2,8 3,4
20 21 6,3 2 4,3
Rata-Rata 1,8
Rata-Rata 30,4 6,2 4,4
37

4 3.5 3.7 3.5 2 1.9


3.5 3.1 3 3 3.2 1.6
Laju Konsumsi O2

Laju Konsumsi O2
3 1.5
2.5 2.2 1.1
2 1
0.70.7
1.5 0.6
0.9 1
1 0.5 0.4 0.40.4
0.30.3
0.5 0.2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kelompok Kelompok

3.5 3.3
1.4
1.2
3 1.2
LAju Konsumsi O2

Laju Konsumsi O2
2.5 1
2
2 0.8 0.7
0.6
1.5 0.6 0.5
0.9 0.4 0.4 0.4 0.4
1 0.7 0.7 0.4 0.3 0.3
0.6
0.4 0.3 0.4
0.5 0.2 0.2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelompok Kelompok

3.5 3.3 3.3


3.5
3 3
LAju Konsumsi O2

LAju Konsumsi O2

2.5 2.5
2 2
2 2
1.5 1.5
0.9 0.9
1 0.6 0.7 0.7 1 0.6 0.7 0.7
0.4 0.3 0.4 0.4 0.3 0.4
0.5 0.2 0.5 0.2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok Kelompok
38

2 5
4
4
1.5
3

Laju Konsumsi O2
Laju Konsumsi O2

1.8
1 2 1.1
0.7 0.8 0.8 0.5
1 0.4 0.7 0.3
0.5
0
0 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 -2
-0.5 -1.9
-3
-2.9
-1 -4
Kelompok kelompok

1.8 1.62
1.6
1.4
Laju Konsumsi O2

1.2
1 0.91
0.74
0.8
0.6 0.52
0.4
0.2
0
A B C Kelautan
Kelas

Konsumsi Oksigen Kelas Konsumsi Oksigen Kelas


A B
3 2.5 2.3
2.2
2.6
Konsumsi Oksigen (mg/l)

Konsumsi Oksigen (mg/l)

2
2.5 2.2 1.8
2 2.1 2 1.7
1.6
2 1.6
1.51.4 1.6
1.5 1.5 1.3 1.4
1.5 1.2 1 1 1 1.1 1 1
0.8 0.91
0.9 0.9
0.9
0.8
1 1 0.7
1 0.6 0.7 0.6
0.5
0.4 0.4 0.4 0.3
0.5 0.3
0.3 0.5 0.1
0.1
0 0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
Kelompok Kelompok
39

Konsumsi Oksigen Konsumsi Oksigen Kelas


Kelas C Kelautan
3 2.8 4.7
2.6 5
Konsumsi Oksigen (mg/l)

Konsumsi Oksigen (mg/l)


2.5 2.2 4 3.6
3.3
2 1.5
1.3 3
1.5 1.1 1.2 1.1 1.9
1 2 1.6
1 0.8 0.8 0.8 1.2 1.1 0.9 11
0.6 0.8
0.3 0.4 0.4 1 0.6 0.6 0.4 0.6 0.80.6 0.7
0.7
0.6
0.5 0.1 0.1 0.1 0.2 0.3
0.3 0.3 0.3
0 0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Kelompok Kelompok

1.4 1.2
1.2
Konsumsi Oksigen (mg/l)

1.1
1.2 0.97
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
A B C Kelautan
Kelas

Konsumsi Oksigen Kelas A


3 2.8
2.6
2.5 2.4
Konsumsi Oksigen (mg/l)

2.2 2.2

2 1.8
1.7

1.5 1.4 1.4 1.4


1.3 1.3 1.3
1.2
1.1
1 1
1
0.7
0.6
0.5 0.5
0.5 0.4
0.3

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kelompok
40

6
5.2
5 4.8
4.4 4.3
Konsumsi Oksigen (mg/l)

4
3.3 3.4

2 1.6
1.2 1.1 1.1
1 0.9
1 0.7 0.8 0.8
0.6 0.5 0.4
0.2 0.2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelompok

2.0 1.8
1.8
Konsumsi Oksigen (mg/l)

1.6
1.4
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
Perikanan A ( 30 Perikanan B (20 Perikanan C (50 Kelautan (xx Menit)
Menit) Menit) Menit)
Kelas
41

Konsumsi Oksigen Kelas B


1.4
1.2
1.2 1.1 1.1 1.1 1.1
Konsumsi Oksigen (mg/l)

1
0.8
0.8 0.7
0.6 0.6
0.6 0.5 0.5 0.5
0.4 0.4 0.4 0.4
0.4 0.3 0.3
0.2 0.2
0.2 0.1 0.1

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kelompok

Anda mungkin juga menyukai