Anda di halaman 1dari 15

BUDIDAYA IKAN LELE DI BALAI BENIH IKAN LOKAL(BBIL)

BANGKINANG,DINAS PERIKANAN KABUPATEN KAMPAR

Disusun Oleh:

RIZKI RAMADHAN

2004126248

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANANFAKULTAS


PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul BUDIDAYA IKAN
LELE DI BALAI BENIH IKAN LOKAL(BBIL) BANGKINANG, DINAS PERIKANAN
KABUPATEN KAMPAR ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
pada bidang studi Dasar-dasar Akuakultur . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pembudidayaan ikan lele bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr, Ir. Netti Aryani, MSselaku
Dosen bidang studi Dasar-dasar Akuakultur yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapatmenyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

BANGKINANG,05 NOVEMBER 2021

Penulis

RIZKI RAMADHAN
DAFTAR ISI
BUDIDAYA BALAI BENIH IKAN LOKAL(BBIL) BANGKINANG,DINAS
PERIKANAN KABUPATEN KAMPAR

Kata Pengantar.................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
LATAR BELAKANG.................................................................................................3
TUJUAN......................................................................................................................3
BATASAN MASALAH..............................................................................................3
MANFAAT...................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................4
LANDASAN TEORI....................................................................................................4
DASAR TEORI............................................................................................................4
JENIS LELE YANG DI BUDIDAYA.......................................................................5
BABII................................................................................................................................5

METODE PENELITIAN............................................................................................5
BAB IV..............................................................................................................................6
ANALISIS DATA.........................................................................................................6
BAB V........................................................................................................................10
PENEBARAN DAN PEMANENAN......................................................................10
BABVI.............................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................11
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
LAMPIRAN...............................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati, misalnya
ikan lele (Clarias Batrachus). Budidaya ikan lele sudah banyak dilakukan oleh masyarakat,
terutama dengan semakin maraknya Usaha Warung Pecel Lele di Daearah sekitar
BANGKINANG. Ikan lele sudah sejak lama menjadi salah satu komoditas perikanan yang
sangat populer di kalangan masyarakat.

Sebelum tahun 1990-an, menurut masyarakat, ikan lele merupakan binatang yang
mengelikan dengan bentuk seperti sular dan hidup di tempat yang kotor. Tetapi saat ini
pamor ikan lele menjadi naik. Kepopuleran ikan lele tidak hanya di dalam negeri saja.
Menurut warta Pasar Ikan (2006) bahwa di Melbourne, Australia masyarakatIndonesia
mulai memperkenalkan komoditar teresbut pada masyarakat tersebut.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui cara-cara yang baik untuk membudidayakan ikan lele.


b) Untuk mengetahui cara memperoleh bibit unggul.
c) Untuk mengetahui jenis-jenis ikan lele
d) Melengkapi tugas Bahasa Indonesia.

C. Batasan Masalah

Adapun yang kami teliti tentang ikan lele adalah sebagai berikut :

a) Jenis-jenis ikan lele.


b) Klasifikasi dan penyebaran ikan lele.
c) Perkembang biakan ikan lele.
d) Habitat dan tingkah laku ikan lele.
e) Ciri induk dan cara pemijahan.
f) Cara penebaran benih dan panen.
D. Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan kita tentang
Budidaya Ikan Lele. Dan juga unutk memberikan informasi pada pembaca tentang tata cara
pembudidayaan ikan lele.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dasar Teori

Lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Pengembangan usahanya dapat dilakukan
mulai dari benih sampai ukuran konsumsi. Setiap segmen usaha ini sangat menguntungkan.
Selain untuk konsumsi lokal, pasar lele telah mulai di ekspor dan permintaannya cukup besar.

Tingkat kenaikan produksi lele konsumsi secara Nasional kenaikannya sebesar 18,3 % per
tahun. Pada tahun 1999 produksi lele sebesar 24.991 ton Pada tahun 2003 produksi lele sebesar
57.740 ton.

Revalitas lele sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai produksi 175.000 ton
atau meningkat rata-rata 21,64 % pertahun.

Tingkat kebutuhan benih lele juga meningkat pesat. Pada tahun 1999 dibutuhkan 156 juta
ekor, pada tahun 2003 dibutuhkan 360 juta ekor, sedangkan pada akhir tahun 2009 diperkirakan
akan dibutuhkan 1,9 milyar ekor atau meningkat 46 % per tahun.

B. Jenis-jenis Lele yang Dibudidayakan

3 Jenis lele yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan dijumpai di pasaran saat ini adalah
ikan lele dumbo (Clarias Gariepinus). Dalam kegiatan budidaya secara intensif, ikan lele
didorong untuk tumbuh secara maksimum hingga mencapai ukuran optimal. Lele dumbo
merupakan komoditas yang dapat dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas
(hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat air. Untuk kolam ukuran 15 m2 lele dumbo dapat
ditebar sebanyak 5.250 ekor benih. Selama 2, 5 bulan dapat diproduksi lele sebanyak 450 kg
dengan nilai fcr (Fed Caonversion Ratio) satu.
Sementara itu, lele lokal (Clanius Batracus) sudah langka dan jarang ditemukan karena
pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan lele dumbo. Secara umum, sosok lele lokal mirip
dengan lele dumbo, hanya ukuran tubuhnya tidak sebesar lele dumbo. Dalam makalah ini akan
banyak dibahas tentang lele dumbo, khususnya pula tahap pembenihan dan pembesaran.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada laporan hasil penelitian ini kami menggunakan metode literatur untuk menyusun
kami membaca dari berbagai literatur.

Yang dimaksud metode literatur adalah penyusunan menggunakan cara penelitian


berdasarkan membaca berbagai literatur tentang objek yang diteliti. Dari literatur-literatur
tersebut, kami dapat menyusun laporan hasil penelitian ini dan mengetahui seluk beluk
pembudidayaan ikan lele dari mulai pembudidayaan sampai penanganan pasca panen. Selain itu
kami juga tahu tentang sifat-sifat dan habitat hidup lele.

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Lingkungan Hidup dan Masa Perkawinan Lele


Walaupun kita sudah dapat mengetahui teknik pembudidayaan lele, akan tetapi itu tidak
optimal. Kesalahan dalam pengolahan dapat berakibat buruk dalam kelangsungan usaha
kita membudidayakan ikan lele.

 Klasifikasi
Dalam klasifikasi, ikan lele termasuk famili Clariide, yaitu jenis ikan yang mempunyai
bentuk kepala gepeng dan mempunyai alat pernafasan tambahan. Adapun sistematika dan
klasifikasinya adalah sebagai berikut :

- Filum : Chordata (bangsa hewan bertulang belakang)

- Kelas : Pisces (bernafas dengan insang)

- Sub Kelas : Tekstol (ikan yang bertulan keras)


- Ordo : Ostariophysi (ikan yang rongka perus bagian atas memiliki tulang
sebagai alat perlengkapan keseimbangan yaitu disebut tulang weber).

- Sub Ordo : Silurodea (ikan yang bentuk tubuhnya panjang tidak bersisik dan licin).

- Genus : Clarias

- Spesies : Clarias Sp

 Anatomi an Morfologi

Secara umum ikan lele memiliki tubuh licin berlendir, tidak bersisik, bersungut dan
berkumis.

B. Perkembangbiakan
Lele di alam memijah pada awal musim penghujan. Rangsangan memijahnya di alam
berhubungan erat dengan bertambahnya volume air yang biasanya terjadi saat musim hujan,
serta ketersediaan jasad renik (pakan alami), lele terangsang memijah setelah turun hujan
lebat dan munculnya bau tanah yang cukup menyengat (bau ampo) akibatnya tanah kering
terkena hujan juga. Karena terjadi peningkatan kedalaman air, lele suka mijah di tempat
teduh dan terlindungi. Lele berkembang biak secara ovipar (eksternal).
Pada pembenihan lele lokal di kolam dapat dengan dua cara yaitu secara perpasangan dan
secara masal, lele lokal biasanya akan setia pada pasangannya yaitu dengan cara meletakkan
satu lele jantan dan betina dalam satu kolam. Dengan lele jantan atau betina yang siap
memijah, lele akan bergantian untuk menjaga telurnya. Lele yang dibudidayakan dapat
dikawinkan sepanjang tahun asalkan dikelola dengan baik. Rangsangan yang dilakukan tidak
digunakan dengan menggunakan harman tapi dengan menjernihkan kolam, menjemur dan
mengisinya dan menimbulkan bau ampa. Bau itulah yang merangsang induk ikan untuk
memijah. Pemijahan bisa dilakukan sore atau malam hari, setelah pada hari kakaban akan
dipenuhi telur. Selanjutnya kakaban dipindahkan ke wadah penetasan baru untuk ditetaskan
sampai berukuran benih waktu yang diperlukan untuk menetas sekitar 24 – 40 jam. Larva
yang berumur 1 – 9 hari masih memperoleh pakan dari kuning telur yang masih melekat di
bagian perunya. Maka larva selanjutnya disebut cacing sutra.

a) Jenis lele unggul

 Lele Dumbo
Jenis lele yang banyak dibudidayakan dan dijumapi di pasaran saat ini. Sementara lele
lokal sudah jarang ditemukan karena pertumbuhannya lambat dibandingkan lele dumbo.
Perbedaan lele dumbo dan lokal ukuran lele Dumbo lebih besar dari lele lokal.
Perbandingan tingkat pertumbuhan lele dumbo dan lele lokal umur 2 hari. Lele dumbo
1,2 – 39, sedangkan lele lokal 0,2 – 29. Umur seminggu lele Dumbo 10 – 159,
sedangkan lele lokal 1 – 159.

 Lele Sangkuriang
Salah satu varietas unggulan dumbo adalah lele sangkuriang. Lele sangkuriang
merupakan perkawinan antara lele dumbo betina F2 dengan lele dumbo jantan F6
menghasilkan lele dumbo jantan F2 – 6. Lalu dikawinkan kembali dengan lele dumbo
betina F2 sehingga menghasilkan lele sangkuriang.
Hasil uji coba dan penelitian terbukti lele jenis sangkuriang lebih unggul dari jenis lele
dumbo. Namun lele sangkuriang masih langka dipasaran.

 Lele Pithon
Lele pithon merupakan hasil perkawinan antara induk betina lele eks Thailand dengan
lele dumbo jantan F6.
Keunggulannya lele pihton lebih cepat pertumbuhannya, tingkat kelulusan hidup tinggi
dan relatif tahan terhadap serangan penyakit.

C. Habitat dan Tingkah Laku


Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan pada perairan air tawar di daerah
dataran rendah yang sedikit payau seperti bekas tambak. Daerah ini banyak warga pantura
jawa, seperti Kendal Jawa Barat banyak digunakan untuk pembesaran ikan lele Dumbo. Di
alam ikan lele banyak tinggal di sungai-sungai yang alirannya mengalir secara perlahan dan
banyak juga hidup di daerah waduk, telaga, rawa, serta genangan air tawar lainnya, seperti
kolam dan lainnya. Karena ikan lele menyukai air yang tenang, seperti daerah tepian yang
dangkal dan terlindungi. Ikan lele memiliki kebiasaan membuat lubang di tepian sungai atau
kolam.
Lele jarang-jarang menampakkan aktivitasnya pada siang hari, lele lebih menyukai
tempat yang gelap dan teduh juga dalam. Karena lele hewan nakturnal yaitu mempunyai
kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Pada siang hari ikan lele
memilih bersembunyi di dalam tempat yang gelap. Ikan lele relatif dapat bertahan pada
lingkungan yang jelek dan kandungan oksigennya sangat sedikit. Namun, pertumbuhan ikan
lele bakal lebih cepa tdan sehat dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai,
mata air, saluran irigasi, ataupun air sumur.
D. Kebiasaan Makan
Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam. Lele adalah hewan
karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, lele makan cacing, siput air, belatung,
laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dll. Pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang
banyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung
protein nabati pertumbuhannya lambat. Lele merupakan hewan yang suka memakan
jenisnya sendiri (kanibalisme) jika lele kekurangan makan. Oleh karena itu jangan sampai
terlambat memberi makan sifat kanibalisme juga timbula karena perbedaan ukuran.

E. Persiapan Induk
Induk betina harus dipelihara secara terpisah pada kolam tersendiri dengan induk jantan.
Kolam khusus ini bertujuan mempercepat proses kematangan Gonad. Penyimpangan induk
yang telah dikawinkan, serta mempermudah dalam pengelolaan, pengontrolan dan
menghindarkan terjadinya pemijahan diluar kehendak pemelihara. Ciri-ciri induk lele betina
dan jantan siap pijah.

Ciri-ciri induk jantan dan betina Induk Betina Induk Jantan:


 Perut membesar / buncit dan terasa lembek jika diraba.
 Pergerakannya lambat dan jinak.
 Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak bengkak.
 Warna tubuh berubah menjadi coklat kemerahan.
 Jika perut diurut kadang-kadang keluar cairan berwarna kuning tua.
 Alat kelaminnya memerah.
 Alat kelamin tampak jelas dan meruncing.
 Tubuh ramping dan gerakannya lincah.
 Ada perubahan warna kulit menjadi coklat kemerahan.

F. Pemberokan
Pemberokan adalah tahapan dalam pemijahan yang dilakukan secara dipuaskan saat
induk ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan 1 – 2 hari. Pemberokan induk jantan dan
betina harus di wadah terpidah.
Fungsi pemberokan adalah menghilangkan stress pada saat ditangkap. Selain itu
mengurangi kandungan lemak dalam gonad dan meyakinkan hasil seleksi induk betina.
Setelah diberok kematangan induk lele betina diperiksa kembalik, apabila perut induk betina
menjadi kempes, berarti buncit karena adanya pakan bukan karena adanya telur.

G. Pembenihan dan Cara Pemijahan

Pembenihan adalah usaha untuk menghasilkan benih ikan (lele) pada ukuran tertentu.
Untuk menunjang proses pembenihan lele dibutuhkan kolam pemijahan, bak penetasan dan
kolam pendederan. Berikut ini beberapa macam alternatif wadah / kolam pemijahan,
penetasan telur, dan pendederan yang dapat digunakan oleh para pembudidaya.

a) Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan merupakan kolam khusus bagi induk yang akan memijah. Adapun
kolam yang digunakan untuk memijahkan ikan lele yaitu bak semen, bak terpal plastik
dan fiberglass.
1. Bak Semen

Ukuran bak pemijahan untuk satu pasang induk lele yang akan dipijahkan yaitu 1 m x 2 m
dengan tinggi bak 0,8 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan harus dibersihkan dan
dikeringkan. Selanjutnya bak diisi dengan air yang jernih dan bersihg setinggi 40 – 50 cm.

2. Bak Terpal Plastik

Pengadaan terpal lebihmudah dibandingkan dengan pembuatan bak semen. Cara


pembuatannya dengan menyusun sejumlah bata atau Batako disekeliling pinggiran plastik.
Ukuran bak terpal untuk pemijahan yaitu lebar 1 m, panjang 2 m, dan tinggi 0,8 m.
Ukuran tersebut digunakan untuk satu pasang induk lele yang akan dipijahkan.

3. Faberglass

Ukuran faberglass untuk pemijahan lele, yaitu 1 m x 2 m, dan tinggi 0,8 m. Ukuran bak
tersebut dapat digunakan untuk pemijahan satu pasang induk lele. Bak Fiberglass tergolong
praktis karena lokasinya bisa dipindah-pindahkan, tetapi harganya masih terlalu mahal.

 Bak Penetasan

Wadah penetasan telur lele dapat berupa aquarium, bak semen, bak terpal plastik, dan
fiberglass yang dilengkapi dengan generator untuk menyuplai oksigen terlarut. Tetapi pada
obyek peternakan lele yang kami teliti menggunakan bak semen yang ukuran bak penetasannya
1 m x 2 m dengan tinggi bak 0,8 m.

BAB V

PENEBARAN DAN PEMANENAN

A. Penebaran Benih
Benih lele sudah dapat didederkan di bak atau tempat terbuka setelah benih berumur 3
minggu. Saat penebaran benih ikan ketinggian air kolam sekitar 20 – 30 cm, karena benih
masih kecil.
Cara penebaran benih lele adalah dengan cara aklimatisasi yaitu wada berisi benih lele
dan diletakkan pelan-pelan, setelah itu benih merasa beradaptasi, benih akan lepas dengan
sendirinya. Kepadatan benih berkisar 300 – 600 ekor / m2.
Setelah benih berada di dalam kolam, benih lele diberi pakan palet berbentuk tepung
dengan kandungan protein minimal 40 % (Charoen Pokphand Kode 581). Setelah benih agak
besar, pemberian pakan berupa palet berbentuk butiran kecil dengan kandungan protein 38 %
kode FF 999. Semakin besar ukuran tubuh dan bukaan mulut. Semakin besar ukuran pakan,
frekuensi pemberian pakan lele yang masih kecil yaitu 4 – 5 kali sehari, yaitu pagi, siang,
sore dan malam hari.

B. Pemanenan Benih
Lama pendederan benih lele untuk menghasilkan benih lele siap terbar (ukurang 5 – 7 cm
/ ekor) sekitar 5 – 6 minggu. Pemanenan benih bisa dilakukan sore atau pagi hari sewaktu
suhunya tidak terlalu panas.
Cara pemanenan dengan mengurangi air pelan-pelan hingga air berada pada kemalir. Air
pelan-pelan disurutkan hingga air akan mengumpul pada kubangan dekat pintu pengeluaran.
Pemanenan dilakukan dengan secara bertahap dengan menggunakan seser halus. Usahakan
benih lele tidak luka. Pada saat pemanenan benih berukuran berkisar 5 – 7 cm / ekor.

C. Cara Panen Lele Hasil Pembesaran


Cara memanen lele ukuran konsumsi tergantung sistem kolam. Jika di kolam semen
umumnya menggunakan model pipa goyang atau sistem sipon.
Mekanisme kerja seperti sistem pipa U. sistem ini mempermudah penggantian air, pipa
tersebut dari paralon dengan diameter 3 – 4 inchi. Digunakan untuk mengatur ketinggian air
saat pemeliharaan serta sebagai saluran pembuangan air saat pemanenan.
Tahap-tahapnya :
 Cabut pipa paralon yang menghubungkan saluran pembuangan mendatar
untuk pengurasan.
 Pasang saringan atau kasa kawat pada ujung paralon bagian dalam
saluran pembuangan agar lele tidak ikut arus.
 Hentikan pengurasan jika ketinggian air mencapai 20 – 30 cm.
 Ambil lele dengan menggunakan jaring / seser.
 Masukkan lele ke dalam ember krak (ember berlubang).
 Angkat dan masukkan ke ember penampungan.
 Sortir kembali lele berdasarkan ukuran yang diinginkan (8 – 12 ekor / kg),
kemudian timbang dan masukkan ke wadah pengangkutan.
 Pelihara kembali lele yang berukurang kecil hingga mencapai ukuran pasar.
 Jadikan lele berukurang besar sebagai indukan atau jual ke tempat pemancingan.

D. Kiat Agribisnis Lele


Pasar dan bisnis usaha lele memang luar biasa besar. Hal ini terlihat dengan
menjamurnya usaha warung pecel lele. Namun, keinginan yang demikian tinggi untuk
agrobisnis lele seringkali tidak dibarengi dengan suatu strategi yang tepat. Tidak jarang
modal yang telah ditanamkan habis dan bahkan menambahkan utang yang tidak sedikit.
Kesuksesan suatu usaha agrobisnis perikanan memerlukan pengetahuan yang mendalam
dan komprehensif antar segi teknis dan non teknis dalam budidaya lele.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kita mengetahui teknologi pembudidayaan ikan lele, kini sampailah pada bab
terakhir tentang analisis budidaya ikan lele. Ikan lele sudah banyak dibudidayakan oleh
masyarakat Indonesia. Hal ini didorong oleh semakin banyaknya dibuka warung pecel lele.
Semakin hari peminat pecel lele semakin meningkat, hal ini mungkin disebabkan karena rasa
pecel lele yang sangat lezat. Padahal sebelum tahun 1990-an masyarakat menganggap bahwa
ikan lele sebagai binatang yang menggelikan. Tetapi pada saat ini keadaan itu berubah.
Pamor ikan lele menjadi meningkat, bahkan menurut Warta Pasar Ikan (2006) bahwa di
Melbourne Australia masyarakat Indonesia sudah mulai memperkenalkan komoditas tersebut
pada masyarakat tersebut.

B. Saran
Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari
sempurna. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut
tentang Budidaya Ikan Lele. Kami sangat berharap agar budidaya ikan lele bisa terus
dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA

 Mahyudi, Kholis, S.Pi, MM. Pengajuan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta :


Penebar Swadaya. 2004

 Makalah,Budidaya Ikan Lele,06,2017, www.ndrangsan.com. Htt


ps://www.ndrangsan.com/2017/06/Contoh-Makalah-Budidaya-Ikan-Lele.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai