Oleh:
Kelompok I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
karunia, serta taufik, dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
“Pengembangan Budidaya Ikan Lele Intensif Yang Berkelanjutan” ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengembangan Industri Akuakultur Jurusan Budidaya Perairan Universitas Halu
Oleo pada Semester Ganji. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir.
Abdur Rahman, M.Si. sebagai Dosen Mata Kuliah Pengembangan Industri
Akuakultur yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengembangan budidaya ikan lele
intensif yang berkelanjutan. Makalah ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi
bagi kita semua untuk mengkaji mengenai pengembangan budidaya ikan lele
intensif yang berkelanjutan dikemudian hari.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat ini di masa
yang akan dating.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budidaya lele pun sebagai rantai awal bisnis lele mempunyai peluang yang cukup
besar untuk mendukung pemerintah dalam program membuka lapangan kerja dan
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Secara ekonomis, usaha budidaya lele sangat menguntungkan karena ikan lele
memiliki nilai ekonomi yang tinggi, tidak memerlukan perawatan yang rumit,
penghasil protein yang tinggi sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi
masyarakat, harga jualnya terjangkau oleh masyarakat, serta mudah didapatkan di
pasaran. Dalam usaha budidaya, kebutuhan pakan merupakan komponen biaya
produksi terbesar yaitu berkisar antara 80-85% dari total biaya produksi. Saat ini
komponen terbesar biaya produksi dikarenakan mahalnya harga pakan sehingga
masih menjadi kendala besar. Hal ini terkait dengan tergantungnya bahan baku pakan
impor yang harganya terus meningkat.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencari alternatif pemecahan terhadap
masalah tersebut baik oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan maupun berbagai
inovasi teknologi oleh UPT, UPTD dan pelaku usaha budidaya namun belum
memberikan hasil yang signifikan sehingga perlu adanya inovasi teknologi yang lebih
fokus terhadap teknologi efisiensi biaya produksi melalui penggunaan pakan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip budidaya sistem intensif ?
2. Bagaimana pengembangan budidaya ikan lele intensif sistem bioflok ?
3. Bagaimana permasalahan dan solusi dalam aplikasi teknologi bioflok?
4. Bagaimana aplikasi bioflok sebagai model perikanan budidaya berkelanjutan?
C. Tujuan Penulisan
Prinsip Budidaya Sistem Intensif adalah tindakan dasar yang dilakukan dalam
memelihara, menjaga dan mengembangkan sesuatu yang dilakukan manusia dalam
suatu lingkungan secara sungguh-sungguh dan terus menerus hingga mencapai hasil
yang optimal untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam budidaya intensif biasanya
menggunakan masukan (seperti: tenaga kerja dan modal) yang relatif besar guna
mencapai keuntungan yang besar. Masukan besar diperlukan untuk aplikasi berbagai
tekhnologi pembudidayaan seperti alat-alat berefisiensi tinggi dan automatisasi
(penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin dengan otomatis melakukan dan
mengatur pekerjaan sehingga tidak memerlukan pengawasan manusia). Sebelum
melakukan pembudidayaan sebaiknya kita mengetahui sifat dan perilaku suatu objek
yang akan dibudidayakan, misalnya pada budidaya ikan nila dan mujair tidak
dianjurkan untuk dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.
Prinsip budidaya intensif pada pengelolaan usaha budidaya perairan banyak
diterapkan pada bidang budidaya air tawar dan tambak. Lahan yang digunakan
bukanlah berukuran luas sebab budidaya secara intensif ditandai dengan
menggunakan tambak/kolam untuk pemeliharaan yang lebih kecil daripada
tambak/kolam secara biasa, meskipun menggunakan lahan lebih kecil daripada
budidaya secara biasa hasil produksi (hasil panen) lebih tinggi karena penggunaan
masukan yang relatif besar tersebut. Penggunaan lahan yang terbatas dengan hasil
seoptimal mungkin maka dalam proses pembudidayaan hanya mengandalkan pakan
buatan atau complete feed.
Budidaya intensif sungguh sangat membantu dalam meningkatkan hasil
perekonomian masyarakat, namun bukan berarti penerapan budidaya intensif tidak
memiliki masalah, dibalik itu semua ada juga hal-hal yang dapat merugikan. Pada
budidaya udang (panaeus sp.), budidaya udang di negara-negara di asia telah
menimbulkan kerusakan ekosistem mangrove dan pencemaran perairan pesisir yang
5
parah karena penerapan teknologi budidaya intensif tanpa pertimbangan dampak yang
ditimbulkannya. Umumnya tambak-tambak yang mengalami kehancuran adalah
tambak yang dikelola secara intensif, sedangkan tambak yang dikelola secara
ekstensif dan semi-intensif masih dapat berproduksi. Tambak intensif menghasilkan
limbah yang “luar biasa” berasal dari pakan. Kebutuhan pakan buatan yang bisa
mencapai 60% alokasi biaya oprasional tambak intensif adalah pemasok terbesar
bahan organik di tambak. Pakan yang sebagian besar berupa bahan organik (terutama
organik c dan n) akan membanjiri tambak dengan bahan organik berupa senyawa
nitogen sebesar 93%. Selebihnya, sisa senyawa nitrogen yang 2% berasal dari pupuk
serta bahan lain yang terbawa air dan masuk petakan sebesar 5%.
Limbah dari sisa pakan dan fese biota budidaya, baik yang terakumulasi di
dasar perairan maupun larut dalam air, dapat menimbulkan pencemaran serta
berdampak buruk terhadap ekosistem tersebut. Pada budidaya kerang/tiram yang
menggunakan tonggak disuatu daerah telah mengakibatkan akumulasi lumpur dan
erosi pada dasar perairan. Sebenarnya, secara alami terjadi pemulihan limbah yang
biasa disebut self puryfication (pemulihan sendiri). Akan tetapi, proses ini
mwmbutuhkan waktu yang cukup lama untuk keseimbangan antara besarnya limbah
organik dan kecepatan kerja bakteri yang berada dilingkungan perairan tersebut. Jika
akumulasi limbah jumlahnya sangat besar hingga melampaui kemampuan kerja
bakteri pengurai, limbah itu akan tetap tersisa dan akan semakin menumpuk. Jika
kondisi ini berlangsung terus-menerus keseimbangan lingkungan perairan (tambak)
menjadi terganggu tidak bisa dihindari lagi. Gangguan ini tidak hanya sementara
tetapi secara berangsur-angsur akan merusak struktur lingkungan tambak dalam
masa-masa berikutnya. Untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut perlu hal-hal dan
syarat-syarat yang harus diperhatikan seperti:
a) Persyaratan teknis
Sesuai dengan sifatnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan, lingkungan
bagi kegiatan pembudidayaan sangat menentukan.
b) Persyaratan sosial-ekonomi
6
a. Pembuatan kolam
Menentukan wadah pembesaran ikan yang akan digunakan.
20 cm
1. Kolam yang digunakan adalah wadah yang berbentuk bulat karena kolam ini
banyak manfaatnya :
- Bentuknya lebih bagus, dengan bahan terpal dan besi wireles bisa
membuat kolam terlihat lebih rapi.
- Biaya lebih murah
- Sistem irigasi kolam bisa dibuat lebih mudah. Dengan membuat dasar
kolam cekung di pusat tengahnya dan sauran pembuangan ditempatkan
disana, kotoran akan mengumpal ditengah boom sekali buka sebagian
besar kotoran kolam bisa dikeluarkan.
- Sirkulasi udara dapat terus berputar dan menjangkau seluruh dasar kolam
agar kualitas air tetap terjaga sehingga pertumbuhan floc dapat mencapai
9
Penanganan:
Buang air 30-40%
- tambahkan air baru
- tambahkan dolomit dan probiotik
c. Ikan menggerombol di permukaan atau nyembulnyembul
Penyebab:
- Nilai pH menurun atau perubahan kualitas air lainnya
Penanganan:
- Buang air 30-40%,
- tambahkan air baru,
- tambahkan dolomit dan probiotik
3) Penggantian air
a. Pertama kali air diganti 7 hari setelah pemberian pakan normal. Air diganti
sebanyak 10 – 15%.
b. Penggantian air selanjutnya dilakukan setiap 7 hari. Setelah air penuh
masukkan secara berurutan:
Kapur dolomit 200 gram per bak yang dilarutkan dulu di dalam ember.
Molase (yang sudah dididihkan dan didinginkan) 150 mL per bak yang
dilarutkan dulu di dalam ember.
Probiotik Biolacto 1 sendok teh penuh per bak yang dilarutkan dulu di
dalam ember.
Sebelum ganti air dan sebelum air penuh, ikan tidak diberi makan.
4) Persiapan Air untuk Pemeliharaan Lanjutan
a. Bersihkan bak yang kosong.
b. Isi bak dengan air dari bak yang ada ikannya (ikan sehat) sampai 15 cm.
c. Tambahkan air bersih sampai kedalaman 50 cm.
d. Masukkan pipa aerasi, berikan aerasi terus menerus.
e. Tambahkan garam 3 kg per bak.
f. Tambahkan kapur dolomit 400 gram per bak.
g. Tambahkan probiotik Biolacto 1 sendok makan peres.
12
Dalam aplikasi penerapan teknologi bioflok pada usaha Dbudidaya ikan lele
sering ditemukan beberapa masalah antara lain:
2.3.1 Probiotik
Pada umumnya pembudidaya banyak yang salah dalam memilih jenis
probiotik yang digunakan. Untuk membentuk floc, probiotik yang digunakan
harus spesifik. Oleh karena itu bakteri yang digunakan harus dari kelompok
bakteri heterotrof. Dari kelompok bacillus terdiri dari Bacillus subtilis,
Bacillus Lycheniformis, Bacillus megaterium dan Lactobacillus dan dari
kelompok fotosintetik yang terdiri dari Rhodobacter dan Rhodospirilum.
Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya pembudidaya menggunakan produk
yang sudah terbukti di lapang
2.3.2 Air hitam (flok hitam)
Warna air kehitaman menunjukkan kondisi lingkungan dalam kolam
kekurangan oksigen. Bila terjadi air dengan kondisi tersebut, lakukan
pembuangan kotoran yang ada di dasar kolam dengan cara membuka pipa
pembuangan, tambahkan kapur dan aerasi yang cukup agar terjadi oksidasi
secara merata dan sempurna
2.3.3 Pengadukan/aerasi tidak merata
Pengadukan dan aerasi sangat penting dalam penerapan teknologi
bioflok. Bila pengadukan/aerasi berhenti, biasanya terjadi endapan karena
14
4.1 Kesimpulan
Budidaya sistem Intensif adalah tingkat teknologi budidaya ikan lele dengan
padat penebaran benih lebih tinggi dari pada tingkat semi intensif, serta
memanfaatkan pakan alami, pakan tambahan, dan input produksi lainnya. Salah satu
budidaya sistem budidaya sistem intensif ikan lele adalah bioflok. Budidaya ikan lele
dengan menggunakan metode bioflok memberikan manfaat yang sangat besar bagi
pembudidaya lele dan memberikan hasil yang cukup signifikan. Budidaya ikan lele
dengan menggunakan metode bioflok memberikan keuntungan yang lebih banyak
dari metode konvesional. Dapat dilihat dari kapasitas tebar bibit lele yang lebih
banyak dari konvensional.
4.2 Saran
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan agar kedepannya lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Adharani, N., Soewardi, K., Syakti, A. D., & Hariyadi, S. (2016). Manajemen
Kualitas Air dengan Teknologi Bioflok: Studi Kasus Pemeliharan Ikan Lele
(Clarias sp.). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 21(1), 35-40.
Andini, A., Cahya, A., Ningsih, A. O., Iqbal, M., Sugiarti, S., dan Fitrani, M. (2021).
Konversi Limbah Budidaya Ikan Sistem Intensif Menjadi Biogas Skala
Rumah Tangga. In Seminar Nasional Lahan Suboptimal (Vol. 9, No. 2021,
Pp. 400-410).
Cahyadi, J. (2021). Manajemen Perikanan Budidaya Air Payau Dan Laut: Prinsip &
Praktik. Syiah Kuala University Press.
Churiyah, M., Sholikhan, S., Basuki, A., dan Dharma, B. A. (2019). Adopsi
Teknologi Budidaya Ikan Lele Dengan System Bioflok. Jurnal Graha
Pengabdian, 1(2), 160-169.
Faridah, F., Diana, S., & Yuniati, Y. (2019). Budidaya Ikan Lele Dengan Metode
Bioflok Pada Peternak Ikan Lele Konvesional. CARADDE: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 224-227.
Fathurohman, A., Herpandi, H., Syaifudin, M., Sari, D. K., Fauziyah, F.,
Susiloningsih, E., dan Oklilas, A. F. (2022). Aplikasi Teknologi Budidaya
Ikan Lele Organik Superintensif Berbasis Bioflock 165 Untuk Menunjang
Pendapatan Warga Kebon Raya Bukit Lama Palembang. Jompa Abdi: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 1(3), 157-166.
Mokolensang, J. F., dan Manu, L. (2021). Budidaya Ikan Lele (Clarias Gariepinus)
Sistim Bioflok Skala Rumah Tangga. E-Journal Budidaya Perairan, 9(1).
Novriadi, R., Albasri, H., dan Eman, C. M. (2021). Tinjauan Indikator Kesiapan
Produksi Udang Putih Litopenaeus Vannamei (Boone, 1931) Di Sistem
Intensif. Sains Akuakultur Tropis: Indonesian Journal Of Tropical
Aquaculture, 5(2), 252-271.
21
Pardiansyah, D., Ahmad, N., Firman, F., dan Martudi, S. (2019). Pupuk Organik Cair
Dari Air Limbah Lele Sistem Bioflok Hasil Fermentasi Aerob Dan An
Aerob. Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi Dan Budidaya
Perairan, 17(1), 76-81.
Siswoyo, B. H., Hasan, U., dan Manullang, H. M. (2021). Budidaya Ikan Lele
Dengan Teknologi Bioflok Di Kelurahan Nelayan Indah. Reswara: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 1-6.
Suprapto dan Samtafsir, S.L. 2013. Bioflok-165 Rahasia Sukses Teknologi Budidaya
Lele. Depok : AGRO 165.
Viena, V., dan Rahmiati, T. M. (2021). Manajemen Kualitas Media Air Budidaya
Ikan Lele Dengan Metode Bioflok Pada Kolam Terpal. Rambideun: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(3), 112-122.
Zaidy, A. B., dan Eliyani, Y. (2021). Pengaruh Waktu Pemberian Karbon Terhadap
Kualitas Air Volume Bioflok Dan Dampaknya Terhadap Produksi Ikan Lele
Dumbo (Clarias Gariepinus) Pada Budidaya Sistem Bioflok. Jurnal
Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 15(1), 101-110.