I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sumber daya alam yang melimpah. Perairan tawar di Indonesia yang sangat luas
daya secara optiman denga tidak adanya pemborosan lahan untuk pembuatan
tambak atau kolam. Kegiatan budidaya yang efektif tentu tidak lepas dari
manajemen atau pengelolaan yang baik dan terstruktur dengan rapi. Hal ini
budidaya.
permanen atau musiman yang terbentuk secara alami atau buatan manusia.
Tambak atau kolam cenderung berada pada lahan dengan lapisan tanah yang
kurang porus. Istilah kolam biasanya digunakan untuk tambak yang terdapat di
daratan dengan air tawar, fungsi tambak bagi ekosistem perairan adalah
terjadinya pengkayaan jenis biota air. Bertambahnya jenis biota tersebut berasal
tambak semi intensif, tambak tradisional dan tambak organik. Perbedaan dari
ketiga jenis tambak tersebut terdapat pada teknik pengelolaan mulai dari padat
penebaran, pola pemberiaan pakan, serta sistem pengelolaan air dan lingkungan.
2
Hewan yang dibudidayakan dalam tambak adalah hewan air, terutama ikan,
sehingga itu diperlukan kajian kualitas lahan tambak yang meliputi aspek lahan,
akuakultur tawar mengenai tehnik dan metode pembuatan tambak yang baik untuk
pembuatan tambak serta dapat mendesain tambak yang baik untuk budidaya ikan
air tawar.
ilmu pengetahuan serta wawasan tentang teknik dan metode dalam pembuatan
tambak serta dapat mendesain tambak yang baik untuk budidaya ikan air tawar.
3
Oleo. Kendari.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lapang ini dapat
C. Prosedur Kerja
4
B. Pebahasan
sebanyak 497 ekor dimana ikan jantan sebanyak 668 ekor dan ikan betina
sebanayak 229 ekor. Pengamatan hubungan panjang dan berat tubuh ikan ikan
yang satu dengan ikan yang lainnya baik itu ikan jantan maupun ikan betina.
Adapun ikan jantan yang terpanjang yaitu 280 mm, dengan beratnya yaitu 74
gram, sedangkan ukuran yang terpendek yaitu 160 mm, dengan beratnya yaitu 79
gram. Pada ikan betina yang terpanjang yaitu 240 mm, dengan beratnya yaitu 100
gram, sedangkan ukuran yang terpendek yaitu 105 mm, dengan beratnya yaitu 2,1
gram. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suruwaky & Gunaisah (2013) bahwa,
pertumbuhan adalah pertambahan panjang dan berat dalam suatu waktu pada
organisme, karena dengan melakukan pengukuran panjang dan berat kita dapat
panjang berat ikan jantan dan betina, berdasarkan hasil analisis pada ikan layang
(D. ruselli) jantan nilai b diperoleh sebesar 1,448 (b<3) dimana menunjukan
pertumbuhan pada ikan jantan bersifat alometrik negatif atau pertumbuhan pada
ikan jantan didominasi dengan pertambahan panjang dan Nilai a yaitu 1,551 dan
nilai uji t hitung yaitu 2,759, sedangkan pada hasil analisis ikan betina diperoleh
nilai b sebesar 4,239 (b>3) dimana pada ikan betina menunjukkan pertumbuhan
dominan pertambahan berat atau biasa disebut alometrik positif, nilai a yaitu
7,620 dan nilai uji t yaitu 2,527. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syahrir (2012),
yang menyatakan bahwa Pertumbuhan alometrik negatif ditemui pada hewan uji,
bahwa fekunditas yang dihitung adalah jumlah telur yang berada pada ovari ikan
yang ada didalam gonadnya dimana berbentuk butiran-butiran telur yang padat
6
dan banyak, berwarna kuning dan memiliki dua kantong. Hal Ini sesuai dengan
pernyataan Heriyanto (2011) bahwa, fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat
pada ovari ikan betina yang telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada
waktu memijah.
Pada saat praktikum dapat dilihat bahwa ukuran bentuk telur berbeda dari
ujung, tengah dan bawah jadi untuk menghitung jumlah telur dalam 1 cc
digunakan cara perhitungan tiga kali yaitu dihitung dahulu ujung (anterior),
setelah itu tengahnya (medium) lalu bagian belakang (posterior) dari semua telur
tersebut dan dirata-ratakan untuk memperoleh hasil perhitungan yang pas. Hal ini
sesuai dengan Wahyuningsih dan Barus (2006) bahwa, jumlah telur yang terdapat
masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas
gram, sedangkan fekunditas terendah sebesar 206,500 dengan berat gonad 1,22
gram, hasil perhitungan fekunditas mutlak diperoleh jumlah telur yang bervariasi
menurut panjang total ikan, berat tubuh, dan berat gonad. Ikan dengan ukuranyang
sama belum tentu memiliki fekunditas yang sama pula. Hal ini diduga disebabkan
faktor ikan dalam pegambilan makanannya yang berbeda, juga karena faktor lain,
yang mana setiap individu meskipun satu spesies dan memiliki ukuran yang sama
pun akan memiliki fekunditas yang berbeda serta bervariasi jumlahnya. Hal ini
7
sesuai dengan pernyataan Zahid dan Charles (2009) bahwa, fekunditas juga di
tentukan oleh faktor ukuran tubuh ikan yang mana semakin besar ikan tersebut
semakin banyak pula jumlah telur yang matang serta tinggi fekunditasnya.
gonad yang dilakukan terhadap 497 sampel ikan ikan Layang (Decapterus ruselli)
diketahui IKG (Indeks Kematangan Gonad) pada ikan jantan yang tertinggi
sebesar 83,48% dapat dikatakan ikan tersebut matang gonad dan sudah siap
memijah, pada ikan betina yang tertinggi sebesar 101,67% maka dapat dikatakan
ikan tersebut siap memijah. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Solong dan Lomonda, (2009) yang menyatakan ikan dikatakan matang gonad dan
siap memijah bilamana IKG > 19%. Dan indeks tersebut semakin bertambah
besar dan nilai tersebut akan mencapai batas kisar maksimum pada saat akan
terjadi pemijahan. Sedangkan ikan lainnya pada umumnya < 8% dan dapat
sesudah ikan memijah. Komposisi tingkat kematangan gonad pada setiap saat
dapat digunakan untuk menduga waktu pemijahan pada ikan. Berdasarkan hasil
analisis pada praktikum pengukuran tingkat kematangan gonad pada ikan jantan
pada ikan Layang (D. ruselli), penentuan TKG ditentukan secara morfologi
berdasarkan bentuk, warna, ukuran, bobot gonad, dan perkembangan isi gonad.
diperoleh hasil yang beragam dimana pada TKG I diperoleh sebanyak 82 ekor
dengan frekuensi 30,579 %, TKG II sebanyak 125 ekor dengan frekuensi 46,641
ekor denfan frekuensi 5,597 %, dan TKG V sebanyak 1 dengan frekuensi 0,373
%. Berdasarlkan hasil yang di peroleh dapat di lihat pada ikan jantan di dominasi
TKG I dan II. Sedangkan pada hasil pegamatan dan analisis TKG pada ikan betina
ekor dengan frekuensi 31,004%, TKG III sebanyak 63 ekor dengan frekuensi
menunjukkan TKG II dan TKG III sangat dominan pada ikan betina. Dimana
Tingkat Kematangan gonad dapat dipengaruhi oleh faktor dalan seperti umur,
spesies, ukuran serta sifat fisiologis ikan dan faktor luar yaitu suhu,arus dan
makanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ongkers et al., (2016) bahwa,
perut ikan secara perlahan lahan dan kemudian mengamati cairan yang keluar.
gonad (TKG) dilakukan secara morfologi dengan mengamati warna, bentuk dan
ukuran gonad
makanan yang terdapat dalam lambung ikan berupa sisik. Ikan layang merupakan
pemakan ikan-ikan yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran tubuhnya.
Hal ini sesuai dengam pernyataan Abdullah (2016) bahwa, Terjadinya perubahan
ikan layang jantan dan betina memiliki makanan utama yang berbeda. Namun,
9
secara keseluruhan organisme yang dimakan ikan layang baik jantan maupun
betina sama. sebagian besar makanan utama ikan layang adalah ikan-ikan kecil.
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
10
1. Pengukuran Panjang Berat ikan Layang (D. ruselli) pada ikan jantan
betina sebaliknya.
3. Indeks kematangan gonad ikan layang (D. ruselli) jantan lebih kecil
ukuran gonad betina yang memiliki ukuran dan bobot yang lebih besar
4. Tingkat kematangan gonad pada ikan Layng (D. ruselli) rata-rata terdapat
pada TKG I dan TKG II untuk ikan betina sedangkan pada jantan TKG III
B. Saran
Saran saya untuk praktikum kali ini adalah diharapkan dalam praktikum,
DAFTAR PUSTAKA
Ambar, P. 2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus Spp) Hasil
Tangkapan Purse Seine yang didaratkan di Ppn Pekalongan. Tesis
11