Anda di halaman 1dari 9

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017

Pemetaan Potensi Penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Sulawesi

Mapping of Potential Capture of Skipjack Fish in Sulawesi Waters

Annisa Nazmi Azzahra*), Clara Avila Dea Permata, Nabilla Akhirta

Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika


*)
E-mail: annisanazmi.azzahra@gmail.com

ABSTRAK - Ikan cakalang (Katsiuwonus Pelamis) merupakan salah satu jenis ikan yang dibudidayakan sebagai sumber
penghasilan bagi masyarakat maupun sumber devisa negara. Ikan cakalang termasuk salah satu sumber daya perikanan
laut yang paling besar produksinya di perairan Sulawesi. Merujuk dari penelitian sebelumnya, diketahui bahwa ikan
cakalang lebih banyak ditangkap di wilayah perairan dengan karakteristik sebagai berikut: salinitas sebesar 30-31 psu,
suhu permukaan laut (SPL) antara 31,02⁰-31,46⁰ C, dan kandungan klorofil-a kisaran 0,12-0,14 mg/m3. Selanjutnya,
dilakukan penelitian untuk mengetahui wilayah perairan yang sesuai karakterisktik tersebut. Data yang digunakan adalah
data salinitas dari ECMWF, SPL dan klorofil-a dari NASA, dan kecepatan arus dari NOAA pada tahun 2014-2016.
Kemudian data-data tersebut diolah dengan menggunakan aplikasi GrADS sehingga didapatkan peta wilayah perairan
yang paling potensial untuk menangkap ikan cakalang pada setiap bulan. Hasil yang didapatkan menujukkan bahwa
wilayah perairan yang paling potensial untuk menangkap ikan cakalang bervariasi setiap bulan dan salah satu wilayah
perairan yang potensial adalah Teluk Tomini, Gorontalo.

Kata kunci: Cakalang, pemetaan, salinitas, SPL, klorofil-a

ABSTRACT - Skipjack (Katsuwonus pelamis) is the one species of fish cultivated as a source of income for community
and a source of foreign exchange. Skipjack is also included as one of the largest production of marine fisheries resources
in Sulawesi Waters. Based on previous research, more skipjack is caught in waters area with the following
characteristics: salinity 30 psu, sea surface temperature (SST) between 31.02-31.46 ⁰C, and chlorophyll-a between 0.13-
0.14 mg/m3. Furthermore, the study was conducted to determine the waters area that suitable with those characteristics.
The data used were salinity data from ECMWF, SPL and chlorophyll-a from NASA, and current velocity from NOAA
during 2014-2016. Then, the data was processed by using GrADS application to produce a map of potential fishing
ground for skipjack in every month. The results showed that the most potential fishing ground for skipjack varies every
month and one of the most potential is Teluk Tomini, Gorontalo.

Keywords: Skipjack, mapping, salinity, SST, chlorophyll-a

1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2 atau sama dengan
2/3 dari luas wilayah Indonesia, dengan potensi kekayaan sumberdaya kelautan yang belum dieksplorasi secara
optimal, bahkan sebagian belum diketahui potensi yang sebenarnya (http://www.wwf.or.id dan
http://jurnal.big.go.id).
Salah satu sumberdaya kelautan yang merupakan aset strategis untuk dapat dikembangkan adalah ikan
cakalang. Ikan cakalang (Katsiuwonus Pelamis) merupakan salah satu jenis ikan bernilai ekonomis tinggi
sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat maupun sumber devisa negara. Ikan cakalang terdapat hampir di
seluruh perairan Indonesia, terutama di Bagian Timur Indonesia, salah satunya adalah di perairan Sulawesi.
Pendistribusian ikan cakalang dipengaruhi oleh kondisi oseanografi secara spasial dan temporal.
Tersedianya pangan dan kenyamanan tinggal bagi ikan cakalang menjadi variabel penting bagi populasi ikan
cakalang (Jufri, dkk., 2014). Merujuk kepada penelitian sebelumnya, menurut Fausan (2011) ikan cakalang
dapat hidup di wilayah dengan kandungan klorofil-a sebesar 0.10-0.22 mg/m3 dengan jumlah ikan terbanyak
pada salinitas 0.13-0.14 mg/m (Jufri, dkk., 2014; Fausan, 2011). Suhu permukaan laut (SPL) dapat digunakan
sebagai salah satu parameter untuk menduga keberadaan organisme di suatu perairan, khususnya ikan terkait
dengan fisiologi ikan khususnya derajat metabolisme dan siklus reproduksi (Nontji, 2007). Menurut Gunarso
(1996) suhu perairan yang baik bagi wilayah tinggal ikan cakalang adalah 26° s/d 32°C. Selanjutnya kriteria
salinitas juga dipertimbangkan sebagai penentu wilayah distribusi ikan cakalang. Ikan cakalang efektif
ditemukan pada wilayah salinitas 30-35 ppt (http://ardikadjun-ceritaapasaja.blogspot.co.id/2013/10/distribusi-
ikan-cakalang-katsuwonus.html) atau di perairan oseanik pada kedalaman 0-400 m. .

331
Pemetaan Potensi Penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Sulawesi (Azzahra, dkk.)

Peningkatan produksi ikan cakalang di perairan Sulawesi masih dapat ditingkatkan, apabila operasi
penangkapannya dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Salah satu caranya ialah dengan
mengetahui wilayah sebaran ikan cakalang berdasarkan waktu penangkapan ikan.
Tulisan ini membahas mengenai wilayah potensi penangkapan ikan cakalang di perairan Sulawesi
berdasarkan data citra satelit dengan menganalisis data suhu perairan, klorofil-a dan salinitas sesuai dengan
kriteria hidup ikan cakalang.

2. METODE
Dalam penelitian ini digunakan data Suhu Permukaan Laut (SPL), klorofil-a, dan salinitas bulanan pada
tahun 2002-2016 yang didapatkan dari website https://giovanni.gsfc.nasa.gov/giovanni/. Data penelitian ini
merupakan data dari (National Aeronautics and Space Administration) NASA) dimana SPL dan klorofil-a
merupakan data Satelit Aqua MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) dengan resolusi 4
kilometer, dan data salinitas merupakan data model dari Modern-Era Retrospective Analysis for Research and
Applications version 2 (MERRA-2) dengan resolusi 0.5 x 0.625°. Wilayah penelitian dibatasi dari 118-126E
dan 7S-3N yang merupakan wilayah Pulau Sulawesi.
Metode penelitian berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fausan (2011), yang telah
menemukan rentang nilai SPL, klorofil-a, dan salinitas yang memiliki sebaran ikan cakalang terbanyak. SPL
yang paling disukai ikan cakalang yaitu di kisaran 31,02-31,46°C, sementara kuantitas klorofil-a yang
optimum yaitu 0,12-0,14 mg/m, dan nilai salinitas yang paling banyak dihidupi ikan cakalang adalah 30-31
ppt. Selanjutnya data SPL, klorofil-a, dan salinitas rata-rata per bulan dipetakan pada rentang tersebut
menggunakan aplikasi GrADS. Warna merah pada gambar menunjukkan wilayah yang memenuhi syarat nilai
parameter yang banyak dihidupi ikan cakalang. Wilayah paling optimum dianalisis secara spasial yaitu dimana
wilayah yang memenuhi ketiga syarat parameter SPL, klorofil-a dan salinitas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengolahan data dengan menggunakan GraDs menghasilkan output berupa peta wilayah dengan
informasi sesuai isi data yang diolah. Dalam proses pengolahan, penulis mengatur wilayah yang ditampilkan
oleh GraDs adalah Pulau Sulawesi. Warna merah yang terdapat pada gambar peta hasil olahan menunjukkan
daerah dengan kriteria tertentu.
Pada peta klorofil, warna merah menunjukkan nilai klorofil sebesar 0,12-0,14 mg/m3 dimana dalam
penelitian sebelumnya diketahui bahwa hasil tangkapan ikan cakalang tertinggi pada kisaran klorofil tersebut.
Menurut Fausan (2011), berdasarkan data grafik hasil tangkapan tertinggi yaitu pada kisaran klorofil 0,12-0,13
dan 0,13-0.14 mg/m3 dalam frekuensi penangkapan sebanyak 21 kali penangkapan.
Warna merah pada salinitas menunjukkan nilai salinitas sebesar 30-31 psu. Menurut Fausan (2011),
berdasarkan grafik penelitiannya diketahui bahwa hasil tangkapan tertinggi yaitu pada kisaran salinitas 30 ppt
dengan jumlah hasil tangkapan 2339 ekor. Ikan cenderung untuk memilih medium dengan kadar salinitas yang
lebih sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya.
Pada peta SPL, warna merah menunjukkan rentang nilai 31,02-31,46°C dimana pada nilai SPL tersebut
hasil penangkapan ikan cakalang cukup baik. Menurut Fausan (2011), berdasarkan grafik penelitiannya
diketahui bahwa hasil tangkapan tertinggi yaitu pada rentang nilai SPL 31,02 – 31,46°C. Selain itu, menurut
Gunarso (1996), suhu yang ideal untuk ikan cakalang antara 26°C – 32°C.

332
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017

(a) (b) (c)


Gambar 1. (a) Peta Sebaran Klorofil Januari, (b) Peta Sebaran Salinitas Januari, dan
(c) Peta Sebaran SPL Januari

Pada Bulan Januari (Gambar 1) terlihat daerah yang berwarna merah pada ketiga peta terdapat di wilayah
Teluk Tolo yang menandakan bahwa daerah tersebut sesuai dengan kriteria daerah yang berpotensi besar
dalam penangkapan ikan cakalang. Sedangkan, wilayah Teluk Bone hanya memiliki kadar salinitas dan
klorofil yang sesuai kriteria. Dapat disimpulkan bahwa wilayah-wilayah perairan tersebut merupakan wilayah
yang sangat potensial untuk penangkapan ikan cakalang terutama di wilayah Teluk Tolo.

(a) (b) (c)


Gambar 2. (a) Peta Sebaran Klorofil Februari, (b) Peta Sebaran Salinitas Februari, dan
(c) Peta Sebaran SPL Februari

Gambar 2 menjelaskan kondisi pada Bulan Februari dapat dilihat bahwa daerah yang berwarna merah pada
ketiga peta di atas adalah wilayah Teluk Tomini yang menandakan wilayah perairan tersebut memenuhi nilai
klorofil, salinitas dan SPL sesuai range yang ditetntukan. Sedangkan wilayah Teluk Tolo dan Teluk Bone
memenuhi nilai klorofil dan SPL, Selain itu, terlihat bahwa wilayah perairan Laut Banda memenuhi nilai
klorofil dan salinitas. Berdasarkan hasil peta tersebut, wilayah Teluk Tomini merupakan wilayah yang
berpotensi paling besar untuk penangkapan ikan cakalang dibandingkan daerah-daerah lainnya.

333
Pemetaan Potensi Penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Sulawesi (Azzahra, dkk.)

(a) (b) (c)


Gambar 3. (a) Peta Sebaran Klorofil Maret, (b) Peta Sebaran Salinitas Maret, dan
(c) Peta Sebaran SPL Maret

Gambar 3 adalah pada Bulan Maret dimana terlihat bahwa Teluk Tomini dan Teluk Tolo memiliki nilai
klorofil, salinitas dan SPL yang memenuhi kriteria penangkapan ikan cakalang terbanyak. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa pada Bulan Maret wilayah tersebut menjadi wilayah yang sangat potensial untuk
penangkapan ikan cakalang.

(a) (b) (c)

Gambar 4. (a) Peta Sebaran Klorofil April, (b) Peta Sebaran Salinitas April, dan
(c) Peta Sebaran SPL April

Pada Bulan April yang ditunjukkan oleh Gambar 4, dapat dilihat bahwa daerah yang berwarna merah pada
ketiga peta di atas adalah wilayah selat perairan selatan Sulawesi Tenggara. Sedangkan wilayah Teluk Tomini
dan Teluk Tolo hanya berwarna merah pada peta salinitas dan SPL. Berdasarkan peta tersebut, wilayah Teluk
Tomini merupakan wilayah perairan yang paling berpotensi untuk penangkapan ikan cakalang.

334
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017

(a) (b) (c)

Gambar 5. (a) Peta Sebaran Klorofil Mei, (b) Peta Sebaran Salinitas Mei, dan
(c) Peta Sebaran SPL Mei

Pada Bulan Mei yang ditunjukkan oleh Gambar 5, terlihat bahwa sebagian wilayah Teluk Poso dan Teluk
Tolo memiliki nilai klorofil, salinitas dan SPL yang memenuhi kriteria pengangkapan ikan cakalang terbanyak.
Di wilayah perairan utara Sulawesi Utara dan Teluk Tomini juga terlihat warna merah pada peta klorofil dan
SPL. Hal tersebut mengindikasikan wilayah-wilayah tersebut memiliki potensi yang cukup baik untuk
penangkapan ikan cakalang. Namun, berdasarkan kriteria nilai yang telah ditentukan, wilayah Teluk Tomini
dan Teluk Towo adalah wilayah yang paling berpotensi untuk mengangkap ikan cakalang pada Bulan Mei.

(a) (b) (c)


Gambar 6. (a) Peta Sebaran Klorofil Juni, (b) Peta Sebaran Salinitas Juni, dana
(c) Peta Sebaran SPL Juni

Pada Bulan Juni yang ditunjukkan oleh Gambar 6 terlihat bahwa di sekitar wilayah Selat Walea memiliki
nilai klorofil, salinitas dan SPL yang memenuhi kriteria pengangkapan ikan cakalang terbanyak. Oleh karena
itu, pada bulan tersebut Teluk Lakang dapat menjadi wilayah penangkapan ikan cakalang yang paling potensial.
Selain itu, wilayah perairan utara Sulawesi juga cukup berpotensi pada Bulan Juni.

335
Pemetaan Potensi Penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Sulawesi (Azzahra, dkk.)

(a) (b) (c)


Gambar 7. (a) Peta Sebaran Klorofil Juli, (b) Peta Sebaran Salinitas Juli, dan
(c) Peta Sebaran SPL Juli

Gambar 7 menunjukkan bahwa pada Bulan Juli terlihat daerah yang berwarna merah pada ketiga peta
adalah wilayah Teluk Tomini. Hal itu menandakan bahwa pada Bulan Juli wilayah tersebut memenuhi nilai
klorofil, salinitas dan SPL sehingga berpotensi besar dalam penangkapan ikan cakalang dibandingkan wilayah
perairan yang lain.

(a) (b) (c)


Gambar 8. (a) Peta Sebaran Klorofil Agustus, (b) Peta Sebaran Salinitas Agustus, dan
(c) Peta Sebaran SPL Agustus

Pada Bulan Agustus berdasarkan Gambar 8, warna merah terdapat di wilayah Teluk Tomini dan Laut
Sulawesi yang menandakan wilayah tersebut memenuhi nilai klorofil, salinitas dan SPL sehingga wilayah-
wilayah tersebut merupakan wilayah yang paling besar pontesinya untuk penangkapan ikan cakalang
dibandingkan daerah-daerah lainnya.

336
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017

(a) (b) (c)


Gambar 9. (a) Peta Sebaran Klorofil September, (b) Peta Sebaran Salinitas September, dan
(c) Peta Sebaran SPL September

Peta pada Bulan September yang ditunjukkan oleg Gambar 9, wilayah yang berwarna merah pada ketiga
peta adalah wilayah Teluk Tomini dan perairan utara Sulawesi yang menunjukkan wilayah tersebut memenuhi
nilai klorofil, salinitas dan SPL. Dapat diketahui bahwa pada Bulan September wilayah tersebut sangat
berpotensi menghasilkan tangkapan ikan cakalang dalam jumlah banyak.

(a) (b) (c)

Gambar 10. (a) Peta Sebaran Klorofil Oktober, (b) Peta Sebaran Salinitas Oktober, dan
(c) Peta Sebaran SPL Oktober

Gambar 10 adalah kondisi pada Bulan Oktober, dimana terlihat bahwa wilayah Teluk Tomini berwarna
merah di ketiga peta di atas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada Bulan Oktober Teluk Tomini
memenuhi kriteria nilai klorofil, salinitas dan SPL . Oleh Karena itu, Teluk Tomini paling potensial untk
penangkapan ikan Cakalang. Selain itu perairan utara Sulawesi Utara dan Teluk Bone juga cukup berpotensi.

337
Pemetaan Potensi Penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Sulawesi (Azzahra, dkk.)

(a) (b) (c)

Gambar 11. (a) Peta Sebaran Klorofil November, (b) Peta Sebaran Salinitas November, dan
(c) Peta Sebaran SPL November

Pada Gambar 11 yaitu kondisi Bulan November dapat dilihat bahwa daerah yang berwarna merah pada
ketiga peta di atas adalah wilayah perairan Teluk Tolo yang menandakan wilayah tersebut memenuhi nilai
klorofil, salinitas dan SPL sesuai range yang ditetntukan. Sedangkan daerah Teluk Tomini hanya memenuhi
nilai klorofil dan SPL, Berdasarkan peta tersebut, Teluk Tolo merupakan wilayah paling potensial untuk
penangkapan ikan cakalang.

(a) (b) (c)

Gambar 12. (a) Peta Sebaran Klorofil Desember, (b) Peta Sebaran Salinitas Desember, dan
(c) Peta Sebaran SPL Desember

Pada Bulan Desember yang ditunjukkan oleh Gambar 12, dapat dilihat bahwa daerah yang berwarna merah
pada ketiga peta di atas adalah wilayah perairan selatan Sulawesi Tenggara seperti Teluk Muna, Teluk Kaisuru,
dan Teluk Wajo yang menandakan daerah tersebut memenuhi nilai klorofil, salinitas dan SPL yang paling
potensial dalam penangkapan ikan cakalang. Sedangkan Teluk Tomini, Selat Peleng dan Teluk Tolo hanya
memenuhi nilai klorofil dan SPL, Berdasarkan peta tersebut, wilayah perairan selatan Sulawesi Tenggara
merupakan daerah potensial penangkapan ikan cakalang yang paling potensial di Bulan Desember.

338
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017

4. KESIMPULAN
Hampir seluruh wilayah perairan Sulawesi berpotensi untuk menjadi daerah penangkapan ikan cakalang.
Namun, wilayah yang paling sering menjadi wilayah potensial terbesar untuk penangkapan ikan cakalang
adalah Teluk Tomini, yaitu pada Bulan Februari, Maret, Juli, Agustus, September, dan Oktober. Setelah itu,
wilayah Teluk Tolo pada Bulan Januari, April, Mei, dan November. Wilayah lain yang juga berpotensi antara
lain perairan utara Sulawesi, Teluk Bone, sekitar Selat Walea, dan Teluk Poso.

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Sehubungan dengan diselesaikannya tulisan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada NASA selaku
penyedia data penginderaan jauh satelit dan Panitia Sinas Inderaja selaku penyelenggara seminar yang telah
memberi kesempatan bagi penulis untuk mengikuti seminar ini.

6. DAFTAR PUSTAKA
Fausan. (2011). Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Berbasis Sistem
Informasi Geografis Diperairan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Gunarso. (1996). Tingkah Laku Ikan dan Gill Net. Fakultas Perikanan, IPB (Bogor Agricultural University), Bogor.
http://ardikadjun-ceritaapasaja.blogspot.co.id/2013/10/distribusi-ikan-cakalang-katsuwonus.html.
http://jurnal.big.go.id/index.php/GM/article/viewFile/208/205.
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/marine/howwework/campaign/marine_buddies/.
Jufri, A., Amran, M. A., dan Zainuddin, M., 2014. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Barat
Di Perairan Teluk Bone. Jurnal IPTEKS PSP, 1 (1), 1 – 10.
Motik, YD. C., Sitompul, Iskandar, H. S., dan Tomo, K., Synthesa Praharani, Sondakh, Gitrix, M. (2007). Kekayaan Laut
Indonesia. hal. 3-5. Jakarta: Sekretariat Dewan Maritim Indonesia - Departemen Kelautan dan Perikanan.
Nontji, A. (2007). Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

339

Anda mungkin juga menyukai