Ekominawisata
DALAM > 10 M
DALAM < 5 M
Bengen, 2002
Pada setiap stasiun pengambilan
contoh, tetapkan transek-transek
garis. Transek garis diletakkan
sejajar dengan garis pantai, dan
mengikuti kontur dasar
Pengambilan contoh atau
pengamatan karang dilakukan oleh
minimal 2 orang yang menyelam
bersama sepanjang transek garis.
Pada setiap transek, ukur parameter
lingkungan yang ditentukan
Bengen, 2002
Pada setiap transek garis,
identifikasi setiap spesies karang,
lifeform karang, hitung jumlah
individu (koloni yang tumbuh bebas)
dari setiap spesies, dan estimasi
persentase penutupan karang
hidup.
Apabila belum diketahui nama
spesies karang yang ditemukan,
potonglah sebagian kecil dari
karang untuk selanjutnya
diidentifikasi
Bengen, 2002
Analisis Data Terumbu Karang
Luas Area
Kriteria
Kerusakan (%)
Baik Sekali 75-100
Baik
Baik 50-74.9
Sedang 25-49.9
Rusak
Buruk 0 -24.9
Struktur dan Pembentukan Terumbu
Karang
• Terumbu terbentuk dari endapan-endapan
masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan
oleh organisme karang pembentuk terumbu
(karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo
Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan
zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae
berkapur serta organisme lain yang menyekresi
kalsium karbonat.
• Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap individu
karang yang disebut polip menempati mangkuk kecil yang dinamakan koralit. Tiap
mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun
yang tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa ini merupakan dasar
penentuan spesies karang. Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit
luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan jaringan mati (mesoglea)
dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis.
1. Keanekaragaman hayati
2. Manfaat ekologis (habitat
biota, spawning ground,
feeding ground, nursery
ground)
3. Produksi perikanan
4. Ekowisata
5. Perlindungan pantai
Perbandingan produktifitas primer ekosistem
tropis
• Species dari 700 jenis karang di dunia, 400 jenis ada di Indonesia,
diantaranya sudah masuk kategori langka Appendix II CITES
(Convention on International Trade in Endangered ).
• Jenis karang yang masuk Appendix II adalah dari genus Pocillopora,
Acropora, Pavona, Fungia, Halomitra, Polyphyllia, Favia, Platygyra,
Merulina, Lobophyllia dan Factinia
ASPEK EKOLOGI:
ASPEK EKONOMI:
ASPEK SOSIAL:
• Perubahan lingkungan
• Kerusakan sumberdaya
(terumbu karang dan
biotalaut)
• Pembangunan perhotelan
dan infra struktur
• Pembuangan limbah
wisata
• Konflik sosial-ekonomi,
INDUSTRI
• Air balast
(hidrokarbon/kerosin,
minyak/lemak dan
logam)
• Tumpahan/ceceran
minyak
• Pencemaran perairan • Pembuangan jangkar
(minyak/lemak dan logam
berat)
• Penurunan keanekaragaman
hayati dan produktifitas
• Penurunan nilai estetika
perairan
• Penurunan penetrasi cahaya
LIMBAH DOMESTIK
• Penurunan oksigen
• Kerusakan lingkungan
• Limbah organik & anorganik
• Limbah sampah
PASCA PENCEMARAN AKIBAT TUMPAHAN MINYAK
DI PANTAI BELAKANG PADANG DAN BATAM
(9 Desember 2004)
PENCEMARAN SLUDGE MINYAK
DI PANTAI NONGSA
(15 Desember 2004)
Kerusakan karang oleh penduduk lokal
KERUSAKAN KARANG KARENA
PEMASANGAN BUBU
KERUSAKAN KARANG KARENA PENGEBOMAN
CORAL
TRANSPLANTATION 5 Years
2 Years
BUDIDAYA KARANG HIAS
Tahap persiapan dan Tahap pembuatan rak dan Tahap persiapan penanaman
sosialisasi substrat untuk tahap F0 Fragmen untuk tahap F0
Tahap pemotongan fragmen
Kepada nelayan mitra
F0 (induk)
Fragmen F0 yang telah Fragmen F0 yang telah Fragmen F0 yang telah Fragmen F0 yang
Berumur 4 bulan Berumur 3 bulan ditanam Ditempatkan pada rak
Modul Ban