B. TUJUAN
1. Mengetahui teknik budidaya mikroalga spesies Spirulina platensis dan Chlorella
vulgaris serta manfaatnya dalam bidang akuakultur.
2. Mengertahui pengaruh perbedaan salinitas air terhadap pertumbuhan mikroalga.
Alat: Bahan:
1. Rak kultur 1. Inokulan Spirulina platensis
6. Tabung reaksi
7. Pipet
8. Gelas Ukur
9. Sedwick rafter
10. Hand counter
1
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
D. CARA KERJA
1. Sterilisasi Wadah
2
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
V1 = 220 ml
Air laut yang akan digunakan untuk mencari salititas 15 ppt adalah 220 ml sedangkan air
tawar yang digunakan untuk pengenceran adalah 500 ml – 220 ml = 280 ml
Dilakukan perhitungan kebutuhan air laut dan air tawar pada untuk salinitas 10 dan 20 ppt
dengan rumus yang sama. Diperoleh kebutuhan air laut sebanyak 147 ml dan air tawar 353
ml untuk media bersalinitas 10 ppt. Air laut sebanyak 294 ml, air tawar 206 ml untuk media
bersalinitas 20 ppt
↓
Didapatkan air sebanyak 500 ml dengan salinitas yang dibutuhkan
↓
Air laut dipanaskan hingga mendidih
3. Persiapan Media
Dimasukkan air laut (yang sudah disaring) kedalam Erlenmeyer hingga batas 500 ml
Dipasang peralatan aerasi terlebih dahulu untuk mengeluarkan sisa sisa air yang ada di batu
aerasi maupun selang
Erlenmeyer siap diletakkan di rak kultur fitoplankton yang sudah disediakan pencahayaan
buatan dari lampu dan inkubasi dengan suhu 20°C
Media siap ditambahkan dengan pupuk walne dan vitamin B12 sebanyak masing-masing
dengan dosis 1 ml/L ke dalam media
3
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
4. Penebaran Bibit
Sebelum kultur murni dimasukkan dalam media, dipastikan bahwa tangan serta peralatan
yang ada dalam kondisi sudah tercuci dengan bersih
Diambil kultur murni dengan menggunakan pipet tetes dan gelas ukur dengan jumlah 50 ml
N = (Oi x Vr x n)/(Op x Vo x P)
N = jumlah individu/ml
Oi = Luas bidang pandang = 2 x 10-2 mm2
Op = Luas Sedwick Rafter = 2,49 x 10-4 mm2
Vr = Volume yang diambil = 10 ml
n = Jumlah Spirulina teramati
Vo = Volume yang diamati
P = Jumlah bidang pandang yang diamati (4)
4
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
Bersihkan permukaan Haemocytometer dan cover glass dengan menggunakan tisu kering
↓
Tutup Haemocytometer pada bagian tengah dengan menggunakan cover glass
↓
Ambil chlorella yang akan dihitung kepadatannya dengan menggunakan pipet tetes
↓
Tuangkan ke dalam Haemocytometer secara hati-hati (jangan sampai berlebihan) dan
jangan sampai ada gelembung udara
↓
Letakkkan dan amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x
↓
Dicari bidang pandang berupa kotak persegi 4 x 4 kotak kecil tepat ditengah
haemocytometer
↓
Hitung jumlah mikroalga dilakukan hanya pada mikroalga yang berada pada bidang
pandang
↓
Hitung jumlah total sel mikroalga pada bidang pandang (n)
↓
Total kepadatan mikroalga adalah : n x 104 sel/ml
5
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
E. HASIL PENGAMATAN
F. PEMBAHASAN
Klasifikasi Spirulina platensis adalah sebagai
berikut : Kingdom : Protista
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina platensis
6
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
payau dan laut. Daerah yang cocok sebagai tempat tumbuh dan berkembang biaknya adalah
daerah yang yang banyak terkena sinar matahari, yang fluktuasi suhunya tidak terlalu tinggi,
dan yang curah hujannya sedang. Spirulina platensis umumnya tumbuh subur secara alami di
danau yang ber-pH 7-13. Namun pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 8-11. Suhu
optimum Spirulina platensis adalah sebesar 32-35°C dan jika suhu di atas 40°C Spirulina
platensis tidak akan tumbuh dengan optimal (Richmond, 1986).
350000
300000
250000
200000 Kelompok 4
150000 Kelompok 5
100000
Kelompok 6
50000
0
Tebar I II III IV V VI Panen
Waktu Pengamatan
Prayitno (2016) menyatakan, pola pertumbuhan mikroalga terdiri dari empat fase yaitu
fase lag, fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Fase lag terjadi pada awal
pemeliharaan. Pada fase ini, sel-sel mempersiapkan diri untuk melakukan pembelahan sel
dengan cara memproduksi enzim-enzim dan senyawa metabolisme lainnya yang diperlukan
untuk pembelahan sel. Dalam fase ini, sel-sel yang membelah masih sedikit sehingga pada awal
pemeliharaan biomassa tidak tinggi. Fase eksponensial merupakan fase pertumbuhan dimana
sel-sel membelah diri dengan cepat dan enzim-enzim serta senyawa-senyawa metabolit yang
dibutuhkan untuk pembelahan sel sudah tersedia. Fase ini memiliki pertumbuhan dengan
tingkat serapan CO2 dan laju pembentukan biomassa yang tinggi. Fase kematian merupakan
kondisi saat terjadi penurunan jumlah sel mikroalga yang berbanding lurus dengan lamanya
waktu pemeliharaan.
7
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
Pengamatan yang dilakukan pada mikroalga Spirulina platensis menunjukkan pada hari
ke-1 terjadi penurunan biomassa mikroalga pada kedua spesies. Hari ke-2 dan ke-3 sebagian
besar kelompok mengalami peningkatan biomassa namun tidak signifikan, hal ini
menunjukkan fase linier dari siklus hidup mikroalga. Hari ke-4 dan ke-5 menunjukkan
kenaikan pertumbuhan biomassa yang signifikan, hal ini menandakan bahwa mikroalga sedang
memasuki fase eksponensial, fase dimana sel-sel mikroalga membelah diri dengan cepat karena
enzim-enzim dan senyawa-senyawa metabolit yang dibutuhkan untuk pembelahan sel telah
tersedia. Hari ke-5 hingga ke-6, pertumbuhan meningkat, misalnya pada kelompok 4, 5 dan
kelompok 6. Hal ini tidak sesuai dengan literatur Prayitno (2016), bahwa pertumbuhan
mikroalga di tahap ini seharusnya berada pada fase stasioner, fase saat jumlah pertumbuhan
dan kematian mikroalga berada pada tingkat yang sama, sehingga grafik seharusnya datar. Hari
ke-7 terjadi penurunan biomassa pada seluruh kelompok, yang disebabkan karena mikroalga
telah memasuki fase kematian. Fase ini nutrisi yang dibutuhkan untuk menyuplai nutrisi
mikroalga telah habis, dan tidak ada lagi yang dapat digunakan. Fase kematian ditunjukkan
dengan kematian sel dalam jumlah besar.
Mikroalga saat ini mulai ditujukan untuk penghasilan produk bermanfaat yang bernilai
ekonomi tinggi. Fungsi mikroalga dalam bidang akuakultur antara lain sebagai makanan larva
ikan. Chlorella sp. dapat dimanfaatkan sebagai pakan bagi Rotifera sp. dan Daphnia sp.
Mikroalga dari genus Chlorella, khususnya Chlorella vulgaris banyak mengandung vitamin,
karbohidrat, dan terutama protein sehingga mempunyai potensi secara komersial untuk
dimanfaatkan sebagai pakan yang baik (Becker, 2004). Mikroalga ini sangat cocok untuk
dijadikan pakan larva karena ukurannya pas dengan bukaan mulut larva dan mengandung
nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan larva. Industri hatchery udang di Indonesia sudah banyak
yang menggunakannya sebagai pakan alami. Spirulina sp. dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pelet ikan, maupun pakan invertebrata. Spirulina sp. juga dapat dimanfaatkan sebagai obat bagi
ikan karena mampu meningkatkan imunitas dan mengandung antioksidan alami (carotenoid,
astaxhantin) sebagai pengganti antibiotik (Wirosaputro, 2002). Spirulina sp. sebagai pakan
ikan banyak dimanfaatkan dalam bentuk tepung. Penggunaan tepung ikan pada pakan diminati
karena kadar proteinnya yang tinggi dan kaya akan asam amino. Selain itu, pengolahan dan
penggunaannya juga lebih ramah lingkungan. Hal ini membuat Spirulina dapat menjadi pilihan
sebagai bahan baku dalam pembuatan pakan (Henry, 2012).
8
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
G. KESIMPULAN
1. Teknik budidaya mikroalga dilakukan melalui sterilisasi wadah, sterilisasi air laut,
persiapan media yang telah diberi pupuk walne dan vitamin B12, dan penebaran bibit di
wadah kultur dalam skala laboratorium. Manfaatnya adalah sebagai makanan larva ikan,
serta sebagai pakan alami bagi Rotifera sp. dan Daphnia sp.
2. Perkembangbiakan mikroalga dipengaruhi oleh faktor salinitas. Semakin rendah salinitas,
biomassa yang dihasilkan semakin tinggi. Semakin tinggi salinitas, biomassa yang
dihasilkan semakin rendah.
H. SARAN
Terdapat gumpalan di Spirulina saat pengamatan sel, hal ini kurang baik karena berarti
aerasi yang diberikan kurang merata, sehingga aerasi perlu mendapat perhatian lebih agar
biomassa yang didapat bisa lebih optimal.
9
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
I. DAFTAR PUSTAKA
Becker, W.2004.Microalgae in human and animal nutrition, Handbook of Microalgae
Culture: Biotechnology and Applied Phycology, Blackwell Publishing, Oxford: 312
351.
Prayitno, Joko. 2016. Pola Pertumbuhan dan Pemanenan Biomassa dalam Fotobioreaktor
Mikroalga untuk Penangkapan Karbon. Jurnal Teknologi Lingkungan.17 (1) : 45-52
Bold,H.C dan M.J. Wynne.1985. Introduction To The Alga Structure and Reproduction.
Prentice Hall Inc. Englewood. New Jersey
Guiry, M. D. 2012. Chlorella M.Beijerinck, 1890. In: Guiry, M.D. & Guiry, G.M.
(2016). Algae Base. World-wide electronic publication, National University of
Ireland, Galway (taxonomic information republished from AlgaeBase with permission
of M.D. Guiry).
Henry, E.C. 2012. The Use of Algae in Fish Feeds as Alternatives to Fishmeal. Aquafeed
International Magazine.15(5).
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.
Kanisius. Yogyakarta
Borowitzka, M.A. and Borowitzka, L.J. 1992. Mikroalga Biotechnology, New York,
Cambridge, University Press.
Cifferi, O. 1983. Spirulina, the Edible Microorganism. Microbiol. Rev. 47(4):551-578
Richmond, A. 1986. CRC Handbook Microalgae Mass Culture. CRC Press, Inc. Florida:
199-244
Wirosaputro, S.2002. Chlorella untuk Kesehatan Global, Teknik Budidaya dan Pengolahan.
Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
10
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019
NILAI
11