Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

TUTORIAL EKOLOGI PERTANIAN

Nama anggota :

1. Nanda Ikbaar Hanifiian (195040207111056)


2. Alfi Hanan Muzaki (195040207111070)
3. Rara Rosalia (195040207111080)
4. Erlinda Septiana Dewi (195040207111087)
Pertanyaan Tiket Masuk
1. Mencari berita/studi kasus (artikel/jurnal ilmiah) terkait ketidakseimbangan yang berkaitan
dengan rantai/jaring makanan !
2. Menganalisis apa yang terjadi dan penyebabnya !
3. Menggambarkannya dalam bentuk rantai makanan !
4. Memberi penjelasan dari rantai makanan tersebut !

Jawaban
1. Judul artikel : Perburuan Harimau Picu Ketidakseimbangan Ekosistem
MedanBisnis - Medan. Tiga terdakwa penjual kulit harimau sumatera seharga Rp 30 juta
kembali diadili di Pengadilan Negeri (PN) Medan, Selasa (5/1). Dalam sidang tersebut, saksi
ahli menyebutkan perdagangan satwa atau bagian tubuh harimau sangat berpengaruh terhadap
ekosistem di habitatnya.
Fitri Noor Ch, dalam kesaksiannya menyebutkan, harimau merupakan satwa kunci di
habitatnya yang keberadaannya sangat berpengaruh terhadap mata rantai makanan dalam
ekosistem di hutan. "Jika tidak ada, dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Perburuan
harimau ini sudah memicu ketidakseimbangan ekosistem," katanya di hadapan majelis hakim
diketuai Marsudin Nainggolan.
Dia menjelaskan, keberadaan harimau sumatera dilindungi UU No 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Dan Ekosistemnya. Di dalam UU itu diatur, siapa pun yang
menguasai, memiliki, menyimpan, memperdagangkan satwa liar dilindungi, berikut bagian-
bagian tubuhnya dalam keadaan hidup ataupun mati dapat dijerat dengan ancaman pidana
minimal satu tahun penjara dan maksimal lima tahun penjara. Dia juga menjelaskan, barang
bukti dari kasus perdagangan ilegal satwa liar dilindungi dan bagian tubuhnya tidak boleh
dilelang, melainkan harus dimusnahkan. "Karena itu merupakan satwa liar dilindungi,"
katanya.
Usai mendengarkan keterangan saksi ahli, dilanjutkan dengan mendengarkan keterangan para
terdakwa. Terdakwa Gunawan menjelaskan, sebelumnya dirinya mendapatkan pesanan kulit
harimau dari M Syaid R Gusnuh (39) warga Dusun V, Desa Perkebunan Bukit Lawang,
Bahorok dan Suroyo Sitepu (30) warga Dusun IV, Desa Timbang Lawan, Bahorok yang
mencari kulit harimau. Gunawan mengaku mendapatkan kulit harimau tersebut dari Rian
Sembiring (masih dalam pencarian) dengan membelinya seharga Rp 2 juta, namun baru
dibayar Rp 1,5 juta. Setelah itu dia bersama dengan Gurnuh dan Suroyo menemui orang yang
akan membeli kulit tersebut di sebuat hotel di Binjai, kemudian ditangkap.
Sebagaimana menurut dakwaan jaksa penuntut umum (JPU), mereka yang telah dipantau
sejak enam bulan akhirnya berhasil ditangkap di sebuah hotel di Binjai pukul 20.00 WIB.
Saat itu juga ditangkap HT (20) yang kemudian sebagai saksi.
Petugas menyita barang bukti di antaranya berupa dua lembar kulit karimau terdiri satu
ukuran besar dan satu ukuran kecil, kendaraan BK 2600 RAM dan BK 3880 PAB.
Berdasarkan keterangan di dalam berita acara pemeriksaan (BAP), kulit harimau itu berasal
dari Marike, Langkat. Ketiga terdakwa dijerat pasal 21 ayat 2 huruf d UU Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.
Sebelumnya JPU menghadirkan saksi dari Sporc BBKSDA Sumut, Harianto dan Yulhaidir.
Menurut kedua saksi, ketiga terdakwa ditangkap menyusul adanya informasi akan berlangsug
transaksi penjualan kulit harimau di sebuah hotel di Binjai. Kedua saksi bersama petugas
lainnya menyamar akan membeli kulit harimau tersebut. Setelah terdakwa mengeluarkan
selembar kulit harimau dari dalam ransel, petugas langsung keluar mobil, menangkap ketiga
terdakwa dan seorang lainnya yang setelah diperiksa ditetapkan sebagai saksi. (dewantoro)
Source : http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2016/01/07/208407/perburuan-
harimau-picu-ketidakseimbangan-ekosistem/
2. Analisis : Harimau merupakan satwa kunci di habitatnya, yaitu hutan. Keberadaannya sangat
berpengaruh terhadap mata rantai makanan dalam ekosistem hutan. Jika harimau tidak ada
atau punah, tentu dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
Penyebab punahnya populasi harimau pastilah disebabkan oleh ulah manusia yang terus
menerus melakukan perburuan liar. Manusia memburu harimau untuk memenuhi kebutuhan
pribadi seperti tas, dompet, dan bahkan hiasan dinding. Semua itu adalah hasil dari perburuan
harimau dengan mengambil kulitnya, karena kita tahu harimau memiliki corak kulit yang
indah. Itulah yang membuat manusia tertarik untuk mengambil kultnya. Meskipun mereka
tahu Undang-Undang. Mereka sama sekali tidak takut akan ancaman hukuman yang akan
didapatkan sebagai balasan.
3. Gambar rantai makanan

4. Penjelasan mengenai rantai makanan : Dalam rantai makanan sudah terlihat bahwa harimau
berada di konsumen tingkat akhir. Lebih jelasnya lagi, pada posisi pertama yaitu rumput
sebagai produsen yang kemudian dimakan oleh kelinci sebagai konsumen tingkat I kemudian
dimakan oleh serigala sebagai konsumen tingkat II lalu dimakan oleh harimau sebagai
konsumen tingkat III/terakhir dalam rantai makanan tersebut yang kemudian harimau mati
dan diuraikan oleh pengurai (detrifitor). Dari rantai makanan tersebut dapat kita bayangkan
apabila harimau punah. Akan terjadi ledakan populasi pada serigala. Populasi serigala yang
terus bertambah tentu bukan hanya berdampak bagi musnahnya kelinci, bahkan hewan
herbivora lain pun bisa punah.
Populasi kelinci berkurang, populasi pengurai pun akan ikut berkurang dan hal itu juga
berdampak pada rumput atau bahkan tumbuhan lain tidak akan tumbuh subur. Semakin
berkurangnya rumput atau tumbuhan, kelinci juga semakin berkurang. Bahkan mungkin dapat
mengakibatkan rusaknya ekosistem hutan.

Anda mungkin juga menyukai