Anda di halaman 1dari 72

BAB

PERSIAPAN SURVEI
4 BAB 4. PERSIAPAN SURVEI

CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa terampil dalam menggunakan form pengamatan
fisiografi dan morfologi tanah,
2. Mahasiswa terampil menggunakan Survey 123 sebagai salah
satu software online untuk survey tanah,
3. Mahasiswa mampu memberikan simbol horizon dari data
morfologi tanah yang disediakan oleh asisten.
INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN
Menentukan horizon genetik dari data morfologi yang
disediakan oleh asisten

Aditya Nugraha Putra, SP.,MP, Christanti Agustina, SP., MP.,


Yosi Andhika, SP., dan Dr. Ir. Sudarto, MS

Error! Reference source not found.|1


4.1. Lembar Pengamatan Tanah
Pengambilan data tanah di lapangan adalah salah satu hal
yang paling vital dalam survei tanah. Data tanah dapat diambil
dengan membuat profil tanah, minipit, maupun singkapan. Sesuai
dengan tujuan dan kelengkapan data tanah yang akan digunakan.
Informasi yang dapat diambil dari pengamatan lapangan tidak
hanya satu atau dua parameter saja. Untuk memastikan semua
data yang dibutuhkan peneliti sudah diambil atau belum,
diperlukan adanya lembar atau form pengamatan tanah yang
berisi parameter-parameter tanah dan lahan baik fisiografis
maupun morfologis.
Ketiadaan lembar pengamatan tanah menyebabkan peneliti
atau surveyor kesulitan untuk menandai parameter mana saja
yang sudah diambil dan mana saja yang belum. Hal ini tentu saja
akan mempengaruhi tingkat keabsahan data tanah yang akan
digunakan. Semakin banyak banyak data yang tidak terambil,
semakin sulit menentukan karakteristik lahan atau tanah pada
wilayah tersebut. Lembar pengamatan tanah yang biasa
digunakan surveyor biasanya berbentuk lembaran kertas yang di
dalamnya berisi parameter fisiografis lahan dan morfologi tanah.
Seiring berkembangnya teknologi, kini telah ada lembar
pengamatan tanah dalam bentuk digital dan mudah digunakan di
lapangan karena dapat dioperasikan dengan gawai terkini baik itu
Laptop maupun Smartphone. Kali ini kita akan mempelajari
lembar pengamatan manual dan digital.
a. Lembar Pengamatan Tanah Manual
Lembar pengamatan tanah yang biasa digunakan di
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya adalah lembar
pengamatan tanah yang disusun oleh Prof. Dr. Ir. Mochtar Luthfi
Rayes, M.Sc. Lembar ini disusun berdasarkan pengalaman dan
referensi sekunder terkait survei tanah dan pengambilan data
tanah di lapangan. Lembar ini terdiri dari satu lembar kertas yang
biasanya dicetak dalam ukuran A4 (jika lebih kecil seperti A5

58
biasanya akan sulit untuk menulis) yang kedua sisinya berisi
parameter pengamatan. Satu sisi berisi informasi umum (meliputi
nomor lapangan dan laboratorium, nama lokasi mulai dukuh
hingga provinsi, koordinat titik, waktu pengamatan, nama
pengamat atau surveyor, dan sebagainya) dan parameter
fisiografis (meliputi penggunaan lahan, sketsa, relief, bahan induk,
dan sebagainya). Sisi yang berada di baliknya berisi parameter
morfologi yang dibagi ke dalam tiap horizon. Parameter yang
terdapat pada morfologi tanah di antaranya adalah simbol
horizon, kedalaman tanah (cm), batas horizon baik dari kejelasan
maupun topografinya, dan sebagainya.
b. Mengisi Informasi Umum dan Parameter Fisiografis
Lembar informasi umum dan fisiografi lahan berisi
parameter yang cukup kompleks. Dari keseluruhan parameter,
pengamat atau surveyor diharapkan menulis semua informasi
yang dibutuhkan agar reliabilitas data lapangan menunjukkan
hasil yang baik. Di bawah ini adalah gambar lembar fisiografi
lahan dan penjelasan cara pengisian.

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 59


Gambar 1. Lembar pengamatan fisiografi lahan

• Nomor Lapangan
Nomor lapangan diisi menyesuaikan dengan
kesepakatan kode yang dibuat untuk survei. Fungsi nomor
lapangan untuk memudahkan sortasi data lapangan, apalagi
jika titik survei terdapat dalam jumlah yang besar. Penamaan
nomor lapangan yang tidak sistematis membuat data sulit

60
untuk dipilah. Contoh sederhana nomor lapangan seperti di
bawah ini :
Nomor Lapangan : 20_LS_035
a) Angka 20 menunjukkan tahun pengamatan, artinya
pengamatan dilakukan tahun 2020.
b) LS adalah singkatan dari ketua tim atau pengamat. Misal di
sini pengamat atau ketua timnya adalah Luqman
Sholahuddin, maka disingkat LS.
c) 035 adalah kode titik atau nomor urut titik lokasi
pengamatan. Ditulis 3 digit apabila jumlah titik pengamatan
hingga ratusan, 4 digit bila ribuan, dst. Angka 035
menunjukkan titik tersebut adalah titik pengamatan ke-35.
• Nomor Laboratorium
Nomor Laboratorium dikosongkan, karena nanti akan diisi
oleh laboran yang bertugas. Nomor laboratorium baru diisi jika
titik pengamatan yang diambil ini terpilih sebagai pedon tipikal
atau satelit yang sampel tanahnya akan dianalisa.
• Daerah Survei
Berisi lokasi daerah dari titik pengamatan. Contoh :
Daerah Survei : DAS Kali Konto
• Pemeta
Pemeta Diisi dengan kode atau singkatan nama dari ketua
tim dan anggotanya, masing-masing 2 atau 3 digit. Nama
pemeta perlu dicantumkan agar jika suatu saat ada data yang
kurang jelas terkait deskripsi profil atau lainnya, akan mudah
untuk mencari siapa yang dapat ditanyai informasinya.

• Tanggal Pengamatan
Diisi dengan hari, nomor hari, bulan, dan tahun ketika
pengamatan dilakukan. Informasi ini untuk memudahkan
sortasi data.
• Famili
Informasi ini diisi setelah deskripsi profil tanah selesai
dilakukan. Kolom ini berisi klasifikasi tanah sampai ke famili

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 61


tanah (Fase dan Seri) atau hingga kelas terakhir yang
dibutuhkan (sub grup, grup, ordo, atau yang lain) sesuai
dengan skala dan kebutuhan survei.

• Peta Topografi
Berisi informasi tentang nomor lembar (sheet) dan nama
peta yang digunakan untuk menentukan titik pengamatan ini.

• Peta Geologi
Berisi informasi tentang nomor dan nama lembar peta
geologi yang terdapat titik pengamatan ini di dalamnya.
Fungsinya untuk mengetahui informasi geologi dari lembar
peta geologi tersebut seperti batuan induk, bahan penyusun,
kode geologi, dsb.
• Foto Udara
Berisi nomor RUN foto udara dan nomor urut foto udara
yang digunakan. Misalnya RIX-26.
• Satuan IFU
Satuan interpretasi foto udara atau IFU bisa diisi dengan
simbol pada peta bentuk lahan yang mengacu pada salah satu
antara Dessaunettes (1977), Balsem dan Buurman (1990),
Marsoedi, dkk (1994), atau sistem klasifikasi bentuk lahan
yang lainnya.
• SPT (Satuan Peta Tanah)
Informasi SPT berisi nomor atau kode SPT pada titik
tersebut sesuai yang ada pada peta yang digunakan.
• Elevasi
Informasi mengenai ketinggian tempat dari permukaan
air laut yang dapat diambil dari altimeter, GPS, smartphone,
smartwatch, atau alat lain yang dapat menunjukkan data
ketinggian tempat.

62
• Fisiografi
Berisi simbol atau kode bentuk lahan (Landform) sesuai
dengan yang ada pada foto udara atau peta bentuk lahan yang
digunakan.
• Bahan Induk
Bahan induk adalah massa lunak yang memiliki susunan
anorganik atau organik, merupakan hasil pelapukan dari
batuan induk atau sedimentasi yang dapat ditemukan dalam
bentuk lepas dan kukuh. Bahan induk yang mengalami
pelapukan nantinya akan menjadi tanah.
Isi kolom ini dengan informasi bahan induk sesuai
dengan yang ada pada peta atau lembar geologi, ditambah
dengan pengamatan yang ditemukan di lapangan.
Ketidakcocokan data bahan induk di peta geologi dengan yang
ditemukan di lapangan dapat menjadi bahan koreksi. Hal ini
bisa terjadi karena mungkin batas lembar geologi yang kurang
tepat atau mungkin sudah terjadi penumpukan material baru
pada daerah tersebut atau karena alas an lain. Hal ini sangat
penting untuk ditelaah karena dapat mempengaruhi kalsifikasi
tanah yang ada di daerah tersebut.
• Formasi Geologi
Sesuaikan atau isi informasi ini sama dengan yang ada
pada peta atau lembar geologi. Misalnya titik pengamatan
terdapat di Lembar Geologi Blitar, dengan kode geologi Qvk
batuan atau bahan induknya endapan lahar, breksi gunungapi,
tuff, dan lava. Kode geologi ini memiliki formasi geologi
bernama Endapan Gunungapi Kelud.

Gambar 2. Contoh kode dan informasi geologi

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 63


• Lokasi
Data yang ditulis pada kolom ini adalah nama
dukuh/desa dan tempat pengamatan dilakukan. Tulis dengan
rinci dan lengkap. Misalnya Dukuh Kerek, 200 meter ke arah
barat laut dari Pos Polisi Kartonyono
• Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi
Isi dengan nama administratif di lokasi tersebut. Mulai
dari dukuh hingga provinsi. Misalnya Dukuh Kerek, Desa
Margomulyo, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Provinsi
Jawa Timur.
• Koordinat
Isi koordinat geografis yang terdiri atas letak lintang dan
bujur atau Latitude dan longitude. Tulis lengkap mulai derajat,
menit, dan detik. Contoh koordinat geografis -7051’41”LS dan
112027’33”BT.
Sedangkan kolom UTM diisi dengan sistem koordinat
Universal Transverse Mercator (UTM) dan jangan lupa
mencantumkan zona UTM yang dipakai di daerah tersebut.
Contoh koordinat UTM 679539 E dan 9119571 N, zona UTM
49S.
Alat bantu yang dipakai dapat dengan GPS, gawai lain
yang dapat menunjukkan data koordinat, atau tentukan
melalui peta manual.
• Sketsa
Bagian sketsa diisi dengan gambar penampang
melintang dan/atau membujur agar didapatkan bayangan yang
jelas terkait titik pengamatan. Tandai atau gambar juga di
mana titik pengamatan pada gambar tersebut. Keterangan arah
utara juga penting untuk dimasukkan agar lebih mudah untuk
merekonstruksi lokasi pengamatan dalam pikiran pembaca
data.

64
Gambar 3. Contoh sketsa fisiografi lahan

• Lereng dan Letak/Posisi Titik pada Lereng


Catat posisi pengamatan terhadap lereng. Biasanya
dibedakan dengan simbol puncak lereng/summit (SU), lereng
atas/shoulder (SH), lereng tengah/backslope (BS), lereng
bawah/footslope (FS), dan dasar lereng/toeslope (TS).

Gambar 4. Lereng dan posisi titik pada lereng

Kemudian Panjang lereng dan bentuk lereng ditulis


berdasarkan klasifikasi menurut FAO (1990) termasuk nama
Panjang lerengnya.
Tabel 1. Panjang lereng
Kelas Nama Panjang lereng (m)
0 Rata/datar -
1 Sangat pendek <50
2 Pendek 50 – 100
3 Agak panjang 101 – 200
4 Panjang 201 – 500
5 Sangat panjang >500

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 65


Tabel 2. Bentuk lereng
Kelas Bentuk lereng
1 Lurus
2 Cembung
3 Cekung
4 Kompleks/ganda/tidak teratur
5 Berteras

Tulis juga besar sudut lereng dalam bentuk persen, lebih


baik juga bila dilengkapi dalam format derajat. Misalnya sudut
lereng 5% sama dengan 3,20ᵒ. Kemiringan lereng 450ᵒ sama
dengan 100%.

• Relief
Relief menunjukkan perbedaan elevasi dan sudut lereng.
Relief makro juga disebut dengan bentuk wilayah. Marsoedi,
dkk (1997) telah membagi relief dengan penjelasan seperti di
bawah ini :
Tabel 3. Pembagian relief
Bentuk Wilayah Lereng Beda
Simbol Uraian (%) Tinggi (m)
f Datar (flat) <1 <2
n Agak datar (nearly flat) 1-3 <2
u Berombak (undulating) >3 - 8 2 - 10
r Bergelombang (rolling) >8 - 15 10 - 50
o Bergumuk (hummocky) >15 - 30 < 10
c Berbukit Kecil >15 - 30 10 - 50
h (hillocky)(hilly)
Berbukit >30 - 40 50 - 300
m Bergunung >40 >300
(montainous)
• Relief Mikro
Relief mikro adalah beda tinggi alami ataupun buatan
pada jarak yang masih dekat atau beberapa meter saja.
klasifikasi relief mikro berdasarkan FAO (1990) adalah sebagai
berikut :

66
a) Gilgai
- Gilgai rendah, beda tinggi pada jarak 10m, <20m
- Gilgai sedang, beda tinggi pada jarak 10m, 20-40m
- Gilgai tinggi, beda tinggi pada jarak 10m, >40m
b) Termit atau gundukan sarang semut
c) Galian Binatang
d) Bukit-bukit kecil (hummock)
- Hummock rendah, beda tingginya <20m
- Hummock sedang, beda tingginya 20-40m
- Hummock tinggi, beda tingginya >40m
e) Terracetes atau teras-teras kecil
• Stasiun Iklim
Data iklim dikumpulkan dari stasiun iklim yang
berpengaruh pada lokasi pengamatan tersebut. Jika di daerah
survei mencakup yang luas, sehingga terdapat beberapa
stasiun iklim yang mempengaruhi, maka penentuan satuan
peta yang dipengaruhi stasiun iklim dapat menggunakan
metode Poligon Thiessen atau Isohyet. Di bawah ini adalah
contoh garis-garis isohyet dan Poligon Thiessen yang
mengelilingi tiap stasiun iklim.

(a) (b)
Gambar 5. (a) Garis-garis isohyet dan (b) Thiessen Poligon

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 67


• Tipe Iklim
Tulis sesuai data iklim atau data sekunder lain yang
relevan. Data tipe iklim adalah data yang tidak akan berubah
dalam jangka waktu yang sangat lama. Kumpulkan referensi
yang relevan di semua stasiun yang ada agar lebih valid.
• Aliran Permukaan
Aliran permukaan dalam Soil Division Staff (1993)
dinyatakan dengan grup hidrologi yang dibedakan atas empat
kelas, yaitu :
- Kelas A (Potensi aliran-permukaan rendah). Tanah
mempunyai nilai infiltrasi yang tinggi walaupun tanahnya
dibasahi secara merata, drainase baik hingga cepat seperti
pada tanah berpasir dan berkerikil.
- Kelas B. Tanah dengan nilai infiltrasi sedang jika dibasahi
secara merata, umumnya mempunyai kedalaman yang agak
dalam-dalam, drainase sedang hingga baik dengan tekstur
agak halus sampai agak kasar.
- Kelas C. Tanah dengan nilai infiltrasi yang lambat jika tanah
dibasahi secara merata dan terdiri atas tanah dengan
lapisan kedap air atau tanah dengan tekstur agak halus
sampai agak kasar.
- Kelas D (Potensi aliran-permukaan tinggi). Tanah
dengan nilai infiltrasi sangat lambat jika tanah dbasahi
secara merata dan terutama terdiri atas tanah liat dengan
sifat potensi mengembang sangat tinggi, tanah dengan
permukaan air tanah tinggi secara tetap, tanah dengan
padas liat atau lapisan liat dengan permukaan tanah dan
tanah yang dangkal, langsung beralih pada bahan yang
hampir tidak dapat melewatkan air.
• Kelas Drainase Alami
Drainase tanah alami merujuk pada frekuensi dan lama
keadaan basah yang mempengaruhi massa tanah seutuhnya
seperti pengaruhnya dalam pembentukan tanah. Perubahan
rezim air yang dilakukan oleh manusia baik melalui pembuatan

68
saluran drainase atau irigasi tidak diperhitungkan kecuali jika
perubahan tersebut menyebabkan perubahan morfologi tanah.
Kelas drainase alami dibagi menjadi tujuh, yaitu :
1. Cepat. Air meresap sangat cepat dari permukaan tanah. Air
tanah sangat jarang dijumpai atau ada tetapi sangat dalam.
Tanah umumnya bertekstur kasar dan memiliki
kondutivitas hidrolik sangat tinggi atau tanah sangat
dangkal.
2. Agak cepat. Air meresap dari tanah dengan cepat. Air tanah
biasanya sangat dalam. Tanah umunya bertekstur kasar dan
konduktivitas hidrolik jenuhnya tinggi. Ciri yang dapat
ditemukan di lapangan adalah warna tanah homogen tanpa
gejala redoksi morfik (karatan besi, glei, dll).
3. Baik. Air mudah meresap dari tanah tetapi tidak cepat. Air
tanah umunya dalam atau sangat dalam. Secara umum, air
dapat tersedia bagi tanaman sepanjang musim tanam di
wilayah humid. Keadaan lengas tanah yang cukup tinggi
tidak menghambat pertumbuhan akar selama periode
musim tumbuh. Ciri yang dapat ditemukan di lapangan
adalah tidak akan ditemukan gejala redoksi morfik yang
berhubungan dengan kelengasan.
4. Sedang atau agak baik. Air meresap agak lambat selama
beberapa periode dalam setahun. Air tanah biasanya cukup
dalam secara tidak permanen hingga permanen. Tanah
dalam keadaan basah terjadi hanya dalam waktu yan
singkat selama masa pertumbuhan, tetapi cukup lama,
sehingga cukup berpengaruh pada kebanyakan tanaman
mesophytic. Tanah berkonduktivitas hidrolik sedang sampai
agak rendah pada kedalaman hingga 100 cm, dan/atau
secara berkala menerima curah hujan yang tinggi. Ciri yang
dapat ditemukan di lapangan adalah tanah berwarna
homogen tanpa bercak atau gejala redoksi morfik pada
lapisan 0-50 cm.
5. Agak lambat atau agak terhambat. Air meresap dengan
lambat sehingga tanah tetap basah pada kedalaman yang

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 69


dangkal selama periode yang nyata sepanjang musim
tumbuh. Air tanah umumnya dangkal hingga sedang dan
bersifat sementara hingga permanen. Kebasahan secara
nyata menghambat pertumbuhan tanaman mesofitik,
kecuali jika dilakukan drainase buatan. Tanah umumnya
mempunyai satu atau lebih sifat berikut ; Konduktivitas
hidrolik jenuh rendah atau sangat rendah, muka air tanah
dangkal, mendapat tambahan air rembesan atau curah
hujan yang hampir terus menerus.
6. Lambat atau terhambat. Air meresap begitu lambat
sehingga tanah basah pada kedalaman yang dangkal secara
berkala selama musim tumbuh atau tetap basah selama
periode yang lama. Air tanah biasanya dekat permukaan
cukup lama selama musim tumbuh sehingga kebanyakan
tanaman mesofitik tidak dapat tumbuh kecuali jika
dilakukan drainase buatan. Meski demikian tanah tidak
selamanya basah di bawah lapisan olah. Muka air tanah
pada kedalaman yang dangkal (25-50 cm) biasanya dapat
dijumpai. Muka air tanah biasanya akibat dari konduktivitas
hidrolik jenuh rendah atau sangat rendah atau curah hujan
hampir terus menerus, atau kombinasi keduanya.
7. Sangat lambat atau agak terhambat. Air meresap dari
tanah begitu lambat sehingga air tanah tetap berada pada
atau sangat dekat permukaan tanah selama musim tumbuh.
Keberadaan air tanah sangat dangkal secara terus menerus
atau permanen. Tanpa drainase buatan, kebanyakan
tanaman mesofitik tidak dapat tumbuh. Tanah biasanya
datar atau berupa cekungan dan sering tergenang. Jika
curah hujan tinggi atau hampir berlangsung terus menerus,
maka dapat terjadi pada kemiringan lahan yang curam.

70
Gambar 6. Ilustrasi kelas drainase

• Permeabilitas
Permeabilitas dapat diukur melalui konduktivitas
hidrolik, atau dapat ditentukan dengan cara menghitung
kedalaman perembesan air pada sejumlah berat tanah tertentu
dalam keadaan jenuh air dalam satu jam, yang dinyatakan
dalam satuan sentimeter, ditunjukkan seperti di bawah ini :
- Sangat cepat : >25,0 cm/jam
- Cepat : 12,5-25,0 cm/jam
- Agak cepat : 6,5-12,5 cm/jam
- Sedang : 2,0-6,5 cm/jam
- Agak lambat : 0,5-2,0 cm/jam
- Lambat : 0,1-0,5 cm/jam
- Sangat lambat : <0,1 cm/jam

• Genangan Banjir
Kelas frekuensi dan lamanya genangan (banjir) diukur
dengan kriteria seperti di bawah ini :

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 71


Tabel 4. Kelas frekuensi dan lama genangan
Kelas Kriteria
Frekuensi
Tanpa (T) Tidak mungkin kebanjiran
Jarang (J) 1 – 5 kali dalam 100 tahun
Kadang – kadang (K) 5 – 5- kali dalam 100 tahun
Sering (S) >50 kali dalam 100 tahun
Biasa (B) Kadang – kadang dan sering dapat
dikelompokkan untuk tujuan – tujuan
tertentu dan disebut biasa

Lamanya
Ekstrim Singkat (ES) <4 jam (hanya banjir)
Sangat singkat (SS) 4 – 48 jam
Singkat (S) 2 – 7 hari
Lama (L) 7 hari – 1 bulan
Sangat lama (SL) >1 bulan
Tabel 5. Kelas kejadian air tanah internal
Kelas Kriteria
Tebal Jika Perched
Ekstrim tipis (ET) <10 cm
Sangat tipis (ST) 10 – 30 cm
Tipis (T) 30 cm – 100 cm
Tebal (Tb) >100 cm

Kedalaman
Sangat dangkal (SD) <25 cm
Dangkal (D) 25 – 50 cm
Agak dalam (AD) 50 cm – 100 cm
Dalam (D) 100 cm – 150 cm
Sangat dalam (SD) >150 cm

Lamanya kumulatif tahunan


Tidak ada (TA) Tidak teramati
Sangat sementara (SS) Terdapat < 1 bulan
Sementara (S) Terdapa 1 – 3 bulan
Biasa (B) Terdapat 3 – 6 bulan
Lama (L) Terdapat 6 – 12 bulan
Tetap Terdapat terus menerus

72
• Pengelolaan Air
Tulis informasi terkait pengelolan air (irigasi dan/atau
drainase) pada satuan lahan, khususnya di lokasi pengamatan.
Kedalaman air tanah, glei, konkresi/karatan diukur dari
permukaan tanah dalam satuan centimeter. Kedalaman glei
adalah tanda terjadinya proses reduksi yang telah lanjut,
ditandai oleh warna tanah kelabu atau kehijauan. Jika ada
sebutkan tebal dan kedalamannya. Untuk karatan dan konkresi
dapat disebutkan tebalnya dalam centimeter, seperti
karatan/konkresi (misalnya Fe, Mn, Si) dengan kriteria jumlah
seperti berikut :
- Sedikit (Sd), jika luasnya <2% dari keseluruhan luas
permukaan
- Biasa (Bi), jika luasnya 2–20% dari keseluruhan luas
permukaan
- Banyak (Ba), jika luasnya >20% dari keseluruhan luas
permukaan
• Erosi
Erosi dibagi menjadi beberapa kelas kriteria untuk
menunjukkan tingkat erosi yang terjadi pada suatu lahan saat
pengamatan. Jelaskan macam erosinya, apakah erosi
permukaan (P), erosi alur (A), atau erosi parit atau gully (G).
kelas erosi adalah seperti di bawah ini :
- Kelas 1. Tanah mengalami sedikit kehilangan, yaitu rata-rata
<25% dari horizon A atau E. Kelas ini ditandai oleh (1)
terdapat beberapa alur, (2) akumulasi endapan di dasar
lereng atau dalam cekungan, (3) lapisan olah pada tempat-
tempat tertentu mengandung bahan-bahan dari lapisan
bawah, dan (4) bukti terdapat pembentukan alur yang lebar
dan dalam atau parit dangkal tanpa pengurangan dalam
ketebalan atau perubahan sifat antara alur dan parit.
Berdasarkan FAO (1990), Sebagian kecil horizon A tererosi.
- Kelas 2. Tanah mengalami kehilangan rata-rata 25-75% dari
horizon A atau E semula atau pada kedalaman 20 cm teratas,
jika tebal horizon A atau E mula-mula kurang 20 cm.
BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 73
Kebanyakan daerah yang diusahakan lapisan atasnya terdiri
atas campuran horizon A atau E asal dan bahan-bahan dari
bawah.
- Kelas 3. Tanah telah mengalami kehilangan >75% horizon A
atau E asal. Pada lapisan olah, bahan-bahan dari horizon atau
lapisan bawah tersingkap ke permukaan. Jika tebal horizon A
atau E sangat tebal, paling tidak terjadi percampuran dengan
bahan yang berasal dari bawahnya. Berdasarkan FAO(1990),
semua horizon A telah tererosi dan pengolahan tanahnya
telah sampai pada horizon B atau C.
- Kelas 4. Tanah ini telah kehilangan semua horizon A atau E
asal. Kebanyakan memperlihatkan pola parit yang jelas.
Menurut FAO (1990) sebagian besar solum tanah telah
tererosi.
• Padas
Padas adalah lapisan atau horizon tanah yang mengeras,
baik yang tersementasi ataupun tidak yang merupakan hasil
proses pedogenik. Lapisan ini tidak tertembus akar, bukan juga
duripan, fragipan, claypan, atau tapak bajak. Untuk
menentukan jenis padas dapat dilakukan uji sederhana (lihat
Kunci Taksonomi Tanah, 2014).
• Pembatas Perakaran (Kontak)
Pembatas akar secara fisik diasumsikan sebagai
terjadinya kontak (sentuhan) dengan batuan, baik keras
maupun lunak. Kontak merupakan persentuhan antara tanah
dengan bahan keras hasil dari proses geogenik, berupa litik,
paralitik, densik, atau fragik. Perubahan sebaran besar butir
seperti pasir berlempung di atas berkerikil, tidak selalu sebagai
penghambat akar secara fisik. Suhu tanah dan/atau sifat kimia
termasuk pembatas perakaran adalah penghambat
pertumbuhan akar akibat sifat fisik. Kelas kedalaman pembatas
perakaran adalah sebagai berikut :
- Sangat dangkal : <25 cm
- Dangkal : 25-50 cm

74
- Agak dalam : 50-100 cm
- Dalam : 100-150 m
- Sangat dalam : >150 cm
• Keadaan Fragmen Batuan di Permukaan
Fragmen batuan pada permukaan tanah dikelaskan
berdasarkan jumlah dan jarak batu dan batuan pada
permukaan tanah. Klasifikasi fragmen batuan di permukaan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6. Klasifikasi fragmen batuan di permukaan
Tutupan Karak (Dalam meter) antara batu atau
Kelas permukaan batuan jika diameternya adalah
(%) 0.25 m1) 0.6 m 1.2 m Nama
1 0.01 – 0.1 ≥8 ≥20 ≥37 Berbatu atau
berbatuan
2 0.1 – 3.0 1–8 3 – 2- 6–37 Sangat berbatu
atau sangat
berbatuan
3 3.0 – 15 0.5 – 1 1–3 2 – 6 Amat sangat
berbatu atau
amat sangat
berbatuan
4 15 – 50 0.5–0.5 0.5 – 1 1 – 2 Rubby
(Bermakadam)
5 50 – 90 <0.3 <0.5 <1 Very rubby

• Penggunaan Lahan dan Vegetasi


Informasi jenis penggunaan lahan dan vegetasi yang
dominan maupun spesifik. Informasi ini tentang pola tanam,
produksi, termasuk jenis dan dosis pupuk serta kapur yang
diberikan ke lahan dapat diperoleh dari petani setempat (data
primer) maupun data sekunder. Khusus lama penggunaan
lahan biasanya hanya bisa didapatkan melalui petani setempat
(data primer). Panduan penggunaan lahan ini disesuaikan
dengan RePPProT (Hidayat, dkk. 2004)
1. Pertanian
Penggunaan lahan pertanian perlu mencatat beberapa hal
berikut ini :

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 75


- Lama penggunaan
- Pola usaha tani dan pola tanam
- Tanaman utama
- Pengelolaan (Jenis dan dosis pupuk, pengolahan tanah,
konservasi tanah, sumber air, produktivitas, dll sesuai
dengan kebutuhan survei)
2. Vegetasi Alami
Vegetasi alami perlu dicatat karena dapat memberikan
indikasi terhadap sifat-sifat tanah dan lingkungannya. Data
yang perlu dicatat adalah vegetasi dominan (tanaman yang
paling banyak muncul di wilayah tersebut) dan vegetasi
spesifik (tanaman yang hanya tumbuh pada lokasi-lokasi
tertentu saja). Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu
ditetapkan vegetasi dan penggunan lahan yang dominan,
dibedakan atas :
- Hutan
- Semak
- Padang rumput
- Perladangan berpindah
- Pertanian lahan kering
- Pertanian lahan basah
- Perkebunan
- Agroforestri
- Penghutanan kembali
- Perairan
- Daerah tanpa tanaman
- Kawasan permukiman
• Sumber air
Tulis informasi sumber air pada daerah tersebut. Jika
terdapat irigasi, catat sistem irigasinya. Informasi ini dapat
diperoleh dari petani, petugas PPS, atau data sekunder yang
relevan.
• Rezim Lengas Tanah
Akan dijelaskan lebih rinci pada Bab V

76
• Rezim Suhu Tanah
Akan dijelaskan lebih rinci pada Bab V

• Epipedon, Horizon, dan Penciri lain


Definisi epipedon, endopedon, dan penciri lain mengacu
pada buku Kunci Taksonomi Tanah 2014 atau yang lebih baru,
juga dapat dilihat pada Bab V.
• Pembeda Seri
Catat sifat khas yang ditemukan pada pedon yang
diamati, yang tidak terdapat pada seri yang lainnya.
• Kelas Kesesuaian Lahan
Catat setiap tanaman yang ada dan lakukan estimasi
lapangan kesesuaian lahan sesuai masing-masing tanaman.
• Contoh Tanah
Ambil contoh tanah (sampling) sesuai dengan tujuan
survei tanah yng dilakukan, dan catat jenis contoh apa yang
diambil serta kedalamannya. Misalnya cotnoh sampel tanah
utuh menggunakan ring sampel, atau contoh tanah komposit.
Lapisan permukaan atau diambil pada horion ke sekian, dst.
• Catatan Lain
Berisi catatan penting yang unik dan khas pada titik
pengamatan ini, terutama yang dapat mempengaruhi
produktivitas atau klasifikasi.
c. Morfologi Tanah dan Horizon Genetik
Formulir atau lembar morfologi tanah dan cara pengisian
serta penjelasan terkait pengisian dan horizon genetik, akan
dijelaskan di bawah ini :

• Simbol Horizon
Simbol horizon atau lapisan terdiri atas 3 (tiga) macam
yang bisa dikombinasikan untuk menandai suatu horizon atau
lapisan. Pertama dengan menggunakan huruf besar yang
berarti sebagai horizon utama. Kedua dengan menggunakan
huruf kecil yang berarti sifat dari horizon utama tersebut.

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 77


Ketiga dengan menggunakan angka Arab yang berarti
perbedaan secara vertikal di dalam kedalaman horizon atau
lapisan, dan juga sebagai tanda adanya ketidakseragaman
bahan (discontinuity) antar lapisan. Urutan diskontinuitas
diberi simbol (d) dengan urutan 1, 2, 3, dan lain-lain.
- Horizon dan lapisan utama
Huruf kapital O, L, A, E, B, C, R, M, dan W merupakan
simbol-simbol untuk horizon dan lapisan utama tanah. Huruf-
huruf kapital ini merupakan simbol dasar, yang dapat diberi
tambahan karakter-karakter lain untuk melengkapi
penamaan horizon dan lapisan. Sebagian besar horizon dan
lapisan diberi simbol satu huruf kapital tunggal; sebagian
yang lain memerlukan dua huruf kapital (Soil Survey Staff
2014).

78
Gambar 7. Lembar pengamatan morfologi tanah

a. Horizon O atau lapisan O : adalah lapisan yang


didominasi oleh bahan organik. Sebagian jenuh air
dalam periode yang lama, atau suatu ketika pernah
jenuh air, tetapi sekarang telah didrainase; sebagian
yang lain tidak pernah mengalami jenuh air. Beberapa
horizon atau lapisan O tersusun dari serasah segar
sampai sangat terdekomposisi yang berasal dari daun,

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 79


ranting, batang, pohon, lumut, dan cendawan yang
telah tertimbun di permukaan tanah organik
maupun tanah mineral. Horizon atau lapisan O lain
yang tersusun dari bahan organik yang telah
diendapkan dalam kondisi jenuh air dan telah
mengalami dekomposisi pada berbagai tingkatan.
Fraksi mineral dan bahan seperti itu menyusun hanya
sebagian kecil dari volume bahan dan umumnya jauh
kurang dari setengah beratnya. Tanah yang tersusun
dari bahan-bahan yang demikian diberi simbol horizon
O, atau lapisan O.
b. Horizon L atau lapisan L : adalah horizon atau lapisan
limnik tersusun dari bahan limnik mineral dan bahan
limnik organik, yang :
1. Diendapkan dalam air melalui pengendapan atau
aktivitas organisme akuatik, seperti alga/ganggang
dan diatomeae, atau
2. Berasal dari tanaman dalam air dan tanaman
akuatik mengambang selanjutnya diubah oleh
hewan akuatik.
Horizon atau lapisan L meliputi tanah berkoprogen
(coprogeneous earth) atau (gambut tersedimentasi),
tanah berdiatoma (diatemeaeou earth) dan napal
(marl). Horizon atau lapisan ini hanya digunakan dalam
Histosols dan mempunyai subordinat pembeda co, di
atau ma. Horizon atau lapisan L tidak mempunyai
subordinat pembeda dari horizon utama dan lapisan
pembeda lainnya.
c. Horizon A : Horison tanah mineral yang terbentuk
pada permukaan tanah atau di bawah Horizon O, yang
menunjukkan hilangnya seluruh atau sebagian besar
struktur batuan asli, dan menunjukkan salah satu atau
kedua sifat berikut :

80
1. Akumulasi bahan organik terhumifikasi yang
bercampur sangat intensif dengan fraksi mineral,
dan tidak didominasi oleh sifat-sifat yang
merupakan karakteristik horizon E atau B
(didefinisikan kemudian), atau
2. Memiliki sifat-sifat yang merupakan akibat dari
pengolahan tanah, penggembalaan ternak, atau
jenis-jenis gangguan lain yang serupa.
Apabila suatu horizon permukaan memiliki sifat-sifat
kedua horizon A dan E tetapi kenampakan yang
menonjol adalah akumulasi bahan organik
terhumifikasi, maka horizon tersebut ditetapkan
sebagai suatu horizon A. Bila endapan aluvial berumur
resen atau endapan eolian yang masih memperlihatkan
banyak struktur batuan asli, tidak dianggap sebagai
horizon A, kecuali bila telah dibudidayakan.
d. Horizon E: Horizon tanah mineral yang ciri utamanya
adalah kehilangan liat silikat, besi, aluminium, atau
kombinasi dari senyawa–senyawa tersebut,
meninggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel pasir
dan debu. Horizon ini memperlihatkan hilangnya
seluruh atau sebagian besar struktur batuan aslinya.
Horizon E dibedakan dari horizon B di bawahnya
dalam sequum tanah yang sama, oleh warna dengan
value lebih tinggi atau chroma lebih rendah, atau
keduanya, oleh tekstur yang lebih kasar, atau oleh
suatu kombinasi dari sifat-sifat tersebut. Pada sebagian
tanah, warna horizon E merupakan warna dari partikel-
partikel pasir dan debu, tetapi pada kebanyakan tanah
yang lain disebabkan oleh penyelaputan oksida besi
atau senyawa-senyawa yang menutupi warna partikel-
partikel primer. Horizon E paling umum dibedakan dari
horizon A yang terletak di atasnya, oleh warnanya yang
lebih pucat. Umumnya horizon ini mempunyai

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 81


kandungan bahan organik lebih rendah daripada
horizon A. Horizon E biasanya berada dekat
permukaan, di bawah suatu horizon O atau A, dan di
atas horizon B.
e. Horizon B: adalah horizon yang terbentuk di bawah
horizon A, E, atau O. Horizon ini ditandai oleh
hilangnya seluruh atau sebagian besar dari struktur
batuan aslinya, dan memperlihatkan satu atau lebih
sifat-sifat berikut :
1. Konsentrasi atau penimbunan secara iluvial dari
liat silikat, senyawa besi, senyawa aluminium,
humus, senyawa karbonat, gipsum, atau silika,
secara sendiri atau dengan kombinasi;
2. Tanda-tanda atau gejala adanya pemindahan
atau penambahan senyawa karbonat;
3. Konsentrasi (senyawa) oksida-oksida secara
residual;
4. Penyelaputan sesquioksida yang mengakibatkan
horizon terlihat jelas mempunyai value warna lebih
rendah, chroma lebih tinggi, atau hue lebih merah,
tanpa proses iluviasi senyawa besi yang terlihat
jelas;
5. Proses alterasi yang menghasilkan liat silikat, atau
membebaskan oksida- oksida, atau kedua proses
tersebut, dan yang membentuk struktur granular,
gumpal, atau prisma apabila perubahan-perubahan
volume diakibatkan oleh perubahan-perubahan
dalam kandungan kelembaban tanah.
6. Sifat kerapuhan; atau
7. Sifat glei yang menonjol.
Semua jenis horizon B merupakan horizon-horison
bawah permukaan atau masih asli. Tercakup sebagai
82
horizon B yang bersambung ke horizon genetik lainnya,
adalah lapisan-lapisan penimbunan iluvial dari
karbonat, gipsum, atau silika yang merupakan hasil dari
proses-proses pedogenik (dapat tersementasi atau
tidak), dan lapisan-lapisan rapuh yang menunjukkan
tanda- tanda lain dan proses alterasi, seperti
struktur prisma atau akumulasi liat secara iluvial.
Contoh dari lapisan yang bukan horizon B adalah
lapisan-lapisan dengan selaput liat yang menyelaputi
fragmen-fragmen batuan atau menutupi sedimen tidak
kukuh berstratifikasi halus, tanpa memper-timbangkan
apakah selaput liat tersebut terbentuk setempat atau
terbentuk oleh proses iluviasi; lapisan-lapisan yang
senyawa karbonat telah diiluviasikan, tetapi lapisan
tersebut tidak berbatasan dengan suatu horizon
genetik di atasnya; dan lapisan-lapisan dengan gejala
glei tetapi tidak menunjukkan adanya perubahan
pedogenik yang lain.
f. Horizon atau lapisan C: adalah horizon atau lapisan,
tidak termasuk batuan dasar yang lebih keras dan
tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh
proses-proses pedogenik, serta tidak memiliki sifat sifat
horizon O, A, E, atau B. Sebagian terbesar merupakan
lapisan-lapisan mineral. Bahan lapisan C mungkin
dapat serupa atau tidak serupa dengan bahan yang
diperkirakan membentuk solum. Suatu horizon C
mungkin saja telah mengalami perubahan (modifikasi),
walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses
pedogenesis.
Termasuk sebagai lapisan C adalah sedimen,
saprolit, batuan dasar, dan bahan-bahan geologik lain
yang tersementasi sedang atau kurang tersementasi.
Tingkat kesulitan penggalian pada bahan-bahan ini
biasanya rendah atau sedang. Sebagian tanah

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 83


terbentuk dari bahan yang telah mengalami pelapukan
lanjut, dan apabila bahan seperti itu tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan untuk horizon A, E, atau B,
maka bahan tersebut dinyatakan dengan huruf C.
g. Lapisan R: adalah batuan dasar yang tersementasi
kuat sampai mengeras. granit, basalt, kuarsit, batu
gamping, dan batupasir adalah contoh batuan dasar,
yang diberi simbol dengan huruf R. Tingkat kesulitan
penggalian batuan-batuan ini biasanya sangat tinggi.
Lapisan R cukup kompak jika lembab sehingga cukup
sulit digali dengan sekop, walaupun lapisan tersebut
dapat dipecah berkeping keping atau dikupas dalam
serpih – serpih. Sebagian lapisan R dapat dibongkar
dengan peralatan berat. Batuan dasar dapat
mempunyai rekahan, tetapi rekahan-rekahan ini
umumnya terlampau sedikit dan terlalu sempit untuk
dapat ditembus akar. Rekahan- rekahan tersebut dapat
terselaputi atau terisi dengan liat atau bahan bahan
yang lain.
h. Lapisan M: Lapisan-lapisan pembatas perakaran di
bawah permukaan yang terdiri atas bahan-bahan
industri hasil pengolahan pabrik yang tersusun secara
horizontal dan hampir kontinyu. Contoh bahan-bahan
penyusun lapisan yang disimbolkan dengan huruf M
mencakup bahan tekstil (geotextile liners), aspal, beton,
karet dan plastik, apabila bahan-bahan tersebut
dijumpai sebagai lapisan-lapisan kontinyu secara
horizontal.
i. Lapisan W: Air. Simbol ini menunjukkan lapisan air
yang berada di dalam atau di bawah tanah. Lapisan air
diberi simbol Wf, apabila lapisan air tersebut dalam
keadaan beku permanen, dan simbol W apabila
membeku tidak permanen. SimboI W (atau Wf) tidak

84
digunakan untuk air dangkal, es, atau salju yang berada
di atas permukaan tanah.
- Horizon Peralihan
Horizon peralihan adalah horizon yang didominasi oleh
sifat-sifat dari satu horizon utama, tetapi mempunyai
sebagian dari sifat-sifat horizon yang lain. Simbol yang terdiri
atas dua huruf kapital digunakan untuk horizon- horizon
peralihan seperti itu, misalnya AB, EB, BE, atau BC. Huruf
pertama dari simbol ini menunjukkan bahwa sifat-sifat
horizon yang diberi simbol mendominasi horizon peralihan.
Suatu horizon AB, misalnya, mempunyai karakteristik atau
ciri-ciri dari dua horizon, yaitu horizon A yang terletak di
atasnya dan horizon B yang berada di bawahnya, tetapi
horizon ini lebih mirip horizon A daripada horizon B.
Pada sebagian kasus, suatu horizon dapat diberi simbol
sebagai horizon peralihan, walaupun salah satu dari horizon
utama tidak ada. Suatu horizon BE mungkin dapat
ditemukan pada suatu tanah yang terkikis erosi, apabila sifat-
sifatnya serupa dengan keseluruhan sifat-sifat suatu horizon
BE yang berada pada tanah dimana horizon E yang terletak di
atasnya belum hilang oleh erosi. Suatu horizon BC dapat
ditetapkan keberadaannya, sekalipun horizon C yang terletak
di bawahnya tidak ada; horizon tersebut merupakan
peralihan ke bahan induk yang diperkirakan ada sebelumnya.
Horizon-horizon yang terdiri atas dua bagian nyata,
mempunyai sifat- sifat yang diketahui merupakan sifat-sifat
dari dua jenis horizon utama, ditunjukkan dengan huruf
kapital. Dua huruf kapital yangdigunakan untuk memberi
simbol horizon kombinasi seperti itu, dipisahkan oleh satu
garis miring (/), seperti misalnya E/B, B/E, atauB/C. Sebagian
besar bagian-bagian individual dari salah satu komponen
horizon dikelilingi oleh bagian-bagian horizon yang lain.
Pemberian simbol masih dapat dilakukan, sekalipun
horizon yang serupa dengan salah satu atau kedua komponen

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 85


horizon tidak ada, asalkan masing-masing komponen masih
dapat dikenali terdapat didalam horizon kombinasi. Simbol
yang pertama adalah untuk horizon yang memiliki volume
penyusun lebih besar.
- Simbol-simbol akhiran (Sub bagian horizon utama/Horizon
Suffix)
Huruf-huruf kecil digunakan sebagai akhiran untuk
mencirikan jenis- jenis spesifik dari horizon-horizon dan
lapisan-lapisan utama. Istilah “akumulasi” digunakan dalam
banyak definisi horizon-horizon seperti itu, untuk
menunjukkan bahwa horizon-horizon tersebut harus
mengandung bahan tertentu lebih banyak daripada yang
diperkirakan telah terdapat dalam bahan induk. Simbol-
simbol akhiran dan pengertiannya adalah sebagai berikut :
a___Bahan organik terdekomposisi lanjut. Simbol ini
digunakan bersama dengan O untuk menunjukkan bahan
organik yang telah mengalami dekomposisi paling lanjut,
yang mempunyai kandungan serat < 17% volume setelah
diremas.
b___Horizon genetik tertimbun. Simbol ini digunakan pada
tanah mineral untuk menunjukkan adanya horizon-horizon
tertimbun, dengan kenampakan genetik utama yang
berkembang sebelum tertimbun. Horizon-horizon genetik
mungkin telah terbentuk, atau mungkin juga belum terbentuk
dalam bahan yang terletak di atasnya, yang mungkin sama
atau sama sekali berbeda dengan bahan induk tanah
tertimbun. Simbol ini tidak digunakan pada tanah organik,
dan juga tidak digunakan untuk memisahkan lapisan organik
dan lapisan mineral.
c___Konkresi atau nodul. Simbol ini digunakan untuk
menunjukkan adanya akumulasi konkresi atau nodul dalam
jumlah nyata. Sementasi juga merupakan persyaratan. Bahan
sementasi biasanya adalah: senyawa besi, aluminium,

86
mangan, atau titanium. Bahan sementasi tidak boleh berupa
silika, dolomit, kalsit, atau garam-garam yang lebih terlarut.
co___Tanah bersifat koprogen (coprogenous earth). Simbol
ini hanya digunakan bersama-sama horizon L untuk
menunjukkan adanya lapisan limnik dari tanah berkoprogen
(gambut tersedimentasi).
d___Penghambat perakaran secara fisik. Simbol ini
digunakan untuk menunjukkan adanya lapisan penghambat
perakaran yang tidak tersementasi, yang terdapat dalam
sedimen atau bahan yang terbentuk secara alami atau
buatan-manusia. Misalnya: sedimen till basalt (campuran liat,
debu, pasir, kerikil dan bongkah batu endapan glasial es)
yang kompak, padas tapak bajak, dan zone-zone yang
mengalami pemadatan secara mekanik yang lain.
di___Tanah bersifat diatoma (diatomaceous earth). Simbol
ini hanya digunakan bersama-sama horizon L dan
menunjukkan adanya lapisan limnik dari tanah bersifat
diatoma.
e___Bahan organik terdekomposisi tengahan. Simbol ini
digunakan bersama dengan O untuk menunjukkan bahan
organik dengan tingkat dekomposisi sedang atau tengahan.
Kandungan serat bahan organiknya adalah 17 - 40% volume
setelah diremas.
g___Gleisasi kuat. Simbol ini menunjukkan bahwa senyawa
besi telah tereduksi dan dipindahkan selama pembentukan
tanah, atau kondisi jenuh oleh air tergenang telah
menciptakan lingkungan yang bersifat reduksi. Sebagian
besar lapisan-lapisan yang terpengaruh reduksi
mempunyai chroma 2, dan banyak di antaranya yang
memiliki konsentrasi redoks. Chroma yang rendah dapat
merupakan warna dari senyawa besi yang tereduksi, atau
merupakan warna partikel-partikel pasir dari debu tidak
terselaputi akibat senyawa besinya telah dipindahkan.

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 87


Simbol ‘g’ tidak digunakan untuk bahan-bahan yang
memiliki chroma rendah, yang sama sekali tidak berkaitan
dengan kondisi kebasahan, seperti misalnya sebagian
batuliat serpih (shales) atau horizon E. Apabila ‘g’
digunakan bersama ‘B’, berarti perubahan pedogenik,
sebagai tambahan terhadap kondisi glei, ditonjolkan.
Apabila di samping kondisi glei, tidak terdapat perubahan
pedogenik yang lain, maka horizon tersebut diberi simbol Cg.
h___Akumulasi bahan organik secara iluvial. Simbol ini
digunakan bersama ‘B’ untuk menunjukkan adanya
akumulasi, akibat proses iluviasi, dan senyawa kompleks
bahan organik dan sesquioksida yang bersifat amorf dan
mudah terdispersi, apabila komponen sesquioksida
didominasi oleh aluminium tetapi hanya terdapat dalam
jumlah sangat sedikit. Bahan organo-sesquioksida tersebut
menyelaputi partikel-partikel pasir dan debu. Pada sebagian
horizon, penyelaputannya telah saling menutup, mengisi
pori-pori, dan berakibat menyementasi horizon. Simbol ‘h’
juga digunakan berkombinasi dengan ‘s’, seperti ‘Bhs’,
apabila jumlah komponen sesquioksidanya cukup nyata,
tetapi value warna dan chroma, lembab horizon tersebut
adalah 3 atau kurang.
h___Bahan organik sedikit terdekomposisi. Simbol ini
digunakan bersama O untuk menunjukkan bahan organik
yang mengalami dekomposisi paling sedikit. Kandungan
serat dari bahan ini adalah > 40% volume setelah diremas.
j___Akumulasi jarosit. Jarosit adalah mineral dari senyawa
sulfat hidroksi besi (ferri), kalium- sulfat atau
KFe(SO4)2(OH)6, yang biasanya merupakan produk alterasi
pirit yang telah terekspose dalam lingkungan yang
mengoksidasi. Jarosit memiliki warna hue 2,5YR atau lebih
kuning, dan normalnya mempunyai chroma 6 atau Iebih,
walaupun chroma serendah 3 atau 4 telah dilaporkan
adanya. Jarosit terbentuk lebih sesuai dibanding besi (hydro)
88
oksida pada tanah sulfat masam aktif ketika pH 3,5 atau
kurang dan menjadi stabil pada pasca aktif tanah sulfat
masam dalam jangka waktu lama pada pH lebih tinggi.
jj___Gejala cryoturbasi. Gejala cryoturbasi mencakup adanya
batas-batas horizon yang tidak teratur dan terputus-putus,
fragmen batuan yang mengalami sortasi, dan bahan tanah
organik yang terdapat sebagai bentukan organik tertentu
dan sebagai lapisan-lapisan terputus di dalam dan/atau di
antara lapisan- lapisan tanah mineral. Bentukan organik dan
lapisan-lapisan organik tersebut yang paling umum terdapat
pada kontak di antara lapisan yang aktif dan permafrost.
k___Akumulasi senyawa karbonat sekunder. Simbol ini
menunjukkan suatu akumulasi kalsium karbonat yang jelas
proses pedogeniknya (kurang dari 50 persen, berdasarkan
volume). Akumulasi karbonat dapat berupa filamen
karbonat, selaput, masa nodul, karbonat terdiseminasi atau
bentuk-bentuk lainnya.
kk___Horizon terselubung karbonat sekunder. Simbol ini
menujukkan akumulasi utama kalsium karbonat pedogenik.
Akhiran kk digunakan ketika massa tanah (soil fabric) terisi
oleh karbonat pedogenik butiran halus (kurang dari 50%,
berdasarkan volume) yang prinsipnya terjadi secara
kontinyu. Akhiran ini menunjukkan tingkat III dari tingkatan
morfogenetik karbonat atau tingkat lebih tinggi.
m___Sementasi atau indurasi. Simbol ini digunakan untuk
menunjukkan adanya sementasi yang bersifat kontinyu atau
hampir kontinyu. Simbol tersebut hanya digunakan untuk
horizon-horizon yang >90% tersementasi, walaupun horizon
tersebut mungkin retak-retak. Lapisan yang mengalami
sementasi ini secara fisik bersifat menghambat perakaran.
Bahan sementasi yang dominan (atau dua bahan sementasi
dominan) dapat ditunjukkan dengan menambahkan huruf
akhiran yang telah ditetapkan, baik tunggal maupun
berpasangan. Akhiran ‘km’ pada simbol horizon

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 89


menunjukkan sementasi oleh senyawa karbonat; ‘qm’,
sementasi oleh senyawa silika; ‘Sm’, sementasi oleh senyawa
besi; ‘ym’, sementasi oleh gipsum, ‘kqm’, sementasi oleh
senyawa kapur dan silika; dan ‘zm’, menunjukkan sementasi
oleh garam-garam yang lebih larut daripada gipsum. Simbol
ini tidak digunakan untuk lapisan yang terpadatkan oleh es
secara permanen.
ma___Napal. Simbol ini hanya digunakan bersama horizon L
yang menunjukkan adanya suatu lapisan limnik dari napal
(marls).
n___Akumulasi natrium. Simbol ini menunjukkan adanya
akumulasi natrium (Na) dapat tukar.
o___Akumulasi residual sesquioksida. Simbol ini
menunjukkan adanya akumulasi, secara residual, dan
senyawa sesquioksida.
p___Pengolahan tanah atau gangguan lain. Simbol ini
menunjukkan adanya gangguan pada lapisan tanah
permukaan oleh alat-alat mekanik, penggembalaan ternak,
atau penggunaan lain yang serupa. Suatu horizon organik
yang terganggu diberi simbol Op. Suatu horizon mineral
yang terganggu, walaupun jelas semula merupakan horizon
E, B, atau C, diberi simbol Ap.
q___Akumulasi silika. Simbol ini menunjukkan adanya
akumulasi senyawa silika sekunder.
r___Batuan dasar terlapuk atau batuan dasar lunak.
Simbol ini digunakan bersama C untuk menunjukkan
lapisan-lapisan yang mengalami sementasi (tersementasi
sedang atau lemah). Sebagai contoh adalah batuan beku
terlapuk dan batupasir yang kukuh sebagian, batudebu, atau
batuliat serpih (shales). Tingkat kesulitan penggaliannya
adalah rendah sampai tinggi.

90
s___Akumulasi senyawa sesquioksida dan bahan organik
secara iluvial. Simbol ini digunakan bersama B untuk
enunjukkan suatu akumulasi, sebagai akibat dari proses
iluviasi, dan komplek bahan organik dan sesquioksida yang
bersifat amorf dan dapat terdispersi; serta apabila kedua
komponen bahan organik dan sesquioksida jumlahnya nyata,
dan juga apabila value warna atau chroma dari horizon,
lembab, adalah 4 atau lebih. Simbol tersebut juga digunakan
berkombinasi dengan ‘h’, seperti pada ‘Bhs’, apabila kedua
komponennya (bahan organik dan sesquioksida) jumlahnya
cukup nyata, dan juga apabila value warna dan chroma
lembab adalah 3 atau kurang.
se___Keberadaan sulfida. Simbol ini menunjukkan adanya
sulfida pada horizon-horizon tanah mineral atau tanah
organik. Horizon yang mengandung sulfida, secara tipikal
mempunyai warna gelap (value <4, chroma <2). Horizon –
horizon ini umumnya terbentuk pada tanah-tanah sekitar
lingkungan pantai yang jenuh atau tergenang secara
permanen (misalnya rawa pasang surut atau muara
sungai/estuarin). Bahan – bahan tanah yang secara aktif
telah mengalami sulfidisasi mengeluarkan gas hidrogen
sulfida yang terdeteksi melalui baunya. Sulfida mungkin juga
terjadi di lingkungan dataran tinggi yang mempunyai suatu
sumber sulfur. Tanah – tanah pada lingkungan tersebut
biasanya terbentuk dari geologi asalnya dan mungkin tidak
menghasilkan bau hidrogen sulfida. Contohnya mencakup
tanah-tanah yang terbentuk dari bahan induk berasal dari
endapan batubara, seperti lignit atau tanah-tanah yang
terbentuk dari endapan dataran pantai, seperti glaukonit,
yang tidak teroksidasi disebabkan adanya lapisan-lapisan
tebal di atasnya.
ss___Adanya bidang kilir. Simbol ini menunjukkan adanya
bidang kilir merupakan akibat langsung dari
penggembungan dan kegagalan gesekan (shear failure),

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 91


biasanya membentuk sudut 20 – 60ᵒ terhadap bidang
horizontal. Bidang kilir merupakan indikator sifat-sifat
vertik, selain ped berbentuk baji, dan rekahan-rekahan di
permukaan, yang mungkin terdapat pada tanah.
t___Akumulasi liat silikat. Simbol ini menunjukkan suatu
akumulasi liat silikat, yaitu yang terbentuk di dalam suatu
horizon dan selanjutnya mengalami translokasi di dalam
horizon tersebut, ataupun yang telah dipindahkan ke dalam
horizon tersebut oleh proses iluviasi, atau terbentuk oleh
kedua proses tersebut. Setidak-tidaknya sebagian horizon
harus menunjukkan tanda – tanda adanya akumulasi liat,
berupa penyelaputan pada permukaan ped, mengisi pori –
pori, atau berbentuk lamelae, atau sebagai penghubung antar
butir-butir mineral.
u___Keberadaan bahan-bahan manufaktur buatan
manusia (artefak). Simbol ini menujukkan adanya benda –
benda atau bahan-bahan yang telah dibuat atau dimodifikasi
oleh manusia, biasanya untuk suatu tujuan praktis dalam
hubungannya dengan tempat tinggal/perumahan,
perindustrian/pabrik, penggalian atau kegiatan konstruksi.
Contoh artefak adalah aspal, (bitumen) pemanas terak (boiler
slag), pembakaran batubara, batubata, kardus/kertas karton,
karpet pakaian, hasil samping pembakaran batubara, beton,
debitage (misal serpihan perkakas dari batu) abu terbang,
kaca, logam, kertas, eternit, plastik, pecahan benda terbuat
dari tanah, karet, kayu olahan, dan produk kayu bukan
olahan.
v___Plintit. Simbol ini menunjukkan adanya plintit, yaitu
bahan berwarna kemerahan, yang kaya senyawa besi dan
miskin humus, serta berkonsistensi teguh atau sangat teguh
jika lembab, dan menjadi keras secara tak-balik jika
terekspos di atmosfer dan jika mengalami pembasahan dan
pengeringan berulangkali.

92
w___Perkembangan warna atau struktur. Simbol ini
digunakan bersama B untuk menunjukkan adanya
perkembangan warna atau perkembangan struktur, atau
perkembangan keduanya, yang tidak secara jelas atau
hanya sedikit memperlihatkan akumulasi bahan secara
iluvial. Simbol ini seyogianya tidak digunakan untuk
menunjukkan adanya horizon peralihan.
x___Sifat fragipan. Simbol ini menunjukkan adanya suatu
lapisan yang terbentuk secara genetik, yang mempunyai
kombinasi sifat teguh dan sifat rapuh, serta biasanya
memiliki berat-volume lebih tinggi dibanding lapisan-lapisan
yang berdekatan. Sebagian lapisan tersebut secara fisik,
bersifat menghambat perakaran.
y___Akumulasi gipsum. Simbol ini menunjukkan adanya
akumulasi senyawa gipsum (CaSO4.2H20).

yy___Dominasi horizon oleh gipsum. Simbol ini


menunjukkan suatu horizon yang didominasi oleh adanya
senyawa gipsum. Kandungan gipsum mungkin disebabkan
oleh suatu akumulasi gipsum sekunder, transformasi gipsum
primer yang diwariskan dari bahan induk, atau proses-
proses lainnya. Akhiran yy digunakan apabila massa horizon
mempunyai jumlah gipsum banyak (umumnya 50 persen
atau lebih berdasarkan volume) di mana kenampakan
pedogenik dan atau litologiknya tidak jelas atau terganggu
oleh pertumbuhan kristal-kristal gipsum. Warna yang terkait
dengan horizon yang mempunyai akhiran yy secara tipikal
berwarna sangat putih (misalnya value 7 hingga 9,5 dan
chroma 4 atau kurang).
z___Akumulasi garam-garam yang lebih terlarut
daripada gipsum. Simbol ini menunjukkan adanya
akumulasi garam-garam yang lebih terlarut daripada
gipsum.

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 93


- Kesepakatan dalam penggunaan huruf-huruf akhiran
Banyak horizon dan lapisan utama yang diberi simbol
satu huruf kapital, mempunyai satu atau lebih akhiran huruf
kecil. Aturan yang digunakan adalah:
1. Huruf akhiran harus langsung mengikuti huruf kapital.
2. Jarang digunakan lebih dari tiga huruf akhiran.
3. Bila digunakan lebih dari satu akhiran, huruf-huruf
berikut: a, d, e, h, i, r, s, t dan w dituliskan lebih dahulu,
kecuali untuk horizon Bhs atau Crt, tidak satupun dari
huruf-huruf tersebut digunakan dalam kombinasi pada
horizon tunggal yang lain.
4. Apabila diperlukan lebih dari satu akhiran dan horizon
bukan merupakan horizon tertimbun, simbol-simbol
berikut: c, f, g, m, v dan x; jika digunakan, dituliskan di
bagian akhir. Beberapa contoh adalah Btc, Bkm, dan Bsv.
5. Apabila suatu horizon tertimbun, maka akhiran ‘b’ ditulis
terakhir. Simbol tersebut hanya digunakan untuk tanah-
tanah mineral yang tertimbun.
6. Simbol-simbol akhiran h, s, dan w tidak digunakan
bersama g, k, kk, n, o, q, y, yy atau z.
7. Apabila aturan di atas tidak dapat diaplikasikan terhadap
akhiran-akhiran yang cocok/pasti, seperti k, kk, q, y atau
yy, maka akhiran-akhiran tersebut dapat dituliskan
bersama dengan urutan yang dianggap dominan atau
ditulis secara alfabetik apabila tidak ada yang dianggap
dominan.
8. Horizon B yang mempunyai akumulasi liat nyata, dan
juga menunjukkkan gejala perkembangan warna atau
struktur tanah, atau kedua-duanya, diberi simbol Bt
(akhiran t lebih diutamakan daripada w, s, dan h). Suatu
horizon B yang menunjukkan sifat glei; atau memiliki
akumulasi senyawa karbonat, natrium, silika gipsum atau
94
garam-garam lebih terlarut daripada gipsum, atau
akumulasi sesquioksida secara residual, memperoleh
simbol tambahan yang sesuai yaitu g, k, n, q, y, z atau o.
Apabila iluviasi liat juga terjadi, akhiran t harus
didahulukan daripada simbol yang lain, yaitu Bto.
- Pembagian secara vertikal
Biasanya suatu horizon atau lapisan, yang diidentifikasi
dengan satu huruf tunggal atau kombinasi huruf harus
dibagi lebih lanjut. Untuk tujuan ini, angka Arab
ditambahkan pada huruf-huruf yang merupakan simbol
horizon. Angka-angka tersebut mengikuti atau ditulis di
belakang semua huruf simbol horizon. Sebagai contoh di
dalam suatu horizon C, lapisan– apisan yang berurutan dapat
diberi simbol C1, C2, C3 dan seterusnya. Apabila bagian
bawah bersifat glei dan bagian atasnya tidak mengalami glei,
lapisan-lapisan dapat diberi simbol C1-C2-Cg1-Cg2 atau C-
Cg1-Cg2-R.
Ketentuan-ketentuan ini berlaku untuk pembagian
horizon secara vertikal, apapun tujuannya. Pada kebanyakan
tanah, suatu horizon dapat teridentifikasi oleh satu set huruf,
dibagi-bagi karena adanya keperluan untuk menekankan
perbedaan-perbedaan dalam kenampakan morfologi, seperti
perbedaan dalam struktur, warna, atau tekstur. Pembagian
ini diberi nomor secara berurutan dengan angka Arab, tetapi
pemberian nomor dimulai lagi dengan angka 1 bilamana
dalam satu profil sebarang huruf dari simbol horizonnya
berubah, seperti misalnya Bt1-Bt2-Btk1-Btk2 (bukan Bt1-Bt2-
Btk3-2Btk4). Pemberian nomor pada pembagian vertikal
suatu horizon, tidak berubah urutannya pada suatu
diskontinuitas (ditunjukkan oleh suatu awalan angka),
apabila kombinasi huruf yang sama digunakan pada kedua
bahan, seperti misalnya: Bs1-Bs2-2Bs3-2Bs4 (bukan Bs1-Bs2-
2Bs1-2Bs2).

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 95


Dalam pengambilan contoh tanah untuk analisis di
laboratorium, horizon-horizon tanah yang tebal kadang-
kadang dibagi, walaupun perbedaan-perbedaan dalam
morfologi tidak terlihat nyata di lapangan. Bagian-bagian
yang dibagi ini ditandai dengan angka Arab mengikuti simbol
horizon yang bersangkutan. Sebagai contoh, empat lapisan
dari suatu horizon Bt diambil contohnya pada setiap jarak
kedalaman 10 cm, diberi simbol Bt1, Bt2, Bt3, dan Bt4.
Apabila horizon B tersebut sudah lebih dahulu dibagi, oleh
karena adanya perbedaan-perbedaan dalam morfologi tanah,
seperangkat angka-angka Arab yang digunakan untuk
menandai pembagian tambahan pengambilan contoh
dibubuhkan mengikuti angka pertama. Sebagai contoh pada
setiap 10 cm kedalaman, masing-masing diberi simbol Bt21,
Bt22, dan Bt23. Deskripsi untuk masing-masing bagian
horizon yang diambil contohnya dapat sama, dan keterangan
yang menjelaskan bahwa horizon hanya untuk tujuan
pengambilan contoh dapat ditambahkan.
- Diskontinyuitas
Angka Arab digunakan sebagai awalan pada simbol
horizon (di depan huruf A, E, B,C dan R), untuk
menunjukkkan adanya diskontinuitas pada tanah mineral.
Awalan ini berbeda artinya dari angka Arab yang dipakai
sebagai akhiran untuk menyatakan pembagian horizon secara
vertikal.
Suatu diskontinuitas yang dapat diidentifikasi oleh satu
nomor awalan, merupakan suatu perubahan yang nyata
dalam sebaran besar butir atau mineralogi. Perubahan ini
menunjukkan adanya perbedaan dalam material asal
horizon telah terbentuk, dan atau menunjukkan perbedaan
yang nyata dalam umur pembentukan, kecuali bahwa
perbedaan dalam umur tersebut ditunjukkan oleh akhiran b.
Simbol-simbol yang menunjukkan adanya diskontinuitas,
digunakan hanya jika penggunaannya secara substansial
96
dapat menyumbangkan pengertian yang lebih mendalam
tentang hubungan antar horizon. Stratifikasi yang biasa
terdapat pada tanah-tanah yang terbentuk dari bahan
aluvium tidak diberi simbol sebagai suatu diskontinuitas,
kecuali jika sebaran besar butirnya berbeda sangat nyata dari
lapisan satu ke lapisan yang lain (misalnya, jika kelas besar
butirnya termasuk sangat kontras) dan walaupun horizon
genetik mungkin telah terbentuk di dalam lapisan-lapisan
yang kontras tersebut.
Bilamana keseluruhan suatu tanah terbentuk dari suatu
jenis bahan, seluruh profil tanah dapat dimengerti
merupakan bahan 1, dan nomor awalan dihilangkan dari
simbolnya. Dalam pengertian serupa, bahan paling atas dari
suatu profil yang tersusun, yang diberi simbol 2, dari dua
atau lebih bahan yang kontras dapat merupakan bahan 1,
tetapi angka 1 tersebut dihilangkan. Pemberian nomor
dimulai dari lapisan kedua yang tersusun dari bahan berbeda
kontras, yang diberi simbol 2. Lapisan-lapisan yang berbeda
kontras di bawahnya diberi nomor lanjutan secara berurutan.
Bahkan jika bahan dari suatu lapisan di bawah bahan 2
serupa dengan bahan 1, bahan lapisan tersebut diberi simbol
3 dalam urutannya: nomor-nomor tersebut lebih
menunjukkan perubahan dari bahan, bukan jenis
bahannya. Bilamana dua atau lebih horizon yang berurutan
terbentuk dari bahan sejenis, nomor awalan yang sama
digunakan untuk semua simbol horizon yang terbentuk dari
bahan tersebut, misalnya Ap-E-Bt1-2Bt2-2Bt3-2BC. Nomor-
nomor akhiran yang memberi simbol pembagian dari horizon
Bt dilanjutkan secara berurutan meskipun melewati
diskontinuitas.
Apabila suatu lapisan R terdapat di bawah suatu tanah
yang terbentuk dalam bahan residu, dan apabila bahan dari
lapisan R tersebut telah dipertimbangkan adalah sama
dengan bahan yang membentuk tanah di atasnya, maka
awalan huruf Arab tidak digunakan. Namun, apabila lapisan R

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 97


akan menghasilkan bahan yang tidak sama dengan bahan dari
solum tanah di atasnya, maka angka awalan digunakan
seperti misalnya A-Bt-C-2R atau A- Bt-2R. Apabila sebagian
dari solum terbentuk di dalam residu, simbol R diberi
awalan yang sesuai, yaitu Ap-Bt1-2Bt2-2Bt3-2C1-2C2-2R.
Horizon tertimbun (diberi simbol dengan huruf b)
menyajikan permasalahan khusus. Sudah jelas bahwa horizon
tersebut tidak berkembang dari deposit yang sama,
sebagaimana horizon-horizon yang terletak di atasnya.
Walaupun begitu, sebagian horizon tertimbun dapat
terbentuk dari bahan yang secara litologis mirip dengan
deposit di atasnya. Untuk horizon tertimbun seperti itu,
angka awalan untuk membedakan bahan dari horizon yang
tertimbun, tidak digunakan. Apabila bahan yang membentuk
horizon suatu tanah tertimbun secara litologis tidak sama
dengan bahan yang terletak di atasnya, diskontinuitas
ditunjukkan dengan satu angka awalan, dan simbol horizon
tertimbun masih tetap digunakan, seperti misalnya Ap-Bt1-
Bt2-BC- C-2Abb-2Btb1-2Btb2-2C.
Diskontinuitas yang terdapat di antara berbagai jenis
lapisan di dalam tanah organik tidak diidentifikasi. Pada
sebagian besar kasus, perbedaan – perbedaan seperti itu
diidentifikasi dengan simbol-simbol huruf akhiran, apabila
lapisan-lapisan yang berbeda tersebut merupakan bahan
organik (misalnya Oe vs Oa), atau dengan memberi simbol
horizon utama, apabila lapisan-lapisan yang berbeda
merupakan bahan mineral atau bahan limnik (misal Oa vs
Ldi).
- Penggunaan tanda prima(‘)
Apabila dua atau lebih horizon sejenis dipisahkan oleh
satu atau lebih horizon dari jenis berbeda di dalam suatu
pedon yang sama, simbol huruf dan angka yang sama dapat
digunakan untuk horizon-horizon yang mempunyai
karakteristik yang sama. Sebagai contoh, urutan A-E-Bt-E-
98
Btx-C menunjukkan suatu tanah yang mempunyai dua
horizon E. Untuk lebih menonjolkan karakteristik seperti ini,
simbol tanda prima (‘) ditambahkan di belakang simbol
horizon utama yang terbawah dari dua horizon yang
mempunyai simbol sama, seperti misalnya A-E-Bt-E’-Btx-C.
Tanda prima, ditambahkan pada huruf kapital simbol horizon
dan setiap simbol huruf kecil apapun mengikuti di
belakangnya, misal B’t. Tanda prima hanya digunakan apabila
simbol huruf dari dua lapisan yang akan ditetapkan benar-
benar identik dan jarang terjadi. Apabila tiga lapisan
mempunyai simbol huruf yang identik, maka tanda prima
ganda dapat digunakan pada lapisan terbawah dari ketiga
lapisan tersebut, yaitu E”.
Prinsip yang sama berlaku pada pemberian simbol
lapisan-lapisan tanah organik. Tanda prima digunakan hanya
untuk membedakan dua horizon atau lebih yang mempunyai
simbol sama, seperti misalnya: Oi-C-O’i-C (bila tanah memiliki
dua lapisan Oi yang sama) atau Oi-C-Oe-C’ (bila dua lapisan C
adalah sejenis). Tanda prima ditambahkan pada lapisan lebih
bawah untuk membedakan lapisan tersebut dari lapisan di
atasnya.
- Penggunaan tanda sisipan (^)
Simbol tanda sisispan (^) digunakan sebagai awalan
pada penandaan horizon utama untuk menunjukkan adanya
horizon mineral atau horizon organik yang terbentuk pada
bahan terangkut oleh manusia. Bahan ini telah dipindahkan
secara horizontal ke dalam suatu pedon dari suatu wilayah
yang bersumber di luar pedon melalui kegiatan manusia
dengan tujuan tertentu, biasanya dengan bantuan peralatan
mesin atau peralatan tangan. Semua horizon dan lapisan yang
terbentuk pada bahan terangkut manusia ditunjukkan oleh
suatu awalan simbol tanda sisipan (^), misalnya ^A-^C-Ab-
Btb. Apabila tanda sisipan tersebut berkontribusi secara
nyata bagi suatu pemahaman hubungan horizon atau lapisan,

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 99


maka nomor awalan dapat digunakan sebelum simbol tanda
sisispan (^) untuk menunjukkan adanya diskontinuitas
dalam bahan terangkut manusia (contohnya ^Au-^Bwu-
^Bcu-2^Cu1-2^Cu2) atau antara bahan terangkut manusia
dan horizon di bawahnya yang terbentuk dari bahan induk
lain (misalnya ^A-^C1-2^C2-3Bwb).
- Contoh urutan horizon dan lapisan
Contoh-contoh di bawah ini menggambarkan beberapa
urutan horizon dan lapisan umum dari tanah-tanah utama
(tingkat sub grup) dan penggunaan nomor untuk identifikasi
adanya pembagian sub divisi horizon vertikal dan
diskontinuitas. Horizon peralihan, horizon gabungan/
kombinasi, dan penggunaan simbol tanda prima (‘) dan tanda
sisipan (^) juga digambarkan. Contoh-contoh urutan horizon
dan lapisan tersebut dipilih dari deskripsi tanah dalam
arsip/catatan dan terbatas untuk mencerminkan kaidah-
kaidah ketentuan yang berlaku saat ini.
Tanah Mineral
Typic Hapludoll: A1-A2-Bw-BC-C
Typic Haplustoll: Ap-A-Bw-Bk-
Bky1-Bky2-C
Cumulic Haploxeroll: Ap-A-Ab-
C-2C-3C
Typic Argialboll: Ap-A-E-Bt1-
Bt2-BC-C
Typic Argiaquoll: A-AB-BA-Btg-
BCg-Cg
Alfic Udivitrand: Oi-A-Bw1-2E/Bt-2Bt/E1-2Bt/E2-2Btx1-
2Btx2
Entic Haplorthod: Oi-Oa-E-
Bs1-Bs2-BC-C

100
Typic Haplorthod: Ap-E-Bhs-
Bs-BC-C1-C2
Typic Fragiudalf: Oi-A-E-BE-Bt1-Bt2-B/E-
Btx1-Btx2-C
Typic Haploxeralf: A1-A2-Bat-2Bt1-2Bt2-
2Bt3-2BC-2C
Glossic Hapludalf: Ap-E-B/E-Bt1-Bt2-C
Typic Paleudult: A-E-Bt1-Bt2-B/E-B’t1-B’t2-B’t3
Typic Hapludult: O1-A1-A2-BA-Bt1-Bt2-BC-C
Arenic Plinthic Paleudult: Ap-E-Bt-Btc-
Btv1-Btv2-BC-C
Xeric Haplodurid: A-Bw-Bkq-2Bkqm
Vertic Natrigypsid: A-Btn-Btkn-Bky-2By-2Bcy-2Cr
Typic Calciargid: A-Bt-
Btk1-Btk2-C
Typic Dystrudept: Ap-
Bw1-Bw2-C-R
Typic Fragiudept: Ap-Bw-
E-Bx1-Bx2-C
Typic Endoaquept: Ap-Ab-Bg1-Bg2-BCg-Cg
Typic Haplustert: Ap-A-Bss-BCss-C
Typic Hapludox: Ap-A/B-Bo1-Bo2-Bo3-Bo4-Bo5
Typic Udifluvent: Ap-C-Ab-C’
Antrodensic Ustorthent: ^Ap-
^C/B-^Cd-2C
Antroporthic Udorthent:c ^Ap-
^Cu-Ab-Btb-C
Typic Aquiturbel: Oi-OA-Bjjg-

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 101


Cjjg-Cjjgf
Tanah Organik
Typic Haplosaprist: Oap-
Oa1-Oa2-Oa3-C
Typic Spagnofibrist: Oi1-
Oi2-Oi3-Oe
Limnic Haplofibrist: Oi-Lco-O’i1-
O’i2-L’co-Oe-C
Lithic Cryofolist: Oi-Oa-R
Typic Hemistel: Oi-Oe-Oef
• Batas Horizon
Batas horizon merupakan zone peralihan di antara dua
horizon atau lapisan yang saling berhubungan. Biasanya
tidak membentuk garis yang jelas. Batas horizon dinyatakan
dalam hubungannya dengan kejelasan dan topografi.
1. Kejelasan
Kejelasan didasarkan kepada lebarnya zone batas horizon
atau lapisan secara vertikal. Kejelasan batas sebagian
tergantung pada tingkat kekontrasan antara lapisan dan
sebagian tergantung pada lebarnya zone peralihan di
antara kedua lapisan. Kejelasan batas horizon adalah
sebagai berikut:
- Nyata (abrupt), simbol = N : lebar peralihan < 2 cm.
- Jelas (clear), simbol = J : lebar peralihan 2 - 5 cm.
- Angsur (gradual), simbol = A : lebar peralihan 5 - 12 cm.
- Baur (diffuse), simbol = B : lebar peralihan >12 cm.
2. Topografi
Topografi horizon menunjukkan kerataan atau ketidak
teraturan batas yang memisahkan antar horizon. Tanah
102
merupakan bidang tiga dimensi, tetapi lapisan tanah yang
tampak hanya pada sisi vertikalnya saja. Topografi batas
horizon terdiri atas:

Gambar 8. Topografi batas horizon

- Rata (R) : datar dengan sedikit atau tanpa ketidak


teraturan permukaan.
- Berombak (O) : berbentuk kantong, lebar > dalam.
- Tidak teratur (T) : berbentuk kantong, lebar < dalam.
simbol = i
- Abstrak (A) : batas horizon tidak dapat
disambungkan dalam satu bidang datar.

• Warna Tanah
Warna tanah merupakan ciri tanah paling mudah
ditentukan di lapangan. Warna dapat mencerminkan
kandungan bahan organik, kandungan senyawa oksida besi,

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 103


mangan, kondisi oksidasi reduksi. Kandungan bahan organik
tinggi menimbulkan warna coklat gelap. Tanah dengan
drainase jelek atau sering jenuh air berwarna kelabu. Tanah
yang mengalami dehidratasi senyawa besi berwarna merah.
Warna tanah dibedakan atas: (a). Warna dasar tanah
atau warna matriks dan (b) warna karatan sebagai hasil dari
proses oksidasi dan reduksi dalam tanah.
Warna Matriks
Warna tanah ditentukan dengan standar warna dari
Buku Munsell Soil Color Chart dan dinyatakan dalam 3 satuan:
Hue, Value, dan Chroma, menurut nama yang tercantum dalam
lajur yang bersangkutan, yang meliputi warna dasar tanah
(matriks), warna karatan dan konkresi, dan warna plintit.
Dalam menentukan warna tanah harus diperhatikan :
- tanah harus lembab (jika mungkin warna kering dan warna
lembab).
- tempat terlindungi dari sinar matahari langsung.
- tanah ditempatkan di bawah lubang kertas Munsell dengan
jari atau pisau.
- tanah tidak boleh mengkilap (kecuali pada warna bidang
struktur). Untuk tujuan khusus, perlu ditambahkan warna
tanah setelah dihancurkan atau diremas.
- hindarkan bekerja menetapkan warna tanah sebelum
pukul 08.00 dan sesudah pukul 16.00.
- jika warna tanah tidak tepat dengan warna pada Buku
Munsell, maka diberikan angka-angka hue, value dan chroma
tertinggi dan terrendah yang membatasinya.
Contoh: Warna tanah ditulis 7,5 YR 5/4 artinya hue
7,5YR, value 5 dan chroma 4, warna tanah adalah coklat.

104
Warna Karatan
Warna karatan dapat dideskripsikan sebagai warna lain
yang berbeda dari warna matriks tanah. Umumnya adalah
warna litomorfik atau litokromik. Karatan dapat pula disebut
dengan gejala kelainan warna dalam tanah yang diakibatkan
oleh proses reduksi dan oksidasi. Karatan dalam profil tanah
dicatat mengenai jumlah (kadar), ukuran, bandingan (kontras),
batas, bentuk, dan warna.
• Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan antara fraksi pasir,
debu, dan liat dalam massa tanah yang ditentukan di
laboratorium. Berdasarkan perbandingan kandungan ketiga
fraksi tersebut, tekstur tanah digolongkan ke dalam 12 kelas,
seperti tertera dalam gambar di bawah ini :

Gambar 9. Segi tiga tekstur

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 105


Penetapan tekstur tanah di lapangan dilakukan dengan
cara merasakan atau meremas contoh tanah antara ibu jari
dan telunjuk. Caranya adalah sebagai berikut:
Ambil segumpal tanah kira-kira sebesar kelereng, basahi
dengan air sehingga tanah bisa ditekan. Pijit contoh tanah
dengan ibu jari dan telunjuk, kemudian buatlah contoh tanah
tersebut berbentuk benang sambil dirasakan. Langkah
pertama yang perlu ditetapkan adalah apakah tanah tersebut
bertekstur liat, lempung berliat, lempung, atau pasir.
- Jika bentukan benang tersebut terbentuk dengan mudah
dan tetap merupakan pita panjang, maka contoh tanah
tersebut kemungkinan adalah liat.
- Jika benang terbentuk tapi mudah patah, kemungkinan
lempung berliat.
- Jika tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau
pasir.
Untuk membedakan pasir atau debu yang dominan dapat
dilakukan dengan cara: jika terasa lembut (halus dan licin)
seperti tepung, maka debu yang dominan; tetapi kalau terasa
berbentuk butir-butir maka yang dominan adalah pasir.
Untuk menentukan kelas tekstur selanjutnya, dapat
digunakan pedoman penetapan tekstur di lapangan seperti
yang tertera pada tabel di bawah ini. Untuk dapat secara tepat
menetapkan tekstur dengan cara perasaan (feeling method) di
lapangan diperlukan pengalaman.
Tabel 7. Kelas tekstur berdasarkan rasa dan sifat tanah
Kelas tekstur Rasa dan sifat tanah
Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk bola dan
gulungan serta tidak melekat.
Pasir Sangat kasar, membentuk bola yang mudah
berlempung (LS) sekali hancur serta agak melekat.
Lempung Agak kasar, membentuk bola agak keras tetapi
berpasir (SL) mudah hancur, serta melekat.

106
Kelas tekstur Rasa dan sifat tanah
Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk
bola teguh, dapat sedikit digulung dengan
permukaan mengkilat, serta melekat.
Lempung Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit
berdebu (SiL) digulung dengan permukaan mengkilat, serta
melekat.
Debu (Si) Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat
sedikit digulung dengan permukaan mengkilat,
serta agak melekat.
Lempung berliat Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh
(CL) (kering), membentuk gulungan jika dipirid
tetapi mudah hancur, serta melekat sedang.
Lempung liat Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak
berpasir (SCL) teguh (kering), membentuk gulungan jika
dipirid tetapi mudah hancur dan melekat.
Lempung liat Rasa licin jelas, membentuk bola teguh,
berdebu (SiCL) gulungan mengkilat, melekat.
Liat berpasir Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam
(SC) keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung
serta melekat sekali.
Liat berdebu Rasa agak licin, membentuk bola dalam
(SiC) keadaankering, sukar dipijit, mudah digulung,
serta melekat sekali.
Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila
kering sangat keras, sangat melekat.

• Kerikil/Batu (%)
Jumlah volume fragmen batuan di dalam tanah
diperhitungkan dari pengamatan di lapangan. Nama-nama
dari fragmen batuan dilihat pada di bawah ini dan digunakan
sebagai modifier dari kelas tekstur tanah, misalnya “lempung
berkerikil”.

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 107


Gambar 10. volume fragmen batuan di dalam tanah

Kelas-kelas dari fragmen batuan adalah sebagai berikut :


- Sedikit (< 15% volume), simbol = s. Tidak perlu menjadi
modifier dan diabaikan.
- Cukup (15 - 35% volume), simbol = m. Istilah/nama dari
jenis fragmen batuan dominan menjadi penyebut dari
modifier kelas tekstur. Contoh lempung berkerikil, liat
berdebu berkerakal.
- Sangat berkerikil/berkerakal (35 - 60 % volume), simbol
= v. Istilah/ nama dari jenis fragmen batuan dominan
menjadi penyebut dari modifier kelas tekstur diawali dengan
kata “sangat” di depannya. Contoh lempung sangat berkerikil,
liat berpasir sangat berkerakal.
- Amat sangat berkerikil/berkerakal (> 60% volume),
simbol e. Apabila cukup fraksi halus untuk menentukan
kelas teksturnya (5% atau lebih dari volume), maka
istilah/nama fragmen batuan digunakan sebagai modifier
108
dari kelas tekstur diawali dengan kata “amat sangat”.
Contoh lempung amat sangat berkerikil, liat berpasir amat
sangat berkerakal.

• Ukuran
Informasi terkait ukuran batuan atau kerikil dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 8. Bentuk dan ukuran batuan atauk kerikil
Bentuk dan ukuran
Nama Keterangan
diamater (mm)
Bulat seperti kubus
atau bersumbu sama:
Diameter (mm)
2,0-7,5 Kerikil (g) Berkerikil
2,0-5,0 Kerikil halus Berkerikil halus
5,0-20 Kerikil sedang Berkerikil sedang
20-75 Kerikil kasar Berkerikil kasar
75-250 Kerakal (c) Berkerakal
250-600 Batu (s) Berbatu
> 600 Bongkah (b) Berbongkah
Pipih:
Panjang (mm)
2-15 Kereweng Berkereweng
150-380 Batu bendera Berbatu bendera
380-600 Batu Berbatu
> 600 Bongkah Berbongkah
Ukuran yang paling besar volumenya merupakan
penyebut dari modifier, walaupun di dalam tanah masih juga
ditemukan fragmen batuan yang berukuran lebih kecil maupun
lebih besar. Misalnya liat berkerikil biasanya juga mengandung
kerakal yang tidak perlu disebutkan sebagai namanya.
Untuk melakukan estimasi yang lebih baik dari jumlah
fragmen batuan yang dijumpai perlu disebutkan kelasnya.
Misalnya diperlukan informasi yang lebih detail, estimasi
persentase volume fragmen batuan perlu disebutkan. Misalnya
liat berdebu dengan 10% kerikil, lempung berpasir berkerakal
20%, kerakal 10%, kereweng 5%, dan kerikil 20%.

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 109


Apabila pecahan batuan lebih dominan berpengaruh
dalam pengelolaan lahan, maka lebih baik disebut sebagai fase
pada satuan peta. Batuan kerikil yang muncul di permukaan
adalah bukan tanah dan dipisahkan tersendiri dalam
kegiatan survei tanah. Untuk maksud tertentu kadang-
kadang persen volume dari modifier tersebut diubah menjadi
persen berat.
• Struktur
Struktur tanah adalah suatu unit yang tersusun dari
butiran primer dan membentuk suatu gumpalan/agregat alami
secara tertentu dan dibatasi oleh suatu bidang-bidang kohesi
dari unit tersebut yang lebih besar dari adhesi antar unit.
Jika mengalami tekanan maka agregat tersebut akan hancur
mengikuti bidang atau zone tertentu. Satuan struktur yang
terbentuk oleh perkembangan tanah disebut sebagai “ped”.
Sedangkan gumpalan atau bongkahan tanah adalah kumpulan
dari satuan struktur utama yang disebabkan adanya faktor fisik
yang mempengaruhinya, misal hasil dari pengolahan tanah
(Balai Penelitian Tanah 2004).
Bentuk-bentuk struktur tanah yang dikenal adalah
lempeng (platy), prisma (prismatic), tiang (columnar), gumpal
(blocky), dan kersai (granular). Bentuk-bentuk tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

110
Gambar 11. Pembentuk struktur secara pedogenik

Gambar 12. Bentuk - bentuk struktur tanah

Lempeng (simbol = pl): berbentuk rata dan menyerupai

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 111


pelat dengan ketebalan terbatas (bidang horizontal lebih
besar dari bidang vertikal). Berorientasi pada bidang datar
horizontal dan bertumpuk satu sama lain.
Prisma (simbol = p): ukurannya dibatasi pada bidang
horizontal dan melebar sepanjang bidang datar vertikal.
Bidang muka vertikal terbentuk dengan baik, mempunyai
permukaan yang rata atau agak membulat dengan
membentuk bidang muka pada sekeliling ped. Pada umumnya
bidang muka saling berpotongan dengan dengan sudut relatif
tajam (sudut kecil).
Tiang (simbol = cp): bentuk struktur ini menyerupai
prisma, tetapi bagian atasnya membulat. Bidang horizontal
bagian atas dan bawah mempunyai ukuran yang hampir sama.
Gumpal: gumpal atau berbidang banyak, mempunyai
ukuran hampir seimbang antara diameter vertikal dan
horizontal, bentuk permukaan rata atau membulat pada
sekeliling ped. Pembagian selanjutnya adalah :
- gumpal bersudut (angular blocky), simbol = ab: jika
bidang muka saling memotong dengan sudut lancip, dan
- gumpal agak membulat (subangular blocky, simbol = sb:
jika bidang muka yang saling berpotongan mempunyai
sudut membulat.
Kersai (simbol = g): bentuk membulat atau berbidang
banyak, mempunyai permukaan yang tidak teratur atau
melengkung dan tidak mempunyai bentuk permukaan
sekeliling ped.
Selain tanah yang sudah mempunyai struktur terdapat
juga tanah yang belum mempunyai struktur. Hal tersebut
ditunjukkan oleh tidak adanya satuan-satuan yang dapat
diamati, dan tidak ada susunan tertentu pada permukaan
alami. Tanah tidak berstruktur dibedakan kedalam tiga jenis
yaitu :

112
Butir tunggal (single grain) simbol sg. Bahan tanah
butir tunggal mempunyai konsistensi lepas, lembut atau
sangat gembur, dan dalam keadaan pecah terdiri atas 50%
partikel-partikel tanah mineral terpisah.
Pejal (massive) simbol m. Bahan tanah pejal biasanya
mempunyai konsistensi lebih kuat dan dalam keadaan pecah
lebih lekat.
Baji (wedge) simbol ws. Struktur tanah yang terjadi
akibat pergesekan tanah pada saat mengembang dan
mengkerutnya tanah karena proses pembasahan (musim
hunan) dan pengeringan (musim kemarau) pada tanah yang
didominasi oleh mineral liat monmorilonit. Umumnya terjadi
pada tanah Grumusol atau Vertisols.
Ukuran struktur tanah dibedakan menjadi 5 kelas,
yaitu: sangat halus, halus, sedang, kasar, dan sangat
kasar/sangat besar. Batas ukuran dari kelas tersebut
berbeda menurut bentuk struktur seperti tabel di bawah ini :
Tabel 9. Kelas ukuran struktur tanah
Prisma
Lempeng*) Gumpal Kersai
Kelas ukuran dan Tiang
mm mm mm
mm
Sangat halus
<1 < 10 <5 <1
(very fine = vf)
Halus (fine =
1-2 10-20 5-10 1-2
f)
Sedang
2-5 20 - 50 10-20 2-5
(medium = m)
Kasar (coarse
5-10 50 - 100 20 - 50 5-10
= c)
Sangat kasar
(very coarse = > 10 > 100 > 50 > 10
vc)
Tingkat perkembangan struktur tanah dibedakan dalam
tiga kelas sebagai berikut:
a. Lemah (weak), simbol = 1: bentuk satuan struktur hampir
tidak jelas, kemantapan kecil, sehingga kalau diremas
BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 113
bahan hancur pecah menjadi campuran antara agregat
alamiah dan pecahan-pecahan agregat yang tidak
mempunyai bidang-bidang permukaan agregat. Perbedaan
antara tidak berstruktur dan tingkat perkembangan
struktur lemah kadang-kadang sukar ditentukan.
b. Sedang (moderate), simbol = 2: bentuk satuan struktur
cukup jelas, kemantapan cukup, sehingga kalau diremas
sebagian besar bentuk satuannya tetap, sebagian kecil
berupa pecahan agregat dan unit-unit struktur lain.
c. Kuat (strong), simbol = 3: bentuk satuan struktur cukup
jelas, kemantapan cukup kuat, sehingga kalau diremas
bentuk satuannya tetap utuh. Permukaan ped umumnya
berbeda nyata dengan bagian dalamnya.
• Konsistensi
Konsistensi adalah tingkat kohesi/adhesi massa tanah,
ditentukan dengan cara menekan, meremas, memijit atau
memirid dengan tangan. Menentukan konsistensi tanah di
lapangan dilakukan pada tiga keadaan, yakni lembab, basah,
dan kering.
1. Konsistensi lembab
Konsistensi lembab adalah jika kadar air tanah berada
di antara titik layu permanen dan kapasitas lapangan.
Konsistensi lembab ditentukan dengan cara meremas massa
tanah dengan ibu jari dan jari telunjuk. Cara penetapan
kelas konsistensi tanah lembab di lapangan disajikan
dalam tabel di bawah ini :

114
Tabel 10. Penetapan konsistensi tanah lembab
Konsistensi lembab Penjelasan
Lepas atau loose (l) Butir tanah terlepas, satu dengan
lainnnya tidak terikat.
Sangat gembur atau Dengan sedikit tekanan antara ibu jari
very friable (vf) dan telunjuk tanah mudah hancur.
Gembur atau friable Dengan sedikit tekanan antara ibu jari
(f) dan telunjuk tanah dapat hancur.
Teguh atau firm (t) Massa tanah hancur dengan tekanan
yang sedang.
Sangat teguh Massa tanah hancur dengan tekanan
atauvery firm (vt) yang kuat antara ibu jari dan telunjuk.
Sangat teguh sekali Massa tanah sangat tahan terhadap
atau extremely firm remasan, kecuali dengan tekanan yang
(et) sangat kuat (diinjak pakai kaki).
2. Konsistensi basah
Konsistensi basah adalah jika kadar air tanah Iebih
dan kapasitas lapangan. Konsistensi basah ditetapkan dalam
dua cara, yaitu berdasarkan kelekatan dan plastisitasnya.
Kelekatan (stickiness) adalah derajat adhesi tanah,
ditentukan dengan memijat tanah antara ibu jan dan
telunjuk. Cara penetapan kelas konsistensi tanah basah di
lapangan disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 11. Penetapan konsistensi tanah basah
Konsistensi
Penjelasan
basah
Tidak lekat atau Setelah ditekan dengan jari tidak ada
non sticky (po) massa tanah tertinggal di ibu jari atau
telunjuk
Agak lekat atau Setelah ditekan, massa tanah ada yang
slightly sticky (ss) tertinggal di kedua jari.
Lekat atau sticky Setelah ditekan kembali pada massa
(s) tanah, hanya salah satu jari yang masih
membawa massa tanah, secara nyata.
Sangat lekat atau Setelah ditekan, massa tanah melekat
very sticky (vs) pada kedua jari dan kalau ditarik massa
tanah tersebut seperti elastis antara jari
dan massa tanah.

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 115


3. Konsistensi kering
Konsistensi dalam keadaan kering adalah jika kadar
air tanah kurang dari titik layu permanen. Ditentukan
dengan cara menekan masa tanah di antara ibu jari dan
telunjuk atau telapak tangan. Cara penetapan kelas
konsistensi tanah kering di lapangan disajikan dalam tabel
di bawah ini :
Tabel 12. Penetapan konsistensi tanah kering
Konsistensi kering Penjelasan
Lepas atau loose (l) Butir tanah terlepas, satu dengan
lainnnya tidak terikat.
Lunak atau soft (s) Dengan sedikit tekanan antara ibu
jari dan telunjuk tanah mudah
hancur menjadi butir, kohesi kecil.
Agak keras atau slightly Tanah hancur dengan tekanan agak
hard (sh) sedang antara ibu jari dan telunjuk.
Keras atau hard (h) Tanah hancur dengan tekanan yang
sedang sampai kuat.
Sangat keras atau very Tanah tahan terhadap tekanan,
hard (vh) massa tanah sukar dihancurkan
dengan jari tangan.
Sangat keras sekali atau Sangat tahan terhadap tekanan,
extremely hard (eh) massa tidak dapat dihancurkan
dengan tangan.
4. Plastisitas
Plastisitas (plasticity) adalah derajat kohesi tanah atau
kemampuan tanah berubah di bawah pengaruh tekanan dan
meninggalkan bentuk setelah tekanan dihentikan. Plastisitas
ditentukan dengan cara menggulung tanah dengan tangan
sampai terbentuk suatu benang atau semacam kawat
berdiameter ±3 cm. Cara penetapan plastisitas tanah di
lapangan disajikan dalam tabel di bawah ini :

116
Tabel 13. Penetapan plastisitas tanah di lapangan
Plastisitas Penjelasan
Tidak plastis
Apabila dibentuk dengan 4 cm panjang dan
ataunon plastic 6 mm tebal, dipegang ujungnya, bentuk
(po) tersebut akan hancur.
Agak plastis
Lempeng 4 cm panjang dan 6 mm tebal
atau slightly
dapat dibentuk, dipegang pada ujungnya
plastic (sp) masih dapat terbentuk, tetapi bila tebalnya
dibuat 4 mm bentuk tersebut akan hancur.
Plastis atau Lempeng 4 cm panjang dan 4 mm tebal
plastic dapat terbentuk dan kalau dipegang pada
(p) ujungnya bentuk tersebut tidak rusak.
Apabila tebalnya menjadi 2 mm, bentuk
tersebut akan rusak.
Sangat plastis Lempeng 4 cm panjang dan 2 mm tebal
atauvery plastic dapat terbentuk, bila dipegang pada
(vp) ujungnya tidak akan rusak bentuknya.

• Pori
Ruang pori adalahistilah untuk void atau rongga dalam
bahan tanah. Istilah itu meliputi pori matriks, non-matriks, dan
antar struktur. Pori matriks terbentuk oleh bahan yang
mengontrol penyusunan pastikel tanah primer. Pori matriks
biasanya lebih halus daripada yang non-matriks. Pori antar
struktur dibatasi oleh satuan struktur. Pori non-matriks dapat
terbentuk oleh akar, binatang, aksi tekanan udara dan bahan
lain. Pori penting untuk pergerakan air, dan ini dideskripsi oleh
jumlah, ukuran, dan kontinuitas vertikal. Kelas jumlah
terhadap satuan luas 1 cm2 untuk yang sangat halus dan halus,
1 dm2 untuk pori sedang dan kasar, serta 1 m2 untuk sangat
kasar. Kelas jumlah dijelaskan sebagai berikut :
- Sedikit :<1 per satuan luas
- Biasa : 1 – 5 per satuan luas
- Banyak : >5 per satuan luas
Dengan kelas ukuran sebagai berikut :

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 117


- Sangat halus : diameter <0,5 mm
- Halus : diameter 1-2 mm
- Sedang : diameter 2-5 mm
- Kasar : diameter 5-10 mm
- Sangat kasar : diameter >10 mm

• Jenis Pori
Kebanyakan pori non-matriks adalah vesicular (kurang
lebih bulat/sperikal atau lonjong/elips), atau berbentuk
tabung/tubular (kurang lebih silindris dan memanjang),
beberapa berbentuk kurang teratur.

Gambar 13. Jenis pori tanah

118
Tabel 14. Deskripsi jenis pori tanah
Deskripsi Kode Kriteria
PORI – PORI TANAH1
Tabung TD Pori-pori berbentuk tabung,
Dentritik memanjang dan bercabang; Misalnya
saluran akar yang terlapuk

Tidak Teratur TT Lubang tidak bersambung,


ruang;misalnya vugh dengan berbagai
bentuk
Berbentuk BT Pori – pori berbentuk tabung dan
Tabung memanjang; Misalnya lubang cacing
Berongga/ Vs
Pori – pori membulat; misalnya bentuk
Vesicular semu yang mengeras dari gelembung
udara yang terperangkap dan
terkonsentrasi di bawah kerak;sangat
umum di lingkungan arid dan semi-arid
PORI PADATAN PRIMER (PRIMARY PACKING VOIDS)
Interstirial In Pori – pori di antara butir – butir pasir
atau pragen batuan
• pH H2O
Istilah deskriptif yang digunakan untuk kisaran reaksi
tanah. pH H2O untuk pH aktual dan pH KCl untuk pH potensial,
adalah sebagai berikut :
- Ultra masam : <3.5
- Ekstrim masam : 3.5 - 4.4
- Sangat masam : 4.5 - 5.0
- Masam : 5.1 - 5.5
- Cukup masam : 5.6 - 6.0
- Agak masam : 6.1 - 6.5
- Netral : 6.6 - 7.3
- Agak alkalis : 7.4 - 7.8
- Cukup alkalis : 7.9 - 8.4
- Alkalis : 8.5 - 9.0

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 119


- Sangat alkalis : >9.0

• pH NaF
Penetapan pH dengan cairan NaF digunakan untuk
mengetahui kemungkinan adanya mineral alofan atau
penetapan sifat andik.
a = andik, pH NaF >11
b = bukan andik, pH <11
• Reaksi dengan Alpha-Alpha dipiridil
Reagen ini digunakan untuk mengetahui keberadaan
Fe2+. Penggunaannya di lapangan dengan meneteskan
beberapa tetes reagen ke atas permukaan ped. Indikasi
keberadaannya adalah warna menjadi lebih merah atau lebih
terang. Jika terjadi perubahan warna dalam kurun waktu
kurang lebih 30 menit, maka hasilnya ditulis positif, jika tidak
ada perubahan warna, maka ditulis negatif.

• Reaksi dengan HCl 10%


Untuk melakukan tes karbonat di lapangan digunakan
HCl 10%. Jumlah buih dipengaruhi oleh distribusi karbonatnya.
Perlu diketahui bahwa buih tersebut tidak dapat digunakan
sebagai penentu dan jumnlah karbonat. Pembagian kelas
pembuihan adalah sebagai berikut:
0 = Tidak ada
1 = Sangat lemah - beberapa buih kelihatan
2 = Lemah - buih-buih nampak
3 = Kuat - buih membentuk busa tipis
4 = Sangat kuat - buih membentuk busa tebal
Buih ini tidak dapat terlihat pada tanah bertekstur
pasir, sedangkan pada dolomit bereaksi sangat sedikit atau
tidak bereaksi sama sekali dengan larutan HCI, kecuali setelah
dipanaskan, atau menggunakan asam yang berkonsentrasi
tinggi, dan dengan menumbuknya.
120
• Reaksi dengan H2O2 3%
Reagen ini digunakan untuk mengetahui keberadaan Mn
di dalam tanah. Teteskan beberapa tetes reagen ke atas ped
dan tunggu selama beberapa menit. Indikasi keberadaan Mn
adalah dengan berubahnya warna tanah menjadi lebih gelap.
Tulis hasilnya dengan simbol positif jika terjadi perubahan
warna, dan negatif jika tidak ada perubahan warna.
• Reaksi dengan H2O2 10%
Reagen ini berfungsi untuk mengetahui kandungan bahan
organik dalam tanah. Teteskan secukupnya ke atas ped atau
bongkahan untuk mengetahui reaksinya. Kriteria reaksinya
dapat dibedakan menjadi seperti di bawah ini :
- Tidak ada (0) : tidak berbuih
- Sangat lemah (1) : sangat sedikit buih terlihat atau tidak
terlihat tetapi reaksi dapat didengarkan
dengan mendekatkan telinga
- Lemah (2) : tampak buih terbentuk dalam jumlah
sedikit sampai sedang
- Kuat (3) : buih membentuk busa tipis
- Sangat kuat (4) : buih membentuk busa tebal

• Karatan
Karatan adalah gejala kelainan warna dalam tanah yang
diakibatkan oleh proses reduksi dan oksidasi. Karatan dalam
profil tanah dicatat mengenai jumlah (kadar), ukuran,
bandingan (kontras), batas, bentuk, dan warna.
Kadar: Kadar karatan menunjukkan kelas persentase
karatan yang terdapat pada permukaan yang diamati dan
dibedakan dalam 3 kelas, yaitu:
- Sedikit (few), simbol = f : 0 - 2%
- Cukup (common), simbol = c : 2 - 20%

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 121


- Banyak (many), simbol = m : >20%
Jika kadar karatan tidak memberikan perbedaan suatu warna
matriks yang predominan, maka warna predominan dapat
ditentukan dan dicatat sebagai warna matriks tanah.
Ukuran: Ukuran karatan diperkirakan berdasarkan
diameternya yang dinyatakan dalam kelas-kelas sebagai
berikut:
- Halus (fine), simbol = f : 2 - 6 mm
- Sedang (medium), simbol = m : 6 - 20 mm
- Kasar (coarse), simbol = c : >20 mm
Bandingan: bandingan atau kekontrasan warna matriks tanah
dan karatan dinyatakan sebagai berikut:
- Baur (faint), simbol b: karatan ini akan terlihat jelas jika
diamati lebih detail (dilihat dengan bantuan loupe), warna
matriks dan karatan hampir sama, perbedaannya kurang
dari satu unit chroma atau dua unit value.
- Jelas (distinct), simbol j: umumnya mempunyai hue sama
dengan warna matriks tetapi chroma berbeda 2 - 4 unit,
atau valuenya berbeda 3 - 4 unit, atau hue berbeda 2,5 unit,
tetapi perbedaan chromanya < 1 unit dan valuenya 2 unit.
- Sangat jelas (prominent), simbol = n: karatan mempunyai
chroma dan value yang berbeda dari warna matriks. Jika
chroma dan value- nya sama, maka hue berbeda 5 unit, jika
hue-nya sama, perbedaan chroma dan value sekurang-
kurangnya 4 unit; atau jika hue berbeda 2,5 unit, maka
perbedaan chroma < 1 unit atau value 2 unit.
Batas: Batas antara karatan dan matriks dinyatakan sebagai
ketebalan dari zone peralihan warna antara karatan dengan
matriks dengan kriteria sebagai berikut:
- Sangat jelas (sharp), simbol = s : < 0,5 mm

122
- Jelas (clear), simbol = c : 0,5 - 2 mm
- Baur (diffuse), simbol = d : > 2 mm
Bentuk: bentuk karatan dibedakan sebagai berikut:
- Bintik (bi) : hampir membulat, satu dengan
lainnya tidak bersambung.
- Bintik berganda (bs) : hampir membulat, satu dengan lainnya
bersambung.
- Lidah (li) : memanjang kecil, membujur dari atas
ke bawah.
- Api (ap) : lebar atau besar yang arahnya tidak
menentu.
- Pipa (pi) : bulat memanjang.
Warna. Warna karatan dapat dilihat pada Munsell Soil Color
Chart.

• Perakaran
Jumlah, ukuran, dan lokasi letak perakaran dalam setiap
lapisan/horizon perlu dilakukan pengamatan, demikian juga
hubungan antara perakaran dengan keadaan fisik tanah,
atribut tanah atau dengan struktur tanah, termasuk keragaan
perakarannya sendiri perlu dijelaskan berupa catatan.
Jumlah perakaran dicatat berdasarkan jumlah setiap
ukuran masing- masing perakaran per satuan luas. Satuan luas
berbeda untuk setiap ukuran perakaran:
- 1 cm2untuk ukuran perakaran halus dan sangat halus,
- 1 dm2untuk ukuran perakaran sedang dan kasar,
- 1 m2untuk ukuran perakaran sangat kasar.
Kelas jumlah perakaran sebagai berikut:
- Sedikit : 0,2 sampai 1 per satuan luas, simbol = f
- Biasa : 1 sampai 5 per satuan luas, simbol = c

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 123


- Banyak : 5 atau lebih per satuan luas, simbol = m
Kelas ukuran perakaran sebagai berikut:
- Sangat halus : perakaran berdiameter <1 mm, simbol = vf
- Halus : perakaran berdiameter 1 - 2 mm, simbol = f
- Sedang : perakaran berdiameter 2 - 5 mm, simbol = m
- Kasar : perakaran berdiameter 5 - 10 mm, simbol = c
- Sangat kasar : perakaran berdiameter >10 mm, simbol = vc
Letak perakaran dideskripsi dalam hubungannya dengan
fenomena lain pada setiap lapisan/horizon. Hubungan dengan
batas lapisan, saluran-saluran yang ditinggalkan oleh binatang,
pori-pori, dan kenampakan lain dideskripsi berurutan,
gunanya untuk menunjukkan, misalnya, apakah perakaran
berada di dalam ataukah di antara ped.
4.2. Survei123
Survey123 for ArcGIS adalah solusi pengumpulan data
dengan menggunakan formulir yang sederhana tetapi bekinerja
tinggi yang menjadikan pembuatan, pembagian, dan analisis
survei memungkinkan hanya dalam tiga langkah mudah:
1. Ajukan Pertanyaan – Desain formulir cerdas yang efektif
dan publikasikan ke ArcGIS.
2. Dapatkan Jawaban – Ambil jawaban dengan mudah via
web atau perangkat seluler, di lingkungan apa pun.
3. Buat Keputusan Terbaik – Analisis jawaban dalam waktu
nyata untuk membantu pembuatan keputusan.
Formulir cerdas Survey123 for ArcGIS memungkinkan Anda
untuk menerapkan aturan canggih untuk validasi input-pengguna,
kontrol saat pertanyaan ditampilkan atau disembunyikan dari
pengguna, dan respons yang dihitung sebelumnya untuk
pertanyaan menggunakan logika penulisan skrip lanjutan.

124
4.3. Cara Input Parameter
Buka aplikasi browser kemudian ke laman ub-
gis.maps.arcgis.com kemudian masukkan username dan password
sebagai berikut. Username : stelafpub20 dan Password :
stela@2020.

Gambar 14. Halaman login UB-GIS

Jika sudah berhasil sign in maka nama akan muncul di


sebelah kanan atas aplikasi. Setelah itu maka pilih yang
berada di samping nama akun maka akan muncul pilih aplikasi
ArcGIS Online. Pilihlah Survey123 dalam laman ini bisa dilihat
survei apa saja yang pernah dibuat.

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 125


Gambar 15. Survei yang pernah dibuat

Buat survei baru dengan cara mengklik “+ Create a New


Survey“ pilih :Using the web designer” klik Get Started.
Tambahkan nama, tag dan deskripsi dari survei yang akan
dilakukan.

Gambar 16. Halaman membuat survei baru

Tampilan data awal terdapat beberapa menu bar yang


tersedia Overview, Design, Collabrete, Analyze, Data dan Settings
serta sharing. Pilih Design untuk membuat form kuisoner yang
126
akan digunakan di lapangan. Sesuaikan form kuisoner yang
tersedia pada menu pilihan.

Gambar 17. Tampilan data awal

Setelah memilih form pengamatan yang sudah disesuaikan


dengan kegiatan survei maka langkah selanjutnya adalah
menyiman (save) dan melakukan publish form pengamatan.

1 2

Gambar 18. Form pengamatan yang sudah sesuai

4.4. Berbagi Form Survei


Berbagi (Sharing) form survei data dilakukan untuk
menyebarkan form pengamatan yang dilakukan. Pilih Colaborate

BAB 4. PERSIAPAN SURVEI| 127


terdapat di menu Submitter setelah itu ada Link gunakan “Ask the
user how to open the survey, in browser or in the Survey123 field
app” agar bisa dibuka dengan menggunakan browser atau
Survey123 for Arcgis di smartphone.

Gambar 19. Mengatur form pengamatan yang akan dibagikan

Berikut adalah salah satu hasil dari link dan barcode hasil
form pengamatan.
https://arcg.is/mbWuO

Gambar 20. Barcode form pengamatan

128

Anda mungkin juga menyukai