No
Nama
No HP
085263921724
Rika Susanti S
085266212239
Yoga Prahaditya
085247810845
081553119991
Beta Puspitaningrum
085726519508
Mia Ruswanti
082225381600
M. Ridah Nasarudin
085725933062
085768655062
085271376980
10
081225494196
11
Yunio Sandytha
085719906538
12
Kintan Dwi A
087739001878
DAFTAR ISI
NAMA ASISTEN KARTOGRAFI DAN PERPETAAN
1
2
TATA TERTIB
DAFTAR ISI
13
22
25
30
33
35
39
41
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN
43
ACARA 1
PENGENALAN PETA DAN PEMETAAN
A. TUJUAN
1. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menggambar berbagai kenampakan atau
fenomena atau simbol (dapat berupa simbol titik, garis, area) yang terdapat dalam suatu
peta.
2. Melatih ketelitian penggambaran.
B. ALAT DAN BAHAN YANG DI GUNAKAN
1. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25000
2. Kalkir ukuran A4
3. Drawing pen/rapidograph
4. Penghapus drawing pen
5. Pensil warna
6. Alat tulis (Penggaris, Pensil, Penghapus, pulpen)
7. Kalkulator
8. Kertas HVS A4 70 gram
C. DASAR TEORI
1. Pengertian Peta & Pemetaan
1.1. Pengertian Peta
Secara umum, peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada
bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai
penjelas. Menurut ICA International Cartographic Association (ICA), peta adalah
gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan
bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada
umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Sedangkan
menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL 2005),
peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan,
merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada
tahapan dan tingkatan pembangunan.
1.2. Jenis & Macam Peta
Secara umum, peta dapat diklasifikasi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Peta Umum (Peta RBI)
Peta umum adalah peta yang manampilkan bentuk fisik permukaan bumi suatu
wilayah. Contoh: peta jalan dan gedung wilayah DKI Jakarta.
2. Peta Khusus (Peta Tematik)
Peta khusus adalah peta yang menampakkan suatu keadaan atau kondisi khusus suatu
daerah tertentu atau keseluruhan daerah bumi. Contoh: peta persebaran hasil tambang,
peta curah hujan, peta pertanian perkebunan, peta iklim.
Dengan adanya kemajuan teknologi, jenis data untuk membuat peta semakin
berkembang dari bentuk manual ke bentuk digital yang dibedakan menjadi data vektor
dan data raster.
1.3. Pengertian Pemetaan
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran
permukaan bumi dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga
didapatkan hasil peta berbentuk softcopy (digital) maupun hardcopy (cetak). Hakikat
pemetaan adalah memperkecil sifat keruangan sebagian atau seluruh permukaan bumi ke
dalam batas pandangan manusia sehingga lebih mudah diobservasi dan dipelajari.
Contoh: memahami jaringan jalan di sebuah kota lebih mudah dilihat pada peta daripada
turun langsung ke lapangan.
Dalam pemetaan juga dipelajari bagaimana menyajikan peta dengan baik sesuai
karakteristiknya (informasi & atribut yang akan ditampilkan pada peta) sehingga peta
dapat dan mudah dibaca. Informasi yang ditampilkan pada muka peta adalah kenampakan
kenampakan yang menggambarkan unsur-unsur sebagai berikut:
a. Buatan manusia, seperti: jalan, rel kereta api, bangunan, sawah, dan sebagainya
b. Perairan, seperti: danau, rawa, sungai, dan sebagainya
c. Unsur alam, seperti: gunung, bukit, pegunungan, lembah, dan sebagainya
d. Tumbuhan, seperti: hutan, semak belukar, padang rumput, dan sebagainya
Penamaan dalam suatu pemetaan juga merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalam penyajian sebuah peta, baik itu peta topografi maupun peta tematik. Namanama geografi ini perlu dicantumkan dalam peta karena nama ini dipakai sebagai
identifikasi suatu perwujudan, walaupun sebelumnya nama itu sendiri bukan bagian dari
muka bumi. Penempatan nama-nama geografi ini harus tepat dan benar agar mudah
dibaca dan tidak membingungkan pemakai peta. Untuk itulah dibuat aturan-aturan
penempatan serta tipe huruf yang digunakan dalam mewakili suatu kenampakan. Prinsip
penulisan nama-nama geografi adalah sebagai berikut :
1. Wilayah administrasi dan nama tempat biasanya berwarna hitam tapi dapat juga
berwarna kelabu;
2. Nama bentuk relief seperti pegunungan atau bukit ditulis dengan bentuk miring warna
hitam;
3. Nama perairan dengan tipe miring warna biru.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah Komposisi Peta dan kelengkapan
komponennya (Gambar 1.1).
2.
3.
4.
5.
6.
Legenda
Suatu daftar atau tabel yang menunjukkan tanda-tanda atau simbolsimbol
konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskripsinya
ditampilkan di sebelah kanan tengah dari peta. Daftar ini lazim disebut dengan
keterangan atau legenda.
7.
8.
Pada dasarnya sistem koordinat pada peta rupabumi menggunakan sistem koordinat
grid geografi (gratikul) dengan warna biru, sedangkan grid UTM diberikan pada
keempat sisi peta dan diberi warna hitam, Koordinat geografi mempunyai satuan
derajat, menit dan detik. Lintang geografi diberi indikasi Utara (U) atau Selatan (S).
Bujur geografi untuk wilayah Indonesia akan selalu mengarah ke Timur (T).
Contoh salah satu koordinat pojok kanan bawah peta (L, B atau ( , ) : 1150
15 00" T dan X = 080 45' 00". Koordinat yang sama bila dihitung dalam sistem arid
UTM adalah X. Y: 0307491 mT dan 9032336 mU.
9.
10
Gambar 1.12 Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG) dan Utara Magnetik (UM)
11
1.
2.
3.
4.
5.
6.
12
ACARA 2
TATA WARNA, SIMBOL DAN REKONSTRUKSI
A. TUJUAN
1. Mahasiswa memiliki keterampilan untuk menentukan lokasi, tata warna, dan simbol di
peta
2. Mahasiswa memiliki keterampilan untuk merekonstruksi penampang pada peta
B. ALAT DAN BAHAN YANG DI GUNAKAN
1. Kalkir ukuran A4
2. Kertas Milimeter Block
3. Rapidograph/drawing pen
4. Penghapus drawing pen
5. Pensil warna
6. Jangka dan busur
7. Alat tulis (penggaris, pensil, penghapus)
8. Kalkulator
9. Kertas HVS A4 70gram
C. DASAR TEORI
2.1. Tata warna
Penggunaan warna pada peta (dapat juga pola seperti titik-titik atau jaring kotak-kotak
dan sebagainya) ditujukan untuk tiga hal :
Untuk membedakan
Untuk menunjukan tingkatan kualitas maupun kuantitas (gradasi)
Untuk keindahan
Dalam menyatakan perbedaan digunakan bermacam warna atau pola. Misalnya laut
warna biru, perkampungan warna hitam, sawah warna kuning dan sebagainya.
Sedangkan untuk menunjukan adanya perbedaan tingkat digunakan satu jenis warna
atau pola. Misalnya untuk membedakan bersarnya curah hujan digunakan warna hitam
dimana warna semakin cerah menunjukan curah hujan makin kecil dan sebaliknya warna
semakin legam menunjukan curah hujan semakin besar.
2.2. Simbol
Desain grafis merupakan bagian vital dari kartografi, karena dibutuhkan komunikasi
yang efektif dari simbol-simbol yang didesain.
Ada tiga kompenen dari kartografi desain : warna, pola, dan tipologi (seni cetak,
tatahuruf). Ada banyak cara untuk memetakan data ruang (spasial) yang kesemuanya harus
disajikan dengan simbol:
1.
Simbol Titik
Simbol titik digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional seperti kota, titik
trianggulasi, titik bor, dan lainya. Simbl berupa titik, segitiga, segiempat, lingkaran dan
sebagainya.
13
2.
Simbol Garis
Digunakan untuk menyajikan data-data geografis misalnya sungai, jalan, batas wilayah,
jalur migrasi dan lain sebagainya.
3. Simbol Luasan
Simbol ini digunakan bila mewakili suatu area tertentu dengan simbol yang mencakup
luasantertent misalnya daerah rawa, hutan sawah, padang pasir dll.
Dalam menerangkan sifat-sifat karakter dan spesifikasi suatu variabel akan melibatkan
4 macam skala variabel yaitu nominal, ordinal dan interval-ratio
1. Skala Nominal
Ukuran nominal adalah suatu ukuran data dengan Skala nominal dilakukan bila akan
menyajikan data kualitatif saja atau dengan kata lain unsur data ini dikenal dengan nama
saja (deskription)
2. Skala Ordinal
Ukuran ordinal adalah adalah suatu ukuran dari data/unsur dengan aturan tertentu dan
mempunyai tingkatan (ranking)
Tingkatan misalnya : tua muda
besar kecil
3. Skala Interval-ratio
Ukuran interval ratio adalah suatu aturan tertentu, mempunyai tingkatan dan dibagi lagi
atas kelas kelas tertentu dengan harga sebenarnya.
Misal : Garis kontur ketinggian
Kepadatan penduduk
Gambar 2.1 Beberapa contoh macam skala variabel yaitu nominal, ordinal dan interval-ratio yang
menampilkan unsur titik, garis dan area
14
Agar peta dapat dengan mudah dimengerti oleh pengguna peta, pemakaian tata warna
dan simbol sangat membantu untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk menyatakan sesuatu hal
ke dalam peta tentunya tidak bisa digambarkan seperti bentuk benda itu yang sebenarnya,
melainkan dipergunakan sebuah gambar pengganti atau simbol.
Bentuk simbol dapat bermacam-macam seperti; titik, garis, batang, lingkaran, bola dan
pola.
Simbol titik biasanya dipergunakan untuk menunjukan tanda misalnya letak sebuah
kota dan menyatakan kuantitas misalnya satu titik sama dengan 100 orang, dam sebagainya.
Simbol garis digunakan untuk menunjukan tanda seperti jalan, sungai, rel KA dan
lainnya. Garis juga digunakan untu menunjukan perbedaan tingkat kualitas, yang dikalangan
pemetaan dikenal dengan isolines.
Dengan demikian timbul istilah-istilah :
Isohyet yaitu garis dengan jumlah curah hujan sama
Isobar yaitu garis dengan tekanan udara sama
Isogon yaitu garis dengan deklinasi magnet yang sama
Isoterm yaitu garis dengan angka suhu sama
Isopleth yaitu garis yang menunjukan angka kuantitas yang bersamaan.
Tujuan dari penggunaan peta isopleth (menunjukan angka kuantitas sama) yaitu untuk
memperlihatkan perbandingan nilai dari sesuatu hal pada daerah yang satu dengan daerah
yang lain. Sehingga pengguna peta akan tahu mana daerah dengan nilai besar dan mana
daerah dengan nilai kecil.
Untuk simbol batang, lingkaran dan bola biasanya lebih banyak dipakai untuk nilainilai statistik yang ditunjukan dengan garfik (batang, lingkaran dan bola).
2.3. Rekonstruksi
Di dalam bumi terdapat lapisan-lapisan batuan penyusun bumi. Bentuk-bentuk
geometri yang terdapat pada kulit bumi yang terbentuk oleh pengaruh gaya-gaya endogen,
baik berupa tekanan maupun tarikan terhadap lapisan-lapisan batuan dinamakan struktur
geologi.
Pemetaan, khususnya pemetaan geologi, merupakan salah satu metode klasik yang
masih digunakan hingga saat ini karena masih dianggap sebagai metode yang paling akurat
untuk penggambaran data di lapangan. Dalam pemetaan geologi, dapat juga direkonstruksi
untuk menjelaskan bagaimana kondisi geologi (struktur geologi) di permukaan pada suatu
daerah dan sebagian kondisi bawah permukaan dari hasil rekonstruksi lapisan batuan.
Rekonstruksi umumnya dilakukan berdasarkan hasil pengukuran kedudukan lapisan
dari lapangan atau pembuatan suatu penampang dari peta geologi dan dilakukan pada batuan
sedimen yang mengalami lipatan.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk merekonstruksi suatu penampang, antara
lain :
1.
Metode busur lingkaran (arc methods)
Metode ini mengasumsikan bahwa lipatan yang biasanya terdiri dari batuan yang
kompeten dianggap sebagai lipatan konsentris dan paralel. Dasar dari metode ini adalah
anggapan bahwa lipatan merupakan bentuk busur dari suatu lingkaran dengan pusatnya
adalah perpotongan antara sumbu-sumbu kemiringan yang berdekatan.Untuk batasbatas lapisan yang dijumpai berulang pada lintasan yangdirekontruksi, maka pembuatan
15
busur lingkaran dilakukan dengan interpolasi. Dan metode yang paling sering dilakukan
adalah metode busk.
O1
O3
O1
O2
Kombinasi metode busur lingkaran (arc methods) dan tangan bebas (freehand).
Kombinasi metode ini di gunakan untuk lipatan yang melibatkan batuan inkompeten, di
mana terjadi penipisan dan penebalan yang tak teratur. Free hand drawing dilakukan khusus
pada interpolasi yang tidak dapat di lakukan dengan Arc Methode. Dan metode yang paling
sering digunakan adalah metode Kink.
16
1.
2.
3.
4.
17
18
19
Sedangkan pada titik D yang memiliki kemiringan yang sama dengan titik C, garis
lingkaran yang dibuat sebelumnya kemudian dilanjutkan tanpa menentukan perpotongan
antara kedua titik tersebut.
21
ACARA 3
GENERALISASI PETA
A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C.
DASAR TEORI
Mengubah skala dengan memprrkecil dan memperbesar peta untuk mengubah skala dengan
memmperbesar dan memperkecil peta yaitu :
1. Sistem grid bujur sangkar
Diatas peta yang akan diperbesar atau diperkecil skalanya dibuat grid bujur sangkar
dengan ukuran tertentu. Kotak-kotak bujur sangkar ini di dapat dari perpotongan garisgaris teratur dengan jarak tertentu dari dua arah vertikal dan horisontal. Kemudian kita
siapkan jaring-jaring atau kotak bujur sangkar dengan ukuran yang lain (untuk
memperbesar peta kotak-kotak ini lebih besar, untuk memperkecil peta kotak-kotajk ini
lebih kecil), pada kertas atau media yang lain yang disiapkan untuk memindahkan
gambar peta.
2. Fotocopy
Cara lain memperbesar dan memperkecil peta yaitu dengan cara fotocopy peta tersebut.
Bila anda ingin memperbesar peta, gunakanlah mesin fotocopy yang dapat memperbesar
peta. Begitu juga sebaliknya apabila anda ingin memperkecil peta yang anda buat maka
gunakanlah mesin fotocopy yang dapat memperkecil peta tersebut. Untuk peta yang
menggunakan skala garis atau skala tongkat tidak jada masalah, karena panjang garis atau
tongkat akan mengikuti perubahan. Peta dengan skala angka harus diubah dulun
skalanya menjadi skala garis sebelum di fotocopy.
3. Menggunakan alat pantograf
Selain menggunakan metode grid dan mesin fotocopy untuk memperbesar dan
memperkecil peta kita dapat menggunakan alat pantograf. Pantograf adalah alat untuk
memperbesar dan memperkecil peta. Dengan menggunakan alat ini kita dapat mengubah
ukuran peta sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada dasarnya, kerja pantograf
berdasarkan jajar genjang. Tiga dari empat sisi jajar genjang (a, b, c ) menpunyai skala
22
faktor yang sama. Skala pada tiga sisi tersebut dapat diubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan, yaitu memperbesar atau memperkecil peta.
Dengan menggunakan alat ini kita dapat mengubah ukuran peta sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Pada dasarnya, kerja pantograf berdasarkan jajaran genjang. Tiga dari empat sisi
jajaranb genjang (a, b dan c) mempunyai skala faktor yang sama. Skala pada ketiga sisi
tersebut dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, yaitu memperbesar atau memperkecil
peta.
Rumus yang digunakan:
Contoh: Suatu peta akan diperbesar 5 kali lipat.
Diketahui: m = 1 (besar peta yang asli) M = 5 (besar peta yang akan dibuat)
Maka skala faktor = 1/5 x 500 = 100 .
Setelah didapat besarnya skala faktor, lalu pantograf diatur sedemikian rupa sehingga
masing-masing lengan pantograf mempunyai skala faktor sama dengan 100.
a) Memperbesar peta
1. Peta asli berukuran 10 cm x 12 cm, kita ubah menjadi peta berukuran 20 cm x 24 cm.
Artinya, panjang dan lebar peta diperbesar dua kali. Jika skala peta asli 1 : 100.000, skala
peta yang baru 1 : 50.000.
2. Kita membuat petak-petak berukuran 1 cm x 1 cm menggunakan kertas kalkir untuk
memjiplak pada peta asli maka lebar petak yang akan kita perbesaran menjadi dua kali
yakni petak-petaknya menjadi 2 cm x 2 cm
3. Membuat petak-petak tersebut dengan baik melalui pembuatan garis yang tegak lurus dan
mendatar harus tepat horizontal. Dan dipindahkan dalam kertas grafik.
4. Apabila petak-petak sudah dibuat maka langkah selanjutnya memberi nomor pada petaskpetak seperti 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, dan seterusnya.
5. Memindahkan gambar dari yang asli ke yang baru. Semua lekuk-lekuk dan
penempatannya harus tepat.
6. Membuat layout hasil perbesaran peta.
b)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Memperkecil peta
Langkah memperkecil peta dapat dilakukan sebagai berikut :
Peta asli berukuran 12 cm x 10 cm kita ubah menjadi peta baru yang berukuran 6 cm x 5
cm. Artinya, panjang dan lebar peta diperkecil dua kali sehingga peta baru berukuran dua
kali lebih kecil. Jika skala peta asli 1 : 50.000, skala peta yang baru 1 : 100.000.
Membuat petak-petak berukuran 1 cm x 1cm menggunakan kertas kalkir ntuk memjiplak
pada peta asli maka panjang dan lebar petak yang akan kita perkecil menjadi dua kali
yakni petak-petaknya menjadi 0,5 cm x 0,5 cm.
Mengerjekan pembuatan petak-petak tersebut melalui pembuatan garis-garis tegak lurus
dan yang mendatar harus benar-benar horizontal. Dan dipindahkan dalam kertas grafik.
Apabila petak-petak sudah jadi, berilah setiap petak dengan nomor sesuai urut mulai dari
pojok atas kiri dengan nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, dan seterusnya.
Pindahkan gambar yang asli ke yang baru. Semua lekuk dan tempatnya harus tepat.
Membuat layout hasil perkecilan peta.
Dari hasil praktikum yang telah di buat dalam layout perbesaran dan perkecilan peta,
metode yang kami gunakan yaitu metode grid, awalnya metode ini di anggap susah oleh
sebagian orang, tetapi setelah kami mencobanya, ternyata metode ini tidak begitu sulit,
23
walaupun tidak begitu sulit tetapi dalam penggunaan metode ini membutuhkan keahlian atau
kemampuan untuk menjiplak gambar yang akan di buat serupa dengan yang aslinya.
Metode grid ini merupakan metode yang dapat di gunakan secara manual, dan
merupakan cara yang paling sederhana dalam proses perbesaran dan perkecilan peta, karena
hanya membutuhkan keterampilan untuk menjipak gambar atau peta yang akan di perkecil
dan diperbesar. Dalam memperkecil peta dari ukuran 1x1 cm menjadi 0,5x0,5 cm.
Sedangkan untuk memperbesar gambar peta menggunakan metode grid dari ukuran 1x1 cm
menjadi 2x2 cm. Pada intinya dalam mengubah ukuran peta kita juga harus mengubah skala,
skala di peta yang sebenarnya yaitu 1 : 50.000, jika kita akan memperkecil peta tersebut
maka skala peta diubah menjadi 1 : 100.000, dan apabila kita akan memperbesar peta maka
skala peta tersebut di ubah menjadi 1 : 25.000. hal ini di akibatkan oleh semakin besarnya
skala maka tampilan gambar akan semakin kecil, dengan kata lain semakin besar ukuran
peta maka semakin kecil skalanya.
Dengan melakukan perkecilan dan perbesaran peta banyak keuntungan yang kita
peroleh, salah satunya yaitu memiliki kemampuan atau skill dalam memperkecil dan
memperbesar peta sesuai yang di inginkan, Dapat memberikan kemudahan dalam
memahami peta, selain keuntungan yang kita dapatkan ada juga kerugian akibat adanya
distorsi. Pada perbesaran peta sedapat mungkin dihindari karena distorsi yang akan terjadi
lebih besar daripada proses perkecilan peta, hal semacam ini kumungkinan terjadi akibat
pada perbesaran peta, lebih tidak detail dalam menggambar area-areanya, dan terkadang ada
area yang terlewatkan karena pada peta tidak nampak secara jelas, berbeda dengan proses
perkecilan peta, pada perkecilan peta dapat dilakukan dengan lebih teliti sehingga distori
dari perkecilan peta dapat di minimalisir.
24
ACARA 4
PENENTUAN, JARAK, LUAS, DAN VOLUME
A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C.
DASAR TEORI
Salah satu fungsi peta adalah untuk mengetahui ukuran suatu kenampakan geografi.
Faktor/unsur yang dapat disadap/diukur dari peta antara lain : lokasi, jarak, arah, luas,
ketinggian, dan kemiringan lereng.
1. Lokasi
Lokasi suatu tempat dapat ditentukan dengan : (a). Paralel dan meridian, (b). Jarak dan
arah, (c). Jarak dan jarak, dan (d). Arah dan arah
2. Jarak
Jarak merupakan persoalan skala. Pengukuran jarak ditentukan dengan : jarak pada peta
dikali skala
3. Arah
Arah dinyatakan dengan sudut yang mengambil garis utara selatan sebagai garis
pangkal dan dikaitkan dengan titik atau tempat yang diketahui. Cara pengukuran arah,
dinyatakan dengan Bearing dan Azimuth
4. Luas
Seperti kita ketahui bahwa peta mencerminkan berbagai tipe informasi dari unsur muka
bumi maupun yang ada kaitannya dengan muka bumi. unsur geografis yang
dipmbarkan dalam peta dapat dikelompokkan menjadi : (1) posisional, yaitu
unsur-unsur yang tidak mempunyai dimensi atau perluasan , misalnya titik ketinggian,
sumur pengeboran, pusat pelayanan, dll. Nilai dari unsur-unsur ini dapat dilihat angka
yang ada atau dihitung dengan menjumlahkan titiknya; (2) linear, yaitu unsur yang
mempunyai perluasan pada satu segi unsur dimensi satu, misalnya jalan, sungai, garis
pantai. Untuk data linear ini nilai tergantung panjang-pendek unsur yang digambarkan
dan (3) luasan, yaitu unsur yang mepapunyai bentuk perluasan atau yang berdimensi
dua dan nilai ditentukan berdasarkan luasnya, bahkan unsur yang berdimensi tiga dapat
ditentukan volumenya. misalnya volume waduk, volume cadangan bahan galian, dan
sebagainya. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa oleh karena peta selalu
25
menggunakan salah satu sistem proyeksi, maka hasil perhitungan melalui peta tidak
akan sama/tepat dengan hasil pengukuran/perhitungan di permukaan bumi, kecuali peta
tersebut digambar dengan sistem proyeksi sama luas (equal area projection) dan peta
tersebut-dibuat dengan skala besar.
Beberapa cara dipakai untuk menghitung luas. Apabila bangun dari luasan yang akan
diukur itu teratur, misalnya berbentuk segitiga, segiempat, trapesium atau bujur
sangkar maka kita tinggal mengukur panjang sisi-sisi bangun yang bersangkutan dan
dimasukkan ke dalam rumusan luas, tetapi apabila bentuk wilayah yang akan diukur
tersebut tidak teratur maka luas wilayah dapat diukur dengan cara: (a) pembuatan kisi
atau kotak (cara segi empat/square method), (b) pembuatan garis potong (cara
jalur /stripped method), (c) cara segitiga (triangle method), (d) dengan alat pengukur
luas (planimeter), sedangkan volume/isi dapat dihitung pada peta berdasarkan luas dan
kedalaman, dan kedalaman dapat dihitung dari ketinggian yang digambarkan oleh garis
kontur.
Luas Cara Grafis
a)
Cara kisi-kisi
Bagian yang akan ditentukan luasnya "dirajah" dengan menempatkan kisi-kisi
transparan dengan ukuran tertentu di atasnya. Luas = jumlah kelipatan kisi-kisi satuan.
Cara lajur
Bagian yang akan ditentukan luasnya "dirajah" dengan menempatkan lajur-lajur
transparan dengan ukuran tertentu di atasnya. Luas setiap lajur = dl, bila d adalah lebar
lajur dan l panjang lajur.
26
Cara Segitiga
Pengukuran luas dengan methode segitiga ini dilakukan dengan membuat segitigasegitiga di seluruh daerah yang akan diukur luasnya pada peta, dan pada sisa daerah di
luar segitiga ditambahkan garis-garis yang tegak lurus dengan base line (sisi segitiga),
yang disebut dengan offset.
Luas daerah yang dihitung = (jumlah luas segitiga + jumlah luas offset) X skala peta.
( panjang O1 O2 O3 ....On)
Luas Offset = panjang AB X
n
27
5. Menghitung Volume
Volume
Luas( I II )
Luas ( II III )
Luas ( III IV )
Luas ( IV 0)
i
i
i
i
2
2
2
2
28
29
ACARA 5
PETA BLOCK PLAN
A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C.
DASAR TEORI
1.
Pengertian Block Plan
Block plan adalah gambaran sebuah lokasi bangunan dan sekitarnya yang diperkecil
dengan skala tertentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan/penggambaran peta
block plan:
1. Penggambaran garis terluar bangunan.
2. Penggambaran garis batas kepemilikan tanah.
3. Penulisan nama jalan.
4. Penggambaran menggunakan skala 1:1250 atau 1:2500 untuk area kecil, dan 1:5000 atau
1:10.000 untuk area yang luas.
5. Posisi arah Utara diusahakan ada di atas dan diberi penunjuk arah Utara pada layout peta.
2.
30
31
2.
32
ACARA 6
SKETSA KONTUR
A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C.
DASAR TEORI
Pengertian Sketsa Kontur
Sketsa wilayah berarti gambaran kasar tentang suatu wilayah berdasarkan hasil
pengamatan lapangan dari si pembuat sketsa. Sketsa berbeda dengan peta karena peta
merupakan hasil pengukuran di lapangan, sehingga jarak di lapangan memiliki
perbandingan tertentu dengan jarak di peta. Sketsa tersebut nantinya akan dibuat peta
dengan menggunakan ukuran yang sebenarnya.
Kontur (kontur topografi) dalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang
mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang
disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang
reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang
ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur sesuai dengan skala peta dan
keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah
tengah di atas skala grafis.
Jadi Sketsa kontur adalah gambaran kasar suatu kontur berdasarkan hasil pengamatan
lapangan.
Bentuk Kontur
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya.
Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, kontur-kontur yang
33
berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu
sama lain secara tetap, maka kemiringannya teratur.
Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada, tetap akan
bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika kontur masuk ke suatu
daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan ruang untuk
menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada pandangan horisontal, maka lereng terjal
tersebut digambarkan dengan simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar
dari simbol tersebut.
Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng disebut
konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu
merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan memberikan pandangan yang
panjang.
Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat maka
permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi (bergelombang).
Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah.
Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan yang teratur (tidak
patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya penyajian kontur cenderung
halus akibat adanya proses generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan detildetil kecil (minor).
Contoh Sketsa kontur :
34
ACARA 7
PEMETAAN TOPOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN GPS DAN TANPA
GPS (KOMPAS)
A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C.
DASAR TEORI
Pemetaan Topografi dengan menggunakan GPS
GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi
yang dikelola oleh Amerika Serikat. Penentuan posisi dengan GPS dapat dilakukan dengan
beberapa metode. Salah satu metodenya yaitu Survei Statik, yang berbasiskan pada
penentuan posisi secara differensial dengan menggunakan data fase, umumnya dikenal
sebagai metode survei GPS. GPS digunakan untuk menentukan posisi dari sekumpulan titik
yang umumnya membentuk suatu jaringan atau kerangka.
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dalam koordinat (baik 2 dimensi maupun 3
dimensi), yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. GPS merupakan sistem satelit
navigasi yang paling popular dan paling banyak diaplikasikan baik di darat, laut, maupun
udara. Contohnya dibidang militer, survei pemetaan, geodinamika, geodesi, geologi,
geofisik, transportasi dan navigasi, pemantauan deformasi, pertanian, kehutanan, bahkan
dibidang olahraga dan rekreasi. Ada beberapa tipe GPS, yaitu :
Tipe Geodetic
Jenis ini dapat menentukan koordinat dengan ketelitian yang sangat tinggi (orde mm),
namun harganya sangat mahal dan pengoperasiannya sangat kompleks.
Tipe Navigasi
Jenis ini dapat menentukan posisi dengan ketelitian berkisar antara 10 cm 1 m,
digunakan untuk keperluan navigasi. Tipe ini meruapakan GPS yang paling banyak
digunakan.
Prinsip kerja GPS yaitu GPS akan menerima sinyal yang dipancarkan dari satelit
(minimsl 5 satelit), dan GPS menghitung secara triagulasi di posisi mana dia berada. Pada
acara praktikum kali ini GPS yang digunakan adalah GPS navigasi dengan pertimbangan
segi praktis dan cepat.
1.
35
36
2.
h
s
h
s
Dalam Prosentase ( % )
Kemiringan lereng (%) =
h
.X 100%, atau
s
3.
4.
Dalam Pecahan
5.
a
x100%
45
Dalam Mills
Yang dimaksud 1 Mill adalah kemiringan yang dibentuk oleh satu satuan tegak
dibagi dengan 1000 satuan horizontal
TUGAS 1
Di lapangan
Penentukan titik ketinggian yang akan dipakai sebagai kerangka pembuatan peta topografi
adalah sebagai berikut:
1. Rencanakan dan tentukan penyebaran titik pokok dilapangan. Penentuan titik titik
tersebut dengan mempertimbangkan kemudahan kita pada saat nantinya mengeplot dan
membuat peta kotur.
2. Catatlah titik koordinat X,Y dan ketinggiannya beserta sketsanya pada lembar yang telah
disediakan asisten.
3. Titik titik tersebut beserta sketsanya diberi nomor untuk mempermudah kita menggambar
kembali pada media kertas millimeter.
4. Jika kita mendapatkan obyek melengkung seperti sungai atau jalan sebisa mungkin kita
menentukan titik titik lengkungnya.
37
5. Mengukur titik pada daerah yang memiliki perbedaan kelerengan. Prinsip ini untuk
membedakn pola dan kerapatan kontur yang akan kita buat.
6. Setelah semua dinyatakan selesai, cek ulang apakah semua titik sketsa yang kita ambil
telah cukup untuk melakukan intrapolasi, sebab jika tidak maka kita akan mengalami
kesulitan dalam membuat peta topografi.
Di studio
7. Gambarkan semua catatan dengan pada kertas millimeter.
8. Lakukan penerikan garis kontur menggunakan metode intrapolasi seperti pada halaman
21.
9. Setelah semua tergambar, pindahkan pada kertas kalkir dengan kelengkapan informasi
petanya.
38
ACARA 8
PEMBUATAN PETA TEMA
A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
C.
DASAR TEORI
Peta tematik adalah peta yang menyajikan informasi tentang suatu tema atau maksud
tertentu, dalam kaitannya dengan unsur topografi yang spesifik sesuai tema peta. Detail
topografi pada peta tematik diambil dari peta dasar. Tema peta dapat diketahui dari judul
petanya, sehingga dengan membaca judul peta dapat diketahui tema atau informasi pokok
apa yang tersaji dalam peta tersebut.
Suatu peta dapat terdiri dari satu tema (peta analisis), misalnya peta tanah, peta geologi,
peta kelas lereng; atau dapat terdiri dari dua tema atau lebih yang mempunyai kaitan atau
relevansi (peta multi-tema), misalnya peta areal HPH yang berisi informasi tentang batas
areal HPH, nama HPH serta batas-batas fungsi hutan.
Pada acara ini, praktikan membuat 3 macam peta tema, yaitu peta Satuan Batuan, Peta
penggunaan lahan, dan peta kemiringan lereng.
Peta Satuan Batuan
Peta satuan batuan adalah ungkapan data dan informasi geologi suatu
daerah/wilayah/kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala. Peta satuan batuan ini
menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan yang mendominasi suatu
daerah. Peta satuan batuan ini biasanya disajikan berupa gambar dengan warna, symbol, dan
corak atau gabungan ketiganya.
Tugas 1.
Praktikan memperbaiki lokasi atau daerah pada peta satuan batuan yang ada
Praktikan memberi tanda-tanda atau symbol yang didapatkan pada pengamatan
dilapangan kedalam peta tersebut, seperti sesar/kekar/lipatan dan strike/dip.
Praktikan menyalinnya ke dalam kertas kalkir sebanyak 2 buah.
39
40
ACARA 9
PEMBUATAN PETA SATUAN LAHAN
A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C.
DASAR TEORI
Satuan (atau unit, menurut versi Inggris) lahan adalah satuan analisis (bisa
juga satuan pemetaan) yang memuat satu himpunan atribut lahan. Unit-unit lahan dengan
kode sama diasumsikan mempunyai isi atribut yang sama, misalnya kemiringan lereng,
relief, batuan induk, kedalaman tanah, tekstur tanah, pH tanah, drainase permukaan, dan
penutup/ penggunaan lahan.
Cara mencapai satuan lahan bisa melalui pendekatan holistik, yaitu berdasarkan
delineasi kenampakan fisiografik pada citra (misalanya foto udara). Bisa pula dengan
pendekatan reduksionistik, yaitu dengan meng-overlay peta-peta dengan tema yang berbeda,
misalnya peta litologi, peta tanah, peta lereng dan peta penutup/penggunaan lahan.
Pendekatan holistik memerlukan penginderaan jauh, sedangkan pendekatan reduksionistik
memerlukan GIS.
Tugas
1. Menyiapkan 3 peta tema yang sudah kita buat pada acara sebelumnya
2. Plotkan semua peta tersebut kedalam satu kertas kalkir, kemudian warnai dengan warna
yang berbeda pada setiap satuan lahan.
41
42
DAFTAR PUSTAKA
AK Lobeck,1944, Military Maps and Air Photographs, their use and interpretation, Mc
Graw-hill book company, New York
Bakosurtanal, 2004, Panduan membaca Peta Rupabumi Indonesia, Bogor
Maruli Sunaga, 1999, Pemetaan Data Statistik, Fakultas geografi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Maruli Sunaga, 1995, Pengetahuan Peta, Fakultas geografi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Subagio, 2003, Pengetahuan Peta, Penerbit ITB, Yogyakarta
Buku Panduan Kuliah Lapangan 1 dan 2, Teknik Lingkungan, UPN Veteran
Yogyakarta.
http://penjelajah.babelred.com/categoria.asp?idcat=20
http://tech.groups.yahoo.com/group/rsgisforum-net/message/13876
http://dc346.4shared.com/doc/uWy4JViY/preview.html
http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/klasifikasikemampuan-lahan/
43
Lampiran
Warna
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Warna
Kuning
Hijau
Oranye
Merah
Abu abu
Biru
Coklat
Ungu
Batuan
Batupasir
Batulempung / lanau
Konglomerat
Batuan beku/intrusi
Endapan aluvial
batugamping
Breksi
Batuan metamorf
44
Sudut
dip
10 o
15 o
20 o
25 o
30 o
35 o
40 o
45 o
50 o
55 o
60 o
65 o
70 o
75 o
80 o
85 o
89 o
Sudut
dip
10 o
15 o
20 o
25 o
30 o
35 o
40 o
45 o
50 o
55 o
60 o
65 o
70 o
75 o
80 o
85 o
89 o
40 o
6o
9o
13 o
16 o
20 o
24 o
28 o
32 o
37 o
42 o
48 o
54 o
60 o
67 o
74 o
82 o
88 o
80
9o
14 o
19 o
24 o
29 o
34 o
39 o
44 o
49 o
54 o
59 o
64 o
69 o
74 o
79 o
84 o
88 o
35 o
28
46
10
41
21
14
20
44
27
33
4
2
29
22
40
15
27
51
47
43
38
37
36
34
34
34
35
37
40
43
47
51
56
59
5o
8o
11 o
14 o
18 o
21 o
25 o
29 o
34 o
39 o
44 o
50 o
57 o
64 o
73 o
81 o
88 o
30 o
46
44
48
58
19
53
42
50
21
20
47
53
36
58
15
20
15
75
9o
14 o
19 o
24 o
29 o
34 o
39 o
44 o
49 o
54 o
59 o
64 o
69 o
74 o
79 o
84 o
88 o
5o
7o
10 o
13 o
16 o
19 o
22 o
26 o
30 o
35 o
40 o
46 o
53 o
61 o
70 o
80 o
88 o
2
38
19
7
6
18
45
33
47
32
54
59
57
49
34
5
0
10 o
1o
2o
3o
4o
5o
6o
8o
9o
11 o
13 o
16 o
20 o
25 o
32 o
44 o
63 o
84 o
40
31
23
15
9
4
3
1
1
4
8
14
21
30
39
50
38
5o
45
40
37
37
44
56
17
51
41
65
44
25
30
57
33
15
15
50
7o
11 o
15 o
19 o
23 o
28 o
32 o
37 o
42 o
47 o
53 o
58 o
64 o
70 o
77 o
83 o
88 o
0o
1o
1o
2o
2o
3o
4o
4o
5o
7o
8o
10 o
13 o
18 o
20 o
44 o
78 o
41
36
35
39
51
12
44
27
23
35
0
40
35
43
2
29
42
1o
53
20
49
20
53
30
11
59
56
6
35
35
28
1
18
54
41
45
7o
10 o
14 o
18 o
22 o
26 o
30 o
35 o
40 o
45 o
50 o
56 o
62 o
69 o
76 o
82 o
88 o
0o
0o
0o
0o
0o
0o
0o
1o
1o
1o
1o
2o
2o
3o
5o
11 o
44 o
10
16
22
28
35
42
50
0
11
26
44
9
45
44
31
17
15
6
4
25
13
12
20
41
16
7
17
46
36
40
14
0
57
35
Pembacaan koreksi dip berdasarkan sudut yang dibentuk antara strike dan dip direction.
45
46
47
48
49
50