BAB III
DATA HASIL STUDI LAPANGAN
Foto udara atau peta foto adalah peta yang didapat dari survey udara yaitu
melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris
tertentu. Interpretasi foto udara dengan menganalisa citra foto udara dengan maksud
mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip
3-1
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri
yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk dalam kegiatan-kegiatan pengenalan
dan identifikasi suatu objek.
Penggunaan peta-peta foto udara dan foto (ortofoto dan peta garis) yang
dilengkapi dengan garis ketinggian akan sangat besar artinya untuk perencanaan tata
letak dari trase saluran. Peta-peta teristris masih diperlukan sebagai peta bakuatau
peta dasar. Perkembangan teknologi photo citra satelit kedepan dapat dipakai dan
dimanfaatkan untuk melengkapi dan mempercepat proses perencanaan jaringan
irigasi. Kombinasi antara informasi pengukuran teristris danphoto citrasatelit akan
dapat bersinergi dan saling melengkapi.
Kelebihan foto citra satelit dapat diperoleh secara luas dan beberapa jenis foto
landsat mempunyai karakteristik khusus yang berbeda, sehingga banyak informasi
lain yang dapat diperoleh antara lain dengan program/software yang dapat
memproses garis kontur secara digital.
Foto-foto satelit ini dipakai untuk
studi awal,studii dentifikasi dan studi
pengenalan.
Kelemahan foto citra satelit tidak
stereometris sehingga aspek beda
tinggi kurang dapat diperoleh informasi
detailnya tidak seperti pengukuran
teristris, sedangkan dalam
perencanaan irigasi presisi dalam
pengukuran beda tinggi sangat penting.
Meskipun demikian banyak informasi lain yang dapat dipakai sebagai
pelengkap perencanaan jaringan irigasi antara lain sebagai cross check untuk
perencanaan jaringan irigasi. Data-data pengukuran topografi dan saluran yang
disebutkan di atas merupakan data akhir untuk perencanaan detail saluran.
Trase saluran yang merupakan garis ketinggian atau elevasi muka tanah yang
terdapat pada peta situasi sungai dimana akan ditempatkan saluran. Pengukuran trase
saluran mencakup jaringan irigasi maupun saluran pembuang. Letak trase saluran
sering baru dapat ditetapkan setelah adanya rekomendasi dari bidang ilmu yang
terkait seperti ahli geodetik dan ahli geoteknik. Informasi yang diperoleh dari
pengukuran trase saluran dapat dipakai untuk peninjauan trase pendahuluan,misalnya
pemindahan as saluran atau perubahan tikungan saluran.
Letak as saluran pada silangan dengan saluran pembuang(alamiah) sering sulit
ditentukan secara tepat dengan menggunakan peta topografi sebelum diadakan
3-2
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
pengukuran saluran. Letak akhir bangunan utama dan bangunan silang tersebut
hanya dapat ditentukan berdasarkan survei lapangan (dengan skala 1:200 atau 1:
500).
Lokasi trase saluran garis tinggi akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan
topografi setempat daripada saluran yang mengikuti punggung medan. Saluran –
saluran sekunder sering mengikuti punggung medan. Pengukuran trase akan meliputi
jarak 75 m dari as saluran atau bisa kurang dari itu yang memungkinkan penempatan
as saluran dan perencanaan potongan melintang dengan baik. Untuk saluran garis
tinggi,lebar profil yang serupa cukup untuk memberikan perencanaan detail Akan
tetapi,karena menentukan as saluran dari sebuah peta topografi sebelum pengukuran
saluran lebih sulit,pengukuran peta trase umumnya ditentukan dengan as saluran yang
ditentukan di lapangan.
Penyelidikan detail akan didasarkan pada peta geologi. Kadang – kadang
informasi tambahan mengenai tanah sudah bisa dikumpulkan dari penelitian tanah
pertanian. Pengamatan dari pengukuran tofografi yang tidak teratur (terjadi parit-parit,
longsoran) akan lebih memperjelas gambaran geologi teknik. Penyelidikan geologi
teknik detail memungkinkan dilakukannya evaluasi karakteristik tanah dan batuan
untuk parameter perencanaan bangunan.
Lokasi yang akan dipilih sebagai kawasan pengembangan tanah pertanian
harus didasarkan peta-peta geologi dan peta-peta daerah yang sudah tersedia (jika
ada). Desitas pengukuran pada tahap studi pengenalan adalah satu kali pengamatan
per 200 ha sampai 500 ha. Untuk kegiatan studi kelayakan pengembangan dan
perencanaan pendahuluan, penyelidikan tanah akan dilakukan dengan terperinci.
Karena pengaruhnya terhadap laju perembesan dan perkolasi, penentuan tekstur dan
struktur tanah merupakan faktor kunci. Untuk ini diperlukana pemetaan. Kesuburan
tanah merupakan hal yang vital untuk padi irigasi.
Klasifikasi kemampuan tanah dilakukan berdasarkan data-data tanah,
kemiringan dan pembuang. Tanah bisa diklasifikasikan menurut kelas-kelas kecocokan
tanah untuk tanaman padi dan palawija (jagung, kacang tanah atau jenis lainnya yang
lebih disukai di daerah yang bersangkutan). Bila ada keragu-raguan, diminta
rekomendasi dari ahli tanah, dan hasil-hasil pengukuran dicek lagi dengan seksama.
Biasanya penyelidikan tanah semi detail sudah cukup untuk menetapkan
rencana pertanian akhir dan perencanaan akhir skema irigasi. Akan tetapi, jika kondisi
tanah irigasi pertanian ternyata tidak teratur maka diperlukan penyelidikan detail.
3-3
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
3-4
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
Sesuai dengan Undang-undang Sumber Daya Air bahwa dalam wilayah sungai akan
dibuat Pola Pengembangan dan Rencana Induk wilayah sungai,terkait dengan hal
tersebut pada kondisi wilayah sungai yang belum ada Pola Pengembangan dan
Rencana Induk, tetapi sudah perlu pengembangan irigasi, maka pada tahap studi awal
dan studi identifikasi hasilnya sebagai masukan untuk pembuatan pola
pengembangan wilayah sungai. Namun jika pola pengembangan wilayah sungai sudah
ada,maka tahap studi awal dan studi identifikasi tidak diperlukan lagi.
Rencana induk (masterplan) pengembangan sumber daya air disuatu daerah (wilayah
sungai,unit-unit administratif)di mana irigasi pertanian merupakan bagian
utamanya,dapat dibuat pada tahapan studi yang mana saja sesuai ketersedian dana.
Akan tetapi biasanya rencana induk dibuat sebagai bagian (dan sebagai hasil) dari
studi pengenalan. Pada Gambar3.1diberikan ilustrasi mengenai,hubungan timbal balik
antara berbagai taraf termasuk pembuatan Rencana Induk.
3-5
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
3-6
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
TAHAP PERENCANAAN
PERENCANAAN Foto udara (kalau ada), pengukuran pada
PENDAHULUAN topografi,penelitian kecocokan tanah.
Tata letak dan perencanaan pendahuluan
bangunan utama, saluran dan bangunan,
perhitungan neraca air(water balance).Kegiatan
kantor dengan pengecekan lapangan secara
ekstensif
Pemutakhiran perijinan alokasi air irigasi
Pengusulan garis sempadan saluran
3-7
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
Bila foto udara tersebut dibuat khusus untuk proyek, maka skalanya adalah
sekitar1:10.000, digunakan baik untuk taraf perencanaan maupun studi kelayakan.
Biasanya pembuatan peta untuk proyek irigasi seluas 10.000 ha atau lebih,didasarkan
pada hasil pemotretan udara.
Lingkup pekerjaan lapangan survey topografi secara keseluruhan dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pembuatan Kerangka Dasar Pemetaan
2. Pengukuran Situasi
a. Situasi Skala 1:5.000 seluas ±1500ha
b. Situasi Skala 1:20.000 seluas ±1500ha
3. Pengukuran Trase Saluran Skala 1:2.000
3-8
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
3.4 IDENTIFIKASI BANGUNAN EKSISTING
3-9
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
3 - 10
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
di mana:
3
Q = debit, m /dt
K = faktor untuk aliran tenggelam (lihat Gbr. 3.29 KP 02)
µ = koefisiensi debit (lihat Gambar 4.30 KP 02)
a = bukaan pintu, mB = lebar pintu, m
2
g = percepatan gravitasi, m/dt (≅ 9,8)
h1 = kedalaman air di depan pintu di atas
ambang,m
3 - 11
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
Proses identifikasi
saluran primer diakukan
beberapa dua metode yaitu
:
1. Pengukuran
penampang tiap-tiap
STA dengan
menggunakan meteran
2. Pengukuran elevasi
tiap-tiap STA dengan
menggunakan
Waterpass
3. Identifikasi kerusakan
tiap ruas dengan
pengamatan secara
visual baik kerusakan
fisik saluran maupun
tingkat ketebalan
sedimen dan kosrekan
4. Identifikasi panjang tiap ruas berdasarkan keadaan fisik dengan baik
saluran tanah maupun saluran pasangan
3 - 12
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
3 - 13
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
Berikut data pintu eksisting untuk setiap bangunan bagi pada saluran primer.
3 - 14
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
3 - 15
BL1 Kr BL2 Kr SurveyBL3 Kr
Investigasi BL4 Kr DI Lansilowo
dan Design BL5 Kr BL6 Kr BL7 Kr BL8 Kr
3,38Ha 0.01m³ dt 2,83Ha 0.005 m ³ dt 12,74Ha 0.021 m ³ dt 8,25Ha 0.014 m ³ dt 15,38Ha 0.025 m ³ dt 10,83Ha 0.018 m ³ dt 1,32Ha 0.002 m³ dt 5,61Ha 0.009 m ³ dt
SS.Lansilowo Ruas 1
A = 44.19 ha
Q = 0.07 m3/dt
L = 265 m'
BSL.1
L1 Kr
6,97Ha 0.012 m³ dt BENDUNG
WEIR
BANGUNAN SADAP
SS.Lansilowo Ruas 2
OFF TAKE STRUCTURE
A = 34.42 ha
Q = 0.05 m3/dt
L = 102 m'
BANGUNAN BAGI/SADAP
DIVISION STRUCTURE
L2Kr
0.034 m ³ dt 20,69Ha
Saluran Sekunder
SS.Lansilowo Ruas 3
BANGUNAN TERJUN
DROP STRUCTURE
A = 13.73 ha
Q = 0.02 m3/dt
L = 406 m'
BANGUNAN BOKS
BOX STRUCTURE
BSL.3
L3Kr
0.023 m ³ dt 13,73Ha
Gbr 3.3 Pemberian Nama Bangunan Irigasi DI Lansilowo dengan luas 190.19 ha
3 - 17
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
3 - 18