Anda di halaman 1dari 17

Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

BAB III
DATA HASIL STUDI LAPANGAN

3.1 PANDUAN PELAKSANAAN SURVEY TOFOGRAFI

Survey Tofografi adalah suatu metode untuk menentukan posisi tanda-tanda


buatan manusia maupun alamiah di atas permukaan tanah.Survey tofografi juga
digunakan untuk menentukan konfigurasi mendan yang berguna untuk mengumpulkan
data yang diperlukan untuk gambar peta tofografi. Sebuah tofografi memperlihatkan
karakter vegetasi dengan memakai tanda-tanda yang sama seperti halnya jarak
horizontal diataranya beberapa tanda-tanda dan elevasi masing-masing di atas datum
tertentu. Metode-metode yang umum digunakan untuk pemetaan tofografi antara lain
adalah :
1. Metode Tachymetri
2. Metode Offset
3. Fotogrametri
4. Metode pengukuran teristris
Survey dilakukan dengan metode pengukuran teristris dan menggunakan alat
ukur theodolit dengan metode pengukuran mengacu pada KP – 03 STANDAR
PERENCANAAN IRIGASI.
Data – data topografi yang diperlukan atau dibuat adalah :
a) Peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi
dengan skala1:25.000 dan 1:5.000;
b) Peta situasi trase saluran berskala 1:2000 dengan garis-garis ketinggian pada
interval 0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 m untuk daerah berbukit-bukit;
c) Profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2000 dan skala vertikal 1:200 (atau
skala 1:100 untuk saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan);
d) Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1:200 (atau1:100 untuk
saluran-saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan
interval 25 m pada bagian tikungan;
e) Peta lokasi titik tetap/benchmark, termasuk deskripsi benchmark.

Foto udara atau peta foto adalah peta yang didapat dari survey udara yaitu
melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris
tertentu. Interpretasi foto udara dengan menganalisa citra foto udara dengan maksud
mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip

3-1
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri
yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk dalam kegiatan-kegiatan pengenalan
dan identifikasi suatu objek.
Penggunaan peta-peta foto udara dan foto (ortofoto dan peta garis) yang
dilengkapi dengan garis ketinggian akan sangat besar artinya untuk perencanaan tata
letak dari trase saluran. Peta-peta teristris masih diperlukan sebagai peta bakuatau
peta dasar. Perkembangan teknologi photo citra satelit kedepan dapat dipakai dan
dimanfaatkan untuk melengkapi dan mempercepat proses perencanaan jaringan
irigasi. Kombinasi antara informasi pengukuran teristris danphoto citrasatelit akan
dapat bersinergi dan saling melengkapi.

Kelebihan foto citra satelit dapat diperoleh secara luas dan beberapa jenis foto
landsat mempunyai karakteristik khusus yang berbeda, sehingga banyak informasi
lain yang dapat diperoleh antara lain dengan program/software yang dapat
memproses garis kontur secara digital.
Foto-foto satelit ini dipakai untuk
studi awal,studii dentifikasi dan studi
pengenalan.
Kelemahan foto citra satelit tidak
stereometris sehingga aspek beda
tinggi kurang dapat diperoleh informasi
detailnya tidak seperti pengukuran
teristris, sedangkan dalam
perencanaan irigasi presisi dalam
pengukuran beda tinggi sangat penting.
Meskipun demikian banyak informasi lain yang dapat dipakai sebagai
pelengkap perencanaan jaringan irigasi antara lain sebagai cross check untuk
perencanaan jaringan irigasi. Data-data pengukuran topografi dan saluran yang
disebutkan di atas merupakan data akhir untuk perencanaan detail saluran.
Trase saluran yang merupakan garis ketinggian atau elevasi muka tanah yang
terdapat pada peta situasi sungai dimana akan ditempatkan saluran. Pengukuran trase
saluran mencakup jaringan irigasi maupun saluran pembuang. Letak trase saluran
sering baru dapat ditetapkan setelah adanya rekomendasi dari bidang ilmu yang
terkait seperti ahli geodetik dan ahli geoteknik. Informasi yang diperoleh dari
pengukuran trase saluran dapat dipakai untuk peninjauan trase pendahuluan,misalnya
pemindahan as saluran atau perubahan tikungan saluran.
Letak as saluran pada silangan dengan saluran pembuang(alamiah) sering sulit
ditentukan secara tepat dengan menggunakan peta topografi sebelum diadakan
3-2
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

pengukuran saluran. Letak akhir bangunan utama dan bangunan silang tersebut
hanya dapat ditentukan berdasarkan survei lapangan (dengan skala 1:200 atau 1:
500).
Lokasi trase saluran garis tinggi akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan
topografi setempat daripada saluran yang mengikuti punggung medan. Saluran –
saluran sekunder sering mengikuti punggung medan. Pengukuran trase akan meliputi
jarak 75 m dari as saluran atau bisa kurang dari itu yang memungkinkan penempatan
as saluran dan perencanaan potongan melintang dengan baik. Untuk saluran garis
tinggi,lebar profil yang serupa cukup untuk memberikan perencanaan detail Akan
tetapi,karena menentukan as saluran dari sebuah peta topografi sebelum pengukuran
saluran lebih sulit,pengukuran peta trase umumnya ditentukan dengan as saluran yang
ditentukan di lapangan.
Penyelidikan detail akan didasarkan pada peta geologi. Kadang – kadang
informasi tambahan mengenai tanah sudah bisa dikumpulkan dari penelitian tanah
pertanian. Pengamatan dari pengukuran tofografi yang tidak teratur (terjadi parit-parit,
longsoran) akan lebih memperjelas gambaran geologi teknik. Penyelidikan geologi
teknik detail memungkinkan dilakukannya evaluasi karakteristik tanah dan batuan
untuk parameter perencanaan bangunan.
Lokasi yang akan dipilih sebagai kawasan pengembangan tanah pertanian
harus didasarkan peta-peta geologi dan peta-peta daerah yang sudah tersedia (jika
ada). Desitas pengukuran pada tahap studi pengenalan adalah satu kali pengamatan
per 200 ha sampai 500 ha. Untuk kegiatan studi kelayakan pengembangan dan
perencanaan pendahuluan, penyelidikan tanah akan dilakukan dengan terperinci.
Karena pengaruhnya terhadap laju perembesan dan perkolasi, penentuan tekstur dan
struktur tanah merupakan faktor kunci. Untuk ini diperlukana pemetaan. Kesuburan
tanah merupakan hal yang vital untuk padi irigasi.
Klasifikasi kemampuan tanah dilakukan berdasarkan data-data tanah,
kemiringan dan pembuang. Tanah bisa diklasifikasikan menurut kelas-kelas kecocokan
tanah untuk tanaman padi dan palawija (jagung, kacang tanah atau jenis lainnya yang
lebih disukai di daerah yang bersangkutan). Bila ada keragu-raguan, diminta
rekomendasi dari ahli tanah, dan hasil-hasil pengukuran dicek lagi dengan seksama.
Biasanya penyelidikan tanah semi detail sudah cukup untuk menetapkan
rencana pertanian akhir dan perencanaan akhir skema irigasi. Akan tetapi, jika kondisi
tanah irigasi pertanian ternyata tidak teratur maka diperlukan penyelidikan detail.

3-3
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

3.2 PERANCANGAN TEKNIS IRIGASI


Proses pembangunan irigasi sebaiknya dilakukan secara berurutan berdasarkan
ketentuan KP 01 PERENCANAAN IRIGASI dengan akronim SIDLACOM untuk
mengidentifikasi berbagai tahapan proyek. Akronim tersebut merupakan singkatan dari:
S – Survey (Pengukuran/Survei)
I – Investigation (Penyelidikan)
D – Design (Perencanaan Teknis)
La– Landacquisition (Pembebasan Tanah)
C – Construction (Pelaksanaan)
O – Operation (Operasi)
M – Maintenance (Pemeliharaan)
Akronim tersebut menunjukkan urut-urutan tahapan yang masing-masing terdiri
dari kegiatan-kegiatan yang berlainan.Tahapan yang berbeda-beda tersebut tidak
perlu merupakan rangkaian kegiatan yang terus menerus, mungkin saja ada jarak
waktu diantara tahap-tahap tersebut. Perencanaan pembangunan irigasi dibagi
menjadi dua tahap utama yaitu Tahap Perencanaan Umum (studi) dan Tahap
Perencanaan Teknis (seperti tercantum dalam Tabel 2.1). Tabel 2.1 menyajikan rincian
S-I-D menjadi dua tahap.Tahap Studi dan Tahap Perencanaan Teknis. Masing- masing
tahap(phase) dibagi menjadi taraf(phase),yang kesemuanya mempunyai tujuan yang
jelas.Tahap Studi merupakan tahap perumusan proyek dan penyimpulan akan
dilaksanakannya suatu proyek. Aspek-aspek yang tercakup dalam Tahap Studi bersifat
teknis dan nonteknis. Tahap Perencanaan merupakan tahap pembahasan proyek
pekerjaan irigasi secara mendetail Aspek-aspek yang tercakup di sini terutama bersifat
teknis. Pada Tabel 2.1 diberikan ciri-ciri utama masing-masing taraf persiapan proyek
irigasi. Suatu proyek meliputi seluruh atau sebagian saja dari taraf-taraf ini bergantung
kepada investasi/modal yang tersediadan kemauan atau keinginan masyarakat serta
pengalaman mengenai pertanian irigasi didaerah yang bersangkutan. Lagi pula batas
antara masing-masing tahap bisa berubah-ubah:
Seluruh taraf pengenalan bisa meliputi inventarisasi dan identifikasi proyek;
sedangkan kegiatan-kegiatan dalam studi pengenalan (reconnaissancestudy)
detail mungkin bersamaan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang termasuk
dalam ruang lingkup studi prakelayakan;
Studi kelayakan detail akan meliputi juga perencanaan pekerjaan irigasi
pendahuluan.

3-4
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

Sesuai dengan Undang-undang Sumber Daya Air bahwa dalam wilayah sungai akan
dibuat Pola Pengembangan dan Rencana Induk wilayah sungai,terkait dengan hal
tersebut pada kondisi wilayah sungai yang belum ada Pola Pengembangan dan
Rencana Induk, tetapi sudah perlu pengembangan irigasi, maka pada tahap studi awal
dan studi identifikasi hasilnya sebagai masukan untuk pembuatan pola
pengembangan wilayah sungai. Namun jika pola pengembangan wilayah sungai sudah
ada,maka tahap studi awal dan studi identifikasi tidak diperlukan lagi.
Rencana induk (masterplan) pengembangan sumber daya air disuatu daerah (wilayah
sungai,unit-unit administratif)di mana irigasi pertanian merupakan bagian
utamanya,dapat dibuat pada tahapan studi yang mana saja sesuai ketersedian dana.
Akan tetapi biasanya rencana induk dibuat sebagai bagian (dan sebagai hasil) dari
studi pengenalan. Pada Gambar3.1diberikan ilustrasi mengenai,hubungan timbal balik
antara berbagai taraf termasuk pembuatan Rencana Induk.

Tabel 3.1 Penahapan Proyek Irigasi

TAHAP/TARAF CIRI –CIRI UTAMA


TAHAP STUDI Pemikiran untuk pengembangan irigasi pertanian dan
(StudiAwal) Perkiraan luas daerah irigasi dirumuskan di kantor
berdasarkan potensi pengembangan sungai,usulan daerah
dan masyarakat.

STUDI  Identifikasi proyek dengan menentukan nama dan


IDENTIFIKASI (Pola) luas; garis besar skema irigasi alternatif;
pemberitahuan kepada instansi-instansi pemerintah
yang berwenang serta pihak-pihak lain yang akan
dilibatkan dalam proyek tersebut serta konsultasi
publik masyarakat.
 Pekerjaan-pekerjaan teknik, dan perencanaan
pertanian,dilakukan dikantor dan di
lapangan.

3-5
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

STUDI  Kelayakan teknis dari proyek yang


PENGENALAN sedangdipelajari.
/STUDI  Komponen dan aspek multisektor dirumuskan,
PRAKELAYAKAN dengan menyesuaikan terhadap rencana umum tata
(Masterplan) ruangwilayah.
 Neraca Air (Supply-demand) yang didasarkan pada
Masterplan WilayahSungai.
 Perijinan alokasi pemakaian air (sesuai PP 20 tahun
2006 tentang irigasi pasal 32 )
 Penjelasan mengenai aspek-aspek yang belum dapat
dipecahkan selama identifikasi.
 Penentuan ruang lingkup studi yang akan dilakukan
lebih lanjut.
 Pekerjaan lapangan dan kantor oleh tim yang terdiri
atas orang-orang dari berbagai disiplin ilmu.
 Perbandingan proyek-proyek alternatif dilihat dari segi
perkiraan biaya dan keuntungan yangdapat diperoleh.
 Pemilihan alternatif untuk dipelajari lebih lanjut.
 Penentuan pengukuran dan penyelidikan yang
diperlukan.
 Diusulkan perijinan alokasi air irigasi.

STUDI  Analisa dari segi teknis dan ekonomis untuk proyek


KELAYAKAN yang sedang dirumuskan
 Menentukan batasan/definisi proyek dan sekaligus
menetapkan prasarana yang diperlukan
 Mengajukan program pelaksanaan
 Ketepatan yang disyaratkan untuk aspek-aspek
teknik serupa dengan tingkat ketepatan yang
disyaratkan untuk perencanaan pendahuluan.
 Studi Kelayakan membutuhkan pengukuran
topografi, geoteknik dan kualitas tanah secara
ekstensif,sebagaimana untuk perencanaan
pendahuluan

3-6
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

TAHAP PERENCANAAN
PERENCANAAN  Foto udara (kalau ada), pengukuran pada
PENDAHULUAN topografi,penelitian kecocokan tanah.
 Tata letak dan perencanaan pendahuluan
bangunan utama, saluran dan bangunan,
perhitungan neraca air(water balance).Kegiatan
kantor dengan pengecekan lapangan secara
ekstensif
 Pemutakhiran perijinan alokasi air irigasi
 Pengusulan garis sempadan saluran

PERENCANAAN  Pengukuran trase saluran dan penyelidikan detail


DETAILAKHIR geologi teknik
 Pemutakhiran ijin alokasi air irigasi
 Pemutakhiran garis sempadan saluran

3.3 LINGKUP PEKERJAAN


Program pemetaan dimulai dengan peninjauan cakupan,ketelitian dan kecocokan
peta-peta dan foto udara yang sudah ada. Lebih Ianjut akan direncanakan pengukuran-
pengukuran,pemotretan udara dan pemetaan dengan ketentuan-ketentuan yang
mendetail Biasanya akan dibuat sebuah peta topografi baru yang dilengkapi dengan
garis-garis tinggi untuk kegiatan dimaksud.
Peta topografi itu terutama akan digunakan dalam pembuatan tata letak
pendahuluan jaringan irigasi yang bersangkutan. Peta-peta topografi dibuat dengan
skala 1:25.000 untuk tata letak umum,dan 1:5.000 untuk tata letak detail
Pemetaan topografi sebaiknya didasarkan pada foto udara terbaru, dengan skala foto
sekitar 1:10.000. Hal ini akan mempermudah perubahan peta peta orto foto atau mosaik
yang dilengkapi dengan garis- garis ketinggian yang memperlihatkan detail lengkap
topografi Seandainya belum tersedia foto udara dan pembuatan foto udara baru akan
meminta terlalu banyak biaya, maka sebagai gantinya dapat dibuat peta terestris yang
dilengkapi dengan garis-garis tinggi.

3-7
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

Bila foto udara tersebut dibuat khusus untuk proyek, maka skalanya adalah
sekitar1:10.000, digunakan baik untuk taraf perencanaan maupun studi kelayakan.
Biasanya pembuatan peta untuk proyek irigasi seluas 10.000 ha atau lebih,didasarkan
pada hasil pemotretan udara.
Lingkup pekerjaan lapangan survey topografi secara keseluruhan dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pembuatan Kerangka Dasar Pemetaan
2. Pengukuran Situasi
a. Situasi Skala 1:5.000 seluas ±1500ha
b. Situasi Skala 1:20.000 seluas ±1500ha
3. Pengukuran Trase Saluran Skala 1:2.000

Uraian untuk pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut:

Pemasangan/Identifikasi Bench Mark( BL )


Pengukuran Poligon Utama/Cabang
Pengukuran Waterpass Utama/Cabang
Pengukuran Situasi Detail
Perhitungan dan Penggambaran

3-8
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo
3.4 IDENTIFIKASI BANGUNAN EKSISTING

3.5.a. Pengambilan Utama

Pengambilan utama pada


DI Lansilowo berbentuk
pengambilan bebas dengan cara
menyadap langsung dari sungai.
Pengambilan bebas adalah
bangunan yang dibuat ditepi
sungai menyadap air sungai
untuk dialirkan ke daerah irigasi
yang dilayani. Perbedaan dengan
bendung adalah pada bangunan
pengambilan bebas tidak
dilakukan pengaturan tinggi
muka air di sungai. Untuk dapat
mengalirkan air secara gravitasi,
muka air di sungai harus lebih
tinggi dari daerah irigasi yang
dilayani.
Bila mengacu ketentuan yang tertuang pada KP 02 Perencanaan
Irigasi pengambilan bebas sebaiknya memenuhi syarat dan kriteria sebagai
berikut :
Pengambilan dibuat di tempat yang tepat sehingga dapat mengambil
air dengan baik dan sedapat mungkin menghindari masuknya sedimen.
Terlepas dari pemilihan lokasi pengambilan yang benar di sungai, masuknya
sedimen dipengaruhi oleh sudut antara pengambilan dan sungai,
penggunaan dan ketinggian ambang penahan sedimen (skimming wall),
kecepatan aliran masuk dan sebagainya.
Gambar 3 .1 menunjukkan sebagian dari penyelidikan model yang
dilakukan oleh Habermaas yang memperlihatkan pengaruh situasi-jari- jari
tikungan sungai, derajat tikungan, posisi pengambilan-terhadap pembagian
sedimen layang pada pengambilan dan sungai.

3-9
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

Kondisi pengambilan masih sangat baik , seluruh komponen masih


dapat dioperasikan. Namun karena adanya perubahan elevasi muka air
sungai akibat banjir dan endapan sedimen sehingga bangunan pengambilan
kini telah dilengkapi dengan struktur peninggi muka air yang dibuat dari
bronjong kawat

Gambar .3.1 penyelidikan model Habermaas

3 - 10
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

Gambar 3.2 Koefisien K untuk debit tenggelam ( dari schmidt )

Agar mampu mengatasi tinggi muka air yang berubah-ubah di sungai,


pengambilan harus direncanakan sebagai pintu aliran bawah. Rumus debit
yang dapat dipakai adalah (lihat Gambar 3.2):

di mana:
3
Q = debit, m /dt
K = faktor untuk aliran tenggelam (lihat Gbr. 3.29 KP 02)
µ = koefisiensi debit (lihat Gambar 4.30 KP 02)
a = bukaan pintu, mB = lebar pintu, m
2
g = percepatan gravitasi, m/dt (≅ 9,8)
h1 = kedalaman air di depan pintu di atas
ambang,m

Pengambilan bebas sebaiknya diseliki dengan model agar pengambilan itu


dapat ditempatkan di lokasi yang tepat supaya jumlah sedimen yang masuk
dapat diusahakan sesedikit mungkin.

3 - 11
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

3.5.b. Saluran primer

Proses identifikasi
saluran primer diakukan
beberapa dua metode yaitu
:
1. Pengukuran
penampang tiap-tiap
STA dengan
menggunakan meteran
2. Pengukuran elevasi
tiap-tiap STA dengan
menggunakan
Waterpass
3. Identifikasi kerusakan
tiap ruas dengan
pengamatan secara
visual baik kerusakan
fisik saluran maupun
tingkat ketebalan
sedimen dan kosrekan
4. Identifikasi panjang tiap ruas berdasarkan keadaan fisik dengan baik
saluran tanah maupun saluran pasangan

3 - 12
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

3.5.c. Banguan Bagi

Terdapat delapan bangunan


bagi pada keseluruhan saluran
primer dengan kondisi
keseluruhan masih sangat
memadai dan belum pernah
difungsikan sama sekali. Akan
tetapi masih terdapat
kekurangan sarana pada
bangunan bagi tersebut yakni
belum seluruhnya dilengkapi
dengan pintu angkat maupun
mupun gorong-gorong.

3 - 13
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

Berikut data pintu eksisting untuk setiap bangunan bagi pada saluran primer.

Tabel 3.2 . Data Pasangan pintu Pada Bangunan Bagi Primer


NAMA DIMENSI
NO TYPE PINTU UNIT KET
BANGUNAN B H H1 TR
Pintu Angkat 0.4 0.7 0.8 1.4 1
1 BL 1 Pintu Sorong Baja Eksisting
1.15 0.7 0.8 1.6 1
(satu draad) stang
Pintu Sorong Baja
1.15 0.7 0.8 1.6 1
(satu draad) stang
2 BL 2 Eksisting
0.5 0.7 0.8 1.4 1
Pintu Angkat
0.3 0.7 0.8 1.4 1
Pintu Angkat 0.45 0.7 0.8 1.4 2
3 BL 3 Pintu Sorong Baja Eksisting
1.1 0.7 0.8 1.6 1
(satu draad) stang
Pintu Angkat 0.45 0.7 0.8 1.4 2
4 BL 4 Pintu Sorong Baja Eksisting
0.9 0.7 0.8 1.6 1
(satu draad) stang
Pintu Angkat 0.45 0.7 0.8 1.4 2
5 BL 5 Pintu Sorong Baja Eksisting
0.9 0.7 0.8 1.6 1
(satu draad) stang
Pintu Sorong Baja
0.6 0.7 0.8 1.6 1
6 BL 6 (satu draad) stang Eksisting
Pintu Angkat 0.4 0.7 0.8 1.4 2
0.6 0.6 0.7 1.5 1
7 BL 7 Pintu Angkat Pas. Baru
0.3 0.6 0.7 1.3 2
0.45 0.6 0.7 1.4 1
8 BL 8 Pintu Angkat Pas. Baru
0.3 0.6 0.7 1.3 2
JUMLAH 23   
Keterangan : B= Lebar
H= Tinggi
H1= Tinggi Dudukan
TR= Tinggi Rangka

3 - 14
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

3.5.d. Standar Tata Nama Bangunan


Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang,
bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis.Nama yang
diberikan harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda(ambigu). Nama-
nama harus dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan baru
kita tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada. Daerah irigasi dapat
diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat, atau desa penting di daerah
itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan bangunan utama atau
sungaiyang airnya diambil untuk keperluan irigasi. Contohnya adalah Daerah
Irigasi Lansilowo atau Dl. Lansilowo Apabila ada dua pengambilan atau
lebih,maka daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi nama sesuai dengan desa-
desa terkenal di daerah-daerah layanan setempat. Untuk pemberian nama-nama
bangunan utama berlaku peraturan yang sama seperti untuk daerah irigasi,
misalnya bendung Sadap Lansilowo melayani D.I Lansilowo. Sebagai contoh,
lihat Gambar 3.3. Bendung Lansilowo merupakan salah satu dari bangunan-
bangunan utama di sungai Lansilowo. Bangunan - bangunan tersebut melayani
daerah Lansolowo, keduanya diberinama sesuai dengan nama-nama desa utama
di daerah itu. Saluran irigasi primer sebaiknya diberinama sesuai dengan daerah
irigasi yang dilayani, contoh: saluran primer Lansilowo.
Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak di
petak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan nama saluran
sekundernya.

3 - 15
BL1 Kr BL2 Kr SurveyBL3 Kr
Investigasi BL4 Kr DI Lansilowo
dan Design BL5 Kr BL6 Kr BL7 Kr BL8 Kr
3,38Ha 0.01m³ dt 2,83Ha 0.005 m ³ dt 12,74Ha 0.021 m ³ dt 8,25Ha 0.014 m ³ dt 15,38Ha 0.025 m ³ dt 10,83Ha 0.018 m ³ dt 1,32Ha 0.002 m³ dt 5,61Ha 0.009 m ³ dt

BL.0 BL.1 BL.2 BL.4 BL.5 BL.6 BL.7


SP.Lansilowo Ruas 1 SP.Lansilowo Ruas 2 SP.Lansilowo Ruas 3
BL.3
SP.Lansilowo Ruas 4 SP.Lansilowo Ruas 5 SP.Lansilowo Ruas 6 SP.Lansilowo Ruas 7 SP.Lansilowo Ruas 8
BL.8
A = 190.91 ha A = 177.53 ha A = 106.78 ha A = 52.26 ha A = 23.01 ha A = 16.44 ha
A = 133.34ha A = 86.38 ha
Q = 0.32 m3/dt Q = 0.29 m3/dt Q = 0.22 m3/dt Q = 0.18 m3/dt Q = 0.09 m3/dt Q = 0.04 m3/dt Q = 0.03 m3/dt
Q = 0.14 m3/dt
L = 608 m' L = 203,80 m' L = 451,60 m' L = 386,8 m' L = 482,7 m' L = 175 m'
L = 299 m' L = 456 m'

BL1 Kn BL3 Kn BL4 Kn BL5 Kn BL6 Kn BL7 Kn BL8 Kn


10,00Ha 0.02m³ dt 13,82Ha 0.023m ³ dt 12,15Ha 0.02m ³ dt 18,74Ha 0.031m ³ dt 18,42Ha 0.031m ³ dt 5,25Ha 0.009m³ dt 10,83Ha 0.018m³ dt

SS.Lansilowo Ruas 1
A = 44.19 ha
Q = 0.07 m3/dt
L = 265 m'

BSL.1
L1 Kr
6,97Ha 0.012 m³ dt BENDUNG

WEIR

BANGUNAN SADAP

SS.Lansilowo Ruas 2
OFF TAKE STRUCTURE
A = 34.42 ha
Q = 0.05 m3/dt
L = 102 m'

BANGUNAN BAGI/SADAP

DIVISION STRUCTURE

BSL.2 Saluran Primer

L2Kr
0.034 m ³ dt 20,69Ha
Saluran Sekunder
SS.Lansilowo Ruas 3

BANGUNAN TERJUN
DROP STRUCTURE
A = 13.73 ha
Q = 0.02 m3/dt
L = 406 m'

BANGUNAN BOKS
BOX STRUCTURE

BSL.3
L3Kr
0.023 m ³ dt 13,73Ha

Gbr 3.3 Pemberian Nama Bangunan Irigasi DI Lansilowo dengan luas 190.19 ha

3 - 17
Survey Investigasi dan Design DI Lansilowo

Tabel 3.3 . Data Koordinat Bangunan Bagi Primer dan Sekunder


Jaringan Primer
N KOORDINAT KETERANGAN
JENIS BANGUNAN NOTASI NAMA
O X(m) Y(m)  
1 PENGAMBILAN UTAMA BL 0 123.07.496 4.03.572
2 BANGUNAN PERALIHAN BL 1.a 123.07.398 4.03.409
3 BL 1 123.07.309 4.03.302
4 BL 2 123.07.336 4.03.198
BL adalah definisi
5 BL 3 123.07.308 4.03.052
dari Bangunan
6 BL 4 123.07.201 4.02.840 Lansilowo
BANGUNAN BAGI PRIMER
7 BL 5 123.07.254 4.02.607
8 BL 6 123.07.249 4.02.402
9 BL 7 123.07.260 4.02.157
10 BL 8 123.07.258 4.02.062
Jaringan Sekunder
N KOORDINAT KETERANGAN
JENIS BANGUNAN NOTASI NAMA
O X(m) Y(m)  
1 BANGUNAN BAGI PRIMER BL 2 123.07.336 4.03.198
2 SUPLESI MASUK BSL 1a 123.07.363 4.03.189 BSL adalah definisi
3 GORONG-GORONG SILANG BSL 1b 123.07.453 4.03.151 dari Bangunan
BSL 1 123.07.460 4.03.144 Sekunder
4 BANGUNAN BAGI SEKUNDER BSL 2 123.07.449 4.03.049 Lansilowo 
BSL 3 123.07.260 4.02.956

3 - 18

Anda mungkin juga menyukai