Anda di halaman 1dari 22

MONITORING ELANG FLORES DI

RESORT ANYAR SEKSI


PENGELOLAAN WILAYAH I BTNGR
APRIL 2020

DIPA BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI


TAHUN ANGGARAN 2020
Page |1

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

MONITORING ELANG FLORES

RESORT SENARU SEKSI PENGELOLAAN WILAYAH I

BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

1. Waktu Pelaksanaan : 24 s/d 26 April 2020

2. Lokasi kegiatan : Resort Anyar Seksi Pengelolaan Wilayah I

Menyetujui, Mataram, April 2020


Pejabat Pembuat Komitmen, Penanggung Jawab,

Teguh Rianto, S.Hut, MP. Budi Wiyono, S.Hut.


NIP. 19801212 200501 1 007 NIP. 19941126 201801 1 001

Mengetahui / Mengesahkan :
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani,

Dedy Asriady, S.Si.,MP


NIP. 197408182000031001
Page |2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang atas limpahan segala

rahmat dan hidayah-Nya, hingga kami dapat menyelesaikan Laporan Monitoring

Elang Flores Seksi Pengelolaan Wilayah I Taman Nasional Gunung Rinjani.

Kami selaku penyusun laporan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kegiatan kami sehingga dapat

terselesaikan dengan baik. Segala kontribusi baik di lapangan maupun dalam

penulisan tulisan ini sangat berarti dan kami hargai.

Kami menyadari bahwa laporan yang telah kami buat ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan dan diperlukan banyak perbaikan. Oleh karena itu segala saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Sekian dan terimaksasih.

Penyusun
Page |3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3

I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

I.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4

I.2 Tujuan ............................................................................................................. 5

II METODE .............................................................................................................. 6

II.1 Tim Pelaksana ............................................................................................... 6

II.2 Lokasi dan Waktu........................................................................................... 7

II.3 Alat dan Bahan .............................................................................................. 7

II.4 Pengumpulan Data ........................................................................................ 7

III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9

III.1 Hasil .............................................................................................................. 9

III.2 Pembahasan ............................................................................................... 12

IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 16

IV.1 Kesimpulan ................................................................................................. 16

IV.2 Saran .......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 17

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ 18


Page |4

I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Elang merupakan merupakan burung pemangsa/ raptor yang berada dipuncak

rantai makanan dan berperan sebagai pengendali suatu ekosistem. Ada tidaknya

raptor ini bisa menjadi indikator bagus tidaknya suatu ekosistem. Elang Flores/ Flores

Hawk-Eagle (Nisaetus floris E. Hartert, 1898) merupakan raptor endemik yang hanya

hidup di Kepulauan Sunda Kecil termasuk Pulau Flores, Sumbawa, dan Lombok.

Elang Flores berstatus kritis (Critically Endangered/ CE) yang merupakan resiko

kepunahan satu level sebelum punah di alam (Extinct in the Wild/ EW) (BirdLife

International 2013 dalam IUCN 2013). Oleh karena status populasinya, Kementerian

Kehutanan menjadikan spesies ini sebagai salah satu diantara 25 spesies prioritas

nasional untuk dinaikkan populasinya.

Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu area

penyebaran Elang Flores. Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa

sebaran populasi Elang Flores di kawasan TNGR berada di Senaru, Sembalun dan

Kembang Kuning (Sumarlita 2004). Sumarlina menyatakan bahwa perjumpaan

dengan Elang Flores paling banyak ditemukan di kawasan hutan sekunder dengan

tutupan hutan 51 – 75% dan hutan terfragmen dengan tutupan hutan 26 – 50%.

Elang Flores juga dijumpai di kawasan perkebunan dan kawasan hutan primer. Elang

Flores tidak dijumpai di hutan savana.. Dalam penelitian lain, Raharjaningtrah dan

Rahman (2004) dalam surveynya menemukan 10 pasang Elang Flores di seluruh

area Pulau Lombok. Habitat Elang Flores di kawasan TNGR teridentifikasi di tipe

hutan dataran rendah (0-900m dpl) dan submontana (900-1500m dpl) yaitu di

Senaru, Sembalun dan Kembang Kuning. Gjershaug et al. (2004) menyatakan


Page |5

bahwa daerah jelajah/ homerange Elang Flores sekitar 38,5km2. Suparman (2011)

melakukan penelitian serupa tentang populasi dan habitat Elang Flores di Kawasan

TNGR dan kawasan konservasi lain di Pulau Lombok. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, Elang Flores ditemukan pada 9 lokasi di Kawasan TNGR yaitu Santong,

Anyar,Senaru, Aik Berik, Steling, Joben, Kembang Kuning, Aikmel, Sembalun

dengan ketinggian antara 900-1500m dpl (hutan dataran rendah hingga

submontana). Populasi yang ditemukan sebanyak 12 pasang.

Elang Flores merupakan salah satu spesies dari 25 spesies prioritas nasional

yang menjadi target peningkatan populasi sebesar 10% dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan. Sebagai UPT pengemban amanah RPJM tersebut Balai

TNGR melakukan beberapa tahapan kegiatan. Kegiatan monitoring dikerjakan

sebagai lanjutan dari kegiatan observasi dan inventarisasi yang dikerjakan pada

tahun sebelumnya pada site monitoring spesies yang sudah ditentukan. Kegiatan

monitoring dikerjakan dalam 2 musim yang berbeda yaitu musim basah dan musim

kering untuk mendapatkan data ekologi yang lengkap (Raharjaningtrah dan Rahman

2004).

I.2 Tujuan

Kegiatan monitoring bertujuan untuk menghitung jumlah populasi Elang Flores

yang terdapat pada site monitoring Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR. Jumlah

populasi yang terhitung merupakan baseline data dalam pemantauan/monitoring

populasi Elang Flores selanjutnya.


Page |6

II METODE

II.1 Tim Pelaksana

Pelaksana kegiatan monitoring Elang Flores Resort Anyar Seksi Pengelolaan

Wilayah I BTNGR terdiri dari tim petugas pengumpulan data yang beranggotakan 4

(empat) orang dan tim petugas supervisi dari Balai sebanyak 2 (dua) orang, sesuai

surat tugas Kepala Balai No.ST.420/T.39/TU/PEG/04/2020 sebagai berikut :

Tabel 2. Daftar Nama-nama Pelaksana Kegiatan Monitoring Elang Flores Site

Monitoring Senaru-Sembalun dan Resort Anyar Pengelolaan Wilayah I BTNGR.

No Nama dan Jabatan Tugas

1. Isnan Laila Surahmat

PEH Pelaksana Lanjutan pada SPW I BTNGR

2. Budi Wiyono, S.Hut.

Polhut Pertama pada SPW I BTNGR

3. Muliadi Pengumpulan Data

Polhut Pelaksana Lanjutan pada SPW I

BTNGR

4. Sukrati

Pramubhakti pada SPW I BTNGR

Budi Soesmardi H.E.S., S.P.


5.
PEH Pertama pada Balai TNGR

M. Wahyudi Gunawan, S.P. Supervisi

6. Analis Data Evaluasi, Pelaporan Data dan

Kehumasan
Page |7

II.2 Lokasi dan Waktu

Lokasi kegiatan monitoring berada di site monitoring Senaru-Sembalun dan

kawasan hutan Tapen Resort Anyar Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR, lokasi

detail telampir. Waktu pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 24

s/d 26 April 2020.

II.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan monitoring ini antara lain:

peta kerja kawasan TNGR 1 : 25.000, binokuler, kamera digital, GPS.

II.4 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode poin count, Look

down method dan transek. Penghitungan populasi dilakukan secara sensus pada

sampling unit menggunakan metode poin count. Site monitoring diasumsikan

sebagai sampling unit mengingat perkiraan homerange sekitar 38,5km2 (diameter

sekitar 7km). Asumsinya bahwa titik yang dipergunakan sebagai titik penghitungan

telah dikonfirmasi sebagai bagian dari home range (Raharjaningtrah dan Rahman

2004).

Metode Point count dikerjakan pada 2 kali ulangan dalam 1 hari pengamatan,

sehingga dalam 3 hari waktu kegiatan inventarisasi ada 6 kali ulangan. Waktu point

count adalah pukul 10.00-11.00 pagi dan pukul 14.00-15.00 (Suparman 2011).

Sedangkan Look down method dan transek dikerjakan di luar waktu point count.

Tujuan penggunaan metode ini adalah melihat kemungkinan kesalahan penentuan

titik lokasi point count.


Page |8

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat setiap perjumpaan dengan Elang

Flores meliputi total/jumlah individu yang terlihat, waktu dan durasi perjumpaan,

aktivitas serta perkiraan umur dan kelamin (dewasa, muda, jantan atau betina).

Lokasi yang diprioritaskan adalah puncak bukit/lokasi yang berketinggian dan daerah

ekoton (Sumarlita 2004, Suparman 2011). Sebagai informasi penting juga dicatat

raptor-raptor lain yang dijumpai. Untuk memudahkan pengamatan, identifikasi Elang

Flores ditentukan melalui morfologi, kenampakan pada saat terbang atau bertengger

serta suara. Suara efektif sebagai penanda keberadaan Elang Flores pada area yang

berhutan.
Page |9

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

Monitoring populasi Elang Flores didasarkan pada pendekatan berbasis

homerange dimana pada penelitian Raharjaningtrah (2004) sekitar 3,85 km2

(diameter sekitar 7 km). Pengamatan dilakukan pada pukul 10.00-11.00 (siang hari)

dan pukul 14.00-15.00 (sore hari) waktu setempat. Sisa waktu diantara kedua waktu

pengamatan tersebut dilakukan penjelajahan (eksplorasi).

Berdasarkan hasil pengamatan/monitoring hari pertama, di lokasi Resort Anyar

tim tidak menjumpai adanya aktivitas/keberadaan Elang Flores. Selanjutnya,

pengamatan monitoring hari kedua di lokasi yang sama, yaitu kawasan hutan Tapen

(Pal TN 108) Resort Anyar dijumpai satu ekor Elang Flores sedang terbang/soaring

melintas di atas lokasi pengamatan. Aktivitas tersebut teramati pada pukul 14.15

WITA dengan durasi selama 2 menit (pengamatan yang dapat dijangkau) dengan

aktivitas soaring, Elang Flores yang dijumpai diperkirakan jantan dewasa.

Pengamatan selanjutnya, hari ketiga tim menuju lokasi sekitar bendungan

PLTMH yang berbatasan dengan kawasan Resort Sembalun. Pada lokasi ini, tim

berhasil menjumpai 2 ekor Elang Flores dewasa dan 2 ekor lainnya diperkirakan

masih anakan yang teramati sedang terbang (soaring) secara bergantian.

Perjumpaan dengan Elang Flores tercatat pukul 10.50 WITA dengan durasi sekitar

selama 5 menit. Jarak pandang dengan lokasi terbang Elang Flores cukup jauh

sehingga belum dapat terdokumentasi dengan baik. Hasil pengamatan disajikan

pada Tabel 1.
P a g e | 10

Tabel 1 . Hasil pengamatan disajikan sebagai berikut :

No Waktu Ulangan Posisi Jml. Spesies Kondisi Cuaca Keterangan

1 08.00-09.00 1 Cerah Tidak dijumpai

09.00-10.00 1 Cerah

10.00-11.00 1 Berawan

11.00-12.00 1 Berawan

12.00-13.00 1 Mendung

13.00-14.00 1 Cerah

14.00-15.00 1 Mendung

15.00-16.00 1 Hujan

16.00-17.00 1 Hujan

2 08.00-09.00 2 Cerah

09.00-10.00 2 Cerah

10.00-11.00 2 Cerah

11.00-12.00 2 Berawan

12.00-13.00 2 Berawan

13.00-14.00 2 TN 108 1 Elang Flores Berawan Soaring

14.00-15.00 2 Berawan

15.00-16.00 2 Mendung

16.00-17.00 2 Mendung

3 08.00-09.00 3 Cerah

09.00-10.00 3 Cerah

10.00-11.00 3 4 Elang Flores Cerah Soaring, 2 pasang

secara bergantian,

sesekali muncul

bertiga

11.00-12.00 3 Berawan

12.00-13.00 3 Berawan

13.00-14.00 3 Berawan

14.00-15.00 3 Berawan

15.00-16.00 3 Berawan

16.00-17.00 3 Berawan
P a g e | 11

Sebagai keterangan, untuk aktivitas raptor sebagai berikut :

- Soaring adalah terbang berputar melayang dan mengapung tanpa adanya

kepakan sayap dengan mengandalkan dorongan “thermal”. Berputar ke atas

maupun kebawah. Perilaku ini biasa terjadi pada elang pada saat cuaca yang

cerah sekitar. Thermal adalah tiang udara panas yang naik kemudian

dirongrong oleh udara dingin di sekitarnya. Selanjutnya gelembung udara

panas yang besar menanjak dengan demikian kuat sehingga elang dapat

berputar-putar di dalamnya ikut naik pula.

- Display/Undulating, adalah terbang naik turun atau horizontal secara periodic.

Aktivitas ini biasanya berlangsung sekitar 2-5 menit yang dilanjutkan denga

meluncur. Aktifitas ini berfungsi untuk menarik pasanganya pada saat masuk

musim berbiak (musim kawin) atau untu menandai daerah teretorinya dari

individu lain baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda.

- Gliding (meluncur horizontal), perilaku ini adalah terbang meluncur dan lurus

dengan sesekali mengepakkan sayap. Posisi sayap terbuka dengan posisi

yang sama dengan ketika sedang soaring. Biasanya dilakukan oleh elang

untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainya. Meluncur juga biasanya

dilakukan setelah melakukan soaring dan kembali ke sarang atau kepohon

disekitarnya.

- Diving (menukik dan meluncur vertikal ke bawah), perilaku ini biasanya

dilakukan untuk menyerang mangsanya secara tiba-tiba, atau menuju suatu

tempat, atau masuk kesarang dengan cepat bila ada gangguan terhadap

sarang dan anaknya. Dilakukan dengan tiba-tiba dan cepat setelah

melakukan display horizontal, menukik, dan dengan kecepatan tinggi

meluncur turun dengan sayap dilipat ke badannya dan tidak bersuara.


P a g e | 12

III.2 Pembahasan

Berdasarkan Tabel 1, dapat dinyatakan bahwa pada lokasi pengamatan di

sekitar kawasan hutan Tapen Resort Anyar (Pal TN 108) pada hari pertama tidak

dijumpai keberadaan Elang Flores. Hal ini diduga karena kemungkinan aktivitas

Elang Flores di luar jangkauan pengamatan lokasi ini, dengan kata lain tidak sedang

melintas pada jalur yang teramati pada lokasi pengamatan, faktor lainnya adalah

karena kemungkinan pada saat pengamatan cuaca sedang mendung dan sempat

hujan pada siang menjelang sore hari. Keterbatasan informasi awal, alat

pengamatan, alat dokumentasi dan keterbatasan jarak pandang menjadi faktor

penyebab kurang maksimalnya pengamatan.

Monitoring pada hari kedua di lokasi pengamatan yang sama yaitu sekitar

kawasan hutan Tapen (Pal TN 108) Resort Anyar Seksi Pengelolaan Wilayah I

berhasil dijumpai aktivitas Elang Flores, terpantau sebanyak 1 ekor sedang terbang

soaring melintas di atas lokasi pengamat. Kondisi habitat pada lokasi pengamatan

merupakan ekosistem hutan pegunungan bawah dengan ketinggian sekitar 700m

dpl. Kondisi topografi berbukit sampai bergunung dengan tutupan vegetasi antara

60-100%. Tapen merupakan area dengan view terbuka ke arah laut (daerah yang

lebih rendah). Hal ini sesuai dengan pernyataan Raharjaningtrah (2004) bahwa

Elang Flores merupakan slope species, menyukai daerah-daerah dengan

kemiringan (gunung dan lembah).


P a g e | 13

Elang Flores yang teramati melintas di lokasi pengamatan kawasan Hutan Tapen
Resort Anyar Seksi Pengelolaan Wilayah I
P a g e | 14

Pengamatan pada hari ketiga tim menuju lokasi sekitar bendungan PLTMH yang

berbatasan dengan kawasan Resort Sembalun. Pada lokasi ini, tim berhasil

menjumpai 2 ekor Elang Flores dewasa dan 2 ekor lainnya diperkirakan masih

anakan yang teramati sedang terbang (soaring) secara bergantian. Perjumpaan

dengan Elang Flores tercatat pukul 10.50 WITA dengan durasi sekitar selama 5

menit. Jarak pandang dengan lokasi terbang Elang Flores cukup jauh sehingga

belum dapat terdokumentasi dengan baik. Homerange Elang Flores diduga lebih

cenderung menuju hutan sekitar air terjun mangkusakti (Torean – sungai kokoq

putiq) yang merupakan daerah bergunung dan memiliki lembah dengan tutupan

vegetasi sekitar 60-100%.

Elang Flores melintas di atas sungai sekitar bendungan PLTMH


P a g e | 15

Kondisi habitat pada lokasi pengamatan merupakan ekosistem hutan

pegunungan bawah dengan ketinggian sekitar 700m dpl. Kondisi topografi berbukit

sampai bergunung dengan tutupan vegetasi antara 60-100%. Kawasan site

monitoring sekitar bendungan PLTMH merupakan area sungai (lembah). Hal ini

sesuai dengan pernyataan Raharjaningtrah (2004) bahwa Elang Flores merupakan

slope species, menyukai daerah-daerah dengan kemiringan (gunung dan lembah).

Masyarakat lokal menyebut Elang Flores dengan nama Samber. Berdasarkan

wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi pengamatan, Elang Flores kadang

bisa dijumpai kadang tidak terlihat soaring. Ancaman perburuan spesies ini maupun

raptor lain mungkin hampir tidak ada karena pohon bersarang cukup tinggi. Akan

menjadi ancaman ketika pohon bersarang berada di luar batas kawasan mengingat

area tersebut merupakan area intensif produksi sehingga kemungkinan kehilangan

pohon habitat bias terjadi. Kondisi ekoton ini bisa menjadi dua sisi yang bisa

menguntungkan maupun merugikan populasi. Pada satu sisi tempat mencari makan

lebih terbuka dan pada sisi lain aktivitas manusia cukup intensif.
P a g e | 16

IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Monitoring Populasi Elang Flores di site monitoring Senaru-Senaru dan

sekitar kawasan Hutan Tapen Resort Anyar Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR

dijumpai sebanyak 5 ekor. Perjumpaan pertama di lokasi sekitar kawasan hutan

Tapen Resort Anyar dijumpai sebanyak 1 ekor Elang Flores dewasa dengan aktivitas

soaring. Sedangkan di sekitar bendungan PLTMH dijumpai 2 ekor yang diperkirakan

anakan dan 2 ekor dewasa dengan aktivitas soaring melintas di atas kawasan hutan

air terjun mangkusakti. Pengamatan terbaik adalah pagi hari antara pukul 09.00-

11.00 dan sore hari pukul 13.00-15.00 waktu setempat.

IV.2 Saran

Dalam monitoring populasi Elang Flores secara visual, Elang Flores belum bisa

terdokumentasi dengan baik sehingga untuk pelaksanaan kegiatan monitoring

selanjutnya diperlukan alat kamera atau handycam dengan panjang lensa antara

400-1000mm untuk mendukung dokumentasi yang optimal.


P a g e | 17

DAFTAR PUSTAKA

Gjershaug, J.O., K. Kvaløy, N. Røv, D.M. Prawiradilaga, U. Suparman, and

Z. Rahman. 2004. The taxonomic status of Flores Hawk Eagle Spizaetus

flores.

Forktail 20:55-62

[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.

Nisaetus floris. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3.

<www.iucnredlist.org>. [04 Mei 2015].

Raharjaningtrah W, Rahman Z. 2004. Study on Distribution, Population, Habitats and

Ecological of Flores Hawk Eagle Spizaetus cirrhatus floris in Lombok,

Sumbawa, Flores, Komodo and Rinca Island, Nusa Tenggara, Indonesia.

Report.

Sumarlita, Ni Nyoman 2004. Distribusi dan Aktivitas Elang Flores Anak Jenis Nusa

Tenggara (Spizaetus cirrhatus floris Hartert, 1898) di Taman Nasional

Gunung Rinjani Lombok [skripsi]. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Bali.

Suparman, U. 2011. Study of Distribution, Population, Habitats, and Ecological

Aspect of Flores Hawk Eagle (Nisaetus floris) on Rinjani National Park and

Other Protected Area in Lombok Island, West Nusa Tenggara, Indonesia.

Final Report of MBZ Species Conservation Fund.


P a g e | 18

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran. Dokumentasi kegiatan.

Kondisi Vegetasi dan view di lokasi pengamatan


sungai sekitar bendungan PLTMH.
P a g e | 19

Kegiatan Monitoring Elang Flores di lokasi sungai sekitar bendungan PLTMH.

Anda mungkin juga menyukai