Anda di halaman 1dari 18

Nanga Lauk Bridge Grant

HPT Quarter Patrolling

Create By
Imanul Huda
Rio Afiat

Putussibau
Juli, 2019
Halaman |2

Daftar Isi

1. Pendahuluan ……………………………..……………………………………………………………………. 3
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………………………….. 3
1.2. Tujuan Kegiatan …………………………………………………………………………………… 3
1.3. Output Kegiatan …………………………………………………………………………………… 4
1.4. Peserta dan Fasilitator …………………………………………………………………………. 4
1.5. Waktu dan Lokasi Kegiatan ………………………………………………………………….. 5
2. Proses Kegiatan ……………………………………………………………………………………………….. 5
2.1. Persiapan Kegiatan ………………………………………………………………………………. 5
2.2. Pelaksanaan Kegiatan ………………………………………………………………………….. 6
3. Penutup …………………………………………………………………………………………………………… 11
Lampiran
Halaman |3

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Hutan di Desa Nanga Lauk memiliki beragam potensi sumber daya alam yang menjadi
sumber penghidupan masyarakat Desa Nanga Lauk. Potensi yang melimpah inilah yang
menjadi alasan kuat bagi masyarakat untuk mendukung kawasan hutannya bisa dikelola
sendiri oleh masyarakat melalui skema perhutanan sosial. Upaya pelestarian kawasan
hutan direspon baik oleh pemerintah dengan memberikan hak kelola selama 35 tahun
di area seluas 1430 Ha melalui Keputusan Menteri LHK Nomor: SK.685/Menlhk-
PSKL/PKPS/PSL.0/2/2017 Tentang hak pengelolaan hutan desa.
Sebagian besar aktivitas sehari-hari masyarakat Desa Nanga Lauk adalah di kawasan
Hutan (hutan desa dan HPT), seperti menangkap ikan, mengambil rotan, memasang
tikung dan mengambil bahan untuk membangun rumah.
Selain Hutan Desa yang mencakup area seluas 1.430 ha, wilayah Desa Nanga Lauk
terdiri dari 8.618 ha rawa gambut dan hutan riparian yang saat ini diklasifikasikan
sebagai Limited Production Forest atau Hutan Produksi Terbatas (Hutan Produksi
Terbatas Nanga Lauk; HPT). HDNL dan HPTNL mendukung mata pencaharian 215 rumah
tangga di Desa Nanga Lauk, dan menjadi habitat dari beragam kumpulan spesies
tumbuhan dan hewan.
Selain sebagai sumber penghidupan dan habitat spesies tumbuhan dan hewan,
kawasan HPT menjadi sangat penting karena menjadi sumber cadangan air bagi
masyarakat dan sumber pakan lebah di hutan desa. Sehingga dengan pentingnya peran
Kawasan HPT, masyarakat Nanga Lauk ingin memperluas hak pengelolaan ini dengan
memasukkan HPT, yang sebagian akan dikelola sebagai zona konservasi dan bersama
dengan hutan desa disertakan sebagai area proyek Plan Vivo yang mana saat ini dalam
proses pengajuan kepada KLHK.
Dengan demikian, untuk memastikan kawasan HPT dimanfaatkan secara lestari dan
pencegahan dari ancaman kerusakan, Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Desa
Nanga Lauk dan Tim Patroli di bawah Bidang perlindungan dan pengawasan secara
bersama melakukan patroli di Kawasan HPT satu kali dalam tiga bulan.
Upaya pengamanan dan pengamatan keanekaragaman hayati yang dilakukan
merupakan komitmen masyarakat Desa Nanga Lauk dalam pemanfaatan hutan secara
lestari dan berkelanjutan. Metode patroli yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
aplikasi SMART Patrol dan Cyber Tracker (Spatial monitoring and reporting tool).
1.2. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan patroli ini adalah sebagai berikut:
• Pengamanan kawasan HPT terhadap gangguan kerusakan
• Pengamatan dan pendataan flora fauna prioritas
• Pengambilan titik koordinat temuan
• Pengayaan basis data keanekaragaman hayati di Kawasan HPT
Halaman |4

1.3. Output Kegiatan


Output dari kegiatan patroli ini adalah sebagai berikut:
• Kegiatan patroli kawasan HPT terlaksana selama tiga hari di 4 wilayah HPT yaitu suak
kompas-temeru, suak kompas-jangkang, Keliling pintas-piyang kayak, keliling
pintas-bukit manak dengan total jarak tempuh 65,82 KM.
• Identifikasi dan pendataan satwa dan tumbuhan terdokumentasi menggunakan
aplikasi SMART Patrol (temuan terdata 74 titik satwa/tanda satwa, 31 titik
tumbuhan prioritas, 2 fitur/bangunan)
• Wilayah HPT yang dilakukan pemantauan dalam kondisi aman dari gangguan
kerusakan.

1.4. Peserta dan fasilitator


Patroli diikuti oleh anggota tim patroli, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Peserta Patroli HPT tanggal 30 Juni-02 Juli 2019

No. Nama L/P Keterangan


1 Ahmad marzuki L Ketua operasional
2 Sukiman L Anggota tim patroli
3 Wawan Suhardi L Anggota tim patroli
4 Musmuliyadi L Anggota tim patroli
5 Daut L Anggota tim patroli
6 Hussani L Anggota tim patroli
7 Heryanto L Anggota tim patroli
8 Jodi L Anggota tim patroli
9 Joni L Anggota tim patroli
10 Saparuddin L Anggota tim patroli
11 Sunardi L Anggota tim patroli
12 Suryanto L Anggota tim patroli
13 Syahbidin L Anggota tim patroli

Fasilitator
Fasilitator pada kegiatan ini:
• Rio Afiat Fasilitator (PRCF Indonesia)
• Hendra Wisnu Wardhana Asisten fasilitator (PRCF Indonesia)
Halaman |5

1.5. Waktu dan Lokasi Kegiatan


1.5.1. Waktu Kegiatan
Tanggal Waktu Kegiatan Keterangan
29 Juni 2019 20.00-22.00 Perencanaan, Persiapan, Diskusi dihadiri ketua
penentuan tim, penentuan LPHD, ketua bidang
wilayah patroli perlindungan dan
pengawasan, tim patroli
30 Juni-02 08.00-15.00 Briefing; Pelaksanaan
Juli 2019 patroli; Evaluasi hasil
patroli

1.5.2. Lokasi Kegiatan


Tabel 3. Daftar lokasi patroli HPT 30 Juni-02 Juli 2019

Hari ke- Lokasi tim


Hari ke 1 suak kompas-temeru 1
suak kompas-jangkang 2
Hari ke 2 Keliling pintas-piyang kayak 1
Keliling pintas -bukit manak 2
Hari ke 3 bukit manak- Keliling pintas 1
bukit manak 2

2. Proses Kegiatan
2.1. Persiapan Kegiatan
Patroli Kawasan HPT dilaksanakan tanggal 30 Juni-02 Juli 2019. Sebelum pelaksanaan, tim
patroli melakukan diskusi membahas persiapan patroli pada tanggal 29 juni pukul 20.00 wib.
Dalam pertemuan ini, tim membahas teknis yang akan dilakukan, penentuan lokasi dan
anggota yang akan terlibat dalam kegiatan patroli. Kesimpulan dari diskusi tersebut yaitu
menentukan lokasi yang akan dipatroli di wilayah batas hutan desa-hpt, wilayah bukit
manak dan piyang kayak yang merupakan habitat orangutan.
Diskusi berlangsung hingga pukul 22.00 wib.

Gambar 1. diskusi persiapan patroli hutan HPT


Halaman |6

2.2. Pelaksanaan Kegiatan


Hari ke 1, 30 Juni 2019
Sebelum tim menuju lokasi masing-masing, tim berkumpul pada pukul 07.00 wib untuk
melakukan briefing terlebih dahulu yang dipimpin oleh ketua tim patroli, Ahmad Marzuki
untuk memastikan kesiapan tim sesuai dengan Surat Tugas yang dikeluarkan LPHD,
pembagian tugas tiap-tiap anggota tim, menjelaskan lebih detail teknis di lapangan serta
rechecking semua kebutuhan peralatan seperti GPS, smart phone (Cyber Tracker), kamera,
binocular, jas hujan, tallysheet, perahu dan mesin speed telah tersedia lengkap. Kemudian
ditambahkan penjelasan oleh fasilitator tentang tujuan patroli yang harus dilaksanakan dan
aturan selama patroli.
Adapun tujuan patroli yang disampaikan yaitu pengamanan wilayah HPT terutama di batas
HPT APL, batas HPT-HD dan wilayah habitat satwa dilindungi. Tujuan lain yaitu pengamatan,
pendataan satwa dan tumbuhan prioritas/dilindungi di kawasan hutan desa dengan
menggunakan smart patrol.
Briefing berlangsung hingga pukul 08.00 wib.

Gambar 1 ; keberangkatan menuju hutan desa, foto di batas HD-HPT

Setelah selesai briefing, tim patroli mulai bergerak menuju lokasi masing-masing
menggunakan 2 perahu. Tim 1 menuju wilayah suak kompas-temeru, sedangkan tim 2
menuju wilayah suak kompas-jangkang.
Tim 1 bergerak ke arah barat daya menyusuri batas HPT-HD. Wilayah suak kompas-temeru
ini merupakan wilayah yang dominan terendam air sepanjang tahun diantara bulan oktober-
Juli, sedangkan pada agustus-september wilayah ini kering sehingga rawan kebakaran.
Sepanjang jalur yang dilalui berupa semak belukar dan hutan rawa gambut, dominan
tumbuhan yaitu putat, di batas HD-HPT dan mabang, kawi serta jenis meranti di Kawasan
HPT.
Tim 2 bergerak dari suak kompas menuju jangkang menyusuri batas HD-HPT, di sepanjang
jalur patroli ditemukan 6 bekas jalan logging lama yang masih digunakan untuk mencari ikan
dan panen madu di pohon lalau. Lokasi patroli merupakan hutan primer rawa gambut,
tumbuhan yan dominan berupa mabang, kawi, kelansau dan jenis meranti. Jenis pohon
Halaman |7

tersebut merupakan bahan yang dimanfaatkan masyarakat untuk membuat perahu dan
rumah, rata-rata diameter pohon tersebut diantara 80-150 cm.
Satwa yang ditemukan di sepanjang jalur patroli yaitu burung empuluk berjumlah 5 ekor di
koordinat x112.5863 y0.9509. burung empuluk merupakan jenis endemic di daerah danau
dan aliran sungai Kapuas Hulu, burung empuluk merupakan pemangsa serangga dan buah
dari beberapa jenis pohon di sekitar danau. Jenis burung lain yaitu keciang, ditemukan
koordinat x112.5930 y0.9457 merupakan satwa pemangsa buah dan biji dari beberapa jenis
pohon di sekitar kawasan danau.
Satwa lain yaitu biawak/Varanus salvator di koordinat x112.6337 y0.9533. biawak lebih
sering ditemukan pada saat musim kemarau dibanding musim banjir/pasang. Temuan lain
yaitu kura-kura/Orlitia borneensis (Bahasa local:banin) di koordinat x112.5892 y0.9471,
ditemukan juga tanda satwa berupa sarang/kubangan babi/Telimpai/Sus barbatus x112.5930
y0.9489, dan cakar beruang/ Helarctos malayanus x112.5902 y0.9460. beruang akan banyak
ditemukan di Kawasan hutan desa dan HPT terutama di wilayah pemasangan tikung pada
saat musim lebah, desember-februari. Beruang dianggap hama bagi lebah madu yang
dimanfaatkan masyarakat setiap tahunnya.
Satwa yang ditemukan tim 2 dari jenis burung yaitu karau (Bahasa local) di koordinat
x112.6170 y 0.9544, cucak hijau/Chloropsis sonnerati ditemukan di koordinat 112.5938
0.9415, burung pelatuk/Picus puniceus ditemukan di koordinat x112.5879 y0.9495,
entugok/Megalaima chrysopogon ditemukan di koordinat x112.6031 y0.9347 dan burung
lainnya seperti tingang/enggang, manuk ilai dan rui. Satwa lain yaitu labi-labi/Amyda
cartilaginea dan biawak/Varanus salvator 112.5949 0.9387.
Burung entugok, dalam Bahasa Indonesia disebut burung takur gedang disebut juga ‘Tukang
cukur yang berkumis emas’, merupakan spesies dari Asia yang asli dari Kepulauan Melayu
barat, termasuk kalimantan di mana ia mendiami hutan terdepan hingga ketinggian 1.500 m.
spesiesini telah terdaftar sebagai Least Concern pada Daftar Merah IUCN sejak 2004 karena
distribusinya yang luas. Di hutan Nanga Lauk burung jenis ini juga jarang ditemukan.
Sedangkan jenis cucak hijau hidup di puncak-puncak pohon yang tinggi di hutan primer,
hutan sekunder dan hutan bakau. Makanannya adalah aneka serangga dan buah-buahan
hutan.Cica-daun besar menyebar di Semenanjung Malaya, Sumatra dan pulau-pulau di
sekitarnya, Kalimantan termasuk pulau Natuna, Jawa dan Bali. Tersebar luas tetapi tidak
umum didapati, di hutan-hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1.000 mdpl.
Jenis burung ini marak diperdagangkan sehingga populasinya semakin berkurang.
(sumber:Wikipedia)
Lokasi patroli hari pertama merupakan habitat beruang, babi hutan, mamalia seperti kelasi,
bekantan, monyet dan jenis burung seperti rangkong, gagak dan elang.
Patroli hari pertama berakhir pukul 16.00 wib, tiim tiba di desa dan berkumpul untuk evaluasi
kegiatan patroli di rumah ketua LPHD.

Hari ke 2, 1 Juli 2019


Pada hari ke 2, tim patroli melakukan pengamatan di Kawasan batas HPT-APL, yaitu selatan-
barat daya pemukiman Nanga lauk. Tim 1 patroli di wilayah Keliling pintas menuju piyang
kayak. Sedangkan tim 2 patroli dari wilayah Keliling pintas menuju bukit manak.
Halaman |8

wilayah hutan ini merupakan hutan primer rawa gambut, sepanjang jalur patroli ditemukan
bekas tebangan lama, tunggul kayu berdiameter 100-150 cm. bekas tebangan lama tersebut
diperkirakan sisa penebangan oleh perusahaan pada tahun 2004.

Gambar 3 ;proses pengisian data temuan

Temuan tim patroli yaitu kelasi/Presbytis rubicunda, atau dalam Bahasa Indonesia disebut
lutung merah ditemukan di koordinat x112.6351 y0,9320, Lutung Merah (Presbytis
rubicunda) adalah spesies primata di dalam keluarga Cercopithecidae. Ia dapat ditemukan di
pulau Kalimantan, termasuk di Kpuas Hulu tepatnya di Desa Nanga Lauk dan juga kepulauan
yang berada di dekat pulau tersebut, yakni Kepulauan Karimata Kabupaten Kayong Utara.
Lutung merah memiliki ekor panjang dan memiliki bulu berwarna kemerahan, wajah berulas
kebiruan. Sedangkan anakan berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam pada bagian
bawah punggung dan melintang sepanjang bahu. Biasanya kelompok lutung merah ini
berjumlah hingga 8 ekor dengan 1 ekor jantan dewasa. Makanan utamanya adalah dedaunan
muda dan biji-bijian tumbuhan serta liana..Kelestarian populasi lutung merah semakin
terancam dikarenakan beberapa penyebab utama seperti pembukaan/penebangan hutan
berskala besar, kebakaran hutan, perburuan, dan perdagangan satwa liar. Di Nanga Lauk
satwa ini cukup aman dan dilindungi dengan adanya kearifan local hukum agama serta
hukum adat.
Mamalia lainnya yaitu bekantan, dalam Bahasa local disebut rancung/nasalis larvatus
ditemukan di koordinat x112.6527 y0.9379. merupakan sejenis monyet berhidung panjang
dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari
dua spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis. Bekantan jantan berukuran lebih besar dari
betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Monyet betina
berukuran 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai
hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan
memakan aneka daun-daunan. Satwa ini tersebar dan endemik di hutan
bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai). Di
Nanga Lauk, satwa ini tersebar di Kawasan HPT dan Hutan Desa, paling sering ditemukan di
hulu sungai batang temeru. Bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN
Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Halaman |9

Selain mamalia tersebut, HPT juga merupakan habitat orangutan/ Mayas (Bahasa
local)/Pongo pygmaeus. Ditemukan 5 sarang orangutan kelas 1-4 yaitu di koordinat
x112.6533 y0.9382, x112.6516 y0.9377, x112.6534 y0.9382, x112.6537 y0.9384.
mayas/Pongo pygmaeus, adalah spesies orangutan asli pulau Kalimantan. Orangutan
Kalimantan memiliki lama waktu hidup selama 35 sampai 40 tahun di alam liar, sedangkan di
penangkaran dapat mencapai usia 60 tahun. Di Nanga Lauk, habitat mayas sangat dekat
dengan pemukiman, namun dengan adanya hukum agama dan adat setempat sehingga
keberadaan mayas tidak diganggu. Orangutan di Nanga Lauk sering ditemukan pada saat
musim buah seperti pohon sikup, pohon dadak dan musim lebah. Hasil pengamatan patroli,
sarang orangutan ditemukan di pohon rengas, pohon nyatoh. Tinggi sarang diperkirakan 10-
15 mdpt.
Adapun satwa jenis burung yang ditemukan yaitu burung beo/ Gracula religiosa,
Keciang/Dicrurus paradiseus di koordinat 112.6400 0.9382, Cucak Hijau/Chloropsis
sonnerati 112.6454 y 0.9390 , Murai/Eurylaimus ochromalus 112.6480 y 0.9393.

Patroli hari kedua berakhir pukul 15.00 wib, tiim tiba di desa dan berkumpul untuk evaluasi
kegiatan patroli di rumah ketua LPHD.
Hari ke 3, 2 Juli 2019
Patroli HPT hari ke 3 dimulai dengan briefing pukul 07,00 wib di rumah ketua LPHD, setelah
briefing selama 30 menit, tim langsung menuju wilayah patroli yang telah ditentukan. Tim 1
menuju bukit manak menuju keliling pintas. Sedangkan tim 2 patroli di sekitar bukit manak.
Lokasi patroli hari ketiga ini merupakan hutan primer rawa gambut, jenis tumbuhan yang
dominan ditemukan yaitu pukul kawi, kawi, mabang, kelansau, ubah, meranti, kompas
dengan diameter 70-100cm dan beberapa titik ditemukan jenis medang. Kantung
semar/nephentes sp ditemukan di sepanjnag jalur patroli.
Di 1 titik koordinat x 112.6435 y 0.9313 ditemukan hutan dengan tegakan rendah, diameter
2-5 cm (Bahasa local:padang adau), hutan pioneer diperkirakan seluas 5 Ha dan kerinan
(danau ukuran kecil).
Satwa yang ditemukan tim yaitu Elangular Bido/Spilornis cheela 112.6435 0.9313 ,
Bunglon/Bronchocela cristatella x 112.6407 y 0.9354 tanda satwa Babi/Telimpai/Sus
barbatus, kulit ular sawak/ Python reticulatus dan 15 titik temuan sarang orangutan kelas 1-4
Tim mendata 15 titik sarang orangutan di Kawasan yang berdekatan, jarak antara satu sarang
dengan sarang lain lain diperkirakan 30-50 m. lokasi tersebut disebut juga sungai mayas
(sungai orangutan).

Gambar 4 ;temuan kura-kura, temuan kubangan babi


H a l a m a n | 10

Gambar 5 ; temuan Jamur ungu, kantung semar

Gambar 6 ;temuan sarang orangutan kelas 1-4 di HPT

Gambar 7: karakter tumbuhan di hutan produksi terbatas, tumbuhan pioneer dan pohondiameter 70-150 cm;
H a l a m a n | 11

3. Penutup
Kegiatan patroli di area HPT ini dilakukan sebagai upaya perlindungan terhadap Kawasan
hutan terhadap gangguan kerusakan. Kawasan hutan HPT menjadi penting karena
merupakan wilayah jelajah orangutan dan satwa dilindungi lainnya, serta menjadi sumber
pakan lebah yang dikembangkan di hutan desa. Apabila Kawasan hutan HPT rusak, maka
dampak yang akan terjadi adalah berimbas kepada Kawasan hutan desa dan akan merusak
habitat tempat berkembangnya lebah dan berpengaruh pada keberadaan sumber air
masyarakat.
Dari kegiatan patroli selama 3 hari dari tanggal 30 juni-2 juli dapat diambil kesimpulan
bahwa Kawasan HPT merupakan habitat satwa yang terancam punah, khususnya orangutan
dan mamalia lainnya, pelaksanaan patroli akan lebih efektif apalbila dilakukan dengan cara
bermalam di hutan sehingga dapat mengetahui jenis satwa yang keluar pada malam hari
(nocturnal).
H a l a m a n | 12
H a l a m a n | 13
H a l a m a n | 14
H a l a m a n | 15
H a l a m a n | 16
H a l a m a n | 17
H a l a m a n | 18

Anda mungkin juga menyukai