Anda di halaman 1dari 18

Page |0

LAPORAN KEGIATAN

MONITORING ELANG FLORES


RESORT SENARU SEKSI
PENGELOLAAN WILAYAH I BTNGR
JUNI 2020

BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJNAI


ANGGARAN DIPA TAHUN 2020
Page |1

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

MONITORING ELANG FLORES

RESORT SENARU SEKSI PENGELOLAAN WILAYAH I

BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

1. Waktu Pelaksanaan : 30 Mei s/d 01 Juni 2020

2. Lokasi kegiatan : Resort Senaru Seksi Pengelolaan Wilayah I

Menyetujui, Mataram, Juni 2020


Pejabat Pembuat Komitmen, Penanggung Jawab,

Teguh Rianto, S.Hut, MP. Budi Wiyono, S.Hut.


NIP. 19801212 200501 1 007 NIP. 19941126 201801 1 001

Mengetahui / Mengesahkan :
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani,

Dedy Asriady, S.Si.,MP


NIP. 197408182000031001
Page |2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang atas limpahan segala

rahmat dan hidayah-Nya, hingga kami dapat menyelesaikan Laporan Monitoring

Elang Flores Seksi Pengelolaan Wilayah I Taman Nasional Gunung Rinjani.

Kami selaku penyusun laporan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kegiatan kami sehingga dapat

terselesaikan dengan baik. Segala kontribusi baik di lapangan maupun dalam

penulisan tulisan ini sangat berarti dan kami hargai.

Kami menyadari bahwa laporan yang telah kami buat ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan dan diperlukan banyak perbaikan. Oleh karena itu segala saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Sekian.

Penyusun
Page |3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3

I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

I.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4

I.2 Tujuan ............................................................................................................. 5

II METODE .............................................................................................................. 6

II.1 Tim Pelaksana ............................................................................................... 6

II.2 Lokasi dan Waktu........................................................................................... 7

II.3 Alat dan Bahan .............................................................................................. 7

II.4 Pengumpulan Data ........................................................................................ 7

III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9

III.1 Hasil .............................................................................................................. 9

III.2 Pembahasan ............................................................................................... 11

IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 13

IV.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13

IV.2 Saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 14

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ 15


Page |4

I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Elang merupakan merupakan burung pemangsa/ raptor yang berada dipuncak

rantai makanan dan berperan sebagai pengendali suatu ekosistem. Ada tidaknya

raptor ini bisa menjadi indikator bagus tidaknya suatu ekosistem. Elang Flores/ Flores

Hawk-Eagle (Nisaetus floris E. Hartert, 1898) merupakan raptor endemik yang hanya

hidup di Kepulauan Sunda Kecil termasuk Pulau Flores, Sumbawa, dan Lombok.

Elang Flores berstatus kritis (Critically Endangered/ CE) yang merupakan resiko

kepunahan satu level sebelum punah di alam (Extinct in the Wild/ EW) (BirdLife

International 2013 dalam IUCN 2013). Oleh karena status populasinya, Kementerian

Kehutanan menjadikan spesies ini sebagai salah satu diantara 25 spesies prioritas

nasional untuk dinaikkan populasinya.

Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu area

penyebaran Elang Flores. Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa

sebaran populasi Elang Flores di kawasan TNGR berada di Senaru, Sembalun dan

Kembang Kuning (Sumarlita 2004). Sumarlina menyatakan bahwa perjumpaan

dengan Elang Flores paling banyak ditemukan di kawasan hutan sekunder dengan

tutupan hutan 51 – 75% dan hutan terfragmen dengan tutupan hutan 26 – 50%.

Elang Flores juga dijumpai di kawasan perkebunan dan kawasan hutan primer. Elang

Flores tidak dijumpai di hutan savana.. Dalam penelitian lain, Raharjaningtrah dan

Rahman (2004) dalam surveynya menemukan 10 pasang Elang Flores di seluruh

area Pulau Lombok. Habitat Elang Flores di kawasan TNGR teridentifikasi di tipe

hutan dataran rendah (0-900m dpl) dan submontana (900-1500m dpl) yaitu di

Senaru, Sembalun dan Kembang Kuning. Gjershaug et al. (2004) menyatakan


Page |5

bahwa daerah jelajah/ homerange Elang Flores sekitar 38,5km2. Suparman (2011)

melakukan penelitian serupa tentang populasi dan habitat Elang Flores di Kawasan

TNGR dan kawasan konservasi lain di Pulau Lombok. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, Elang Flores ditemukan pada 9 lokasi di Kawasan TNGR yaitu Santong,

Anyar,Senaru, Aik Berik, Steling, Joben, Kembang Kuning, Aikmel, Sembalun

dengan ketinggian antara 900-1500m dpl (hutan dataran rendah hingga

submontana). Populasi yang ditemukan sebanyak 12 pasang.

Elang Flores merupakan salah satu spesies dari 25 spesies prioritas nasional

yang menjadi target peningkatan populasi sebesar 10% dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan. Sebagai UPT pengemban amanah RPJM tersebut Balai

TNGR melakukan beberapa tahapan kegiatan. Kegiatan monitoring dikerjakan

sebagai lanjutan dari kegiatan observasi dan inventarisasi yang dikerjakan pada

tahun sebelumnya pada site monitoring spesies yang sudah ditentukan. Kegiatan

monitoring dikerjakan dalam 2 musim yang berbeda yaitu musim basah dan musim

kering untuk mendapatkan data ekologi yang lengkap (Raharjaningtrah dan Rahman

2004).

I.2 Tujuan

Kegiatan monitoring bertujuan untuk menghitung jumlah populasi Elang Flores

yang terdapat pada site monitoring Senaru Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR

pada kondisi musim basah. Jumlah populasi yang terhitung merupakan baseline data

dalam pemantauan populasi Elang Flores selanjutnya.


Page |6

II METODE

II.1 Tim Pelaksana

Pelaksana kegiatan monitoring Elang Flores Site monitoring Senaru Seksi

Pengelolaan Wilayah I BTNGR terdiri dari tim petugas pengumpulan data yang

beranggotakan 4 (empat) orang dan tim petugas supervisi dari Balai sebanyak 2

(dua) orang, sesuai surat tugas Kepala Balai No.ST.520/T.39/TU/PEG/05/2020 sebagai

berikut :

Tabel 2. Daftar Nama-nama Pelaksana Kegiatan Monitoring Elang Flores Site

Monitoring Senaru Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR.

No Nama dan Jabatan Tugas

1. Isnan Laila Surahmat

PEH Pelaksana Lanjutan pada SPW I BTNGR

2. Sanda Subagja

Polhut Pemula pada SPW I BTNGR

3. Muliadi Pengumpulan Data

Polhut Pelaksana Lanjutan pada SPW I

BTNGR

4. Rimadi

Pramubhakti pada SPW I BTNGR

Budi Soesmardi H.E.S., S.P.


5.
PEH Pertama pada Balai TNGR
Supervisi
Made Nila Octalina
6.
Pramubhakti pada Balai TNGR
Page |7

II.2 Lokasi dan Waktu

Lokasi kegiatan monitoring berada di site monitoring Senaru sekitar Air Terjun

Mangkusakti Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR, lokasi detail telampir. Waktu

pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 30 Mei s/d 01 Juni 2020.

II.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan monitoring ini antara lain:

peta kerja kawasan TNGR 1 : 25.000, binokuler, kamera digital, GPS.

II.4 Pengumpulan Data

Site monitoring diasumsikan sebagai sampling unit mengingat perkiraan

homerange sekitar 38,5km2 (diameter sekitar 7km). Penghitungan populasi

dilakukan secara sensus, metode yang dipergunakan adalah poin count. Asumsinya

bahwa titik yang dipergunakan sebagai titik penghitungan telah dikonfirmasi sebagai

bagian dari home range (Raharjaningtrah dan Rahman 2004).

Setiap perjumpaan dengan Elang Flores dicatat mengenai total jumlah individu

yang terlihat, waktu dan durasi perjumpaan, perkiraan umur dan kelamin (dewasa,

muda, jantan atau betina).

Point count dikerjakan pada 2 kali dalam 1 hari pengamatan, sehingga dalam 3

hari waktu kegiatan inventarisasi ada 6 kali ulangan. Waktu point count adalah pukul

10.00-11.00 pagi dan pukul 14.00-15.00 (Suparman 2011). Look down method dan

transek dikerjakan di luar waktu point count. Tujuan penggunaan metode ini adalah

melihat kemungkinan kesalahan penentuan titik lokasi point count. Lokasi yang

diprioritaskan adalah puncak bukit/lokasi yang berketinggian dan daerah ekoton

(Sumarlita 2004, Suparman 2011). Sebagai informasi penting juga dicatat raptor-
Page |8

raptor lain yang dijumpai. Untuk memudahkan pengamatan, identifikasi Elang Flores

ditentukan melalui morfologi, kenampakan pada saat terbang atau bertengger serta

suara. Suara efektif sebagai penanda keberadaan Elang Flores pada area yang

berhutan.
Page |9

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

Monitoring populasi Elang Flores didasarkan pada pendekatan berbasis

homerange dimana pada penelitian Raharjaningtrah (2004) sekitar 3,85 km2

(diameter sekitar 7 km). Tim kemudian meng-cover 2 lokasi pengamatan yaitu lokasi

Senaru dan Torean. Jarak Senaru dan Torean sekitar 5 km, sehingga kemungkinan

double counting dapat dihindari.

Pengamatan dilakukan pada pukul 10.00-11.00 (siang hari) dan pukul 14.00-

15.00 (sore hari) waktu setempat. Sisa waktu diantara kedua waktu pengamatan

tersebut dilakukan metode penjelajahan (eksplorasi). Akan tetapi berdasarkan

pengamatan hari pertama dan kedua tidak membuahkan hasil. Pengamatan

selanjutnya menuju spot pengamatan Elang di kawasan hutan Senaru dan kebun

kopi di luar kawasan TNGR. Namun, di lokasi tersebut juga tidak berhasil menjumpai

aktivitas Elang Flores.

Tabel 1. Hasil pengamatan disajikan sebagai berikut :

No Waktu Ulangan Posisi Jml. Spesies Kondisi Cuaca Keterangan

1 08.00-09.00 1 Cerah Tidak dijumpai

09.00-10.00 1 Cerah

10.00-11.00 1 Berawan

11.00-12.00 1 Berawan

12.00-13.00 1 Mendung

13.00-14.00 1 Mendung

14.00-15.00 1 Hujan

15.00-16.00 1 Hujan

16.00-17.00 1 Hujan

2 08.00-09.00 2 Berawan Tidak dijumpai

09.00-10.00 2 Berawan

10.00-11.00 2 Berawan
P a g e | 10

No Waktu Ulangan Posisi Jml. Spesies Kondisi Cuaca Keterangan

11.00-12.00 2 Berawan

12.00-13.00 2 Hujan

13.00-14.00 2 Hujan

14.00-15.00 2 Hujan

15.00-16.00 2 Hujan

16.00-17.00 2 Berawan

3 08.00-09.00 3 Cerah Tidak dijumapi

09.00-10.00 3 Cerah

10.00-11.00 3 Cerah

11.00-12.00 3 Cerah

12.00-13.00 3 Cerah

13.00-14.00 3 Cerah

14.00-15.00 3 Cerah

15.00-16.00 3 Cerah

16.00-17.00 3 Cerah

Sebagai keterangan, untuk aktivitas raptor sebagai berikut :

- Soaring adalah terbang berputar melayang dan mengapung tanpa adanya

kepakan sayap dengan mengandalkan dorongan “thermal”. Berputar ke atas

maupun kebawah. Perilaku ini biasa terjadi pada elang pada saat cuaca yang

cerah sekitar. Thermal adalah tiang udara panas yang naik kemudian

dirongrong oleh udara dingin di sekitarnya. Selanjutnya gelembung udara

panas yang besar menanjak dengan demikian kuat sehingga elang dapat

berputar-putar di dalamnya ikut naik pula.

- Display/Undulating, adalah terbang naik turun atau horizontal secara periodic.

Aktivitas ini biasanya berlangsung sekitar 2-5 menit yang dilanjutkan denga

meluncur. Aktifitas ini berfungsi untuk menarik pasanganya pada saat masuk
P a g e | 11

musim berbiak (musim kawin) atau untu menandai daerah teretorinya dari

individu lain baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda.

- Gliding (meluncur horizontal), perilaku ini adalah terbang meluncur dan lurus

dengan sesekali mengepakkan sayap. Posisi sayap terbuka dengan posisi

yang sama dengan ketika sedang soaring. Biasanya dilakukan oleh elang

untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainya. Meluncur juga biasanya

dilakukan setelah melakukan soaring dan kembali ke sarang atau kepohon

disekitarnya.

- Diving (menukik dan meluncur vertikal ke bawah), perilaku ini biasanya

dilakukan untuk menyerang mangsanya secara tiba-tiba, atau menuju suatu

tempat, atau masuk kesarang dengan cepat bila ada gangguan terhadap

sarang dan anaknya. Dilakukan dengan tiba-tiba dan cepat setelah

melakukan display horizontal, menukik, dan dengan kecepatan tinggi

meluncur turun dengan sayap dilipat ke badannya dan tidak bersuara.

III.2 Pembahasan

Berdasarkan Tabel 1, dapat dinyatakan bahwa pada lokasi pengamatan sekitar

Air Terjun Mangkusakti tidak dijumpai aktivitas/keberadaan Elang Flores pada tiga

hari pengamatan. Hal ini kemungkinan disebakan karena waktu pengamatan

bersamaan pada saat tingginya kunjungan ke wisata Air Terjun Mangkusakti

sehingga Elang Flores merasa terganggu dengan keberadaan manusia. Elang

Flores merupakan satwa liar yang sensitif terhadap gejala alam, dan gangguan,

aktivitas tersebut mengganggu aktivitas harian.

Untuk pengamatan habitat (identifikasi awal), berdasarkan informasi dari

pemangku adat yang berdiam di hutan adat Mandala Bayan, bahwa terdapat tiga
P a g e | 12

jenis elang yang berbeda yang sering dijumpai beraktivitas di hutan adat tersebut.

Spesies pohon yang sering dipergunakan untuk aktivitas bertengger yaitu pulai

(Alstonia scholaris) dan goak/koak (Ficus spp.) dengan ciri tajuk spesies pohon

tersebut menempati tajuk pohon teratas dalam tegakan. Untuk identifikasi sarang

kedepannya bisa dengan pendekatan identifikasi pohon-pohon dengan tajuk teratas

dalam tegakan.

Keterbatasan informasi awal, alat pengamatan, alat dokumentasi dan

keterbatasan jarak pandang menjadi faktor penyebab kurang maksimalnya

pengamatan.

Kondisi habitat pada lokasi pengamatan merupakan ekosistem hutan

pegunungan bawah dengan ketinggian sekitar 700m dpl. Kondisi topografi berbukit

sampai bergunung dengan tutupan vegetasi antara 60-100%. Torean merupakan

outlet Danau Segara Anak dengan area yang mempunyai banyak lembah Hal ini

sesuai dengan pernyataan Raharjaningtrah (2004) bahwa Elang Flores merupakan

slope species, menyukai daerah-daerah dengan kemiringan (gunung dan lembah).

Masyarakat lokal menyebut Elang Flores dengan nama Samber. Berdasarkan

wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi pengamatan, Elang Flores kadang

bisa dijumpai kadang tidak terlihat soaring. Ancaman perburuan spesies ini maupun

raptor lain mungkin hampir tidak ada karena pohon bersarang cukup tinggi. Akan

menjadi ancaman ketika pohon bersarang berada di luar batas kawasan mengingat

area tersebut merupakan area intensif produksi sehingga kemungkinan kehilangan

pohon habitat bias terjadi. Kondisi ekoton ini bisa menjadi dua sisi yang bisa

menguntungkan maupun merugikan populasi. Pada satu sisi tempat mencari makan

lebih terbuka dan pada sisi lain aktivitas manusia cukup intensif.
P a g e | 13

IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Monitoring Populasi Elang Flores di site monitoring Senaru sekitar Air Terjun

Mangkusakti Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR tidak dijumpai individu Elang

Flores. Diduga karena adanya kunjungan wisata yang cukup ramai pada saat

pengamatan sehingga kegiatan pengamatan belum optimal.

IV.2 Saran

Dalam monitoring populasi Elang Flores secara visual, Elang Flores belum bisa

terdokumentasi dengan baik sehingga untuk pelaksanaan kegiatan monitoring

selanjutnya diperlukan alat kamera atau handycam dengan panjang lensa antara

400-1000mm untuk mendukung dokumentasi yang optimal.


P a g e | 14

DAFTAR PUSTAKA

Gjershaug, J.O., K. Kvaløy, N. Røv, D.M. Prawiradilaga, U. Suparman, and

Z. Rahman. 2004. The taxonomic status of Flores Hawk Eagle Spizaetus

flores. Forktail 20:55-62.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.

Nisaetus floris. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3.

<www.iucnredlist.org>. [04 Mei 2015].

Raharjaningtrah W, Rahman Z. 2004. Study on Distribution, Population, Habitats and

Ecological of Flores Hawk Eagle Spizaetus cirrhatus floris in Lombok,

Sumbawa, Flores, Komodo and Rinca Island, Nusa Tenggara, Indonesia.

Report.

Sumarlita, Ni Nyoman 2004. Distribusi dan Aktivitas Elang Flores Anak Jenis Nusa

Tenggara (Spizaetus cirrhatus floris Hartert, 1898) di Taman Nasional

Gunung Rinjani Lombok [skripsi]. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Bali.

Suparman, U. 2011. Study of Distribution, Population, Habitats, and Ecological

Aspect of Flores Hawk Eagle (Nisaetus floris) on Rinjani National Park and

Other Protected Area in Lombok Island, West Nusa Tenggara, Indonesia.

Final Report of MBZ Species Conservation Fund.


P a g e | 15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran. Dokumentasi kegiatan.

Kondisi tutupan vegetasi habitat Elang Flores.


P a g e | 16

Tim Monitoring Elang Flores di Sekitar Air Terjun Mangkusakti


P a g e | 17

Kondisi vegetasi habitat Elang Flores di luar kawasan TNGR.

Anda mungkin juga menyukai