LAPORAN KEGIATAN
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui / Mengesahkan :
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang atas limpahan segala
Kami selaku penyusun laporan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kegiatan kami sehingga dapat
Kami menyadari bahwa laporan yang telah kami buat ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan dan diperlukan banyak perbaikan. Oleh karena itu segala saran
Penyusun
Page |3
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
II METODE .............................................................................................................. 6
I PENDAHULUAN
rantai makanan dan berperan sebagai pengendali suatu ekosistem. Ada tidaknya
raptor ini bisa menjadi indikator bagus tidaknya suatu ekosistem. Elang Flores/ Flores
Hawk-Eagle (Nisaetus floris E. Hartert, 1898) merupakan raptor endemik yang hanya
hidup di Kepulauan Sunda Kecil termasuk Pulau Flores, Sumbawa, dan Lombok.
Elang Flores berstatus kritis (Critically Endangered/ CE) yang merupakan resiko
kepunahan satu level sebelum punah di alam (Extinct in the Wild/ EW) (BirdLife
International 2013 dalam IUCN 2013). Oleh karena status populasinya, Kementerian
Kehutanan menjadikan spesies ini sebagai salah satu diantara 25 spesies prioritas
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu area
sebaran populasi Elang Flores di kawasan TNGR berada di Senaru, Sembalun dan
dengan Elang Flores paling banyak ditemukan di kawasan hutan sekunder dengan
tutupan hutan 51 – 75% dan hutan terfragmen dengan tutupan hutan 26 – 50%.
Elang Flores juga dijumpai di kawasan perkebunan dan kawasan hutan primer. Elang
Flores tidak dijumpai di hutan savana.. Dalam penelitian lain, Raharjaningtrah dan
area Pulau Lombok. Habitat Elang Flores di kawasan TNGR teridentifikasi di tipe
hutan dataran rendah (0-900m dpl) dan submontana (900-1500m dpl) yaitu di
bahwa daerah jelajah/ homerange Elang Flores sekitar 38,5km2. Suparman (2011)
melakukan penelitian serupa tentang populasi dan habitat Elang Flores di Kawasan
TNGR dan kawasan konservasi lain di Pulau Lombok. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, Elang Flores ditemukan pada 9 lokasi di Kawasan TNGR yaitu Santong,
Elang Flores merupakan salah satu spesies dari 25 spesies prioritas nasional
Hidup dan Kehutanan. Sebagai UPT pengemban amanah RPJM tersebut Balai
sebagai lanjutan dari kegiatan observasi dan inventarisasi yang dikerjakan pada
tahun sebelumnya pada site monitoring spesies yang sudah ditentukan. Kegiatan
monitoring dikerjakan dalam 2 musim yang berbeda yaitu musim basah dan musim
kering untuk mendapatkan data ekologi yang lengkap (Raharjaningtrah dan Rahman
2004).
I.2 Tujuan
yang terdapat pada site monitoring Senaru Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR
pada kondisi musim basah. Jumlah populasi yang terhitung merupakan baseline data
II METODE
Pengelolaan Wilayah I BTNGR terdiri dari tim petugas pengumpulan data yang
beranggotakan 4 (empat) orang dan tim petugas supervisi dari Balai sebanyak 2
berikut :
2. Sanda Subagja
BTNGR
4. Rimadi
Lokasi kegiatan monitoring berada di site monitoring Senaru sekitar Air Terjun
pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 30 Mei s/d 01 Juni 2020.
Alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan monitoring ini antara lain:
dilakukan secara sensus, metode yang dipergunakan adalah poin count. Asumsinya
bahwa titik yang dipergunakan sebagai titik penghitungan telah dikonfirmasi sebagai
Setiap perjumpaan dengan Elang Flores dicatat mengenai total jumlah individu
yang terlihat, waktu dan durasi perjumpaan, perkiraan umur dan kelamin (dewasa,
Point count dikerjakan pada 2 kali dalam 1 hari pengamatan, sehingga dalam 3
hari waktu kegiatan inventarisasi ada 6 kali ulangan. Waktu point count adalah pukul
10.00-11.00 pagi dan pukul 14.00-15.00 (Suparman 2011). Look down method dan
transek dikerjakan di luar waktu point count. Tujuan penggunaan metode ini adalah
melihat kemungkinan kesalahan penentuan titik lokasi point count. Lokasi yang
(Sumarlita 2004, Suparman 2011). Sebagai informasi penting juga dicatat raptor-
Page |8
raptor lain yang dijumpai. Untuk memudahkan pengamatan, identifikasi Elang Flores
ditentukan melalui morfologi, kenampakan pada saat terbang atau bertengger serta
suara. Suara efektif sebagai penanda keberadaan Elang Flores pada area yang
berhutan.
Page |9
III.1 Hasil
(diameter sekitar 7 km). Tim kemudian meng-cover 2 lokasi pengamatan yaitu lokasi
Senaru dan Torean. Jarak Senaru dan Torean sekitar 5 km, sehingga kemungkinan
Pengamatan dilakukan pada pukul 10.00-11.00 (siang hari) dan pukul 14.00-
15.00 (sore hari) waktu setempat. Sisa waktu diantara kedua waktu pengamatan
selanjutnya menuju spot pengamatan Elang di kawasan hutan Senaru dan kebun
kopi di luar kawasan TNGR. Namun, di lokasi tersebut juga tidak berhasil menjumpai
09.00-10.00 1 Cerah
10.00-11.00 1 Berawan
11.00-12.00 1 Berawan
12.00-13.00 1 Mendung
13.00-14.00 1 Mendung
14.00-15.00 1 Hujan
15.00-16.00 1 Hujan
16.00-17.00 1 Hujan
09.00-10.00 2 Berawan
10.00-11.00 2 Berawan
P a g e | 10
11.00-12.00 2 Berawan
12.00-13.00 2 Hujan
13.00-14.00 2 Hujan
14.00-15.00 2 Hujan
15.00-16.00 2 Hujan
16.00-17.00 2 Berawan
09.00-10.00 3 Cerah
10.00-11.00 3 Cerah
11.00-12.00 3 Cerah
12.00-13.00 3 Cerah
13.00-14.00 3 Cerah
14.00-15.00 3 Cerah
15.00-16.00 3 Cerah
16.00-17.00 3 Cerah
maupun kebawah. Perilaku ini biasa terjadi pada elang pada saat cuaca yang
cerah sekitar. Thermal adalah tiang udara panas yang naik kemudian
panas yang besar menanjak dengan demikian kuat sehingga elang dapat
Aktivitas ini biasanya berlangsung sekitar 2-5 menit yang dilanjutkan denga
meluncur. Aktifitas ini berfungsi untuk menarik pasanganya pada saat masuk
P a g e | 11
musim berbiak (musim kawin) atau untu menandai daerah teretorinya dari
individu lain baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda.
- Gliding (meluncur horizontal), perilaku ini adalah terbang meluncur dan lurus
yang sama dengan ketika sedang soaring. Biasanya dilakukan oleh elang
untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainya. Meluncur juga biasanya
disekitarnya.
tempat, atau masuk kesarang dengan cepat bila ada gangguan terhadap
III.2 Pembahasan
Air Terjun Mangkusakti tidak dijumpai aktivitas/keberadaan Elang Flores pada tiga
Flores merupakan satwa liar yang sensitif terhadap gejala alam, dan gangguan,
pemangku adat yang berdiam di hutan adat Mandala Bayan, bahwa terdapat tiga
P a g e | 12
jenis elang yang berbeda yang sering dijumpai beraktivitas di hutan adat tersebut.
Spesies pohon yang sering dipergunakan untuk aktivitas bertengger yaitu pulai
(Alstonia scholaris) dan goak/koak (Ficus spp.) dengan ciri tajuk spesies pohon
tersebut menempati tajuk pohon teratas dalam tegakan. Untuk identifikasi sarang
dalam tegakan.
pengamatan.
pegunungan bawah dengan ketinggian sekitar 700m dpl. Kondisi topografi berbukit
outlet Danau Segara Anak dengan area yang mempunyai banyak lembah Hal ini
bisa dijumpai kadang tidak terlihat soaring. Ancaman perburuan spesies ini maupun
raptor lain mungkin hampir tidak ada karena pohon bersarang cukup tinggi. Akan
menjadi ancaman ketika pohon bersarang berada di luar batas kawasan mengingat
pohon habitat bias terjadi. Kondisi ekoton ini bisa menjadi dua sisi yang bisa
menguntungkan maupun merugikan populasi. Pada satu sisi tempat mencari makan
lebih terbuka dan pada sisi lain aktivitas manusia cukup intensif.
P a g e | 13
IV.1 Kesimpulan
Monitoring Populasi Elang Flores di site monitoring Senaru sekitar Air Terjun
Flores. Diduga karena adanya kunjungan wisata yang cukup ramai pada saat
IV.2 Saran
Dalam monitoring populasi Elang Flores secara visual, Elang Flores belum bisa
selanjutnya diperlukan alat kamera atau handycam dengan panjang lensa antara
DAFTAR PUSTAKA
Nisaetus floris. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3.
Report.
Sumarlita, Ni Nyoman 2004. Distribusi dan Aktivitas Elang Flores Anak Jenis Nusa
Aspect of Flores Hawk Eagle (Nisaetus floris) on Rinjani National Park and
DAFTAR LAMPIRAN