KATA
PENGAN
TAR
Puji dan Syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia-
Nya kami diberikan kemudahan sehingga dapat menyusun buku Basis Data Spasial
Kehutanan Provinsi Papua Barat Tahun 2015.
Terima kasih dan apreasiasi yang tinggi kepada seluruh staf Balai Pemantapan Kawasan
Hutan wilayah XVII Manokwari yang terlibat dalam mendukung pengembangan serta
pemutakhiran basis data spasial kehutanan Provinsi Papua Barat yang berujung pada
tersusunnya buku ini.
Kami sadar dalam perkembangannya sampai dengan Tahun 2015, masih banyak kendala
dan kekurangan dari kami sebagai institusi penyedia data dan informasi spasial kehutanan
di Provinsi Papua Barat baik dari segi pengelolaan basis data spasial kehutanan maupun
dari segi pelayanan. Oleh karena itu, masukan dan saran dari semua pihak demi
penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan.
Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIDAFTAR TABEL.........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................vi
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
3. Ruang Lingkup
A. Undang-Undang
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
2. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.
4. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
5. Undang-Undang No. 04 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial
B. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2008 Tentang
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik
C. Peraturan Presiden
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Jaringan
Informasi Geospasial Nasional
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012 Tentang Strategi
Nasional Pengelolaan Ekosistem MangroveD...............................Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.59/Menhut-II/2008 Tentang Penunjukan
Unit Kliring Data Spasial Departemen Kehutanan.
Gambar 3. Persentase Luas Kawasan Hutan pada Kabupaten di Provinsi Papua Barat......16
Lampiran 1. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Papua Barat
Lampiran 2A. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Raja Ampat
Lampiran 2B. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Sorong
Lampiran 2C. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kota Sorong
Lampiran 2D. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Sorong Selatan
Lampiran 2E. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Tambrauw
Lampiran 2F. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Maybrat
Lampiran 2G. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Manokwari
Lampiran 2H. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Manokwari
Selatan
Lampiran 2I. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Pegunungan Arfak
Lampiran 2J. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Teluk Bintuni
Lampiran 2K. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Fakfak
Lampiran 2L. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Kaimana
Lampiran 2M. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Kabupaten Teluk Wondama
Lampiran 3. Peta Sebaran Lokasi Pemanfaatan Kawasan Hutan
Lampiran 4. Peta Sebaran Lokasi Penggunaan Kawasan Hutan
Lampiran 5. Peta Sebaran Lokasi Pelepasan Kawasan Hutan untuk Perkebunan
Lampiran 6. Peta Penutupan Lahan Provinsi Papua Barat Tahun 2014
Lampiran 7. Peta Indikasi Penundaan Pemberian Izin Baru (Revisi VIII)
Lampiran 8. Peta Perkembangan Tata Batas Kawasan Hutan
Lampiran 9. Peta KPH
1. Latar Belakang
Papua barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan sumberdaya hutan.
Pada tahun 2014 telah dilakukan review tata ruang wilayah Provinsi Papua Barat yang
berujung dengan ditetapkannya keputusan Menteri Kehutanan tentang Kawasan Hutan dan
Konservasi Perairan Provinsi Papua Barat (SK.783/Menhut-II/2014). Keputusan ini
mengakomodir perubahan-perubahan pada kawasan hutan yang sebelumnya dilakukan
secara parsial. Selain itu, kebutuhan penggunaan kawasan hutan untuk pengembangan
wilayah juga telah diakomodir dalam keputusan tersebut. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, lebih dari 90% daratan Provinsi Papua Barat ditunjuk sebagai kawasan hutan
dalam SK.783 di atas dan hanya sekitar 8% yang bukan merupakan kawasan hutan.
Besarnya persentase kawasan hutan yang dimiliki Provinsi Papua Barat berimplikasi pada
tanggung jawab untuk menyelenggarakan tata kelola hutan yang lestari sehingga luasnya
kawasan hutan di atas kertas juga diiringi dengan keberadaan tegakan hutan yang lestari.
Balai Pemantapan Kawasan Hutan wilayah XVII memegang peran kunci dalam hal
prakondisi pengelolaan kawasan hutan di Provinsi Papua Barat guna mendukung
pembangunan nasional dan mencapai pengelolaan hutan lestari. Untuk mencapai kedua hal
tersebut, pemantapan kawasan hutan merupakan prasyarat utama yang harus diwujudkan.
Salah satu unsur penting dalam mewujudkan kawasan hutan yang mantap adalah
tersedianya data dan informasi mengenai kawasan hutan dan sumberdaya hutan yang ada
di wilayah Provinsi Papua Barat. Keberadaan data, khususnya terkait dengan data
spasial/keruangan tematik kehutanan yang berkualitas, merupakan syarat mutlak yang
harus dipenuhi.
Permasalahan yang ada di lingkup pengelolaan data dan informasi kehutanan adalah
ketidak-selarasan data numerik dengan data spasial. Banyak faktor yang menyebabkan
munculnya masalah tersebut, salah satunya adalah kurangnya kualitas data dan informasi
spasial yang dimiliki. Di lain pihak, kebutuhan akan ketersediaan data dan informasi yang
handal dan berkualitas serta transparansi data dan informasi dalam pengelolaan hutan
sudah tidak dapat ditunda lagi, seiring dengan amanat Undang-Undang No. 14 Tahun 2008
Namun, meskipun WebGIS seyogyanya dapat diakses oleh publik di Provinsi Papua Barat,
tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa daerah masih terhambat oleh keterbatasan
infrastruktur jaringan internet sehingga WebGIS tersebut tidak berfungsi dengan optimal
untuk mendukung pengambilan keputusan untuk pembangunan daerah. Alasan tersebutlah
yang mendorong tersusunnya buku Basis Data Spasial Provinsi Papua Barat ini sehingga
diharapkan pengguna yang dapat memanfaatkan basis data spasial kehutanan menjadi
semakin luas.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan buku Basis Data Spasial Kehutanan Provinsi Papua Barat
Tahun 2015 ini mencakup:
a. Peraturan perundangan terkait pengelolaan basis data spasial di Kementerian
Kehutanan;
b. Informasi tentang kawasan hutan, pemanfaatan kawasan hutan, penggunaan kawasan
hutan (ijin pinjam pakai kawasan hutan), perubahan peruntukan kawasan hutan untuk
kebun dan transmigrasi, penutupan lahan, indikasi penundaan pemberian izin baru di
B. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Pasal 1 Ayat (1) dijelaskan bahwa Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya
disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Pengelolaan DAS adalah
upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam
dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian
dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam
bagi manusia secara berkelanjutan.
C. Peraturan Presiden
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Jaringan
Informasi Geospasial Nasional
Pada Pasal 1 disebutkan bahwa Jaringan Informasi Geospasial Nasional yang
selanjutnya disebut Jaringan IGN adalah suatu system penyelenggaraan pengelolaan
IG secara bersama, tertib, terukur, terintegrasi dan berkesinambungan serta
berdayaguna. Pada Pasal 3; Jaringan IGN berfungsi sebagai sarana berbagi pakai
Informasi Geospasial (IG) dan penyebarluasan Informasi Geospasial (IG). Jaringan
IGN terdiri atas Jaringan IG pusat dan Jaringan IG daerah (Pasal 4).
D. Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.59/Menhut-II/2008 Tentang Penunjukan
Unit Kliring Data Spasial Departemen Kehutanan.
Sesuai dengan Pasal 2, Unit Kliring Data Spasial Departemen Kehutanan diketuai
Kepala Badan Planologi Kehutanan. Unit Kliring Data Spasial Departemen
Kehutanan mempunyai tugas:
a. Menyelenggarakan pengumpulan, pemeliharaan dan pemutakhiran data spasial
Pada Pasal 2 Ayat (1) tujuan penetapan system informasi kehutanan adalah
terlaksananya penyelenggaraan system informasi kehutanan secara terkoordinasi dan
terintegrasi sebagai pendukung dalam proses pengambilan keputusan serta
peningkatan pelayanan bagi public dan dunia usaha di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota serta unit pengelolaan/kesatuan pengelolaan hutan.
Pasal 12 Ayat (2) pengelolaan data dilakukan secara terintegrasi dan mencakup:
pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan/pemeliharan, pemutakhiran dan
penyajian.
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi yang disingkat PPID adalah pejabat
yang bertanggung jawab dibidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan,
dan/atau pelayanan informasi di badan publik.
Penyedia informasi public adalah Pusat Hubungan Masyarakat dan Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Kehutanan yang memberikan pelayanan informasi public di
lingkungan Kementerian Kehutanan.
Sumber informasi adalah lembaga pemerintah atau non pemerintah atau individu
yang memberikan data atau informasi kepada penyedia informasi.
Berdasarkan Pasal 9 Informasi public yang tersedia setiap saat diantaranya meliputi:
a. Rencana dan Kebijakan Kehutanan, antara lain Rencana Pembangunan Jangka
Panjang, Rencana Kerja Tingkat Nasional, Rencana Strategis dan Rencana makro
bidang kehutanan;
b. Kawasan hutan dan Konservasi perairan antara lain informasi luas dan
penyebaran, status pengukuhan kawasan, perubahan peruntukan, perubahan fungsi
dan pinjam pakai kawasan hutan;
c. Penutupan hutan, perubahan penutupan hutan, kondisi social ekonomi masyarakat
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial
mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standardisasi
teknis di bidang pengelolaan daerah aliran sungai dan perhutanan social sesuai
dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 371).
HP
23%
HPT HL
18% 17%
60 %
40 %
20 %
0%
k
k
at
el
a
el
ni
ng
ng
w
ar
pa
fa
a
an
m
au
tu
r-S
-S
br
kf
ro
ro
w
Ar
da
Am
m
in
an
ay
Fa
br
ok
So
So
So
g.
on
i
kB
M
M
Ka
m
an
Pe
ja
ta
kW
Ta
lu
M
Ra
Ko
Te
lu
Te
Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil
hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya
(P.50/Menhut-II/2010 Tentang Tata Cara Pemberian dan Perluasan Areal Kerja Ijin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Alam, IUPHHK Restorasi
Ekosistem, Atau IUPHHK Hutan Tanaman Industri Pada Hutan Produksi).
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) yang
sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah izin untuk memanfaatkan hutan
produksi yang kegiatannya terdiri dari penebangan, pengangkutan, penanaman, pemeliharaan,
pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu.
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) adalah suatu
kegiatan usaha di dalam kawasan hutan produksi, baik tanaman murni atau campuran untuk
menghasilkan produk utama berupa kayu, yang kegiatannya terdiri dari penyiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan atau penebangan,
pengolahan dan pemasaran.
Data pemanfaatan hutan yang disajikan dalam tabel 3 berikut berasal dari data pemanfaatan
kawasan hutan pada Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat.
IUPHHK-HA
SK.333/Menhut-
1 PT. Arfak Indra 15 Juni 2009 177.900 Fakfak
II/2009
PT. Manokwari Mandiri SK.366/Menhut-
2 7 Juli 2011 90.980 Teluk Bintuni
Lestari II/2011
PT. Bintuni Utama SK.213/Menhut-
3 28 Mei 2007 137.000 Teluk Bintuni
Murni Wood Industries II/2007
Tabel 4. Daftar Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Provinsi Papua Barat
Pemegang Luas
No. Nomor SK Tanggal SK Lokasi Keperluan
Izin (Ha)
Petrochina
Eksploitasi
International
1 SK.171/Menhut-II/2009 14 April 2009 3,31 Kab. Sorong Migas
(Bermuda)
Ltd.
Petrochina
Eksploitasi
International
2 SK.365/Menhut-II/2009 23 Juni 2009 17,1325 Kab. Sorong Migas
(Bermuda)
Ltd.
Petrochina
International Eksploitasi
3 SK.71/Menhut-II/2011 2 Maret 2011 58,285 Kab. Sorong
(Bermuda) Migas
Ltd.
Petrochina
International Eksploitasi
4 SK.628/Menhut-II/2011 2 November 2013 16,76 Kab. Sorong
(Bermuda) Migas
Ltd.
Sampai dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kehutanan tentang Kawasan Hutan dan
Konservasi Perairan Provinsi Papua Barat (SK.783/Menhut-II/2014), terdapat beberapa areal
perubahan peruntukan kawasan hutan (Tabel 5), baik yang dilakukan secara parsial maupun
yang diakomodir dalam Review Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Barat, yang seluruhnya
telah diakomodir dalam SK.783 tersebut di atas. Sampai dengan tahun 2015, belum ada
usulan perubahan peruntukan kawasan hutan baru yang ditetapkan oleh Menteri. Tabel 5 dan
tabel 6 berikut menyajikan data perubahan peruntukan kawasan hutan di Provinsi Papua Barat
hingga tahun 2014, yang terbagi menjadi perubahan peruntukan kawasan hutan untuk
pengembangan perkebunan dan pemukiman transmigrasi.
Tabel 8. Luas Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru (Revisi VIII) di Provinsi Papua Barat
Moratorium
Moratorium Moratorium
Kabupaten Hutan Total
Gambut Kawasan
Primer
Kabupaten Fakfak 15.670 82.821 188.438 286.928
Kabupaten Kaimana 70.747 470.894 268.668 810.309
Kabupaten Manokwari 1.312 158.690 38.259 198.262
Kabupaten Manokwari Selatan 327 110.999 25.665 136.992
Kabupaten Maybrat 29 132.215 97.906 230.150
Kabupaten Pegunungan Arfak 1.567 236.895 23.885 262.347
Kabupaten Raja Ampat 2.547 548.182 82.066 632.795
Kabupaten Sorong 92.064 41.795 26.667 160.526
Kabupaten Sorong Selatan 179.402 171.376 69.345 420.123
Kabupaten Tambrauw 924.370 23.941 948.311
Kabupaten Teluk Bintuni 234.681 324.482 182.740 741.902
Kabupaten Teluk Wondama 6.389 123.651 56.357 186.397
Kota Sorong 7.988 71 8.059
Grand Total 604.734 3.334.359 1.084.007 5.023.100
Besarnya persentase kawasan hutan yang dimiliki Provinsi Papua Barat berimplikasi pada
tanggung jawab untuk menyelenggarakan tata kelola hutan yang lestari sehingga luasnya
kawasan hutan di atas kertas juga diiringi dengan keberadaan tegakan hutan yang lestari.
Ketersediaan data dan informasi mengenai kawasan hutan dan sumberdaya hutan merupakan
unsur penting dalam mewujudkan kawasan hutan Provinsi Papua Barat yang mantap. Selain
bermanfaat dalam mendukung kegiatan keplanologian, ketersediaan data dan informasi
spasial kehutanan yang valid juga bermanfaat untuk kepentingan pengelolaan hutan secara
umum.
Dalam perjalanannya, penyusunan Basis Data Spasial Provinsi Papua Barat tidak terlepas dari
kendala dan hambatan, sehingga masih ada kekurangan terutama dari segi kelengkapan tema
data spasial. Hal ini tentunya harus segera dapat diatasi dan diantisipasi dalam kegiatan di
tahun-tahun mendatang. Kerjasama lintas eselon serta dukungan berbagai pihak baik dalam
bentuk data, informasi maupun pemikiran-pemikiran baru, diharapkan dapat memberikan
solusi guna mendukung pelaksanaan kegiatan di tahun-tahun mendatang.