َ َ َ ْ ْ
َول َي َض ْع ُرك َبت ْي ِه ق ْبل َي َد ْي ِه
hendak menderum” adalah ketika akan
sujud hendaknya kepala tidak dibuat
merunduk sampai ke lantai semisal unta
“Hendaknya dia letakkan dua lututnya ketika hendak turun sedangkan punggung
sebelum dua tangannya” masih dalam posisi di atas. Inilah bentuk Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat Cara Shalat Nabi
turunnya unta untuk menderum dan Oleh: Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc. "Shalatlah sebagaimana engkau
Para ulama berselisih pendapat manakah Pimpinan Pesantren Darush Sholihin dan melihat aku shalat."
bentuk semacam ini berdampak negatif
riwayat tambahan ini yang shahih. Pengasuh Rumaysho.Com
bagi orang yang mengerjakan shalat.
Pendapat yang tepat, kedua versi tam-
Ringkasnya, terdapat diskusi yang Cara Shalat Nabi #05
bahan tersebut adalah riwayat yang
panjang tentang perselisihan ini di
goncang, tidak ada satu pun yang
sahih. Keduanya idhtirab (goncang)
kalangan ulama. Pendapat yang paling
baik, manakah yang mesti didahulukan
I’tidal dan Turun Sujud
[baca: lemah]. Sehingga riwayat yang
apakah tangan ataukah lutut, ini
valid hanyalah bagian awal hadits menimbang pada kondisi masing-masing
yang berbunyi, “Janganlah salah satu orang. Mana yang lebih mudah baginya, Kemudian mengangkat kepala, bangkit dari ruku' sembari
kalian turun untuk sujud sebagaima-
na bentuk turunnya unta ketika hen-
itulah yang ia lakukan. Ada orang yang mengangkat kedua tangan.
berat badannya, ada orang yang ringan.
dak menderum.” Intinya, tidak ada hadits shahih yang
Zahir hadits menunjukkan bahwa marfu' --sampai pada Nabi shallallahu Membaca sami’allahu liman hamidah
orang yang sedang mengerjakan shalat 'alaihi wa sallam--yang membicarakan hal
dilarang turun sujud sebagaimana bentuk Ketika bangkit sambil mengucapkan "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH".
tadi. (Lihat Shifat Shalat Nabi shallallahu Ini berlaku bagi imam, makmum, maupun orang yang shalat sendirian (munfarid).
turunnya unta ketika mau menderum. ‘alaihi wa sallam, Syaikh Abdul 'Aziz
Turunnya unta untuk menderum itu Ath-Tharifi, hlm. 129). Dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu disebutkan,
َ َ ُ َُ ُ َّ َوإ َذا َق َال َ ِس َع، َوإ َذا َر َف َع َف ْار َف ُعوا
فقولوا َر َّب َنا َولك. الل ِ َل ْن َ ِح َد ُه
memiliki bentuk yang khas. Bentuk khas
ini bisa terjadi baik kita turun dengan
ِ ِ
mendahulukan tangan dari pada lutut
ataupun kita mendahulukan lutut dari
Semoga bermanfaat.
َْ
ُال ْمد
tangan. Sehingga makna sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah "Jika imam bangkit dari ruku', maka bangkitlah. Jika ia mengucapkan 'SAMI'ALLAHU
salah satu kalian turun untuk sujud LIMAN HAMIDAH (artinya: Allah mendengar pujian dari orang yang memuji-
Nya) ', ucapkanlah 'ROBBANA WA LAKAL HAMDU (artinya: Wahai Rabb kami,
bagi-Mu segala puji)'." (HR. Bukhari, no. 689 dan Muslim, no. 411)
* Peringatan: Harap buletin ini disimpan di tempat yang layak karena berisi ayat Al- Disebutkan oleh Imam Nawawi, ulama Syafi’iyah memaknakan hadits di atas,
Quran dan Hadits Nabi g ucapkanlah “rabbana lakal hamdu” di mana kalian sudah tahu bahwa tetap
mengucapkan “sami’allahu liman hamidah”. Yang disebut dalam hadits hanyalah
CV. Rumaysho
Pesantren Darush Sholihin, Dusun Warak, RT. 08, RW. 02, Desa Girisekar, Kecamatan “rabbana lakal hamdu” (bagi makmum) karena bacaan “sami’allahu liman hamidah”
Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55872.
Informasi: Website: dijaherkan (dikeraskan) sehingga makmum mendengar. Sedangkan bacaan “rabbanaa
085200171222 Rumaysho.Com | RemajaIslam.Com | Ruwaifi.Com
lakal hamdu” tidak dikeraskan atau dibaca 4. R O B BA N A A WA L A K A L ًح ًدا َك ِث ي�ا
ْ َ ، ال ْم ُد َ ْ َر َّب َنا َو َل َك manakah yang lebih afdal di antara
* Peringatan: Harap buletin ini disimpan di tempat yang layak karena berisi ayat Al-Quran dan Hadits Nabi g
ً َ
ط ِّي ًبا ُم َب َارك ِف ِيه
sirr (lirih). Mereka pun sudah tahu akan HAMDU. (HR. Bukhari, no. 689 keduanya.
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Muslim, no. 411).
S yaikhul Islam I bnu Taimiyah
shalatlah sebagaimana kalian melihatku
Bacaan yang lebih lengkap ketika i'tidal rahimahullah berkata,"Adapun shalat
shalat. Kaedah asalnya, perbuatan Nabi "ROBBANA WALAKAL HAMDU,
(bangkit dari ruku'), dengan kedua cara tersebut maka
shallallahu ‘alaihi wa sallam boleh diikuti.
َالـ ْـمـ ُـد ِمـ ْـل ء َ ْ ـك َ َ َ َّ َ َّ ُ َّ HAMDAN KATSIRON THOYYIBAN
diperbolehkan dengan kesepakatan ulama.
Intinya, para makmum diperintah tetap
َأ اللهم ر بنا لـ MUBAAROKAN FIIH (artinya:
Kalau mau, maka ia meletakkan kedua
ْ ْ wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji,
ات َو ِ َمل َء ال ْر َ ِض َو ِمل َء الس َم َو
َّ
mengucapkan sami’allahu liman hamidah, lutut sebelum kedua telapak tangan. Kalau
tak perlu ada perintah khusus akan hal itu
َّ َ ِ aku memuji-Mu dengan pujian yang
ْ َما ِش ْئ َت ِم ْن ش
mau maka meletakkan kedua telapak