php/CJAH
Email: editor.cjah@usnsj.com
Khaeruddin
Sekolah Tinggi IlmuPertanian Muhammadiyah
Sinjai
erukhaeruddin@gmail.com
+6285241620927
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rasio produktivitas ayam dan betina Bangkok
yang dipelihara pada sistem yang luas. Sebanyak 4 ayam betina dan menggunakan empat
betina Bangkok dalam penelitian ini. Menjaga ayam dari DOC hingga produksi pertama
(± tujuh bulan). Sistem pemeliharaan dari DOC hingga 2 minggu diintensifkan
menggunakan bantuan pemanasan setelah dua minggu pemeliharaan yang ekstensif.
Setelah produksi (lapisan) dilakukan pencatatan (pencatatan produktivitas) yaitu berat
telur, jumlah telur per periode, usia induk awal bertelur, dan berat induk awal induk
sebagai parameter yang diamati dalam penelitian ini. Data hasil analisis diolah
menggunakan uji-T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas ayam dan betina
Bangkok dilihat dari umur telur induk segar dan bobot induk induk awal. Ayam
sebelumnya bertelur dibandingkan ayam Bangkok, tetapi berat induknya pada saat
pemijahan lebih tinggi pada ayam betina Bangkok jika dibandingkan dengan betina.
mereka dapat menghemat biaya pakan, memberi kesempatan bagi ayam untuk berolahraga dan diberi kebebasan
untuk melakukan perilaku alami.
Ayam kampung dan ayam Bangkok adalah salah satu ayam lokal yang cukup populer di Indonesia. Ayam
adalah jenis ayam lokal yang tidak memiliki karakteristik khusus, dalam hal ini keanekaragaman fenotipe dan
genotipe cukup tinggi. Ayam mudah dikenali karena mereka berkeliaran hampir di desa-desa semua wilayah di
Indonesia. Kemampuan ayam untuk menghasilkan telur selama periode tertentu sangat bervariasi tergantung
pada sistem pemeliharaannya. Sesuai dengan keluhan ayam, ayam Bangkok adalah jenis ayam lokal. Morfologi
ayam Bangkok biasanya lebih besar dan lebih berat daripada ayam, sehingga ayam ini juga dapat digunakan
untuk meningkatkan pertumbuhan ayam melalui program silang (Mokodongan, Nangoy, Leke, & Poli, 2017).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rasio produktivitas ayam dan betina Bangkok yang dipelihara pada
sistem yang luas.
B. Metodologi
1. Materi
Ayam Eksperimen yang digunakan adalah empat ekor ayam betina dan empat ekor betina Bangkok.
Simpan ayam dari DOC sampai produksi pertama (± tujuh bulan).
2. Prosedur Penelitian
Pemeliharaan sistem dari DOC hingga 2 minggu secara intensif dengan menggunakan alat pemanas
setelah dua minggu pemeliharaan sistem yang sangat baik, ayam penelitian dilepaskan (menyebar) untuk
menemukan makanan mereka dan pada malam hari dimasukkan ke dalam kandang. Melakukan pencatatan
(pencatatan produktivitas) yaitu berat telur, jumlah telur per periode setelah produksi (layer), peletakan telur
induk awal, dan pengaruh induk awal bertelur.
3. Parameter Penelitian
Parameter penelitian ini adalah berat telur (gram), jumlah telur per periode, usia bertelur induk
pertama (minggu), dan pentingnya telur induk segar (gram).
4. Analisis Data
Menggunakan T-Test bandingkan ayam dengan ayam Bangkok. Dengan empat balasan. Uji T
dengan menggunakan rumus berikut (Sudjana, 2005).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (P> .05) antara berat telur
dan beberapa telur yang dihasilkan oleh ayam dengan ayam Bangkok. Berat telur dari kedua jenis ayam adalah
50,35-51,37 gram lebih tinggi dari tekanan telur ayam dalam penelitian sebelumnya yaitu 34,66 gram (Ardika,
Siti, Sukmawati, & Wirapartha, 2017), 39,33-42,33 gram (Hartono, Puger , & Nuriyasa, 2014), 40,74 gram
(Sartika & Gunawan, 2007) dan 36,7 gram pada unggas domestik dipelihara pada sistem yang luas.
Tabel 1. Hasil pengamatan produktivitas pembibitan ayam dengan ayam Bangkok pada
pemeliharaan sistem yang luas
Parameter Tipe ayam
Bangkok Kampung
Bobot telur (gram) 51.37 ± .33 50.35 ± .76
Jumlah telur / periode (barang) 11 ± .64 13.5 ± 0.91
Awal menjadi induk (Minggu) 24.25 ± 0.41a 22 ± .25b
Berat awal telur induk 2010±36.97a 1770 ± 26.46b
(gram)
Deskripsi:Superskrip pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (P <.05)
CJAH/Vol.3/No.1/1-6/June 2018 3
Beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi variasi jumlah telur dan berat telur ayam yang
dihasilkan adalah pakan, genetik, keturunan, dan suhu lingkungan. Menurut Leeson & Summers (2005) protein
dan asam amino (terutama metionin) adalah zat makanan yang paling penting dalam mengendalikan ukuran
telur, di samping ukuran genetik dan ukuran tubuh unggas. Dalam pemeliharaan sistem yang ekstensif, ayam
yang mengonsumsi pakan tradisional menghasilkan berat telur lebih rendah bila dibandingkan dengan ayam
yang diberi suplemen komersial (Barocio-Urue, Juárez-Caratachea, Gutiérrez-Vázquez, Pérez-Sánchez, & Ortiz
-Rodríguez, 2017). Berat telur juga dipengaruhi oleh usia ayam (Padhi, Chatterjee, Haunshi, & Rajkumar, 2013),
usia mempengaruhi kuning dan putih telur (Ahn, Kim, & Shu, 1997). Berat telur unggas yang dipelihara di
lingkungan dengan suhu tinggi lebih rendah daripada yang disimpan pada suhu lingkungan rendah.
Berat induk dan berat induk pada awal bertelur menunjukkan perbedaan yang signifikan (P <0,05). Pada
periode 24 minggu, ayam Bangkok mulai bertelur sementara ayam desa bertelur lebih awal yaitu pada usia 22
minggu. Ayam mencapai dewasa selama sekitar lima bulan dan menghasilkan 10-15 telur per periode. Berat
ayam betina di Bangkok pada periode awal bertelur adalah 2010 gram lebih berat dari berat ayam broiler 1.770
gram. Hal ini menurut pendapat Rahayu, Widodo, & Sarunggalo (2010) yang menyatakan bahwa kenaikan berat
badan ayam Bangkok relatif lebih tinggi daripada ayam pada umumnya, sehingga berat badan ayam Bangkok
umumnya lebih tinggi daripada ayam.
Usia awal dan berat induk ibu dalam penelitian ini lebih tinggi dari penelitian sebelumnya yang
menemukan bahwa pentingnya induk pada 1485,2 gram dengan usia pertama meletakkan 174,93 hari (Sartika &
Gunawan, 2007). Menurut mereka bahwa ketika usia pertama memunculkan perlahan, produksi telur menurun,
berat induk lebih kecil sehingga mendapat bobot telur pertama dan rata-rata berat telur selama enam bulan lebih
kecil. Pentingnya induk pemijahan pertama juga berkorelasi positif dengan berat telur pertama.
D. Kesimpulan
Produktivitas ayam dan betina Bangkok dilihat sejak usia induk di awal bertelur dan berat induk awal
bertelur, burung awal, bertelur bila dibandingkan dengan ayam Bangkok, tetapi bobot induk pada saat lapisan
lebih tinggi pada ayam Bangkok .
E. Referensi
Ahn, D. U, Kim, S. M., & Shu, H. (1997). Egg size and strain and age of hens on the solids content
of chicken eggs. Poultry Science, Vol. 76, pp. 914–919.
Ardika, I. N., Siti, N. W., Sukmawati, N. M. S., & Wirapartha, I. M. (2017). Kualitas fisik telur ayam
kampung yang diberi ransum mengandung probiotik. Majalah Ilmiah Peternakan,
20(2), pp. 68-72.
Barocio-Urue, J. N., Juárez-Caratachea, A., Gutiérrez-Vázquez, E., Pérez-Sánchez, R. E., & Ortiz-
Rodríguez, R. (2017). Effect of diet on live weight and egg weight of backyard hens
during the rainy season. Australia J. Vet Sci, Vol. 49, pp. 91-98.
Hartono, T. A, Puger, A. W., & Nuriyasa, I. M. (2014). Kualitastelur lima jenis ayam kampung yang
memiliki warna bulu berbeda. Peternakan Tropika, 2(2), pp. 153-162.
Leeson, S. & Summers, J. D. (2005). Commercial Poultry Nutrition-3rd Ed. Canada, US Department
of Animal and Poultry Science, University of Guelph.
Mokodongan, A. R., Nangoy, F., Leke, J. R., & Poli, Z. (2017). Penampilan Pertumbuhan Ayam
Bangkok Starter yang Diberi Pakan dengan Level Protein Berbeda. Jurnal Zootek, 37(2),
pp. 426-435.
Padhi, M. K., Chatterjee, R. N., Haunshi, S., & Rajkumar, U. (2013). Effect of age on egg quality in
chicken. Indian Journal of Poultry Science, 48(1), pp. 122-125.
Rahayu, B. W. I., Widodo, A. E. P., & Sarunggalo, R. (2010). Penampilan Pertumbuhan Ayam
Persilangan Kampung dan Bangkok. Jurnal Ilmu Peternakan, 5(2), pp. 77 – 81.
Sartika, T. & Gunawan, B. (2007). Karakteristik sifat-sifat produktivitas ayam kampung betina
fase produksi pada populasi dasar seleksi. Akselerasi Agribisnis Peternakan Nasional
melalui Pengembangan dan Penerapan IPTEK. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner, 21-27 August 2007, Bogor, pp. 576-582.
Sidadolog, J. H. P. (2007). Pemanfaatan dan Kegunaan Ayam Lokal Indonesia. In Sulandari S.,
Zein, M. S. A., Paryanti, S., Sartika, T., Sidadolog, J.H.P., Astuti, M., Widjastuti, T., Sujana,
4 CJAH/Vol.3/No.1/1-6/June 2018
E., Darana, S., & Setiawan, I. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal
Indonesia. Jakarta, Indonesia: LIPI Pr.
Sudjana. (2005). Metode Statistika - Edisi ke-6. Bandung, Indonesia: Tarsito.