judul
satu ide pokok tapi lebih. Hal ini juga disebabkan mereka belum terbiasa
menggunakan transition signal yang tepat. Dari hasil tanya jawab, diketahui
mereka juga kesulitan dalam menentukan topik yang akan ditulis. Kesulitankesulitan diatas menyebabkan mereka kurang tertarik untuk menulis dalam hal ini
menulis dalam bahasa Inggris.
Berkaitan dengan kesulitan dalam menulis, hal ini juga dialami oleh
mahasiswa di negara yang memakai bahasa Inggris baik sebagai bahasa kedua
maupun bahasa pertama apalagi mahasiswa bahasa Ingggris FKIP UNIB dimana
bahasa Inggris masih merupakan bahasa asing yang tentunya aturan dan retorika
penuliasan bahasa Inggris sangat berbeda dengan bahasa mereka, bahasa
Indonesia.Richard and Renandya (2002) mengatakan bahwa writing is the most
difficult skill for second language learners to master. Ini berarti menulis memang
keahlian yang paling sulit untuk dikuasai bagi pelajar bahasa kedua termasuk
mahasiswa bahasa Inggris FKIP UNIB sebagai pelajar bahasa asing. Selanjutnya,
Zheng dalam Yan (2005) mengatakan bahwa in EFL teachers and students face
certain problems in the process of teaching and learning writing. Jadi kesulitan
dalam menulis juga dialami oleh pengajarnya dalam proses pembelajaran menulis.
Mengenai pembelajaran writing atau menulis di Indonesia Emilia (2005)
mengatakan bahwa pengajaran menulis bahasa Inggris di Indonesia perlu
diperbaiki karena dua alasan yaitu kekurangan waktu dan praktek atau latihan
dalam menulis teks yang koheren dalam berbagai genre (jenis teks).
Berdasarkan pada masalah-masalah diatas yang dialami oleh semester IV
sekarang, peneliti merasa perlu segera melakukan penelitian tindakan kelas pada
semester IV pada mata kuliah writing III. Pada mata kuliah ini mahasiswa
diharapkan mampu menulis berbagai jenis paragraph dengan cara dan penempatan
struktur kalimat dan pilihan kata yang tepat serta susunan ide yang koheren
(menurut silabus mata kuliah writing III Program studi Pendidikan bahasa Inggris
FKIP UNIB
Melihat uraian silabus dan masalah yang dialami mahasiswa seperti
tertera diatas, peneliti merasa pendekatan Genre sangat tepat digunakan karena
pendekatan ini disamping menitik beratkan pengajaran writing atau menulis pada
jenis teks , pendekatan ini juga terdiri dari teknik Teaching and Learning Cycle
yang mempunyai lima tahapan dalam mengajar menulis seperti building the
context, modeling and deconstructing the text, joint construction of the text,
independent construction of the text and linking related text. Kelima tahapan ini
membuat belajar menulis bukan merupakan tugas sekali jadi (one-off writing task)
tapi lebih merupakan proses yang berkelanjutan dengan scaffolding (bantuan
sementara) dari pengajar (dosen) yang lama kelamaan intensitasnya akan
berkurang sesuai dengan kemajuan yang dimiliki mahasiswa tersebut.
Dengan adanya pendekatan genre dangan teaching and learning cycle serta
scaffolding diatas, peneliti yakin mahasiswa akan sangat terbantu dalam
menentukan judul yang akan ditulis (building the context), cara menulis paragraph
dengan jenis teks tertentu (modeling and deconstructing the text), grammar atau
struktur kalimat yang tepat serta pilihan kata untuk jenis teks tertentu (Joint
construction of the text and independent construction of the text). Pada saat
mereka menulis peneliti atau dosen juga akan membantu mereka jika mahasiswa
tersebut mengalami kesulitan (scaffolding) dan diakhir praktek menulis mereka
akan diberi waktu untuk mengoreksi tulisan mereka dengan membandingkan apa
yang telah mereka tulis dengan paragraf lain baik yang sejenis maupun tidak
untuk melihat sejauh mana mereka bisa menulis dengan benar (Linking trelated
text).
Pendekatan Genre ini memungkinkan pengajaran writing atau menulis
menjadi tidak menakutkan bagi mahasiswa. Mereka akan merasa senang menulis
dan tidak merasa menulis itu membosankan dan menulis ide yang sama berulangulang. Oleh sebab itu, peneliti melalui penelitian ini akan melihat sejauh mana
pendekatan genre ini bisa meningkatkan kemampuan ( kualitas) mahasiswa dalam
menulis berbagai jenis paragraph dan sejauh mana pendekatan ini bisa menjadi
pengajaran yang tidak membosan bagi mahasiswa.
B. Tujuan
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengungkapkan
informasi tentang efektivitas pendekatan genre dalam meningkatkan kemampuan
menulis berbagai jenis paragraf dengan benar baik dari segi penempatan struktur
kalimat, pilihan kata dan susunan ide-idenya.
3. Perumusan Masalah
Ada banyak masalah dalam menulis. Masalah tersebut seperti teknik
mengajar, materi yang tidak menarik, atmosfir kelas yang tidak mendukung dan
lain-lain, tapi berdasarkan masalah-masalah yang ada pada latar belakang diatas
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
sejauh mana pendekatan genre bisa meningkatkan kemampuan menulis
mahasiswa semester IV pada mata kuliah writing III program studi pendidikan
bahasa Inggris FKIP UNIB?
4. Metodologi
A. Penelitian tindakan kelas
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang dirancang untuk dua siklus. Masing masing siklus terdiri dari
empat kali pertemuan. setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi.
Adapun prosedur penelitian pada tiap-tiap siklus adalah sebagai berikut:
Siklus 1
1. Perencanaan (Plan)
a. Merancang aktifitas yang akan dilaksanakan pada waktu proses
belajar mengajar dengan pendekatan genre
b.Memberikan model-model teks yang akan dipakai dalam proses
belajar mengajar (deskripsi, eksposisi, dan narasi )
c. Membagi mahasiswa dalam bentuk kelompok
d. Mahasiswa menulis secara individu
2. Tindakan (Action)
a. Dosen menjelaskan tentang konteks dari model-model teks dan ciricirinya masng-masing
Peningkatan hasil belajar pada setiap siklus dimulai dengan adanya rasa
ketertarikan mahasiswa terhadap metode atau pendekatan yang diberikan oleh
dosen. Seperti yang dikatakan oleh Paltridge (2001), approach refers to the theory
of language and language learning that underlies the particular approach.
Ketertarikan ini membuat mahasiswa aktif dan sangat membantu mereka dalam
memahami
dan mempraktekan
memahami pendekatan ini diberikan secara bertahap sampai mereka paham dan
mampu menulis sendiri. Tahapan ini sejalan dengan apa yang ada pendekatan
genre yang terdiri dari lima step (Feez and Joyce,1998) yaitu building the context
dimana mahasiswa pada tahapan ini diperkenalkan pada konteks sosial dari
sebuah model teks yang akan dipelajari. Tahapan berikutnya yaitu modeling and
deconstructing the text. Kegiatan pada tahapan ini mhs mempelajari pola kalimat
dan ciri-ciri kebahasaan dari teks yang dicontohkan dan membandingkan teks
model dengan model lainnya. Langkah ketiga yaitu joint construction of the text
dimana mahasiswa mendiskusikan konstruksi dai teks model dan yang keempat,
independent construction of the text, disini mahasiswa mulai bekeja mandiri
menulis sebuah teks dan yang kelima, linking to related text dimana mahasiswa
membandingkan jenis text yang ditulis dengan teks yang sudah ada dari berbagai
bidang seperti sosiologi, psikologi dan laini-lain untuk menyakinkan mereka telah
menguasai jenis teks yang mereka tulis.
Secara umum pendekatan ini sangat membantu mahasiswa untuk menulis.
Hasil siklus I dan 2 menunjukkan peningkatan yang sangat baik. Misalnya pada
siklus 1 persentase mahasiswa yang tertarik dengan tehnik yang diberikan dosen
berjumlah 50 %. Pada siklus 2 meningkat menjadi 90%. Peningkatan ini
disebabkan oleh upaya-upaya penyempurnaan teknik mengajar yang diberikan
oleh dosen sehingga permasalahan inti yang dihadapi oleh mahasiswa bisa
dipecahkan. Upaya upaya penyempurnaan tersebut seperti
pemberian
scaffolding (bantuan sementara) pada setiap langkah dari teaching and learning
cycle (siklus pembelajaran) dari pendekatan genre. Scaffolding ini paling banyak
diberikan pada tiga tahapan pertama sedangkan pada tahapan keempat dan lima
hanya mahasiswa tertentu yang mendapat bantuan. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan Feez and Joice (1998) bahwa scaffolding is provided to help students
move from dependent to independent ones. Ini berarti scaffolding diberikan sesuai
dengan kemajuan yang dialami mahasiswa jika mahasiswa sudah cukup mengerti
scaffolding akan dikurangi dan akhirnya di tiadakan sehingga mereka betul betul
mengerti.
Pada silkus 2 juga terlihat peningkatan skor menulis mahasiswa dari siklus
1. peningkatan ini dilihat dari teori heaton yaitu pada siklus 1 kategori
kemampuan menulis mahasiswa berada pada kategori poor dan average maka
pada siklus 2 menjadi rata-rata pada kategori good dan ada yang very good
(Heaton, 1997)
Peningkatan kemampuan menulis mahasiswa pada tiap siklus seiring
dengan peningkatan ketertarikan mahasiswa pada teknik yang diberikan dosen .
Walaupun demikian ada beberapa mahasiswa yang belum termotivasi. Mereka ini
nanti akan dibimbing secara personal sehingga mereka tidak tertinggal jauh
dengan kawan-kawannya. Peningkatan ketertarikan tersebut bisa dilihat dari hasil
checlisk observasi yang terdiri dari 4 kriteria yaitu Mahasiswa tertarik dengan
teknik
dosen,
tehnik
membantu
mahasiswa
menulis,mahasiswa
terus
10
University of Michigan Press Paltridge. 2001. Genre and the Language Learning
Classroom. Ann Arbor: The University of Michigan Press
Richards and Renandya. 2002. Methodology in Language Teaching. Cambridge:
Cambridge University Press
Ur,Penny.2000.
A
Course
of
Language
Teaching:Practice
Theory.Cambridge.Cambridge University Press
and
11