Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia pengekspor gambir utama dunia, yaitu memasok kebutuhan
gambir dunia hingga mencapai 90 %. Lebih dari 75 % dari gambir yang ada di
Indonesia diusahakan oleh petani Sumatera Barat. Sebagai gambaran produksi
gambir asal Sumatera Barat tahun 2003 sebanyak 12.436 ton dan tahun 2004
meningkat menjadi 13.561 ton. Tujuan ekspornya antara lain Singapura, India,
Banglades, Malaysia, Korea, Jepang dan beberapa negara Eropa. Saat ini ada tiga
tipe gambir yang ditanam di lahan petani, tipe Udang, Cubadak dan Riau. Ketiga
tipe tersebut dalam budidayanya sering tercampur.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tanaman gambir ini
adalah produktifitas yang masih rendah. Produktifitas gambir rakyat baru
berkisar antara 300 – 400 kg/ha, padahal potensi hasilnya dapat mencapai 2100
kg/ha gambir kering. Faktor penyebab rendahnya produktivitas tersebut adalah
teknik budidaya yang masih bersifat tradisional. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan memperbaiki teknik budidaya. Aspek budidaya yang
penting dan perlu mendapat perhatian antara lain adalah bibit. Bibit yang baik
akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dan produksi tinggi. Untuk itu
perlu dilakukan penyediaan bibit yang berkualitas baik, melalui penanganan
yang serius sebelum dipindahkan ke lapangan.
Keberhasilan tanaman gambir pada pembibitan sangat dipengaruhi oleh
faktor pembatas pertumbuhan bibit. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah merupakan salah satu yang menjadi faktor pembatas
pertumbuhan bibit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh intensitas cahaya terhadap bibit tanaman?
2. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap bibit gambir?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya pada pertumbuhan bibit
tanaman gambir sebelum dipindahkan ke lapangan.
BAB III
PEMBAHASAN
Cahaya merupakan salah satu faktor iklim yang perlu mendapat perhatian
serius, karena merupakan komponen utama dalam menghasilkan bahan untuk
proses pertumbuhan dan hasil tanaman. Yuswita (1995) intensitas cahaya
merupakan jumlah total cahaya yang diterima oleh tanaman. Intensitas cahaya
sangat berkorelasi dengan laju fotosintesis tanaman budidaya. Tanaman suka
cahaya jika diberi intensitas cahaya yang tinggi atau rendah akan menunjukkan
perbedaan dan karakteristis fotosintesis tertentu.
Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menjadi faktor perusak karena
pengaruh tidak langsung yang berhubungan dengan peningkatan suhu udara
(Sadjad, 1983). Tingginya intensitas cahaya yang diterima tanaman yang toleran
naungan, maka akan mengakibatkan air tanaman menjadi berkurang. Pada daun
juga terjadi defisit air yang diikuti oleh penutupan stomata akibatnya laju
fotosintesis menjadi berkurang sedangkan pengeluaran air (transpirasi) menjadi
tinggi. Kekurangan air pada tanaman karena transpirasi yang tinggi
mengakibatkan pertumbuhan batang menjadi kerdil (Bjorkman, 1968 cit Amris,
1988).
Intensitas cahaya yang rendah akan menyebabkan berkurangnya proses
transpirasi dibandingkan dengan proses fotosintesis sehingga tanaman lebih
tinggi, namun pada intensitas cahaya yang sangat rendah akan menurunkan laju
fotosintesis sampai pada taraf yang cukup besar.
Tinggi bibit dan jumlah daun tanaman gambir akibat intensitas cahaya yang
berbeda dapat dilihat pada abel 1 menunjukkan bahwa pengaturan beberapa
intensitas cahaya memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap tinggi bibit
dan jumlah daun tanaman gambir. Hal ini disebabkan karena daya adaptasi
gambir terhadap pengaturan intensitas cahaya cukup baik sehingga respon
fisiologi terhadap intensitas cahaya yang diterima sama, oleh karena itu berapa
pun intensitas cahaya yang diterima akan memberikan pengaruh yang sama
terhadap pertumbuhan tinggi bibit. Tidak berbedanya pengaruh beberapa
intensitas cahaya terhadap tinggi bibit gambir, juga disebabkan karena tanaman
gambir merupakan tanaman tahunan dan merupakan pohon perdu yang
pertumbuhan vegetatifnya lambat yang tidak cenderung memacu tinggi
tanaman walaupun diberi intensitas cahaya rendah maupun intensitas cahaya
tinggi. Suseno (1981) menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi bibit dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan yang kurang
optimal akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Intensitas cahaya
merupakan salah satu faktor lingkungan, secara tidak langsung memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi bibit.
Jumlah daun berhubungan dengan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah
buku yang dihasilkan. Ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1984) bahwa daun
yang muncul berada pada bagian buku batang tanaman, dengan demikian
semakin banyak buku pada batang tanaman akan semakin bertambah banyak
pula jumlah daun. Besar kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke permukaan
tanaman akan mempengaruhi panjang pendeknya ruas yang terbentuk.
Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan pembentukan ruas akan lebih
pendek dibandingkan dengan pemberian intensitas cahaya rendah. Dengan
demikian terlihat bahwa jumlah daun yang terbentuk pada setiap buku
menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata seiring dengan tinggi bibit yang
juga berbeda tidak nyata.
Hasil pengamatan terhadap lebar helaian daun terlebar dan panjang daun
terpanjang dapat dilihat pada tabel dapat dilihat bahwa bibit yang ditanam pada
intensitas cahaya rendah mempunyai daun yang lebih lebar dan lebih panjang
dari pada bibit yang ditanam pada intensitas cahaya 100 % (tanpa naungan).
Intensitas cahaya sangat mempengaruhi tanaman dalam meningkatkan
pembukaan helaian daun dan pemanjangan tangkai daun. Menurut Salisbury dan
Ross (1995), dan Kasim (2003), tumbuhan yang tumbuh dibawah intensitas
cahaya rendah mempunyai daun yang lebih lebar dan panjang, karena jumlah
selnya beberapa kali lebih banyak dibandingkan dengan daun yang tumbuh pada
intensitas cahaya penuh. Wujud tanaman yang kekurangan cahaya ini
dihubungkan dengan pengaruh cahaya terhadap penyebaran auksin. Pada
intensitas cahaya yang rendah auksin terbentuk lebih banyak. Auksin
mempunyai peranan dalam memacu pembesaran sel pada tanaman. Intensitas
cahaya yang terlalu tinggi dapat menjadi faktor perusak karena pengaruh tidak
langsung yang berhubungan dengan peningkatan suhu udara (Sadjad, 1983).
Menurut Jumin (2002) suhu yang rendah pada permulaan vegetatif akan
menyebabkan panjangnya fase vegetatif tersebut, sehingga kesempatan untuk
mempertinggi batang dan pertambahan ukuran daun semakin besar.
Hasil pengamatan terhadap panjang akar tunggang dan jumlah akar lateral
pada beberapa intensitas cahaya disajikan pada tabel dapat dilihat bahwa
berbagai intensitas cahaya memberikan pengaruh yang sama terhadap
peningkatan panjang akar tunggang dan jumlah akar lateral pada bibit gambir.
Akar tumbuh ke bawah dan batang tumbuh ke atas sebagai responnya terhadap
gravitasi. Akar tidak selamanya tumbuh memanjang untuk mencapai unsur hara
yang dibutuhkannya untuk pertumbuhan. Sebab jika pertumbuhan bagian
atasnya berjalan dengan baik maka pertumbuhan akar juga akan terjadi dengan
baik untuk keseimbangan bibit. Jika pertumbuhan bagian atas baik, maka jumlah
hasil fotosintesis yang ditranslokasikan keseluruh bagian tubuh termasuk akar
juga meningkat.
Perakaran tanaman sangat dipegaruhi oleh keadaan tanah dan keadaaan air
tanah. Ketersediaan air tanah ini berhubungan dengan naungan dan intensitas
cahaya sampai ke permukaan tajuk tanaman dan tanah. Intensitas cahaya yang
tinggi akan meningkatkan suhu tanah sehingga kehilangan air melalui
evapotranspirasi menjadi semakin tinggi, sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan akar (Harjadi, 1984). Wahid (1981) menyatakan bahwa intensitas
cahaya yang rendah, akan menyebabkan suhu rendah, kelembaban tinggi dan
laju penguapan yang rendah, sehingga keadaan air tanah dapat dipertahankan
serta dapat mempengaruhi perkembangan akar. Apabila keadaan air tanah
berkurang disekitar perakaran tanaman, maka akar akan cenderung untuk
memanjang mencari air ke arah lapisan tanah yang lebih dalam, dengan
semakin panjangnya akar tunggang ini terbentuk akan mendorong terbentuknya
cabang-cabang dari akar utama.

Anda mungkin juga menyukai