Anda di halaman 1dari 12

Juristek, Vol. 1, No. 2, Januari 2013, Hal.

51-62

PENGARUH UMUR TANAMAN PADA SAAT PEMANGKASAN


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KETIMUN
(Cucumis sativus L.)

Saprudin
Prodi Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Antakusuma
Jl. Malijo No. 96 Kode Pos 74112 Pangkalan Bun

Abstract
The research was a pot experiment using a Completely Ramdomized Design (CRD) with four
treatment and five replications. Implemented from March 2011 to May 2011.The purpose of this
study was to see the effect of trimming in the shoots of cucumber plants of each treatment at 14,
21 and 28 days after planting. As well as control of cucumber plants without pruning in addition
to find out at what age should be given treatment cucumber plants such pruning.From the results
showed that pruning shoots showed a significant effect on the number of leaves, leaf area, number
of branches, number of flowers and fruit weight. As for the diameter and length of the fruit did not
show significant differences.Pruning at 28 days after planting tends to increase the yield
components, namely, fruit diameter ,fruit length and fruit weight and will accelerate when the
plants bear fruit,while pruning at age 21 afterpalnting tends to increase the growth component are ;
number of leaves, leaf area and number of branches.

Keywords : Pruning, Cucumber.

PENDAHULUAN
Pentingnya sayur untuk kesehatan Sayuran Cucurbitaceae umumnya
manusia sudah lama diketahui. Sayur merupakan tanaman yang bersifat
dibutuhkan manusia untuk beberapa menjalar. Tanaman Cucurbitaceae atau
macam manfaat. Kandungan aneka walau-waluhan dicirikan dengan
vitamin, karbohidrat, dan mineral pada batangnya yang panjang. Umumnya
sayur tidak dapat disubstitusi dengan batangnya mengandung air dan lunak.
makanan pokok (Nazaruddin,1994). Daunnya lebar dan bercangap menjari.
Ketimun adalah salah satu jenis Seluruh bagian batang sampai daun
sayuran buah yang enak rasanya. Buah ditumbuhi bulu-bulu tajam
ketimun umumnya dimakan dalam (Sunarjono,2003).
bentuk segar misalnya sebagai lalap, acar, Di Indonesia mentimun merupakan
asinan dengan dengan bermacam-macam sayuran yang sangat popular dan
buah lainnya sebagai campurannya, atau digemari oleh hampir seluruh
dapat pula dibuat sebagai campuran masyarakat. Meskipun demikian
pecel, gado-gado atau rujak. Selain itu kebanyakan usaha tani mentimun masih
ketimun juga berguna untuk orang yang dianggap usaha sampingan, sehingga
menderita penyakit darah tinggi serta rata-rata hasil mentimun secara nasional
sebagai obat batu ginjal . Seringkali buah masih rendah, yakni antara 3,5 4,8
yang masih muda digunakan sebagai ton/hektar (Rukmana, 1994)
salah satu bahan kosmetik untuk Intensifikasi adalah suatu upaya
menghaluskan kulit dari jerawat atau untuk meningkatkan produksi pertanian
penyakit kulit lainnya (Direktorat Bina dengan jalan memanfaatkan berbagai
Produksi Hortikultura, 1986). sarana produksi secara ekonomis , antara
51
Saprudin : Pengaruh Umur Tanaman Pada...............

lain dengan menerapkan panca usaha tani ketimun adalah Asia Utara, tetapi
dan salah satu diantaranya adalah dengan sebagian lagi menduga berasal dari Asia
melaksanakan kultur teknik yang baik. Selatan (Rukmana,1994).
Kultur teknik meliputi bagaimana cara Para ahli tanaman memastikan
bercocok tanam yang baik serta daerah asal tanaman ketimun adalah
perlakuan-perlakuan apa saja yang harus India, tepatnya di lereng gunung
diberikan pada suatu tanaman. Himalaya. Dikawasan ini diketemukan
Pemangkasan adalah suatu usaha jenis ketimun liar yaitu Cucumis
untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif hardwichi Royle yang jumlah
suatu tanaman sehingga dapat kromosomnya tujuh pasang (n = 14).
merangsang pertumbuhan bagian-bagian Padahal jumlah kromosom ketimun pada
tertentu pada suatu tanaman dan dapat umumnya adalah 2n = 2x = 24. Sumber
mempercepat pertumbuhan generatif dari genetik (Plasma nutfah) ketimun yang
tanaman tersebut. Untuk melakukan lain diketemukan para ahli tanaman
pemangkasan harus memperhatikan terdapat di Afrika Selatan. Dari kawasan
kondisi lingkungan itu sendiri (Saptarini, India dan Afrika Selatan, pembudidayaan
Widayati dan Sari, 1991). ketimun kemudian meluas ke wilayah
Manurut Zulkarnain (2010), Mediteran (Rukmana, 1994).
Pemangkasan atau pruning adalah
tindakan pembuangan bagian-bagian Klasifikasi
tanaman, seperti cabang/ranting dengan Ditinjau dari segi klasifikasinya,
mendapatkan bentuk tertentu sehingga tanaman ketimun termasuk ke dalam
dicapai tingkat efisiensi yang tinggi (Rukmana, 1994).
didalam pemanfaatan cahaya matahari, Kingdom : Plantae
mempermudah pengendalian hama / Divisio : Spermatophyta
penyakit, serta mempermudah Sub-divisio : Angiospermae
pemanenan. Class : Dicotyledoneae
Berdasarkan hal tersebut diatas Sub-class : Sympetalae
maka penelitian tentang pengaruh umur Ordo : Cucurbitaleae
tanaman pada saat pemangkasan terhadap Famili : Cucurbitaceae
pertumbuhan dan produksi ketimun perlu Genus : Cucumis
untuk diteliti. Species : Cucumis sativus L
Tujuan Penelitian adalah :
(1)Melihat pengaruh pemangkasan Ciri Botanis
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Ketimun termasuk tanaman
ketimun, dan (2) Mengetahui pada umur musiman, artinya dapat ditanam dalam
berapa sebaiknya dilakukan pemangkasan satu musim yaitu akhir musim hujan atau
yang memberi pengaruh terhadap musim kemarau. Ketimun biasanya
pertumbuhan dan hasil ketimun. tumbuh merambat atau memanjat dengan
perantaraan alat perambat sulur yang
LANDASAN TEORI berbentuk spiral. Daun majemuk dengan
pangkal berbentuk jantung dan berujung
Asal Usul runcing. Setiap helai daun mempunyai
Mentimun merupakan salah satu bentuk bulat telur dan lebar. Dalam satu
jenis sayuran dari keluarga labu-labuan tanaman biasanya terdapat bunga jantan
(Cucurbitaceae) yang sudah populer atau bunga betina saja atau berbunga
diseluruh dunia . Menurut sejarahnya, sempurna. Jenis lokal umumnya
tanaman Ketimun berasal dari benua bunganya terdiri dari bunga betina dan
Asia. Beberapa sumber literatur sebagian bunga jantan. Tabung kelopak
menyebutkan daerah asal tanaman bunga bergading , mahkota bunga

52
Juristek, Vol. 1, No. 2, Januari 2013, Hal. 51-62

berbentuk lonjong bergaris tengah 2-3 cm tepung maupun busuk daun (Rukmana,
kepala sari mempunyai tangkai pendek, 1994).
tebal, bakal memanjang,kepala putik tiga Tanah yang baik untuk penanaman
dan tonjolan dasar bunga berbentuk ketimun adalah tanah-tanah ringan, tidak
cincin (Direktorat Bina Produksi mengandung batu-batuan, baanyak
Hortikultura, 1986) mengandung air dengan drainase yang
Perakaran ketimun memiliki akar baik pada pH tanah sekitar 6 7. Tanah
tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya yang baik untuk pertumbuhan ketimun
tembusnya relatif dangkal, pada adalah banyak mengandung humus,
kedalaman sekitar 30 60 cm. Oleh subur, seperti pada tanah-tanah lempung
karena itu tanaman ketimun termasuk berpasir yang lembab (Direktorat Bina
peka terhadap kekurangan dan kelebihan Produksi Hortikultura, 1986).
air (Rukmana,1994). Teknik pembibitan ketimun, mula-
Buah ketimun letaknya mula menyiapkan alat dan bahan seperti
menggantung dari ketiak antara daun dan polybag kecil ukuran 8x10 cm, media
batang. Bentuk dan ukurannya berupa tanah halus, pupuk kandang yang
bermacam-macam, tetapi umumnya bulat matang dan halus pada perbandingan 1:1
panjang atau bulat pendek. Kulit buah atau 2:1, gembor atau embrat, dan sarana
ketimun ada yang berbintil-bintil, ada penunjang lainnya.
pula yang halus. Warna kulit buah antara Kemudian benih ketimun direndam
hijau keputih-putihan, hijau muda, dan dalam air hangat 55 derajad 60 derajad
hijau gelap. Celsius selama 15 30 menit atau dalam
Biji ketimun bentuknya pipih, air selama 12 jam. Setelah direndam,
kulitnya berwarna putih atau putih benih ketimun dibalut dengan kain basah
kekuning-kuningan sampai coklat. Biji (lembab) yang dilapisi plastik dan
ini dapat digunakan sebagai alat dibiarkan selama 12 jam (diperam).
perbanyakan tanaman (Rukmana, 1994). Benih ketimun yang sudah berkecambah
dapat segera disemai dalam polybag
Syarat Tumbuh (Rukmana, 1994). Waktu bertanam yang
Ketimun dapat tumbuh baik baik ialah pada akhir musim hujan
didataran rendah maupun di dataran (maret/april) atau pada musim kemarau
tinggi sampai ketinggian 1000 meter di asalkan kebutuhan air dapat terpenuhi
atas permukaan laut. Akan tetapi yang (Sunaryono,1989).
terbaik adalah di dataran rendah. Lagi
pula tanaman ini tidak banyak Hama dan Penyakit
membutuhkan perawatan. Oleh karena itu Walaupun tanaman ketimun telah
didataran rendah orang banyak bertanam diberi pupuk secara sempurna, tetapi
ketimun, misalnya di Dramaga dan masih ada juga hama dan penyakit ini
Ciomas (Bogor). Luas areal penanaman harus dicegah apabila kita mengharapkan
ketimun di Indonesia berkisar 13.500 agar tanaman menghasilkan buah yang
17.500 ha (Sunaryono, 1989). memuaskan (Soewito, 1990). Hama yang
Tanaman Ketimun kurang tahan selalu menyerang tanaman ketimun
terhadap curah hujan yang tinggi. Hal ini misalnya:
akan mengakibatkan bunga-bunga yang Oteng oteng (Epilachna sp)
terbentuk berguguran, sehingga gagal Lalat buah (Dacus cucurbitae)
membentuk buah. Demikian pula pada Kutu daun (Aphis gossypii Clover)
daerah yang bertemperatur siang dan Bekicot
malam harinya berbeda sangat menyolok, Sedangkan penyakit yang menyerang
sering memudahkan serangan penyakit tanaman ketimun ialah :
Virus Mozaik timun
53
Saprudin : Pengaruh Umur Tanaman Pada...............

Penyakit layu bakteri dalam pertumbuhannya adalah bagian


Penyakit busuk buah pucuk atau tunas. Bagian yang aktif ini
Penyakit embun. disamping mendapatkan unsur hara dari
dalam tanah, juga dapat mengambil unsur
Pemangkasan hara dari bagian daun yang diperlukan
Pemangkasan adalah suatu praktek untuk pertumbuhan tunas atau pucuk.
bercocok tanam yang tidak asing lagi Maka hal ini dapat menghambat
dalam bidang pertanian, dimana pertumbuhan bagian-bagian yang lain
pemangkasan ini dilakukan untuk terutama pada fase pembuahan.
membuang bagian tanaman yang tidak Oleh karena itu untuk menjaga
dikehendaki untuk tumbuh. Tujuan keseimbangan antara pertumbuhan
pemangkasan untuk setiap tanaman tidak vegetatif dan generatif perlu dilakukan
selalu sama, namun pada umumnya pemangkasan pada bagian pucuk tersebut
bertujuan (Sunardi, 1986) sebagai berikut (Thompson dan Kelly dalam Razy,
: 1986).
a. Supaya pohon atau perdu tetap
rendah, sehingga mudah memungut METODE
hasilnya.
Waktu dan Tempat
b. Memudahkan pengendalian hama
Penelitian dilaksanakan dari bulan
dan penyakit serta pemeliharaan
Maret sampai dengan bulan Juni 2011 di
lainnya.
daerah kelurahan candi kecamatan kumai
c. Untuk mengurangi penguapan dan
kabupaten kotawaringin barat.
untuk memaksa tumbuhan supaya
cepat berbunga dan berbuah.
Rancangan Penelitian
d. Supaya udara dan cahaya dapat
Rancangan yang digunakan dalam
masuk ketengah-tengah tajuk
penelitian ini adalah Rancangan Acak
pohon.
Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan
e. Untuk tanaman yang menghasilkan
( t = 4 ) dan lima ulangan ( r = 5 ).
buah agar buahnya lebih beraturan
Jumlah satuan percobaan adalah 20 buah.
dan kualitas buahnya lebih baik.
Jarak antara pot adalah satu meter.
Tanaman buah-buahan dalam pot
Perlakuan yang digunakan dalam
biasanya sering dipangkas. Hal ini
percobaan ini sebagai berikut : Po =
dimungkinkan karena pertumbuhannya
tidak dilakukan pemangkasan (sebagai
yang relatif rendah dan adanya
control), P1 = pemangkasan pada saat
pertimbangan bahwa tanaman harus
tanaman berumur 14 hari setelah tanam,
selalu tampak rapi serta tidak tumbuh
P2= pemangkasan pada saat tanaman
tinggi. Pemangkasan yang intensif inilah
berumur 21 hari setelah tanam, P3 =
yang menyebabkan tanaman terangsang
pemangkasan pada saat tanaman berumur
untuk segera berbuah (Saptarini,
28 hari setelah tanam. Perlakuan
Widayati dan Sari, 1991).
pemangkasan dilakukan sebanyak satu
Bila tumbuhnya daun tanaman
kali untuk masing-masing tingkatan umur
ketimun itu terlalu lebat, maka harus
tanaman, dan dilakukan pada bagian
dilakukan pemangkasan dengan cara
pucuk tanman, yakni pertemuan antara
memotong pada ujung-ujung tanaman
batang dan tangkai daun teratas.
dan tinggalkan 3-4 helai daun saja.
Dengan dilakukan pemangkasan seperti
Pelaksanaan Penelitian
ini, maka tanaman cepat bercabang dan
1. Persiapan Media Tumbuh
berbuah ( Soewito, 1990 ).
Tanah diambil dari lahan
Umumnya pada tanaman yang tidak
pekarangan di jalan Gerilya Kecamatan
dipangkas, bagian yang paling aktif
54
Juristek, Vol. 1, No. 2, Januari 2013, Hal. 51-62

Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. 45 pada tanah dalam pot dengan dosis 2
Tanah dibersihkan dari rerumputan dan gram per liter air. Benih sebelum ditanam
sisa-sisa akar atau ranting, kemudian juga direndam terlebih dahulu dalam
ditimbang sebanyak 9 kg. Selanjutnya larutan Dithane M-45 selama kurang
dimasukkan ke dalam ember yang telah lebih 2 jam.
disediakan sebelumnya. Bersamaan dengan penanaman,
2. Pemupukan disekeliling benih dalam pot diberikan
Pemupukan diberikan dalam dua Furadan 3 G dengan maksud agar
tahap. Tahap pertama berupa pemberian serangga tidak dapat masuk dan merusak
pupuk kandang yang diberikan pada saat benih tersebut.
satu minggu sebelum tanam sebanyak 5. Pemangkasan
135 gram per pot, serta diaduk sampai Pemangkasan dilakukan pada saat
rata dengan tanah yang terdapat dalam sore hari. Alat yang digunakan untuk
pot tersebut. memangkas yaitu Cutter (pisau
Pupuk kandang di sini berupa pemotong) yang terlebih dahulu
kotoran ayam yang telah kering. direndam dalam larutan alkohol selama
Sedangkan pemupukan tahap ke dua beberapa menit untuk mematikan baksil-
dilaksanakan pada saat tanam berupa baksil yang mungkin melekat pada alat
pemberian Urea, TSP, dan KCL. Dosis tersebut.
untuk pupuk Urea dan KCL masing- Pemangkasan dilakukan untuk
masing 0,9 gram per pot, sedangkan dosis semua tingkat umur tanaman sesuai
untuk pupuk TSP adalah 0,675 gram per dengan perlakuan. Untuk ini waktu
pot. tanam untuk semua perlakuan adalah
3. Penyulaman serentak . Sehingga pada saat
Penyulaman dilaksanakan pada saat pemangkasan diperoleh tanaman ketimun
satu minggu setelah tanam. Hal ini dengan tingkat umur tanam yang sama.
terutama dilakukan terhadap benih/biji 6. Pengamatan
yang tidak tumbuh pada masing-masing Pengamatan dilakukan seminggu
media tumbuh (pot ember). Untuk sekali setelah pemangkasan pada umur 28
benih/biji yang tumbuh lebih dari satu, hari setelah tanam (HST) untuk semua
dipilih satu tanaman yang menunjukkan komponen pertumbuhan kecuali variabel
pertumbuhan lebih baik, sedangkan dua pengamatan luas daun diukur pada saat
tanaman lainnya dibuang. panen. Sedangkan untuk komponen hasil
4. Pemeliharaan dilakukan pada saat panen.
Pemeliharaan yang dilakukan Variabel pengamatan terdiri atas :
dalam penelitian ini meliputi penyiraman, a. Jumlah daun (helai)
penyiangan, pencegahan hama dan b. Luas daun (cm2)
penyakit serta pembuatan c. Jumlah cabang, dihitung apabila
lanjaran/turus/ajir bagi tanaman untuk panjang cabang sudah mencapai
merambat. Penyiraman terhadap tanaman lebih dari 1 cm.
dilakukan setiap hari sejak benih mulai d. Jumlah bunga
ditanam. Penyiraman dilakukan pada pagi e. Diameter buah (cm)
dan sore hari sejak benih mulai ditanam. f. Panjang buah (cm)
Penyiangan dilakukan seminggu sekali, g. Berat buah segar (kg)
pada saat sebelum pengamatan. Hal ini
dilakukan pada agar tanaman Ketimun Analisa Data
terhindar dari tanaman pengganggu. Notasi yang digunakan untuk
Pencegahan hama dan penyakit model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dilakukan sejak sebelum tanam, berupa yaitu :
pemberian larutan fungisida Dithane M- Yij = U + Ti + ij

55
Saprudin : Pengaruh Umur Tanaman Pada...............

tanam (P1) dan 28 hari setelah tanam


Keterangan : (P3) dengan tanaman yang tidak
Yij = nilai pengamatan pada dipangkas (Po) mempunyai jumlah daun
pemangkasan ke-I, ulangan ke-j yang tidak berbeda nyata. Dari harga
U = nilai tengah umum rata-rata jumlah daun pada tabel 1 untuk
Ti = pengaruh pemangkasan ke-i pengamatan pada saat minggu setelah
Ij = galat percobaan pemangkasan pemangkasan pada umur 28 hari setelah
ke-I, ulangan ke-j. tanam dapat dilihat bahwa jumlah daun
yang terbanyak terdapat pada tanaman
Data yang diperoleh dari penelitian dengan perlakuan pemangkasan pada
ini dianalisa dengan menggunakan uji F. umur 21 hari setelah tanam.
Apabila uji-F menunjukkan perbedaan
yang nyata maka dilanjutkan dengan uji
BNT pada taraf 5%. Tabel 1. Rata-rata jumlah daun per
tanaman untuk masing-masing perlakuan
Pemangkasan pada saat satu (X1) dan
HASIL DAN PEMBAHASAN dua (X2) minggu setelah Pemangkasan
pada umur 28 hari setelah tanam
Jumlah Daun
Data hasil perhitungan terhadap
Jumlah daun (helai) per
jumlah daun pada pengamatan satu
minggu setelah pemangkasan pada umur Perlakuan tanman
28 HST dapat dilihat pada table lampiran (X1) (X2)
1 dan hasil analisa ragam dapat dilihat Po 11,8 a 16,2 a
pada tabel lampiran 2. Sedangkan data P1 11,0 a 15,2 a
perhitungan jumlah daun pada P2 15,5 b 18,0 b
pengamatan dua minggu setelah P3 15,0 bc 17,2 ab
pemangkasan pada umur 28 HST beserta LSD 5 % 1,89 1,59
analisa ragam dapat dilihat masing- Keterangan : Harga rata-rata yang diikuti
masing tabel lampiran 9 dan 10. dengan huruf yang sama pada lajur yang
Selanjutnya harga rata-rata jumlah daun sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada pengamatan satu dan dua minggu berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.
setelah pemangkasan pada umur 28 HST Dari pengamatan satu minggu
dapat dilihat pada tabel 1. Dari tabel 1 setelah pemangkasan pada umur 28 hari
tersebut dapat dilihat bahwa pada setelah tanam ternyata bahwa perlakuan
pengamatan satu minggu setelah pemangkasan pada umur 14 hari setelah
pemangkasan pada umur 28 HST ternyata tanam (P1) cenderung tidak
jumlah daun ketimun yang dipangkas meningkatkan jumlah daun jika
pada umur 14 hari setelah tanam secara dibandingkan dengan tanaman control
statistik tidak berbeda nyata dengan (Po), serta pada pengamatan dua minggu
perlakuan tanaman tanpa pemangkasan setelah pemangkasan pada umur 28 hari
(Po). Demikian pula jumlah daun setelah tanam, perlakuan pemangkasan
tanaman yang dipangkas pada umur 21 pada umur 14 hari setelah tanam (P1)
hari setelah tanam (P2) ternyata tidak dan 28 hari setelah tanam (P3)
berbeda nyata dengan perlakuan menunjukkan jumlah daun yang tidak
pemangkasan pada umur 28 HST (P3). berbeda nyata dengan perlakuan tanaman
Namun pada pengamatan dua minggu kontrol (Po). Ini merupakan indikasi
setelah pemangkasan pada umur 28 Hari adanya kecenderungan bahwa masa
Setelah Tanam (HST) ternyata antara vegetatif aktif tanaman ketimun berada
perlakuan pada umur 14 hari setelah pada umur 21 hari setelah tanam. Dengan

56
Juristek, Vol. 1, No. 2, Januari 2013, Hal. 51-62

adanya pemangkasan akan dapat Hal ini dimaksudkan agar zat hara
merangsang tumbuhnya tunas atau digunakan untuk bagian-bagian tertentu
cabang baru. Hal mana sesuai dengan dari tanaman antara lain meningkatkan
pendapat Soeparma (1984) bahwa luas daun. Hal ini sesuai dengan pendapat
pemangkasan pada tanaman akan Sitomorang dalam Razy (1986) bahwa
menyebabkan bertambah banyaknya tujuan pemangkasan khususnya pada
tunas atau cabang. tanaman coklat adalah agar penyebaran
atau distribusi daun menjadi lebih merata,
Luas Daun sehingga kelembaban udara menjadi
Data hasil perhitungan terhadap rendah. Keadaan ini dapat menekan
luas daun per tanaman pada saat setelah serangan hama dan penyakit. Selain itu,
panen dilihat tabel lampiran 3 dan hasil kompetisi cahaya antara daun satu
analisa ragam dapat dilihat pada tabel dengan yang lain juga lebih kecil,
lampiran 4. Selanjutnya harga rata-rata sehingga daun dapat menjalankan
luas daun per tanaman pada saat setelah fungsinya sebagai tempat berlangsungnya
panen dapat dilihat pada tabel 2. Dari fotosintesa dengan baik. Menurut
tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa Pracaya (1985), bahwa dengan
pemangkasan pada umur 21 hari setelah pemangkasan pucuk dapat menekan
tanam (P2) mempunyai luas daun yang tinggi tanaman agar sinar matahari dapat
cenderung meningkat. Pemangkasan pada menembus merata keseluruh tanaman
umur 14 hari setelah tanam (P1), 21 hari terutama pada daun, sehingga dapat
setelah tanam dan 28 hari setelah tanam mengurangi serangan hama dan penyakit
menunjukkan perbedaan nyata dengan serta memudahkan pelaksanaan
tanaman yang tanpa pemangkasan (Po). penyemprotan pada tanaman.

Tabel 2. Rata-rata luas daun per tanaman Jumlah Cabang


untuk masing-masing perlakuan Data hasil perhitungan terhadap
pemangkasan pada saat setelah panen. jumlah cabang pada pengamatan satu
Luas daun (cm2) per minggu setelah pemangkasan pada umur
tanaman 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada
Perlakuan
tabel lampiran 5 dan analisa ragam dapat
(X3)
dilihat pada tabel lampiran 6. Sedangkan
Po 209,81 a data perhitungan jumlah cabang pada
P1 217,40 b pengamatan dua minggu setelah
P2 219,52 b pemangkasan pada umur 28 hari setelah
P3 217,19 b tanam beserta analisa ragam dapat dilihat
LSD 5% 7,01 masing-masing pada tabel lampiran 11
Keterangan : Harga rata-rata yang diikuti dan 12. Harga rata-rata jumlah cabang
dengan huruf yang sama pada lajur yang pada pengamatan satu dan dua minggu
menunjukkan tidak berbeda nyata setelah pemangkasan pada umur 28 hari
berdasarkan uji LSD pada taraf 5%. setelah tanam dapat dilihat pada tabel 3.
Pemangkasan pada umur 21 hari Dari tabel 3 tersebut dapat dilihat secara
setelah tanam (P2) cenderung statistik jumlah cabang pada pengamatan
meningkatkan luas daun. Hal ini diduga satu minggu setelah pemangkasan pada
karena pada umur tersebut tanaman umur 28 hari setelah tanam terlihat
ketimun berada pada fase vegetatif paling bahwa pemangkasan pada umur 14 hari
aktif. Menurut pendapat Rismunandar setelah tanam (P1) dan 21 hari setelah
(1993) bahwa tujuan umum pemangkasan tanam (P2) tidak berbeda nyata tetapi
antara lain adalah memotong pucuk menunjukkan perbedaan yang nyata
pohon untuk mengurangi tinggi tanaman. dengan tanaman tanpa pemangkasan

57
Saprudin : Pengaruh Umur Tanaman Pada...............

(Po). Sedangkan pada pengamatan dua tanah juga menyerap dari bagian daun
minggu setelah pemangkasan pada umur yang ada di bawahnya. Sehingga dengan
28 hari setelah tanam terlihat jumlah adanya pemangkasan, maka kandungan
cabang untuk perlakuan pemangkasan bahan makanan dalam tubuh tanaman
pada umur 14 hari setelah tanam (P1), 21 yang seyogyanya akan digunakan untuk
hari setelah tanam (P2), dan 28 hari pertambahan tinggi tanaman lalu
setelah tanam (P3) dengan tanaman yang digunakan untuk aktivitas lain,
tanpa pemangkasan (Po) menunjukkan diantaranya adalah bertambahnya cabang.
perbedaan yang nyata. Hal ini didukung dengan pendapat
Dwijoseputro (1983) bahwa pusat
Tabel 3. Rata-rata jumlah cabang per pembentukkan auksin (zat tumbuh)
tanaman untuk masing-masing perlakuan berada di bagian ujung tanaman seperti
Pemangkasan pada saat satu (X4) dan tunas , kuncup bunga, pucuk dan lain-
dua (X5) minggu setelah Pemangkasan lain. Sehingga dengan pemangkasan
pada umur 28 hari setelah tanam pucuk berarti menghilangkan dominasi
pucuk (apical dominance), sehingga zat
tumbuh dapat merata pada tunas lateral
Perlakuan Jumlah cabang per tanman yang tumbuh di bawah pucuk yang
(X4) (X5) terpangkas.
Po 2,20 a 2,20 a
P1 3,00 b 4,00 b Jumlah Bunga
P2 3,60 bc 4,20 b Data hasil perhitungan terhadap
P3 2,40,abc 3,40 b jumlah bunga pada pengamatan satu
LSD 5 % 0,79 0,91 minggu setelah pengamatan pada umur
28 hari setelah tanam dapat dilihat pada
Keterangan : Harga rata-rata yang diikuti
tabel lampiran 7 dan hasil analisa ragam
dengan huruf yang sama pada lajur yang
dapat dilihat pada tabel lampiran 8.
sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Sedangkan data perhitungan pada
berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.
pengamatan dua minggu setelah
pemangkasan serta hasil analisa ragam
Dari data harga rata-rata jumlah
dapat dilihat pada tabel lampiran 13 dan
cabang untuk masing-masing perlakuan
14. Harga rata-rata jumlah bunga pada
terlihat bahwa jumlah cabang terbanyak
pengamatan satu dan minggu setelah
cenderung terdapat pada perlakuan
pemangkasan pada umur 28 hari setelah
pemangkasan pada umur 21 hari setelah
tanam dapat dilihat pada tabel 4.
tanam (P2).
Hal ini diduga karena pada umur tersebut
Tabel 4. Rata-rata jumlah bunga per
tanaman ketimun pada fase vegetatif
tanaman untuk masing-masing perlakuan
paling aktif, sehingga perlakuan
Pemangkasan pada pengamatan satu dan
pemangkasan akan mempercepat
dua minggu.
pertumbuhan dan pertambahan jumlah
tunas atau cabang khususnya tunas
lateral. Keadaan diatas sejalan dengan Jumlah bunga (kuntum) per
Perlakuan
pendapat Surachmat (1984) yang tanman
menyatakan bahwa pemotongan pucuk (X6) (X7)
tanaman mengakibatkan tumbuhnya Po 7,2 a 6,4 a
tunas di bawahnya (tunas lateral) yang P1 8,8 a 4,2 a
semula dalam kedaan dorman. Menurut P2 9,6 a 7,0 a
Thompson dan Kelly dalam Razy (1986), P3 11,0 ab 8,0 a
bagian pucuk yang aktif ini disamping
mendapat unsur hara dari dalam dalam LSD 5 % 2,54 4,42
58
Juristek, Vol. 1, No. 2, Januari 2013, Hal. 51-62

Keterangan : Harga rata-rata yang diikuti cabang baru tersebut berarti terjadi
dengan huruf yang sama pada lajur yang pemakaian sebaian dari karbohidrat yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata berakibat dapat mengurangi (menekan)
berdasarkan uji LSD pada taraf 5%. jumlah bunga yang terbentuk.
Dari penampilan data pada tabel
tersebut di atas dapat dilihat bahwa pada Panjang, Diameter dan Berat Buah
pengamatan satu minggu setelah Data hasil pengukuran terhadap
pemangkasan ternyata jumlah bunga diameter buah pada saat panen dapat
tanaman ketimun yang mendapat dilihat pada tabel lampiran 15 dan hasil
perlakuan pemangkasan pada umur 14 analisa ragam terdapat pada tabel
hari setelah tanam (P1), 21 hari lampiran 16. Kemudian hasil pengukuran
setelah tanam (P2) dan 28 hari setelah terhadap panjang buah pada saat panen
tanam (P3) tidak berbeda nyata dengan dapat dilihat pada tabel lampiran 17,
tanaman ketimun yang tanpa sedangkan analisa ragam terdapat pada
pemangkasan (Po). Namun pada tabel lampiran 20. Data rata-rata diameter
pengamatan dua minggu setelah buah, panjang buah dan berat buah pada
pemangkasan pada umur 21 hari setelah saat panen terdapat pada tabel 5, dan
tanam ternyata antara masing-masing keadaan buah untuk masing-masing hasil
perlakuan satu sama lain tidak dari perlakuan dapat dilihat pada gambar
menunjukkan perbedaan yang nyata pada 10, 11, 12 dan 13.
uji LSD dengan tingkat kepercayaan 5%.
Dari data harga rata-rata jumlah bunga Tabel 5. Rata-rata diameter buah (X7),
per tanaman pada pengamatan satu panjang buah (X8) dan berat buah (X9)
minggu setelah pemangkasan pada umur per buah pada saat panen.
21 hari setelah tanam (P2) ternyata
jumlah bunga terbanyak cenderung Perlakua Komponen Hasil per buah
terdapat pada tanaman ketimun yang n
(X8;cm (X9;cm (X10;cm
mendapat perlakuan pemangkasan pada ) ) )
umur 28 hari setelah tanam (P3). Hal ini
dapat terjadi diduga karena pada umur Po 18,7 a 21,6 a 0,40 a
pemangkasan 14 hari setelah tanam (P1) P1 18,6 a 20,2 a 0,46 a
dan 21 hari setelah tanam (P2) masih P2 19,5 a 21,4 a 0,47 a
berada dalam fase vegetatif, sehingga P3 20,2 a 22,9 a 0,64 a
dengan adanya pemangkasan justru
merangsang terbentuknya tunas-tunas LSD 5
baru. Lain pula halnya dengan %
pemangkasan pada umur 28 hari setelah
Keterangan : Harga rata-rata yang diikuti
tanam (P3) yang mana pada umur
dengan huruf yang sama pada lajur yang
tersebut tanaman ketimun sudah berada
sama menunjukkan tidak berbeda nyata
fase generatif awal, sehingga dengan
berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.
adanya pemangkasan akan dapat
Dari data tabel 5 di atas yang
merangsang terbentuknya tunas baru. Hal
terdiri atas data pengamatan untuk
ini menyebabkan bahan makanan yang
kualitas buah yang meliputi diameter
tersedia ditransfer atau terbagi untuk
buah dan panjang buah untuk masing-
pembentukan bunga tersebut. Menurut
masing perlakuan tidak berbeda nyata
pendapat Setyati (1979), bahwa dalam
pada uji LSD 5%. Sedangkan untuk data
fase generatif terjadi penumpukan
pengamatan berat buah untuk perlakuan
karbohidrat pada bagian seperti kuncup
pemangkasan 14 hari setelah tanam (P1),
bunga, bunga, buah, biji maupun umbi.
21 hari setelah tanam (P2) dan tanaman
Sehingga dengan terbentuknya tunas atau
tanpa pemangkasan (Po) tidak
59
Saprudin : Pengaruh Umur Tanaman Pada...............

menunjukkan perbedaan yang nyata. Dari pemangkasan pada umur 28 hari setelah
data pengamatan bahwa berat buah tanam cenderung meningkatkan diameter
cenderung meningkat pada perlakuan buah, panjang buah dan berat buah.
pemangkasan pada umur 28 hari setelah Khusus untuk pengamatan berat buah,
tanam (P3) dan berbeda nyata dengan diduga hasil perlakuan pemangkasan
perlakuan pemangkasan lainnya. Menurut pada umur 28 hari setelah tanam
Tohir (1993) seringkali pohon buah- mempunyai kendungan air yang lebih
buahan itu yang telah cukup umurnya banyak dan kepadatan daging buahnya
tidak berbunga atau berbuah seperti yang lebih padat jika dibandingkan
biasanya baik kualitas maupun dengan perlakuan pemangkasan lainnya.
kuantitasnya, demikian itu dapat Banyak kandungan air tersebut diduga
disebabkan oleh berbagai hal diantaranya karena pertumbuhan vegetatif pada
adalah karena persarian antara bunga perlakuan pemangkasan pada umur 28
jantan dan bunga betina tidak terjadi. hari setelah tanam tersebut sudah mulai
Dari data pada tabel 3 terlihat bahwa menurun.
pemangkasan cenderung akan Menurut pendapat Hendro dan
meningkatkan jumlah cabang, terutama Rismunandar (1981) bahwa tujuan utama
pada perlakuan pemangkasan tanaman pemangkasan pada pucuk tanaman adalah
ketimun berumur 21 hari setelah tanam agar tanaman ketimun cepat berbuah.
(P2). Berdasarkan hal demikian energi Keadaan ini ditunjang dari catatan
tanaman akan tersalur ke cabang baru pengamatan bahwa tanaman ketimun
tadi dan hanya sedikit energi yang yang dilakukan pemangkasan pada umur
tersalur untuk pembentukkan bunga atau 28 hari setelah tanam (P3) cenderung
buah (rahardi, 1994). Hal ini didukung lebih cepat menghasilkan buah
oleh pendapat Bleasdale dalam Razy dibandingkan dengan tanaman ketimun
(1986) bahwa bunga pertama yang tanpa perlakuan pemangkasan (Po).
terbentuk pada tanaman ketimun adalah Tanaman tanpa Perlakuan
bunga jantan dan pengurangan auksin pemangkasan/control (Po) mulai berbuah
melalui pemangkasan pucuk justru akan pada umur 38 hari setelah tanam,
mengurangi pembentukkan bunga betina. sedangkan tanaman ketimun yang dengan
Faktor lain yang diduga sebagai perlakuan pemangkasan pada umur 28
penyebab mengapa diameter buah pada hari setelah tanam (P3) sudah berbuah
perlakuan pemangkasan pada umur 14 pada umur 32 hari setelah tanam. Untuk
hari setelah tanam (P1) dan 21 hari perlakuan Pemangkasan pada umur 14
setelah tanam (P2) adalah terlalu aktifnya hari setelah tanam (P1) dan 21 hari
pertumbuhan vegetatif, khususnya jumlah setelah tanam (P2) mulai berbuah pada
daun dan luas daun. Sehingga antara daun umur 35 hari setelah tanam. Perlakuan
yang satu dan daun yang lain saling pemangkasan pada umur 28 hari setelah
menutupi yang akibatnya banyak daun tanam (P3) cenderung untuk
yang tidak efektif dalam proses meningkatkan berat buah, hal ini diduga
fotosintesis. Lebih dominannya pertumbuhan vegetatifnya menurun,
pertumbuhan vegetatif tersebut menurut sehingga unsur hara dialihkan untuk
Setyati (1979) dapat berakibat jumlah pertumbuhan generatif. Hal ini sesuai
bunga dan buah yang terbentuk menjadi dengan pendapat Siregar (1994) bahwa
tertekan, mengingat kegunaan pemangkasan akan memperluas
karbohidrat yang tersisa untuk permukaan asimilasi dan merangsang
perkembangan kuncup bunga, bunga, pembungaan dan pembuahan yang
buah, biji ataupun umbi menjadi lebih disebabkan oleh adanya keseimbangan
sedikit. Dari penampilan data pada tabel vegetatif dan generatif. Selain dugaan
5 dapat dilihat bahwa perlakuan yang disebutkan di atas, maka

60
Juristek, Vol. 1, No. 2, Januari 2013, Hal. 51-62

kemungkinan lain yang dianggap dapat Malang. Penerbit PT. Gramedia.


menyebabkan tidak berpengaruhnya Jakarta.
pemangkasan secara nyata terhadap Hendro dan Rismunandar, 1981.
diameter buah dan panjang buah yakni Pengantar pengetahuan Dasar
sedikitnya frekuensi pemangkasan yang Hortikultura, jilid I dan II.
dilakukan. Dengan demikian pengaruh Nazaruddin, 1984. Budidaya dan
pemangkasan tersebut tidak berpengaruh Pengaturan panen, Sayuran dataran
nyata terhadap diameter buah dan rendah, Penebar Swadaya. Jakarta.
panjang buah. Pracaya, 1985. Bertanam Mangga.
Penerbit PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
SIMPULAN DAN SARAN Rahardi, 1994. Bercocok Tanam Dalam
Pot. Penebar swadaya. Jakarta.
Simpulan Rismunandar, 1983. Membudidayakan
1. Pemangkasan pucuk terhadap Tanaman Buah-buahan, Penerbit
tanaman mentimun pada umur 21 Sinar baru. Bandung.
Hari Setelah Tanam (HST) Razy, F., 1986. Laporan Karya Ilmiah I,
memberikan pengaruh nyata Fakultas Pertanian, Universitas
terhadap komponen pertumbuhan Lambung Mangkurat, Banjar baru
yakni jumlah daun, luas daun, dan (tidak dipublikasikan).
jumlah cabang. Rukmana, R., 1994. Budidaya Ketimun.
2. Pemangkasan pucuk terhadap Penerbit Kanisius. Jakarta.
tanaman mentimun pada umur 28 Saptarini, Widayati, E., 1991. Membuat
Hari Setelah Tanam (HST) Tanaman Cepat Berbuah. Penerbit
cenderung meningkatkan jumlah Swadaya. Jakarta.
bunga dan memberikan pengaruh Setyati S.M., 1997. Pengantar Agronomi.
nyata terhadap berat buah. Penerbit PT. gramedia. Jakarta.
Siregar H.S. Tumpal., 1994. Budidaya
Pengolahan dan Pemasaran Coklat.
Saran
Penebar Swadaya. Jakarta.
Untuk meningkatkan kualitas buah
Soeparma S., 1984. Pekarangan dan
ketimun yang dihasilkan oleh para petani
Buah-buahan. Penerbit PT.
dapat disarankan untuk melaksanakan
Yasaguna. Jakarta.
pemangkasan pucuk pada saat aktifnya
Sonardi, 1980. Bercocok Tanam Umum.
fase pembungaan (pemangkasan pada
Penerbit CV. Yasaguna.Jakarta.
umur 28 hari setekah tanam) dan perlu
Soewito, D. S., 1990. Manfaat Lahan 3,
penelitian lanjutan dengan frekuensi
Bercocok Tanam Ketimun. CV.
pemangkasan tidak hanya sekali
Titik Terang. Jakarta.
pemangkasan.
Sunaryono., 1989. Kunci Bercocok
Tanam Sayuran-sayuran Penting di
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, Seri Produksi
Hortikultura II, CV. Sinar Baru.
Direktorat Bina Produksi Hortikultura, Bogor.
1986. Bercocok Tanam sayuran, Sunarjono,H. 2003. Bertanam 30 Jenis
Direktorat Jenderal Tanaman Sayuran, Seri Agribisnis, Penebar
pangan. Jakarta. Swadaya. Jakarta.
Dwijoseputro, 1983. Pengantar Fisiologi Surachmat K, 1984. Zat Pengatur
Tumbuhan.,Ed.ke-6. Institut Tumbuh Tanaman . Penerbit CV.
Keguruan dan Ilmu Kependidikan Yasaguna. Jakarta.

61
Saprudin : Pengaruh Umur Tanaman Pada...............

Tohir A. Kaslan, 1993. Bercocok Tanam


pohon Buah-buahan. Pradyana
Paramita. Jakarta.
Zulkarnain,2009. Dasar-Dasar
Hortikultura, Bumi Aksara. Jakarta.

62

Anda mungkin juga menyukai