Anda di halaman 1dari 13

BAB 4 MANAJEMEN BUDIDAYA TANAMAN HORENSO (Spinacia

Oleracea L) DENGAN SISTEM NON-PESTICIDE DI PT WAHANA


KHARISMA FLORA KOTA BATU JAWA TIMUR

4.1 Deskripsi Tanaman Horenso


Horenso (Spinacia oleracea L.) atau biasa dikenal dengan Bayam Jepang
adalah tanaman sayuran dataran tinggi dengan umur panen yang singkat.
Budidaya Horenso cukup menguntungkan bagi petani sayuran karena permintaan
sayur yang terus mengalami peningkatan, dan belum dapat dipenuhi secara
maksimal oleh petani Horenso. Menurut Arianti (2015) dalam bidang pertanian
yang memiliki peluang untuk dikembangkan dan memungkinkan bersaing untuk
merebut peluang pasar pada era perdgangan bebas adalah hortikultura. Salah satu
tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan menguntukan
bagi para petani adalah horenso atau di Jawa biasa dikenal dengan sebutan bayam
Jepang.
4.1.1 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyttales
Family : Chenopodiaceae
Genus : Spinacia
Species : C. oleracea L.
4.1.2 Morfolgi Tanaman
Secara morfologi horenso dikelompokkan sebagai tanaman berumah dua yang
tidak sepenuhnya benar, karena terdapat variasi tipe kelamin. Tipe tanaman terdiri
atas jantan, betina, atau sekaligus jantan betina, tingkat keberumah-satuan
(monociousness) dipengaruhi secara genetik dan lingkungan. Bunga hermaprodit
(berkelamin ganda) kadang-kadang juga terlihat. (Decoteu, 2000). Berdasarkan
bijinya, ada dua tipe tanaman, yaitu tanaman dengan biji berbentuk bundar rata,
dan yang berbentuk bijinya tidak beraturan dan berduri. Kultivar berbiji berduri
27
28

dianggap sebagai tipe musim dingin, dan yang berbiji bundar sebagai tipe musim
panas. Kultivar biji berduri jarang ditanam. Sebelum masa Linnaeus, ahli
taksonomi mengidentifikasi tipe bundar dan tipe berduri sebagai species yang
berbeda, yaitu sebagai S. spinosa dan S. inermis. Di yakini bahwa tipe biji berduri
terbentuk sebelum tipe biji bundar. (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998)
4.1.1 Syarat Tumbuh Tanaman
Pertumbuhan terbaik horenso adalah bila suhu rata-rata 18 - 20 C, pada
suhu 10 C pertumbuhan berlangsung lambat. Suhu juga mempengaruhi kualitas
daun; suhu rendah cenderung mempertebal daun tetapi mengurangi ukuran dari
kerataannya. (Pierce, 1987). Kedinian panen berkaitan dengan laju pertumbuhan,
kultivar umur-genjah tumbuh cepat. Petani memilih kultivar disesuaikan dengan
kondisi pertumbuhan agar diperoleh pertumbuhan cepat dan hasil tinggi, sambil
menghindari bolting. Horenso dapat tumbuh pada berbagai macam tipe tanah,
tanaman ini menyukai tanah yang dapat menahan air dengan sangat baik dan
berdrainase baik. Tanaman ini agak toleran terhadap salinitas, tetapi peka terhadap
keasaman; kisaran pH yang sesuai adalah 6,5 - 8,0. persyaratan lengan biasanya
tidak terlalu tinggi karena transpirasi berlangsung rendah selama musim dingin,
saat tanaman horenso biasanya ditanam; sekitar 250mm sering dianggap cukup
untuk satu tanaman. Namun, karena sistem perakarannya dangkal, tanaman ini
dapat dengan mudah tercekam akibat kelengasan yang tidak mencukupi. Tanah
tergenang juga pengaruh buruk tanaman. (Decoteu, 2000).
Pemupukan dengan Nitrogen umumnya meningkatkan produksi horenso
yang ditanam selama musim dingin karena rendahnya nitrifikasi pada suhu tanah
yang rendah. Horenso biasanya dipupuk dengan baik untuk meningkatkan
kerimbunannya, dan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan yang sangat cepat,
yang terjadi dalam waktu yang singkat sebelum panen. Sekitar dua pertiga
biomassa dihasilkan selama sepertiga terakhir priode pertumbuhannya. Untuk
memenuhi kebutuhan ini, penjadwalan pemupukan yang tepat sangat diperlukan.
(Rubatzky dan Yamaguchi,1998). Perkecambahan benih horenso sudah optimum
pada suhu 20 C, dan perkecambahan berlangsung lebih baik pada suhu rendah (5
- 10 C) ketimbang pada suhu tinggi (25 C), benih sering ditanam dalam barisan
29

ganda atau dalam alur sempit (lebar 10 cm), pada guludan atau bedengan yang
ditinggikan
30

dengan kedalaman 1-3 cm. Jumlah benih per hektar beragam dengan tujuan
penanaman yang diiginkan. Kerapatan tanaman untuk dijual segar rata-rata sekitar
60 tanaman per m 2. Tanaman untuk dijual segar jarang dijarangkan; penjarangan
dilakukan pada tanaman untuk pengolahan karena memerlukan banyak tenaga
kerja (Decoteau, 2000). Pengelolaan gulma adalah faktor yang sangat
berpengaruh, khususnya bagi pertanaman untuk pengolahan, karena gulma adalah
kontaminan, dan beberapa jenis memiliki penampakan yang mirip horenso
sehingga sulit dipisahkan. (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

4.2 Manajemen Budidaya Tanaman Horenso


4.2.1 Persiapan Bibit

Gambar 4.1 Penyemaian Bibit Horenso


Bayam jepang dapat diperbanyak melalui biji ataupun melalui rimpang. Jika
menggunakan biji, maka biji direndam terlebih dahulu selama sekitar 3 hari, lalu
masukkan dalam kain basah, ikat dan masukkan ke baskom plastik.Diamkan
selama 2 minggu, maka biji bayam jepang akan berkecambah. Jika sudah
berkecambah, pindahkan ke media semai yang berupa campuran pupuk kandang
dan sekam dengan perbandingan 2 : 1 selama sekitar 10- 14 hari. Jika sudah
selanjutnya, pindahkan bibit bayam jepang ke polybag yang telah diisi media
31

tanam berupa pupuk kandang yang telah matang dan sekam. Bibit tersebut siap
tanam setelah berumur 4 minggu sejak awal semai dan telah mencapai ketinggian
10 cm. Sebenarnya biji bibit bayam jepang dapat langsung ditebar pada media
semai tanpa proses kecambah, tapi hal itu membutuhkan waktu semai sekitar 3 - 4
bulan hingga benar-benar siap tanam.
4.2.2 Persiapan Lahan

Gambar 4.2 Persiapa Lahan


Bersihkan lahan tanam dari gulma, bebatuan dan tanaman pengganggu
lainnya. Selanjutnya, buatlah bedengan lalu buatlah lubang tanam pada bedengan
dengan kedalaman sekitar 10 - 15 cm dan tutup dengan mulsa. Setelah itu,
taburkan pupuk ke setiap lubang tanam setebal 2 - 3 cm. Selanjutnya tanam bibit
bayam jepang ke lubang tanam dan tutup kembali dengan tanah galian lubang
sebelumnya. Setelah penyemaian selesai tahap selanjutnya adalah menyiram
semaian dengn bros agar benih tidak terlempar keluar oleh siraman air.
32

4.2.3 Tanam atau Transplanting

Gambar 4.3 Pindah Tanam


Proses tanam pada tanaman horenso dilakukan setelah bibit semaian
berumur 4 minggu. Pertama-tama ambil bibit pada lahan penyemaian dengan
menggunakan kayu untuk mencungkil tanah. Tujuan melakukan pencungkilan
adalah meminimalisir terputusnya akar bibit tanaman horenso. Setelah diambil
segera tanam pada lubang yang telah dibuat pada bedengan. Penanaman bibit
jangan terlalu dalam atau terlalu dangkal karena adapat memengaruhi kehidupan
tanaman horenso. Setelah ditanam lalu siram air dengan menggunakan volume
airyang kecil, untuk membantu tanaman horenso untuk menyesuaikan lingkungan
tanam yang baru.
4.2.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan pada tanaman sayur horenso ada beberapa perlakuan. Pada
pemeliharaan semaian ada 2 perlakuan yaitu penyiraman dan penyiangan.
Sedangkan pada tanaman horenso pasca semaian ada 3 perlakuan yaitu
penyiaman, penyiangan dan pemupukan. Pemeliharaan ini bertujuan untuk
membantu proses pertumbuhan tanaman sehingga presentase kehidupan tanaman
tinggi.
33

Berikut penjelasan lengkap tentang perawatan pada tanaman horenso:


1. Penyiraman

Gambar 4.4 Penyiramn Taman Horenso


Pemeliharaan yang pertama adalah penyiraman tanaman horenso, baik
semaian ataupun tanaman horenso kecil/besar. Penyiraman bertujuan memberikan
air sesuai kebutuhan tanaman pada daerah perakaran dengan air yang memenuhi
standar pada waktu, cara, dan jumlah yang tepat untuk menjamin kebutuhan air
bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal.
Perlakuan penyiraman pada tanaman sayur horenso dilakukan pada pagi dan
menjelang sore hari. Peyiraman dilakukan dengan menggunakan selang

3
berdiameter dim yang ujungnya ditambah dengan bross atau sprayer.
4
Penggunaan bross bertujuan agar air yang mengalir pada tanaman tidak terlalu
deras yang akan menyebabkan media tanam rusak, selain itu menghidari patahnya
tanaman horenso.
34

2. Penyiangan

Gambar 4.5 Penyiangan Lahan Tanaman Horenso


Penyiangan merupakan perlakuan perawatan pada divisi sayur terutama
pada tanaman horenso. Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut gulma
yang berada di antara sela-sela tanaman horenso dan sekaligus menggemburkan
tanah. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Perlakuan penyiangan ini juga dilakukan pada tanaman semai dan tanaman
kecil/besar. Penyiangan dilakukan oleh pekerja saat selesai penyiraman pada pagi
hari. Peralatan yang digunakan pada proses penyiangan adalah koret dan karung.
3. Pemupukan

Gambar 4.6 Pembuatan pupuk dan pemupukan


35

Tanaman horenso dipupuk dengan menggunakan pupuk nabati. Tujuan


pemupukan adalah memberikan unsur hara tambahan atau susulan pada tanaman
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman dan untuk manjamin pertumbuhan
tanaman secara optimal sehingga menghasilkan tanaman dengan mutu yang baik.
Prosedur pelaksanaan:
1) Seminggu dua kali disiram dengan pupuk nabati dengan dosis 1 l/20 - 30 l
air.
2) Pemupukan  dilakukan dengan dosis 2 cc/1 liter air.
4.2.5 Panen

Gambar 4.7 Panen Sayur Horenso


Pemanenan taama horenso dilakukan sekitar 50 - 60 hari setelah tanam.
Pemanenan tanaman horenso dilakukan ketika marketinzng memeberi permintaan
yang disesuaikan dengan prediksi bagian budidaya. Ciri-ciri pemanenan horenso
bayam jepang ini dilakukan dengan memotong pangkal batang hingga ujung daun
kira-kira sepanjang 20 cm. Setelah itu, Bayam Jepang direndam air selama sekitar
10-15 menit dan ditiriskan agar segar kembali.
36

4.2.6 Pasca Panen


Pasca panen merupakan perlakuan setelah panen, agar terhindar dari
kerusakan dan kebusukan yang dapat menurunkan mutu sayuran perlu
diperhatikan perlakuan penanganan pasca panennya.
Berikut ini teknik dalam proses pasca panen taaman horenso:
1. Pembersihan/pencucian
Pencucian dilakukan agar sayuran terbebas dari kotoran, hama dan penyakit.
Dilakukan dengan menggunakan air bersih yang mengalir yang bertujuan untuk
menghindari kontaminasi. Pencucian dengan air juga berfungsi sebagai pre-
cooling untuk mengatasi kelebihan panas yang dikeluarkan produk saat proses
pemanenan.
2. Sortasi
Sortasi merupakan kegiatan memisahkan sayuran yang berkualitas kurang baik,
seperti cacat, luka, busuk dan bentuknya tidak normal dari sayuran yang
berkualitas baik. Pada proses sortasi dilakukan proses pembersihan, yaitu
membuang bagian yang tidak diperlukan seperti daun tua, cacat atau busuk
3. Pengemasan
Pengemasan merupakan teknik yang dilakukan pasca panen yaitu membungkus
tanaman horenso. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam
pengemasan:
 Kemasan harus memberi perlindungan terhadap sifat mudah rusak sayuran
yang menyangkut ukuran, bentuk konstruksi dan bahan yang dipakai.
 Kemasan harus cocok dengan kondisi pengangkutan dan harus dapat diterima
oleh konsumen dalam keadaan baik.
 Harga dan bentuk kemasan harus sesuai dengan nilai sayuran yang dikemas.
 Kemasan dibagi menjadi:
a) Kemasan konsumen atau konsumen primer.
b) Kemasan transportasi atau   kemasan   sekunder.
4. Penyimpanan/Pendinginan
Pendinginan merpakan teknik penanganan pasca panen setelah tanaman horenso
selesai di kemas/packing. Penyimpanan dilakukan pada ruang penyimpanan cool
37

room. Pada pengemasn pengiriman peermintaan cabang Malang menggunakan


box dan diberi es, karena mobil transpotasi yang menuju Malang belum ada mesin
pendingin.
5. Transpotasi
Transpotasi atau pegangkutan sayur merupakan proses pasca panen terakhir
sebelum berlanjut pada proses pemasaran. Transpotasi menggunakan mobil
sebagai alat transpotasi. Transpotasi dilakukan pada hari senin, rabu dan jum’at.
4.2.7 Pemasaran
Proses pemasaran tanaman horenso yang dilakukan PT Wahana Kharisma Flora
dilakukan pada 3 cabang yaitu pada Casa, Surabaya dan Malang. Ketiga cabang
pemasaran ini berdada di bawah naungan manajemen PT Wahana Kharisma Flora.
Alur proses pemsarannya adalah pekerja pada bagian pasca panen melakukan
prediksi panen seminggu sekali. Setelah prediksi data diberikan pada bagian
pemasaran, setelah itu permintaan akan dibagi sesuai prediksi.

4.3 Hama dan Penyakit Tanaman Horenso


4.3.1. Hama
1. Ulat Daun
Ulat daun adalah salah satu hama yang sering muncul pada tanaman bayam
jepang. Hma ini akan memakan daun hingga meninggalkan bekas gigitan yang
berlubang-lubang. Untuk mengatasi hama ini hanya perlu menggoyangkan
tanaman bayam jepang atau mengambil ulat secara langsung. Selain itu juga bisa
dengan melakukan penyemprotan air himgga hama ulat daun berjatuhan. Tidak
perlu menggunakan pestisida, karena berdampak buruk untuk kesehatan.
2. Siput
Siput salah satu hama yang menyerang bayam jepang. Siput menyerang daun
dengan memakan daun hingga mengakibatkan bayam tidak sehat dan kualitasnya
menurun. Pengendalian bisa dilakukan dengan melakukan penyiraman rutin (pada
saat pagi hari dan sore hari). Juga bisa menggunakan pallet besi fosfat sebagai
jebakan untuk membunuh hama.
38

3. Kutu Daun
Kutu daun salah satu hama, dalam skala kecil hama kutu dau tidak terlihat
meninggalkan efek yang signitif. Kutu daun menyerap cairan pada daun sehingga
membuat dau tidak sehat. Jika sudah parah, daun yang terserang akan melengkung
dan berpilin. Bahkan menyebakan rontok daun dan pertumbuhan bayam jepang
terhambat.
4. Lalat
Lalat menyebabkan daun bayam rusak, berlubang hingga layu. Hama lalat cukup
sulit dikendalikan karena tidak cukup menggoyangkan tanaman seperti ulat daun,
memang dengan menggoyangkan lalat akan pergi, tetapi lalat dapat cepat kembali.
Cara pengendalian dapat diakukan dengan metode tradisional dengan memasang
jebakan kuning atau plastik berisi air disekitar tanaman bayam jepang.
4.3.2. Penyakit
1. Noda Daun
Penyakit noda daun menibulkan gejala adanya noda-noda berwarna coklat pada
sebagian daun. Jika tidak dilakukan perawatan, noda akan meluas hingga merusak
dan menghancurkan daun. Cara pengedalian dapat dilakukan dengan cara
memetik daun yang terinfeksi penyakit, lalu musnahkan dengan dibakar.
Sedangkan bisa dilakukan dengan penyemprotan Dithane dengan takaran 1,5 – 2
gram/l air.
2. Jamur Downy Mildew
Serangan jamur Downy Mildew pada tanaman bayam jepang ditandai dengan
mnculnya daun bagian atas menguning sedangkan pada bagia bawah daun
berwarna hijau keunguan. Jika tidak dilakukan perawatn maka daun bayam akan
berubah warna menjadi coklat. Derangan jamur ini disebabkan lingkungan yang
basah atau cuaca yang dingin. Cara pengendalian bisa dilakukan dengan pemetika
daun bayam jepangyan terserang. Jika serangan meluas, maka dapat dilaukan
penyemprotan Dithane dengan takaran 1,5 – 2 gram/l air diseluruh bagian bayam
jepang.
3. Kekurangan Mangan (Mn)
39

Pada musim kemarau atau cuaca sangat panas, biasana menyebabkan bintik-bintik
kuning pada tulang daun bayam. Hal ini menunjukan bahwa tanaman bayam tidak
sehat atau kekurangan zat Mn. Penyakit ini dapat menyebabkan pertumbuhan
bayam menjadi lambat karena tepi-tepi daun akan mongering. Penyakit ini dapat
dikendalikan dengan memberikan zat kapur pada tanah sekitar tanaman bayam.
Sedangkan untuk penyembuha depay dilakukan dengan menggunakan multitonik
mengandung zat Mn yang diberikan kedalam tanah.
4. Spinach Blight
Penyakit Spinach Blight ditandai dengan munculnya permukaan daun yang
menguning serta daun daunyang menyempit dan menggulung. Penyakit ini
disebabkan oleh virus Mozaik Cucumber. Jika bayam terinfeksi penyakit ini,
sebaiknya cabut dan hancurkan tanaman untuk menghindari penyebaran. Penyakit
ini dapat dicegah dengan melakukan pembersihan gulma disekitar tanaman bayam
jepang dengan rutin.

Anda mungkin juga menyukai