Anda di halaman 1dari 34

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI UPT

PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN


PAKAN TERNAK REMBANGAN
KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

oleh
Yoga Apri Mardiyono
D31181943

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI UPT
PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN
PAKAN TERNAK REMBANGAN
KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.)
di Program Studi Manajemen Agribisnis
Jurusan Manajemen Agribisnis

oleh
Yoga Apri Mardiyono
D31181943

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER

LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI UPT PEMBIBITAN
TERNAK DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK REMBANGAN KABUPATEN
JEMBER

Yoga Apri Mardiyono


NIM D31181943

Telah melaksanakkan Praktik Kerja Lapang dan dinyatakan lulus

Pada Tanggal:

Tim Penilai

Pembimbing Lapang Dosen Pembimbing PKL

Budi Santoso S.Pt Ir. Cholyubi Yusuf, MM


NIP. 19810707 201001 1 023 NIP. 19570720 198703 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis

Taufik Hidayat, S.E,M.Si


NIP. 19740902 200501 1 001

iii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya sehingga kegiatan Praktik Kerja
Lapang (PKL) dan laporan PKL ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini merupakan hasil pelaksanaan PKL di UPT Pembibitan Ternak
dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan sejak tanggal 14 September 2020 sampai
dengan 14 Desember 2020. Laporan ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) di Jurusan Manajemen Agribisnis,
Program Studi Manajemen Agribisnis, Politeknik Negeri Jember.
Atas terselesaikannya laporan ini, penulis turut menyampaikan banyak
terima kasih kepada:
1. Saiful Anwar, S.TP, MP, selaku Direktur Politeknik Negeri Jember
2. Taufik Hidayat, S.E, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis
3. Linda Ekadewi Widyatami, S.P, MP, selaku Ketua Program Studi
Manajemen Agribisnis
4. Uyun Erma Malika, S.TP, MP selaku Koordinator PKL Program Studi
Manajemen Agribisnis,
5. Ir. Cholyubi Yusuf, MM selaku Dosen Pembimbing Utama.
6. Budi Santoso S.Pt selaku pengelola UPT Pembibitan Ternak Dan hijauan
Pakan Ternak Rembangan, dan
7. Semua pihak yang turut andil dalam kegiatan PKL serta penulisan laporan
ini
Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, Desember 2020

Penulis

iv
RINGKASAN

Manajemen Pemeliharan Sapi Perah di UPT Pembibtan Ternak dan Hijauan


Pakan Ternak Rembangan, Yoga Apri Mardiyono, NIM D31181943, Tahun
2020, 36 hlm, Manajemen Agribisnis, Politeknik Negeri Jember, Ir. Cholyubi
Yusuf, MM (Pembimbing Utama), Budi Santoso, S.Pt (Pembimbing Lapang di
UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan).

Kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani kini semakin


tinggi, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah zaman
yang semakin modern dan tingginya keinginan masyarakat untuk berpola hidup
sehat. Pemenuhan protein hewani masyarakat adalah dengan mengkonsumsi susu.
Susu sapi adalah salah satu hasil ternak yang sering dikonsumsi oleh masyarakat.
Hal ini ditunjang dengan meningkatnya produksi usaha pengelolaan peternakan
sapi perah.
Tujuan PKL ini adalah untuk menambah keterampilan mahasiswa dalam
melakukan manajerial terhadap pemeliharaan sapi perah yang ada di lokasi PKL.
Selain itu, tujuan dari kegiatan PKL ini adalah untuk melatih mahasiswa dalam
menangani permasalahan – permasalahan yang ada di lokasi PKL, khususnya
permasalahan yang berkaitan dengan pemeliharaan sapi perah.
Lokasi kegiatan PKL yang dilakukan adalah UPT Pembibitan Ternak dan
Hijauan Pakan Ternak Rembangan yang beralamat di Dusun Rayap, Desa
Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Praktik Kerja
Lapang di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan
dilaksanakan mulai tanggal 14 September 2020 sampai dengan tanggal 14
Desember 2020. UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Kanupaten Jember yang bergerak di bidang peternakan, khususnya
sapi perah serta pengelolaan hijauan pakan ternak. Adapun kegiatan yang
dilakukan di lokasi tersebut adalah melakukan manajerial tentang pemeliharaan
sapi perah dari induk laktasi hingga masuk periode laktasi kembali.
Manajemen pemeliharaan sapi perah yang diterapkan di dimulai dari
manajemen perkandangan, pemberian pakan dan minum pada sapi perah,
v
manajemen reproduksi sapi perah, perawatan sapi bunting hingga laktasi, proses
pemerahan, penanganan dan pencegahan penyakit, hingga pengelolaan limbah.

vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
PRAKATA.......................................................................................................iv
RANGKUMAN...............................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................ix
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat....................................................................2
1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja............................................................3
1.4 Metode Pelaksanaan....................................................................3
BAB 2. KEADAAN UMUM INSTANSI.......................................................5
2.1 Sejarah Instansi............................................................................5
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan................................................5
2.3 Kondisi Lingkungan....................................................................7
BAB 3. RANGKAIAN KEGIATAN.............................................................8
3.1 Manajemen Perkandangan.........................................................8
3.2 Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah...................................8
3.3 Manajemen Pakan.......................................................................10
3.4 Proses Pemerahan........................................................................11
BAB 4. MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH.......................12
4.1 Pemberian Pakan.......................................................................12
4.2 Pemberian Air Minum..............................................................13
4.3 Penanganan Sanitasi Kandang dan Ternak............................13
4.4 Manajemen Reproduksi Sapi Perah........................................13
4.5 Perawatan dan Penanganan Sapi Bunting hingga
Melahirkan.................................................................................14
4.6 Proses Pemerahan Induk Laktasi............................................15
vii
4.7 Produksi Susu............................................................................15
4.8 Pencegahan dan Penanganan Penyakit...................................16
4.9 Pengelolaan Limbah..................................................................17
4.10 Analisis Usaha............................................................................17
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................19
5.1 Kesimpulan...................................................................................19
5.2 Saran.............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20
LAMPIRAN....................................................................................................21

viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan......................6

ix
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Formulasi Pakan Tambahan.......................................................................11
4.1 Formulasi Pakan Campuran/Tambahan .....................................................12

x
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Politeknik Negeri Jember merupakan salah satu perguruan tinggi vokasi
yang ada di Indonesia. Politeknik Negeri Jember memiliki beberapa jurusan yang
masing-masing membawahi beberapa program studi. Salah satu program studi
yang ada di perguruan tinggi tersebut adalah Manajemen Agribisnis. Pada
semester V dalam program studi tersebut terdapat kurikulum pelaksanaan Praktik
Kerja Lapang (PKL). Kegiatan PKL dilakukan secara kelompok di salah satu
lokasi bernama UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan.
Lokasi yang dipilih merupakan salah satu unit pelaksana teknis dari Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Jember yang bergerak di bidang
peternakan, khususnya pada pemeliharaan sapi perah.
Secara umum, sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil susu
terbaik dibanding ternak perah lainnya. Nilai gizi yang terkandung dalam susu
sapi antara lain karbohidrat, protein, lemak, mineral, kalsium vitamin A, asam
amino esensial maupun non esensial, dan sebagainya. Dengan kandungan gizi
yang kompleks tersebut menjadikan susu sapi sebagai salah satu produk yang
permintaannya cukup tinggi di pasaran.
Sayangnya, tingginya permintaan susu sapi di pasaran tidak diimbangi
dengan peningkatan produktivitas sapi perah dalam menghasilkan susu. Hal
tersebut tentu saja mengakibatkan kebutuhan akan susu tidak terpenuhi. Produksi
susu sapi perah dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
Kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu dipengaruhi oleh 30% genetic
dan 70% lingkungan.
Kondisi atau keadaan lingkungan memiliki pengaruh penting dalam
produktivitas sapi perah dalam menghasilkan susu. Kondisi lingkungan disini
dipengaruhi oleh cara pemeliharaan sapi perah. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan bagaimana sistem pemeliharaannya. Manajemen pemeliharaan sapi
perah, khususnya induk laktasi merupakan pelaksanaan pemeliharaan ternak
setiap harinya yang kegiatannya meliputi pemberian pakan dan minum, sanitasi
1
2

kandang, pelaksanaan perkawinan, pemerahan, pembersihan dan kesehatan sapi,


serta sistem perkandangan.
Pengembangan usaha ternak perah akan menjadi efisien apabila peternak
lebih memperhatikan tata laksana dan manajemen pemeliharaan yang baik. Faktor
manajemen inilah yang berperan penting dalam efisiensi pemeliharaan ternak
perah sehingga dapat menghasilkan produksi susu yang baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Maka dari itu, dengan kegiatan PKL ini, mahasiswa diharapkan
dapat menambah keterampilan dalam hal manajemen pemeliharaan sapi perah
sehinggga nantinya dapat dimanfaatkan untuk menghadapi dunia kerja, terutama
dalam bidang agrobisnis peternakan.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan Umum PKL
1. Menambah pemahaman mengenai hubungan antara teori dan penerapannya
sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa yang akan terjun ke lapangan.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja yang praktis secara
langsung sehingga mahasiswa dapat merumuskan serta memecahkan
permasalahan di lapangan khususnya dalam bidang peternakan.
3. Menambah pengalaman kerja mahasiswa dengan mengetahui kegiatan
kegiatan lapangan kerja yang ada dalam bidang agribisnis peternakan
1.2.2 Tujuan Khusus PKL
1. Dapat menangani secara langsung mengenai pemeliharaan sapi perah
khususnya induk laktasi di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan
Ternak Rembangan dengan baik dan benar.
2. Dapat menangani permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
pemeliharaan sapi perah khususnya induk laktasi di UPT Pembibitan Ternak
dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan.
1.2.3 Manfaat PKL
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan tentang manajerial dalam
pemeliharaan sapi perah, khususnya sapi perah periode laktasi.
3

2. Mahasiswa dapat menambah keterampilan dalam tata laksana pemeliharaan


sapi perah sehingga dapat diterapkan pada sektor peternakan sapi perah di
kemudian hari.

1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja


1.3.1 Lokasi
Lokasi PKL ini bertempat di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan
Ternak Rembangan yang beralamat di Dusun Rayap, Desa Kemuning Lor,
Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
1.3.2 Jadwal kerja
Kegiatan PKL dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Sabtu pukul 07.00
– 16.00 WIB, dimulai pada tanggal 14 September sampai dengan 14 Desember
2020.

1.4 Metode Pelaksanaan


Kegiatan Praktik Kerja Lapang dilaksanakan secara mandiri oleh mahasiswa
mulai dari mencari lokasi PKL, pendekatan dengan lembaga (Institusi) lokasi
PKL hingga sampai pelaksanaannya.
Kegiatan Praktik Kerja Lapang dibimbing oleh pembimbing PKL/magang,
baik internal (Dosen Pembimbing) maupun eksternal (Pembimbing Lapang).
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka metode yang
digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapang di Unit Pembibitan Ternak
dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan adalah sebagai berikut :
1. Orientasi
Sebelum kegiatan PKL dimulai, diadakan kegiatan orientasi dengan tujuan
untuk mengetahui semua kegiatan yang akan dilaksanakan selama PKL. Kegiatan
itu meliputi pengarahan dan pengenalan jenis kegiatan yang akan dilak sanakan.
Selama melaksanakan kegiatan PKL, mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti
semua peraturan yang berlaku di Perusahaan/Instansi seperti memakai
perlengkapan saat bekerja.
2. Observasi
4

Observasi merupakan metode yang dilakukan secara langsung di lokasi PKL


dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan permasalahan yang diangkat sebagai topik praktik kerja
lapang.
3. Wawancara
Metode ini merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan tanya
jawab secara langsung dengan pimpinan, mandor, para pekerja kandang dan
pihak-pihak yang dianggap perlu untuk memperoleh informasi lebih lanjut.

4. Magang/PKL
Pelaksanaan PKL mengacu pada jadwal yang telah ada dan ditentukan oleh
pihak lokasi. Kegiatan PKL mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di
UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan.
5. Studi Pustaka
Studi pustakan dilakukan guna melengkapi informasi-informasi yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan
dengan mencari pustaka, buku teks, jurnal dan sumber data yang relevan.
BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Berdasarkan informasi yang diperoleh, pada awalnya UPT Pembibitan
Ternak dan Hijauan Pakan Ternak dirintis oleh orang Belanda, sejak jaman
penjajahan. Pada saat itu, peternakan didirikan oleh orang Belanda karena untuk
mencukupi kebutuhan akan susu sapi mereka yang berada di wilayah Rembangan.
Lebih tepatnya di Dusun Rayap, Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa,
Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Pada tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, peternakan sapi di
UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan memiliki lebih
dari 100 ekor sapi, dengan 4 kandang yang berbeda lokasi, dan luas lahan ± 11-12
hektar.
Setelah tahun kemerdekaan RI, kandang ternak di UPT Pembibitan Ternak
dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan disewakan kepada peternak lokal.
Penyewa pertama bernama Bapak Khosim. Beliau menyewa kandang tersebut
selama ± 5 tahun. Setelah masa sewa berakhir, kandang ternak tersebut kembali
disewa oleh orang lain yakni Haji Mahmud selama ± 2 tahun. Setelah masa sewa
habis, UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan kembali diambil alih dan
dikelola oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Jember.

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi merupakan struktur kepemimpinan yang ada di suatu
perusahaan maupun instansi. Adapun struktur organisasi dari Dinas Ketahanan
Pangan dan Peternakan – UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan Ternak
adalah sebagaimana terdapat pada gambar 2.1.

5
6

Dalam melaksanakan tugas fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan


Kabupaten Jember dipimpin oleh seorang KEPALA
Kepala Dinas dibantu oleh sekretaris
DINAS
yang terbagi atas 2 (dua) sub bagian yaitu Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
dan Sub Bagian Perencanaan, KELOMPOK Pelapor dan Keuangan, dan dibantu juga oleh
SEKRETARIAT
JABATAN
Kelompok Jabatan Fungsional. FUNGSIONAL Pada bagian Peternakan terdapat 3 (tiga) seksi
yaitu seksi pembibitan ternak, seksi budidaya ternak besar dan seksiSUBbudidaya BAGIAN
SUB BAGIAN
ternak kecil dan unggas. Pada Bidang Kesehatan Hewan dan KESMAVET ada 3 PERENCANAAN,
UMUM DAN PELAPORAN DAN
(tiga) seksi yaitu seksi pengamatanBIDANG penyakit hewan dan pelayanan medis,
KEPEGAWAIAN seksi
KEUANGAN
BIDANG
KESEHATAN
pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan dan seksi kesehatan masyarakat
PETERNAKAN
HEWAN DAN
veteriner. Sedangkan pada Bidang KESMAVETKetahanan Pangan terdapat 3 (tiga) seksi yaitu
seksi ketersediaan danSEKSIkerawanan pangan, seksi distribusi dan cadangan pangan
PEMBIBITAN SEKSI PENGAMATAN
dan seksi pengolahan, pemasaran dan HEWAN
TERNAK PENYAKIT DAN mutu produksi hasil peternakan
standarisasi
PELAYANAN MEDIS
dan pangan.
SEKSI
BUDIDAYA SEKSI PENCEGAHAN
2.3 Kondisi Lingkungan DAN
TERNAK BESAR
a. Temperatur Harian Rata-rata PEMBERANTASAN
: 23-25 °C
SEKSI PENYAKIT HEWAN
b. Kelembaban HarianBUDIDAYARata-rata : 80-90 % BIDANG
TERNAK
c. Jarak Ke Pemukiman KECIL : ± 200 m
SEKSI KESEHATAN KETAHANAN
DAN UNGGAS MASYARAKAT PANGAN
d. Arah Bangunan Kandang VETERINER : Timur - Barat

SEKSI KETERSEDIAAN
DAN KERAWANAN
PANGAN

SEKSI DISTRIBUSI DAN


CADANGAN PANGAN

SEKSI PENGOLAHAN,
PEMASARAN DAN
UPTD STANDARISASI MUTU
PRODUKSI HASIL
PETERNAKAN DAN
PANGAN
BAB 3. RANGKAIAN KEGIATAN

3.1 Manajemen Perkandangan


Kandang merupakan bangunan yang yang berfungsi melindungi ternak dari
gangguan luar serta memudahkan dalam proses pemeliharaan. Bangunan kandang
disesuaikan dengan jenis ternak yang dipelihara. Terdapat beberapa tipe kandang
yakni kandang pedet (individu), kandang kelompok, kandang jepit, kandang
karantina. Kandang pedet digunakan sebagai tempat pemeliharaan pedet yang
baru lahir hingga berumur lima bulan. Kandang kelompok digunakan untuk
tempat pemeliharaan sapi laktasi, sapi kering dan sapi dara. Kandang jepit
digunakan untuk memberi perlakuan kepada sapi seperti perlaksanaan IB dan
penimbangan bobot badan. Sementara kandang karantina digunakan untuk sapi
yang sakit dan/atau sapi yang akan melahirkan.
Dalam pelaksanaan pemeliharaan sapi perah laktasi, kering, dan dara
digunakan kandang kelompok dengan tipe stall ganda face to face. Tipe kandang
tersebut memposisikan ternak berhadapan pada tiap baris dan terdapat gang pada
tengah kandang. Ketiga jenis periode sapi yang dipelihara dalam kandang tersebut
tersebut ditempatkan secara berurutan sesuai dengan periodenya (mulai dari sapi
laktasi (yang diperah), sapi kering, dan sapi dara.
Di setiap kandang sapi terdapat bak tempat pakan yang terbuat dari beton
dan dibangun memanjang serta bak penampung air minum untuk setiap sapi
dengan sistem otomatis (ad libitum). Konstruksi kandang sendiri terbuat dari
beton dengan tinggi pilar 4 meter dan menggunakan atap berbahan asbes. Di
setiap sisi kandang (di bagian belakang ternak) terdapat saluran pembuangan
selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm. Saluran pembuangan tersebut bermuara
ke sungai. Untuk lantai kandang sendiri terbuat dari beton yang dilapisi karpet
berbahan karet. Penggunaan karpet tersebut bertujuan agar sapi tidak terpeleset.
Selain itu, terdapat tempat pencacahan hijauan, pencampuran bahan pakan
(konsentrat) dan gudang penyimpanan bahan dan peralatan. Termpat-tempat
tersebut berada dalam satu lokasi (satu atap) dengan kandang utama. Hal ini

8
9

bertujuan untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan waktu dalam proses


pencacahan hijauan maupun pencampuran pakan tambahan (konsentrat).

3.2 Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah


3.2.1 Pedet
Setiap pagi kandang pedet dibersihkan dengan cara dilakukan penyiraman
lantai kandang guna menghilangkan bekas-bekas kotoran. Selain itu, tubuh pedet
juga dibersihkan menggunakan air (dimandikan), bila perlu dilakukan penyikatan.
Untuk pemberian pakan, pedet diberi hijauan sebanyak ± 10 kg (2 ikat) per ekor
per hari. Selain itu, pedet juga diberi pakan tambahan yakni konsentrat Japfeed
Plus (khusus pedet) dan juga Susu PAP. Pemberian pakan tambahan tersebut juga
dilakukan setiap hari sekitar pukul 08.00 – 09.00 WIB.
3.2.2 Sapi Dara
Perawatan sapi dara ini hampir sama dengan perawatan sapi perah pada
umumnya. Setiap harinya, sapi dara diberikan pakan hijauan sebanyak ± 30 kg
dan konsentrat Japfeed Standart 2 sebanyak ± 5 kg per ekor. Untuk sanitasi
kandang dan ternak dilakukan dengan cara penyiraman lantai kandang setiap
paginya sekaligus memandikan ternak.
3.2.3 Sapi Perah Laktasi
Sapi perah yang sedang berada pada periode laktasi (menghasilkan susu)
setiap pagi, dimandikan dengan air yang dialirkan melalui selang. Tujuan
memandikan sapi adalah untuk menghilangkan bekas – bekas kotoran yang
menempel di tubuh sapi terutama pada bagian ambingnya agar tidak merusak
kualitas susu yang diperah (dihasilkan). Pembersihan lantai kandang juga
dilakukan secara rutin, yakni setiap pagi dan sebelum pemerahan dilakukan.
Pemberian pakan pada sapi perah periode laktasi ini sedikit berbeda dengan
sapi periode lainnya. Untuk pemberian hijauan, dilakukan setiap hari sebanyak 30
– 40 kg terkadang juga diberikan hijauan berupa tebon jagung. Selain itu, sapi
perah laktasi juga diberi pakan tambahan yaitu campuran konsentrat dan ampas
tahu. Pada campuran tersebut juga ditambahkan premix dan lagantor. Pemberian
pakan campuran (konsentrat) ini dilakukan setiap harinya pada pukul 11.00 dan
10

02.00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan pada tiap ekor sapi sebanyak ± 15 kg
(untuk setiap pemberian).
3.2.4 Sapi Perah Masa Kering
Perawatan sapi perah periode kering disini sama dengan perawatan sapi perah
periode dara, yakni melakukan sanitasi kandang dan ternak setiap harinya. Untuk
pemberian pakan, sapi periode kering juga diberi hijauan sebanyak ± 30 kg dan
Konsentrat Japfeed Standart 2 sebanyak ± 5 kg per ekor per hari.
3.2.5 Sapi Perah Bunting
Untuk perawatan sanitasi kandang dan ternaknya hampir sama dengan
perawatan sapi perah pada umumnya. Sedikit perbedaan pada pemberian pakan.
Untuk hijauan pakan diberikan sebanyak 30 – 40 kg per ekor per hari. Pakan
hijauan tersebut diimbangi dengan pemberian pakan penguat yang terbuat dari
campuran bekatul dan konsentrat Japfeed Standart 2, masing – masing sebanyak 5
kg. Selain perawatan dan pemberian pakan, juga dilakukan pemeriksaan kesehatan
pada sapi perah. Pada pemeriksaan ini, terkadang sapi perah yang sedang bunting
diberikan Injectamin yang berguna untuk menambah nafsu makan dan
menguatkan kandungannya.

3.3 Manajemen Pakan


3.3.1 Pakan Hijauan
Jenis pakan hijaaun yang biasa digunakan adalah rumput gajah dan tebon
jagung. Penggunaan tebon jagung atau rumput gajah yaitu sebagai sumber hijauan
utama karena kandungan proteinnya yang tinggi. Pemberian hijauan disesuaikan
dengan kebutuhan tingkat produksi susu yang dihasilkan. Untuk pemberian
hijauan dilakukan pada pukul 08.00 dan 14.00 (setelah pemerahan).
3.3.2 Pakan Tambahan (Konsentrat)
Bahan pakan tambahan yang digunakan merupakan buatan sendiri.
Pembuatan pakan penguat dilakukan secara manual. Pembuatan/pencampuran
pakan tambahan (konsentrat) dilakukan setiap hari setelah melakukan sanitasi
kandang pada pukul 08.00. Pakan tambahan tersebut diberikan kepada tiap sapi
yang sedang dalam periode laktasi setiap pukul 11.00 dan 02.00 WIB. Pembuatan
11

pakan tersebut meliputi: mengumpulkan bahan pakan dari yang terbanyak ke yang
paling sedikit dan pencampuran dilakukan dengan metode manual. Adapun
formulasi pakan tambahan merupakan campuran konsentrat dengan bahan-bahan
lain sebagaimana terdapat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Formulasi Pakan Tambahan

Bahan Pakan Jumlah (Kg)


Ampas Tahu 200,00
Japfeed Super 2 30,00
Japfeed Standart 2 20,00
Bekatul 20,00
Premix 0,20
Garam 2,00

Selain itu, setiap sapi perah yang tidak sedang berada dalam periode
laktasi juga diberi pakan tambahan yaitu Konsntrat Japfeed Standart 2 sebanyak 5
kg per ekor sapi. Untuk sapi yang sedang bunting diberi pakan tambahan (pakan
penguat) yaitu campuran bekatul dan konsntrat standart 2 masing masing
sebanyak ± 5 kg. Pakan tambahan tersebut juga diberikan setiap pukul 11.00 WIB.

3.4 Proses Pemerahan


Pemerahan dilakukan sebanyak dua kali sehari. Pemerahan pertama dilakukan
pukul 01.00 WIB, dan pukul 13.00 WIB untuk pemerahan kedua. Teknik
pemerahan yang digunakan adalah secara manual/tradisional (whole hand). Proses
pemerahan dilakukan secara berurutan. Sebelum pemerahan dilakukan, bagian
ambing sapi maupun sekitarnya dibersihkan terlebih dahulu dengan cara
disemprot dengan air. Selain itu, setiap alat alat yang berada di area dan
digunakan dalam pemerahan (seperti milk can dan ember aluminium) dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan campuran air dan antiseptik. Hal itu bertujuan untuk
mensterilisasikan peralatan agar tidak ada kuman maupun bakteri. Setelah
pemerahan selesai, peralatan kembali dibersihkan agar tidak ada lagi bakteri yang
tertinggal. Pemberian gliserin pada puting sapi juga dilakukan setiap selesai
pemerahan untuk mencegah penyakit mastitis pada sapi.
BAB. 4 MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH

4.1 Pemberian Pakan


Terdapat dua jenis pakan yang diberikan pada sapi perah laktasi yaitu pakan
hijauan dan pakan campuran (tambahan).
Hijauan yang diberikan pada sapi perah laktasi adalah tebon jagung dan/atau
rumput gajah. Penggunaan tanaman jagung atau rumput gajah yaitu sebagai
sumber hijauan utama karena kandungan proteinnya yang tinggi. Pemberian
hijauan berupa rumput gajah dilakukan pada pukul 08.00 dan 14.00 (setelah
pemerahan) sebanyak 15 – 20 kg (4 – 5 ikat) per ekor.
Sementara untuk pakan tambahan terbuat dari campuran ampas tahu,
beberapa jenis konsentrat, premix, bekatul, dan garam. Adapun formulasi dari
campuran pakan tersebut terdapat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Formulasi Pakan Campuran/Tambahan

Bahan Pakan Jumlah (Kg)


Ampas Tahu 200,00
Japfeed Super 2 30,00
Japfeed Standart 2 20,00
Bekatul 20,00
Premix 0,20
Garam 2,00
Sumber data 2020

Jumlah pakan campuran/tambahan diberikan pada tiap ekor sapi laktasi


sebanyak ± 40 – 45 kg per hari yang dibagi menjadi 2 kali pemberian yakni pukul
11.00 dan 02.00 WIB, sehingga dalam setiap pemberian biasanya sebanyak 20 –
23 kg per ekor. Pemberian pakan tambahan ini dilakukan untuk menjaga
kestabilan produksi susu, sehingga apabila produksi susu turun, makan tingkat
penurunannya tidak terlalu jauh dibanding produksi sebelumnya.

12
13

4.2 Pemberian Air Minum


Sapi laktasi diberikan air minum secara ad-libitum yang diletakkan dalam bak
air minum di samping bak pakan. Air minum tersebut diperoleh dari sumber yang
terdapat di dalam area peternakan. Air dari sumber tersebut dipompa dengan
mesin pompa air dan disalurkan ke dalam bak penampung air dengan
menggunakan peralon. Dari bak penampungan, air dialirkan ke tiap-tiap kandang
dengan peralon yang didesain pada tiap kandang. Air minum dialirkan secara
terus menerus sehingga bak penampungan air tetap terisi penuh setiap saat.

4.3 Penanganan Sanitasi Kandang dan Ternak


Sanitasi kandang dan ternak dilakukan setiap hari pada pagi hari dan sebelum
pemerahan dilakukan. Sanitasi kandang dilakukan dengan membersihkan kotoran-
kotoran yang terdapat pada lantai kandang. Pemberihan dilakukan dengan cara
menyiramkan air pada lantai kandang hingga kotoran terlarut dan terbuang ke
dalam saluran pembuangan. Sementara untuk sanitasi ternak, juga dilakukan
setiap hari dengan cara mengguyurkan air pada tubuh ternak. Selain itu, juga
dilakukan penyikatan pada bagian tubuh sapi agar tidak ada bekas-bekas kotoran
yang menempel. Sebab kotoran yang menempel pada tubuh sapi akan
menghambat proses penguapan pada saat sapi kepanasan, sehingga energi yang
dikeluarkan untuk penguapan lebih banyak dibanding dengan energi untuk
pembentukan susu.

4.4 Manajemen Reproduksi Sapi Perah


Sistem reproduksi sapi dengan cara Inseminasi Buatan (IB). Perkawinan
dengan cara tersebut dilakukan karena tidak terdapat sapi pejantan yang berfungsi
untuk membuahi sapi perah betina. Sapi perah yang siap dikawinkan biasanya
mengalami tanda-tanda birahi seperti sapi nampak gelisah, nafsu akan berkurang,
keluar cairan bening putih pekat dari vagina, dan produksi susu menurun (untuk
sapi periode laktasi). Perkawinan kembali pada sapi laktasi dilakukan pada umur
60-90 hari setelah partus (beranak).
14

Proses IB pada sapi-sapi yang siap dikawinkan (memiliki tanda-tanda birahi)


dilakukan oleh dokter hewan. Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain kualitas semen beku, keterampilan inseminator,
kondisi resipien, dan ketepatan deteksi birahi. Sapi yang telah terdapat tanda tanda
birahi (estrus) segera diinseminasi (biasanya dalam kurun waktu 12-18 jam.
Untuk biaya IB sendiri berkisar antara Rp. 70.000 – Rp.80.000 per ekor.

4.5 Perawatan dan Penanganan Sapi Bunting hingga Beranak


Sapi yang telah berhasil diinseminasi selanjutnya dipisahkan dari sapi sapi
lainnya. Namun, untuk sapi bunting yang masih diperah tetap ditempatkan
bersama sapi laktasi lainnya. Setelah sapi laktasi tersebut memasuki masa
kebuntingan yang ke 6 bulan, sapi tersebut dipindahkan ke kandang khusus
(karantina) untuk pemeliharaan yang lebih intensif. Sapi sapi tersebut diberi
perlakuan khusus selama masa kebuntingannya, mulai dari pemberian pakan
hingga obat-obatan.
Pemberian pakan untuk sapi-sapi perah yang bunting tidak terlalu berbeda
dengan sapi sapi lainnya. Saat pagi hari sapi sapi tersebut diberi pakan hijauan
sebanyak 10-15% dari bobot tubuhnya. Selanjutnya pada pukul 11.00 WIB, diberi
pakan campuran dengan komposisi konsentrat super 2 (1,5 kg) , konsentrat
standart 2 (1,5 kg), dan bekatul (5 kg) untuk per ekor. Pada pukul 14.00 dan 16.00
sapi sapi tersebut kembali diberi pakan hijauan. Sementara untuk pemberian obat-
obatan pada sapi bunting, dilakukan setiap satu bulan sekali. Pemberian obat
obatan dimaksudkan untuk memperkuat kandungan sapi, menambah nafsu makan,
dan mencegah serangan penyakit. Pemberian obat tersebut dilakukan oleh petugas
kandang bagian kesehatan dengan cara menyuntikkan cairan obat ke badan sapi.
Sapi melewati masa bunting selama kurang lebih sembilan bulan. Sebelum
beranak, sapi mengalami tanda tanda seperti gelisah, dan sering mengeluarkan
suara. Setelah beranak, anak sapi (pedet) dipindahkan ke kandang khusus pedet
(kandang individu), sementara induk sapi tetap di kandang karantina. Induk sapi
yang dikarantina diberi perawatan intensif karena induk sapi tersebut biasanya
mengalami kekurangan kalsium sehingga sulit untuk berdiri. Perawatannya yang
15

dilakukan berupa pemberian obat obatan yakni cairan biosan dan biodin masing
masing 10 ml sebanyak 10 kali yang pada tubuh sapi. Selama masa karantina,
induk sapi tetap diperah selama 7 hari untuk diambil kolostrumnya, dimana
kolostrum tersebut nantinya diberikan pada pedet (anak sapi) yang baru lahir.
Setelah melewati masa 7 hari, induk sapi siap dipindahkan ke kandang kelompok
untuk selanjutnya diperah susunya (masuk masa laktasi).

4.6 Proses Pemerahan Induk Laktasi


Pemerahan sapi dilaksanakan dua kali sehari dengan interval pemerahan 12
jam. Pemerahan dilaksanakan pada pagi hari pukul 01.00 WIB dan siang hari
pukul 13.00 WIB. Sebelum pemerahan dilakukan, ambing dicuci terlebih dahulu
dengan cara disemprotkan air secara berkala agar susu tidak terkontaminasi
dengan kotoran. Kemudian peralatan yang digunakan yaitu: ember, minyak kelapa
sebagai pelicin dan penyaring susu disiapkan.
Metode pemerahan yang digunakan adalah metode manual (Whole Hand).
Metode ini dilakukan dengan cara jari memegang puting susu pada pangkal puting
diantara ibu jari dan telunjuk dengan tekanan diawali dari atas yang diikuti jari
tengah, jari manis dan kelingking seperti memeras. Pemerahan secara Whole hand
membutuhkan waktu rata-rata 6,64 menit untuk memerah seekor sapi (namun
tergantung pada produksi susu sapi yang dihasilkan tiap ekornya). Semakin
banyak susu yang dihasilkan, maka waktu yang diperlukan untuk memerah akan
lebih lama.
Setelah proses pemerahan, lantai kandang di sekitar sapi kembali dibersihkan
dengan cara disiram air. Selain itu, putting sapi diberi cairan antiseptik yang
terbuat dari campuran gliserin dan spirtus. Tujuan pemberian cairan antiseptik
tersebut adalah untuk mencegah penyakit mastitis yang biasanya menyerang
putting sapi.

4.7 Produksi Susu


Produksi susu pada pemerahan pagi hari umumnya lebih banyak di banding
dengan pemerahan siang hari. Hal itu karena pada malam hari keadaan sapi lebih
16

tenang dan lebih memiliki banyak waktu untuk proses pembentukan susu. Rata-
rata produksi susu yang dihasilkan pada pemerahan pagi hari berkisar antara 8-9
liter per ekor. Sementara untuk rata-rata produksi susu pada yang dihasilkan
pemerahan siang hari hanya berkisar antara 6-7 liter per ekor.

4.8 Pencegahan dan Penanganan Penyakit


Penyakit yang sering menyerang sapi perah adalah mastitis, abses, dan foot
rot.
1. Mastitis
Mastitis merupakan penyakit peradangan pada kelenjar susu dan dapat
menyebabkan pembengkakan sehingga susu tidak dapat keluar melalui puting.
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Streptococcus cocci dan Staphylococcus
cocci. Gejala spesifik penyakit ini adalah adanya peradangan pada saluran
kelenjar susu dan terjadi perubahan fisik dan kimiawi dari susu (Anonimus,
2002). Dalam keadaan yang parah, mastitis dapat mematikan puting susu,
sehingga tidak berfungsi lagi. Sapi perah yang terkena mastitis mula-mula
ditandai dengan perubahan susu. Susu berubah menjadi encer dan pecah,
bergumpal dan kadang-kadang bercampur dengan darah dan nanah (Siregar,
1995).
Pengobatan yang dilakukan terhadap penyakit ini adalah dengan
memberikan obat antibiotik yang merupakan campuran antara antibiotic
Penzavet® dengan aquades dengan perbandingan 1:10. Sapi perah yang menderita
mastitis diberikan obat tersebut dengan cara disuntikkan pada puting yang
menderita mastitis dengan dosis 10 cc per puting. Sementara untuk
pencegahannya, setiap selesai pemerahan puting susu diberi larutan gliserin
dengan cara dipping.

2. Abses
Abses disebabkan oleh luka-luka yang tidak segera diobati. Gejalanya
berupa pengelupasan kulit yang terluka dan berupa pembengkakan dan kadang-
17

kadang bernanah. Hal ini biasanya disebabkan sapi terpeleset di lantai yang licin
atau bagian atas tubuh sapi yang terlalu sering bergesekan dengan besi pembatas
pakan. Pengobatan yang dilakukan yaitu hanya dengan memberikan obat luka
luar/ spray gusanex pada bagian yang terluka secara teratur sampai luka tersebut
mengering/sembuh.
3. Foot Rot
Penyakit kuku busuk (atau sering juga disebut sebagai foot rot) merupakan
salah satu penyakit yang banyak ditemui pada sapi sapi perah di UPT Pembibitan
Ternak dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan. Kuman yang masuk kemudian
berkembang dan menyebabkan kelumpuhan sel di telapak kaki sapi dan
menyebabkan sapi tidak dapat berjalan. Biasanya, sapi yang terserang penyakit ini
akan ditumbuhi ulat/belatung pada bagian telapak kakinya. Pengobatan yang
dilakukan adalah dengan menyemprotkan obat luar/gusanex secara rutin hingga
luka pada kaki sembuh.

4.9 Pengelolaan Limbah


Limbah kotoran (feses) yang dihasilkan ditampung di tempat penampungan
khusus kotoran yang terletak di samping kandang. Limbah kotoran dikumpulkan
setiap pagi menggunakan sekop (secara manual), kemudian diletakkan pada
tempat penampungan tersebut. Selanjutnya, limbah kotoran tersebut diolah
menjadi pupuk kandang yang nantinya akan digunakan untuk memupuk hijauan di
lahan hijauan milik Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Jember.
Sementara untuk limba cair (urin) dialirkan ke sungai. Namun terkadang urin
tersebut ditampung untuk dijadikan pupuk bagi tanaman hortikultura.

4.10 Analisa Usaha


Usaha peternakan sapi perah UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan
Ternak Rembangan mempekerjakan 11 orang pekerja dalam pengoperasian
usahanya. Masing-masing pekerja tersebut antara lain 2 orang bagian pemerahan,
4 orang bagian perawatan dan kandang, 1 orang bagian pasca panen, dan 4 orang
bagian pengumpulan hijauan. Setiap pekerja memperoleh upah yang sama yakni
18

sebesar Rp. 1.200.000. Selain itu dalam kegiatan usahanya, juga melakukan
pembelian bahan pakan konsentrat berbagai jenis sebanyak 40 karung tiap
bulannya. Harga konsentrat per karung adalah Rp. 250.000. Sapi-sapi perah,
khususnya induk laktasi juga diberi perlakuan kesehatan dengan perkiraan biaya
sebesar Rp. 1.000.000 per bulan.
Dari keenam sapi perah induk laktasi, diperoleh rata-rata produksi susu per
hari sebanyak ± 100 liter. Jika dikonversikan dalam waktu satu bulan, rata rata
produksi susu dapat mencapai ± 3000 liter. Apabila harga susu mentah sebesar
Rp. 10.000 per liter, maka penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp.
30.000.000. Sementara untuk pengeluaran total dari usaha peternakan sapi perah
diketahui sebesar Rp. 24.200.000, yang berasal dari pembelian konsentrat dan
obat-obatan untuk satu bulan. Berdasarkan total penerimaan dan pengeluaran dari
usaha peternakan yang dilakukan, maka keuntungan yang diperoleh sebesar ± Rp.
5.800.000 per bulan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen pemeliharaan sapi perah khususnya induk laktasi meliputi
manajemen perkandangan, manajemen pemberian pakan, sanitasi kandang dan
ternak, manajemen reproduksi, manajemen pemerahan, hingga pencegahan
dan penanganan penyakit.
2. Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pemeliharaan sapi perah
khususnya induk laktasi dapat ditangani dengan baik seperti ketepatan waktu
dalam pemberian pakan tambahan untuk sapi laktasi.

5.2 Saran
Sebaiknya setelah pemerahan dilakukan, puting pada induk laktasi diberi air
hangat agar kondisi puting tetap steril dan mencegah terjadinya penyebaran
penyakit. Selain itu, untuk manajemen perkandangannya sebaiknya sapi sapi
perah yang sedang dalam periode laktasi dipisah (ditempatkan pada kandang yang
berbeda) dengan sapi sapi periode lainnya agar saat proses pemerahan, baik sapi
maupun pemerah tidak terganggu.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus .1996. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Penerbit


Kanisius.

Blakely, J dan D.H, Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke empat. Di


terjemahkan oleh Srigandono, B. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Kusnadi, U. 1983. “Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah yang Tergabung


dalam Koperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta", Proceeding
Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Bogor.

Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. Surakarta: Lembaga


Pengembangan Pendidikan (LPP) dan (UNS Press).

Muljana, B.A. 1987. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Perah. Semarang:


CV.Aneka Ilmu

Muti’ah, S. 2017. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Perah Periode Laktasi di CV.


Capita Farm Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang Jawa Tengah. Tugas Akhir. Fakultas Peternakan dan
Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.

Siregar, A.G.A. 1995. Pengaruh Cuaca dan Iklim Pada Produksi Susu. Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan. Jakarta.

Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah


Secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Syarief, M.Z. dan Sumoprastowo, C.D.A. 1985. Ternak Perah. Jakarta:


CV.Yasaguna.

Widodo. 2003. Bioteknologi Susu. Yogyakarta: Lacticia Press.

Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah


Tropis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
21

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan selesai PKL


22

Lampiran 2. Rangakain Kegiatan Harian PKL


23

Lampiran 3. Daftar Hadir PKL


24

Lampiran 4. Data Pendukung


25

Lampiran 5. Foto Kegiatan Praktik Kerja Lapang

Anda mungkin juga menyukai