Anda di halaman 1dari 19

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HIAS

Disusun guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Teknologi Produksi


Tanaman

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Agribisnis

Alda Risky M. 125040118113013


Nur Muhammad Afnan S. 165040100111075
Messias Moissenes 165040107113005
Agam Risky R. 165040107113007
Nuning Tanisha I. 165040118113005

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
KEDIRI
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman hias adalah segala jenis tanaman yang memiliki nilai hias (bunga,
batang, tajuk, cabang, daun,akar, aroma) yang menimbulkan kesan indah (artistic)
atau kesan seni. Tanaman hias terdiri dari tanaman hias pot, tanaman hias potong,
tanaman hias daun dan tanaman hias lansekap/ taman. Manfaat dan kegunaan
tanaman hias memiliki 3 aspek kepentingan yaitu : ekonomi, seni dan lingkungan.
Tanaman hias sebagai penyejuk jiwa, mendatangkan rasa tenang maupun
mendatangkan keuntungan materi bagi yang mengusahakannya, tanaman hias
memiliki potensi yang sangat besar dalam membentuk kehalusan budi, menjaga
kenyamanan lingkungan, menjaga kelestarian alam, kestabilan jiwa manuasia,
meningkatkan pendapatan petani dan memperluas lapangan pekerjaan. Ekonomi
industri tanaman hias menyediakandan mengkreasikan pekerjaan, menghasilkan
tanaman hias dan bunga potong, meningkatkan nilai keindahan/ lingkungan melalui
garden/pertamanan. Seni (Aesthetic) = penampilan yakni meningkatkan
penampilan rumah dan bangunan melalui pertamamanan (landscaping),
meningkatkan penampilan lahan sekaligus memberdayagunakannya atau
meniadakan lahan terbukatak berguna, meningkatkan jumlah areal terbuka hijau.
(Enviromental) termasuk kesehatan dan kenyamanan dimana udara bersih,
menjaga terjadinya erosi, menyediakan keteduhan, kesuburan hara, dan
menghalang air.
Prospek pengembangan tanaman hias di Indonesia memiliki masa depan yang
cerah mengingat permintaan pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri terus
meningkat dari tahun ke tahun. Masalah dihadapi tanaman hias secara keseluruhan
adalah faktor keragaman mutu dan standar produk yang dihasilkan, kesinambungan
produksi yang masih tersendat-sendat. Untuk itu, perbaikan mutu harus dimulai dari
sejak pemilihan bibit (pembibitan), aspek pemeliharaan, panen dan pascapanen.
Pengendalian organisme pengganggu jugapenting yangmerupakan hal penting
untuk diperhatikan karena OPT tersebut dapat merusak mutu sekaligus jumlah
tanaman.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana klasifikasi tanaman hias?
2 Bagaimana syarat tumbuh tanaman hias?
3 Bagaimana macam varietas tanaman hias?
4 Bagaimana morfologi tanaman hias?
5 Bagaimana budidaya tanaman hias?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi tanaman hias.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman hias.
3. Untuk mengetahui macam varietas tanaman hias.
4. Untuk mengetahui morfologi tanaman hias.
5. Untuk mengetahui budidaya tanaman hias.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Budidaya Tanaman Anyelir


2.1.1. Klasifikasi Anyelir
Menurut Hardjoko (1999) klasifikasi taksonomi anyelir adalah sebagai
berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Magnoliopsida (Dicotyledonae)
Subclass : Carryophyllidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Caryoplyllaceae
Tribe : Dianthus
Species : caryophyllus (Linn.)
2.1.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Anyelir
Tanaman anyelir membutuhkan suhu malam yang berkisar antara 8-110C.
Sedangkan suhu siang 18-220C. Tanaman ini tumbuh baik pada cahaya matahari
penuh, dengan intensitas penyinaran sekitar 44.000 luks. Cahaya merupakan faktor
lingkungan yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anyelir. Di negara subtropis, minimal dibutuhkan cahaya 21.500 luks selama musim
dingin (Besemer,1980)
Anyelir membutuhkan tanah yang gembur dengan drainase yang baik,
sedangkan pH yang cocok adalah sekitar 6,5 (Pertwee,1996). Budidaya anyelir
membutuhkan fosfat, nitrogen, kalium dan kalsium yang cukup tersedia dalam
larutan tanah. Menurut Bhatt (1989) nitrogen merupakan faktor pembatas paling
utama pada nutrisi tanaman anyelir, diperlukan baik pada fase vegetatif maupun
generatifnya. Fosfat merupakan unsur makro yang dapat mempengaruhi
kenormalan pertumbuhan anyelir. Kekurangan fosfat mengakibatkan daun-daun
menjadi sempit dan ujung-ujungnya mengering, kemudian pada akhirnya
keseluruhan daun menjadi kuning. Selain fosfat, kalium juga memberikan pengaruh
pada ketegaran tanaman anyelir. Kekurangan kalium mengakibatkan bintik-bintik
putih pada daun-daun di bawah bunga, bentuk bunga yang tidak normal, warna
bunga pucat dan kelopak bunga menguning. Walaupun secara spesifik tergantung
lokasi, tapi secara umum dapat dinyatakan bahwa tingkat kebutuhan nutrisi
optimum tanaman anyelir adalah sekita 25-40 ppm nitrat. 5-10 ppm phospat. 25-40
ppm kalium, 150-200 ppm kalsium dan 30-40 ppm magnesium. Pada anyelir
direkomedasikan untuk memberikan pupuk 20 ppm N dan K.
1.1.4. Budidaya Tanaman Anyelir
1. Pembuatan Rumah Naungan
Budidaya anyelir di Indonesia pada umumnya dilakukan di dalam rumah
naungan (shading house). Penggunaan rumah ini dimaksudkan untuk
melindungi tanaman dari terpaan angin, perubahan suhu, terik matahari, curah
hujan yang berlebihan dan hama pengganggu tanaman. Kelembaban yang
tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang ( penyakit busuk akar dan
batang, karat daun dan bunga busuk. Naungan menggunakan plastik
transparan, sebaiknya ada lapisan anti ultra violet agar tahan lama. Ketebalan
plastik 200 mikron dengan kandungan UV 6% sampai 12%. Pada kondisi
normal plastik plastik tahan 1,5 2 tahun. Konstruksi naungan terbuat dari
bambu, kayu, besi tergantung modal yang dimiliki. Prinsip atap naungan harus
tingginya lebih dari atau sama dengan 3 meter. Karena jika kurang dari 3 meter
suhu didalam akan sangat panas. Samping bagian bawah ditutup plastik 1 m
diatas permukaan tanah, atasnya menggunakan kasa (insect screen) juga untuk
sirkulasi udara.
2. Pengolahan lahan
Sebelum bibit ditanam, dilakukan pengolahan tanah yang dilanjutkan
dengan pembuatan bedengan. Empat unit shading house ukuran 210 m2
memiliki bidang tanam masing-masing 120 m2 sehingga seluruhnya terdapat
480 m2 Dengan jarak tanam sekitar 25 cm x 25 cm maka dapat ditanam 9.640
tanaman. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman anyelir adalah tanah yang
bertekstur liat berpasir, gembur, berdrainase baik dan mempunyai pH antara
5,5 - 6,7. Seminggu sebelum penanaman bibit, tanah diberi pupuk dasar yang
berupa campuran pupuk ZA 75 gram, TSP 75 gram dan KCI 75 gram untuk
setiap m2 lahan.
3. Pembibitan
Bibit yang ditanam berupa stek pucuk yang sudah disemaikan terlebih dulu
dalam polybag. Bibit setek ini ditanam pada larikan yang sudah disiapkan
sebelumnya. Sebelum ditanam jangan lupa untuk melepaskan kantung plastik
yang membungkus akar bibit.
Bibit anyelir umumnya masih didatangkan dari breder di luar negeri, namun
demikian ada juga yang dikembangkan di dalam negeri oleh Balai Penelitian
Departemen Pertanian. Bibit yang berasal dari luar negeri mempunyai warna
dan bentuk yang menarik, tetapi petani harus membayar royalty kepada
pemberi bibit, sedangkan yang bibitnya dari dalam negeri dapat diusahakan
untuk dapat diperbanyak sendiri. Kondisi saat ini para petani lebih
mengutamakan bibit dalam negeri karena tingginya royalty yang harus dibayar,
sementara itu para konsumen, terutama para "florist" juga cenderung
menggunakan bunga dari varietas dengan bibit lokal karena tersedia di pasar
lokal
4. Penanaman
Penanamannya tidak boleh dilakukan terlalu dalam karena bisa berakibat
busuknya perakaran, cukup asal pangkal batang terbenam sedalam 2 cm.
Tanaman ini harus dijaga agar tidak sampai kekurangan air dengan cara
menyiramnya setiap pagi dan sore.
5. Penyulaman
Penyulaman sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yaitu 10 - 15 hari setelah
tanam. Bibit tanaman yang mati atau layu diganti dengan bibit yang baru.
6. Penyiraman
Pengairan dapat dilakukan dengan cara menyiram tanaman langsung dari
gembor, selang plastik atau menggunakan sistem irigasi curah (sprinkler) atau
irigasi tetes (drip). Tanaman yang berumur 1 - 2 minggu sangat peka terhadap
kekurangan air, sehingga penyiraman dapat dilakukan setiap hari. Kemudian
penyiraman tanaman sebaiknya dilakukan dengan melihat kondisi tanah.
Kebutuhan air untuk penyiraman rutin umumnya sekitar 3 - 5 liter per m2 .
7. Pemupukan
Seminggu sebelum penanaman bibit, tanah diberi pupuk dasar yang berupa
campuran pupuk ZA 75 gram, TSP 75 gram dan KCI 75 gram untuk setiap m2
lahan. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan dari fase tanaman. Untuk fase
pertumbuhan, pupuk yang diberikan adalah urea 200 gram, ZA 200 gram dan
KNO3 100 gram untuk setiap m2 lahan, sedangkan pada fase pembungaan,
pupuk yang diberikan adalah urea 10 gram, TSP 10 gram, ZA 15 gram dan
KNO3 25 gram untuk setiap m2 lahan.
1.1.5. Hama penyakit
Tanaman hias yang memiliki penampilan cantik, unik, dan menarik dengan
kualitas yang prima senantisa dituntut olh konsumen. Namun, upaya memenuhi
keinginan konsumen tersebut menghadapi berbagai masalah, terutama organisme
pengganggu tanaman (OPT) seperti serangga hama, jamur, bakteri, virus dan
nematoda. Hama dan penyakit dapat merusak tanaman secara langsung atau
menggangu penampilan tanaman sehingga kulitas menurun atau bahkan tidak layak
jual. Adapun hama maupun penyakit yang menyerang tanaman Anyelir ;
1) Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
2) Tungau merah (Tetranychus sp.)
3) Kutu daun (Aphid sp.)
4) Thrips
Perlindungan tanaman diperlukan untuk melindungi tanaman dari serangan
hama dan penyakit yang dapat merugikan tanaman. Cara perlindungan tanaman
disesuaikan dengan kondisi yang ada, baik dengan kultur teknis, mekanis, biologis
maupun kimiawi.
1.1.6. Panen
Tanaman anyelir berbunga pada periode umur 5 bulan sampai dengan 12
bulan setelah bibit ditanam, dan dalam periode itu setiap tanaman menghasilkan
sekurang-kurangnya 6 tangkai bunga yang berkualitas baik (grade1). Saat panen
yang tepat pada anyelir standar adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3 -
4 hari sebelum mekar penuh. Umur bunga potong, jika tidak ditangani dengan baik
hanya 2 hari. Bunga yang seharusnya dipotong harus segera dipotong, karena
keterlambatan panen akan menurunkan kuafitas bunga.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan jika tanah dalam
keadaan kering, sebaiknya tanah disiram dulu sampai basah sehingga tanaman yang
akan dipotong menjadi segar dan tidak layu.
Pada waktu pemanenan bunga, sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga
berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II
sebaiknya tidak dipanen dan dibuang. Pada kondisi normal bunga bunqa yanq
termasuk grade I sekurang-kurangnya 75%. Mengingat bunga yang bernilai jual
baik dan mudah penjualannnya adalah yang grade I maka dalam analisis finansial
asumsi penjualan didasarkan pada penjualan bunga grade I.
Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup
segar, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan
sebagainya, tidak ada bercak, pada pinggir bunga tidak ada busuk
kehitaman dan tidak ada luka;
Batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang
minimal 60 cm.
Daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit,
seperti leafminer, white rust, dan sebagainya;
Bentuk bunga normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang
menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
Grade II
Bunga mekar, segar dan tepi tidak terserang penyakit;
Batang boleh agak kecil tapi harus lurus dengan panjang minimal 50
cmKriteria lain sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi,
misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi tidak terlalu parah
masih dapat dimasukkan dalam grade II.
Pada saat panen bunga, langsung dilakukan pengikatan di lapangan.
Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya.
Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter
bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah
tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat,
disimpan dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut
sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas
pembungkus.

2.2. Budidaya Tanaman Krisan


2.2.1. Klasifikasi Krisan
Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll
2.2.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Krisan
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan
terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya
tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Untuk
pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya
dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah
tengah malam antara jam 22.3001.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m
dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan
lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong
pembentukan bunga. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia
adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-
30 derajat C. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal
pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa
antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar CO2 di
alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara
600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup,
seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai
kadar yang dianjurkan.
1.2.3. Macam-Macam Varietas/Klon
1. Krisan lokal (krisan kuno) : Berasal dari luar negeri, tetapi telah lama dan
beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya
antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan
dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak
ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).
2. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) : Hidupnya berhari
pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C.
indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis
(berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van
Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).
3. Krisan produk Indonesia : Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah
melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108,
13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
1.2.4. Hama
1. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala: memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga
pucuk dan tangkai terkulai.
Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot
dengan insektisida.
2. Thrips (Thrips tabacci)
Gejala: pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau
kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.
Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap
berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP
buatan Taiwan.
3. Tungau merah (Tetranycus sp)
Gejala: daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir,
menebal, dan bercak-bercak kuning sampai coklat.
Pengendalian: memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar
dan penyemprotan pestisida.
4. Penggerek daun (Liriomyza sp) :
Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-
abuan yang mengelilingi permukaan daun.
Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan
aplikasi insektisida.
1.2.5. Budidaya Tanaman Krisan
1. Bibit asal stek pucuk : Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih
tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm,
mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut,
langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4
derajat C, dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu.
Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu,
kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
2. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan : Tentukan mata tunas atau eksplan dan
ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL)
selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman
dalam medium MS berbentuk padat
3. Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
4. Teknik Penyemaian Bibit
a. Penyemaian di bak : Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak
berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan
kebutuhan dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase
yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh.
Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm,
sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup
plastik yang transparan di seluruh permukaan.
b. Penyemaian kultur jaringan : Bibit mini dalam botol dipindahkan ke
pesemaian beisi medium berpasir steril dan bersungkup plastik tembus
cahaya.
c. .Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian : Pemeliharaan untuk stek pucuk
yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk
pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tanaman di serang
hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari dan malam
hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan.
Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, setelah
bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan
terbuka.
5. Pemindahan Bibit : Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada
umur 10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah
yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.
6. Pengolahan Media Tanam
Pembentukan Bedengan : Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam
30 cm hingga gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua
kalinya sambil dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-
120 cm, tinggi 20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara
bedengan 30-40 cm. Pengapuran : Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu
diberi pengapuran berupa kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit,
zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02
ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha.
Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.
7. Teknik Penanaman
Cara Penanaman : Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit,
urug dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung
dengan furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah
disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat
pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan
sementara dari sungkup plastik transparan.
8. Pemupukan : Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam,
kemudian diulang kontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya
sebulan sekali. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu
Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m 2 luas
lahan. Pada fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10
gram ditambah KNO3 25 gram per m 2 luas lahan, cara pemberiannya dengan
disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
9. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman : Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu
10-15 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti
bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit yang baru.
b. Penyiangan : Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2
minggu setelah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-
hati membersihkan rumput-rumput liar.
c. Pengairan dan Penyiraman : Pengairan yang paling baik adalah pada pagi
atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca
atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air
atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.

2.3. Budidaya Tanaman Adenium


2.3.1. Klasifikasi Tanaman Adenium
Tanaman adenium memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Anak kelas : Asteridae
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Adenium
Jenis : Adenium obesum
2.3.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Adenium
Adenium menyukai suhu panas sedang seperti di daerah tropis (30o C 35o
C). Adenium dapat tumbuh di daerah yang bersuhu di atas 35o C, tetapi akan
mengakibatkan bunga berumur pendek atau cepat layu. Dan apabila suhu yang
dingin pada malam hari (di bawah 10o C) akan meyebabkan adenium berhenti
tumbuh. Selain itu, adenium tidak menyukai daerah yang banyak air, karena dapat
menyebabkan akar tanaman menjadi busuk.
Tempat tumbuh yang ideal untuk adenium yaitu tempat terbuka yang
memiliki sinar matahari penuh sepanjang hari. Sinar matahari berguna untuk
pertumbuhan batang dan cabang lebih besar, membuat kokoh serta memunculkan
bunga. Keadaan tanah, tanah yang cukup unsur hara dengan struktur porous
dengan tingkat pH sekitar 5,5-6,5. Tumbuh baik pada daerah panas hingga
ketinggian 700 mdpl.
2.3.3. Morfologi
1. Akar
Akar adenium membesar dan membentuk semacam umbi tempat
penyimpanan air sebagai cadangan di saat kekeringan. Akar yang membesar
ini bila dimunculkan di atas tanah, ia akan membentuk suatu kesan unik nyaris
mirip seperti dibonsai.
2. Batang
Batang adenium bertekstur lunak dan tak berkayu. Batang ini disebut juga
dengan istilah sukulen. Ia bisa membesar dan menggantikan peran akar sebagai
tempat cadangan air dan makanan.
3. Tunas
Tunas adenium tumbuh dari mata tunas yang ada di batang atau di bekas
daun yang gugur. Tunas tersebut akan tumbuh jika pucuk tanaman dipotong.
Orang biasa memotong pucuk tanaman ini untuk mendapatkan daun-daun baru
yang lebih segar dan tanaman tampak seperti masih muda.
4. Daun
Daun adenium ada beberapa ragam, ada yang berbentuk lonjong, runcing,
kecil, dan besar. Daun adenium juga ada yang berbulu halus dan ada pula yang
tanpa bulu tergantung dari jenis spesies adeniumnya.
5. Bunga
Bunga adenium berbentuk semacam terompet dengan kelopak berjumlah 5
helai. Warna bunga ini sangat beragam tergantung spesies adenium yang
ditanam. Akan tetapi kini telah dikembangkan tanaman adenium dengan bunga
yang kelompaknya tersusun rapi seperti bunga mawar dan warnanya bervariasi
melalui teknik rekayasa genetik.
6. Bonggol
Bonggol merupakan pembesaran dari pangkal batang dan akar. Bonggol ini
terletak di pangkal batang yang berfungsi sebagai tempat cadangan air.
1.3.4. Budidaya Tanaman Adenium
1. Persiapan Bibit
Bibit diperoleh dengan perbanyakan secara vegetatif dengan stek, cangkok
dan sambung atau secara generatif yaitu dengan biji. Lihat gambar berikut.
2. Persiapan Tempat
Dengan menanam langsung dalam tanah dengan membuat lubang
(30cmx30cmx30cm) atau ditanam dalam pot dengan diameter pot 40 cm dan
kedalaman 20 cm. Bila ditanam langsung ke dalam tanah biarkan lubang
terbuka selama 2 minggu agar hama dan bibit penyakit mati sehingga
mengurangi resiko terkena penyakit atau hama kemudian lubang diurug
dengan top soil dan dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Pot
yang idela digunakan berbahan keramik atau gerabah tanah liat. Komposisi
media tanam biasanya menggunakan pasir bangunan : pupuk kandang : sekam
padi = 1:1:1 atau dengan serbuk sabut kelapa : pupuk kandang : pecahan arang
= 2:1:1.
3. Pemeliharaan
a. Media Tanam
Adenium membutuhkan media yang cukup mengandung udara dan mampu
menahan kelembaban agar pertumbuhannya maksimal. Pemilihan media
yang tepat merupakan kebijakan dari masing-masing pemelihara yang
disesuaikan dengan penyiraman yang dilakukan. Jika penyiraman sering,
maka diperlukan media yang tidak mengikat air, tapi jika jarang dilakukan
penyiraman, maka media yang digunakan adalah yang cukup mengikat air.
Campuran media yang sering digunakan adalah: Cocopeat (serbuk sabut
kelapa), cocochunk (cacahan sabut kelapa), pasir kasar, sekam bakar, pupuk
kandang, pupuk kompos, kerikil, daun kering, dan lain-lain.
b. Pot atau Wadah
Segala macam pot dapat dipakai. Namun harus hati-hati dengan pot gerabah
ataupun keramik, karena dapat pecah saat bonggol membesar dan tidak muat
dalam pot tersebut. Sebaiknya gunakan pot gerabah atau keramik yang
berdinding tebal sehingga tidak mudah pecah. Pot plastik juga baik karena
ringan dan tidak mudah pecah. Lubang drainase haruslah besar dan banyak
untuk menjamin tidak adanya penyumbatan air yang berakibat fatal. Di
bagian bawah biasanya diberi kain jala untuk mencegah tergerusnya media
ke luar dari pot.
Besar pot hendaknya disesuaikan dengan masa pertumbuhan dari adenium
yang ditanam. Pot tidak boleh terlalu besar yang dapat mengakibatkan
percabangan akar yang terlalu banyak. Saat akar/bonggol adenium sudah
tidak muat di suatu pot, maka saatnya untuk memindahkan ke pot yang lebih
besar. Pemindahan ini dapat dilakukan dengan membersihkan media yang
lama dan diganti yang baru, atau jika media lama masih layak maka dapat
pula disisakan dan di sela-selanya diisi dengan media yang baru.
Saat yang tepat untuk mengganti pot adalah ketika adenium sedang dalam
masa tumbuh aktif. Harus hati-hati dengan kemungkinan bonggol terlukai
sat transplantasi. Bonggol yang terluka dapat mengakibatkan busuk saat
dilakukan penyiraman. Jika bonggol ternyata terluka, jangan sirami selama
sekitar seminggu agar luka-nya sembuh terlebih dahulu.
4. Penyiraman
Cara melakukan penyiraman adalah dengan menyemprot ataupun
mengucurkannya langsung ke media. Jika dipilih cara semprot, maka harus
hati-hati karena air seringkali tidak cukup membasahi media. Lakukan
penyiraman sampai ada air yang mengalir keluar dari dasar pot, dan
perhatikan lubang bawah pot jangan sampai terdapat endapan air karena dapat
menyebabkan akar tanaman membusuk.
5. Pemupukan
6. Pemupukan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman adenium akan mati.
Agar tidak repot, cukup tambahkan pupuk kandang yang merupakan slow
release fertilizer, sehingga tak akan membunuh adenium. Pupuk kimia biasa
seperti urea, KCL, TSP dapat pula digunakan, namun dosisnya harus sangat
diperhatikan. Biasanya pupuk kimia ini dilarutkan dalam air siraman agar
penyerapan jadi merata dan optimal.
7. Pemangkasan
Adenium yang batangnya sudah terlalu panjang harus dipangkas. Tanaman
adenium tidak akan mati meskipun tanpa daun, karena adenium sudah punya
cadangan makanan di bonggolnya untuk dapat bertahan hidup. Pemangkasan
ini berguna untuk menyegarkan kembali agar tampak lebih indah.
Agar adenium bercabang lebih dari satu, maka pemangkasan dilakukan saat
adenium sedang tumbuh (bukan masa dorman). Jika waktunya salah, maka
adenium tidak akan bercabang banyak, melainkan hanya tumbuh satu tunas
saja. Tunas baru akan muncul setelah beberapa minggu, sehingga sangat
diperlukan kesabaran dalam membudidayakan adenium. Pemangkasan ini
juga berfungsi agar dihasilkan bunga yang banyak. Biasanya, bunga yang
banyak akan tumbuh setelah 3 bulan sebelumnya dipangkas dan diberi
stressing pada pembungaan.
2.4. Budidaya Tanaman Anggrek
2.4.1. Klasifikasi Tanaman Anggrek
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Sub famili : Epidendroideae
Suku : Epidendreae
Sub suku : Dendrobiinae
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium macrophylumm, Dendrobium canaliculatum,
Dendrobium lineale, Dendrobium bifale dan Dendrobium
secundum.
2.4.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Anggrek
1. Iklim
Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman anggrek. Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini.
Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek. Suhu
minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 derajat C. Jika suhu udara
malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan
untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng). Tanaman anggrek tidak cocok
dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara di
siang hari 65-70 %.
2. Media Tanam
Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:
a. Media untuk anggrek Ephyfit dan Semi Ephyfit terdiri dari:
1. Serat Pakis yang telah digodok.
2. Kulit kayu yang dibuang getahnya.
3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.
4. Ijuk.
5. Potongan batang pohon enau.
6. Arang kayu .
7. Pecahan genting/batu bata.
8. Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya.
Untuk anggrek Semi Ephyfit yang akarnya menempel pada media untuk
mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk
kandang atau daun-daun.
b. Media untuk anggrek Terrestrial
Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos,
sekam, pupuk kandang, serat pakis dan lainnya.
c. Media untuk anggrek semi Terrestrial
Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak besar,
ditambah pupuk kandang, sekam atau serutan kayu. Dipakai media pecahan
genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya.
3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan
menjadi 3 macam yaitu:
a. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)
Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 0C pada siang hari, 21 0C pada
malam hari, dengan daerah ketinggian 0-650 meter dpl.
Contoh jenis anggrek ini adalah:
1. Dendrobium phalaenopsis
2. Onchidium Papillo
3. Phaphilopedillum Bellatum
b. Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl)
Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 0C dan 1521 0C, pada malam
hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl.
c. Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl)
Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara 15-
21 0C di siang hari dan 915 0C pada malam hari, dengan ketinggian 1500 m
dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.
2.4.3. Morfologi
a. Bunga
bunga anggrek ini merupakan tanaman hias yang memiliki keragaman warna dan
bentuk bunga yang bervariasi, namun pada umumnya bunga memiliki struktur
yang sama. Bunga anggrek ini terdiri dari kelopak ( sepal ), mahkota, petal, lidah
( labelum ), bakal buah yang dibentuk dengan menyatuan putik dengan benang
sari.
b. Buah
Bentuk buah bunga anggrek ini berbeda beda tergantung dengan jenisnya,
bunga anggrek lentera atau capsuar memiliki enam rusuk. Tiga diantaranya
rusuk sejat dan tiga lainnya melekat pada dua tepi dain buah yang berlainan.
Buah ini memiliki warna dan bentuk yang kecil dan terdapat jutaan biji
didalamnnya yang lembut dan halus.
c. Daun
Daun bunga anggrek memiliki warna hijau dengan bentuk membesar dan
meruncing keatas. Bunga ini memiliki pertulangan daun sejajar, dan juga ada
yang bersifat tidak ada keserantakan keguguran daun. Ada beberapa tipe daun
berdasarkan jenis dan varietesnya diantara :
Kelompok evergreen ( daun tipe segar maupun hijau ) bersifat tidak
memiliki keserentakan dalam gugur daun.
Kelompok decides ( tipe gugur ) bersifat memiliki keserentakan dalam
gugur, untuk memunculkan bakal bunga dan biji.
d. Batang
Batang bunga ini tebal dan mengembung yang berfungsi untuk menyimpan
cadangan makanan dan air untuk menghindari kekeringan pada tanaman. Batang
tanaman ini memiliki dua tipe diantaranya yaitu :
Monopodial, batang bersfiat tunggal dan memiliki satu titik tumbuh.
Simpodial, batang bersfiat berumbi semu dan memiliki ruas ruas
tahunan.
e. Akar
Akar bunga anggrek berbentuk silinderis dan berdaging lunak, mudah patah,
serta memiliki ujung kar meruncing licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan
kering akar tanaman ini akan berwarna putih abu abu pada bagian luar dan
bagian ujung akar berwarna kehijau hijuan atau keungguan. Sedangkan, akar
yang sudah tua akan berwarna kecoklatan muda hingga tua yang akan digantikan
dengan akar baru atau tunas baru.
2.4.4. Budidaya Tanaman Anggrek
1. Teknik Penanaman
Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dengan sifat hidup tanaman
anggrek, yaitu:
a. Anggrek Ephyfit adalah anggrek yang menupang pada batang/pohon lain
tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk
menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari
makanan adalah akar udara.
b. Anggrek semi Ephyfit adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar lekatnya
juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk
berkembang.
c. Anggrek tanah/anggrek Terrestris.
3. Pemupukan
Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang meliputi:
C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur
makro dan unsur mikro dapat diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau
air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:
a. Pemupukan untuk bibit (seedlings) dengan N, P, K.
Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak dibutuhkan untuk
pembentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur N diambil dari
pupuk ZA/urea, untuk P dipakai pupuk ES; DS; TS, dan K dari Kalium Sulfat
(K2SO4).
Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K:
a. Urea : 0,6 gram untuk 1 liter air
b. ES : 0,3 gram untuk 1 liter air
c. ZK : 0,1 gram untuk 1 liter air
b. Pemupukan untuk ukuran sedang (mid-size) dengan N, P, K.
Perbandingan N:P:K=3:3:3 yang sama banyak disini tidak memerlukan tambahan
pupuk, maka dapat disusun sendiri pupuk yang mengandung N, P, K dengan cara
misalnya :
1. Urea : 0,3 gram untuk 1 liter air
2. DS : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. K2SO4 : 0,3 gram untuk 1 liter air
c. Pemupukan untuk ukuran berbunga (flowerings-size)
Tanaman yang sudah berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K= 1:6:1.
Teknik pemberian pupuk buatan adalah:
1. Dalam bentuk padat atau powder yg dilakukan dg menaburkan secara hati-hati,
jangan tersangkut pada daun atau batangnya yang menyebabkan daun/batang tadi
dapat terbakar.
2. Disiramkan, anggrek dapat menyerap air dan garam-garam yang terlarut di
dalamnya. Cara ini banyak dilakukan.
3. Penyemprotan, cara ini sangat baik apabila terjadi pembusukan akar
didalamnya, maka akarnya ditutup plastik.
Pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau,
kambing, ayam dan lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang selain
mengandung bermacam-macam unsur yang dibutuhkan oleh tanaman juga sangat
membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau. Keburukan dari
pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak bateri yang mengandung
jamur. Untuk itu dianjurkan disangrai lebih dahulu untuk menghilangkan
jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukan tanaman lebih baik dilakukan pada waktu
pagi atau pada sore hari.
4.Pengairan dan Penyiraman
Sumber air untuk penyiraman tanaman anggrek dapat berasal dari:
a. Air Ledeng, baik untuk menyiram karena jernih dan steril, tetapi pHnya
tinggi, maka perlu diturunkan dengan menambah suatu asam misalnya HCl. PH
yang baik sekitar 5,6-6.
b. Air sumur, baik untuk menyiram karena banyak mengandung mineral dari
tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di daerah kapur harus
diperhatikan pHnya.
c. Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untuk
penyiraman.

2.5. Budidaya Tanaman Bougenvil


2.5.1. Klasifikasi Tanaman Bougenvil
Nama popular : Bougenvil, bougenville, bunga kertas
Nama Latin : Bougainvillea spectabilis
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Family : Nyctaginaceae
Genus : Bougainvillea
2.5.2. Morfologi Tanaman Bougenvil
Tanaman bougenville termasuk tanaman perdu tegak, tinggi tanaman kira-
kira 2-4 meter. Sistem perakarannya adalah tunggang. Dengan akar-akar cabang
yang melebar ke semua arah dengan kedalaman 40 cm 80 cm. Akar yang
terletak dekat permukaan tanah kadang tumbuh terus atau akar bakal tanaman
bara. Bougenville merupakan perdu yang memanjatdan menggantung, tinggi 0,3
m 10 m. batang memiliki cabang berkayu bulat, beruas, dan memiliki diameter
5 mm 8 mm, berwarna coklat dan majemuk. Bunga bogenville termasuk bunga
majemuk, payung 3 15 bunga. Bunga beranekaragam ada kuning, merah, merah
jambu, ungu, putih dan sebagainya. Kelopak bunga berbentuk tabung 2 4 mm.
taju bunga 5 -8, berbentuk paku, berambut halus. Pasangan daun yang sama
dihubungkan dengan tonjolan yang melintang. Daun menyirip berdaun satu,
helaian daun lebar bulat sampai memanjang, bertepi rata, bertulang menyirip atau
bertulang tiga sampai lima. Bougenville memiliki buah buni yang masak hitam
megnkilat, panjang 1 cm, bebiji dua atau karena kegagalan berbiji satu dan tidak
memiliki lekukan.
2.5.3. Macam-Macam Varietas/Klon
Bougainvillea disebut tanaman bunga kertas karena bentuk seludang
bunganya yang tipis dan Nama Inggris bunga ini adalah Bougainvillea yang
diambil dari nama Sir Louis Antoine de Bougainville, seorang prajurit AL
Perancis.
Antara jenis pokok bunga kertas tersohor ialah
1. Bougainvillea Elizabeth Angus;
2. Bougainvillea Red;
3. Bougainvillea Pultonii;
4. Bougainvillea Easter Parade dan
5. Bougainvillea Lady Mary Baring.
Jenis bunga kertas beraneka ragam, karenanya warnanya pun bermacam-
macam, ada yang warnanya ungu, merah terang,merah jambu,merah pucat,
kuning, putih dan warna kombinasi seperti kuning dan merah. Ada bunganya yang
memiliki bunga lagi ditengah-tengahnya, kecil dan berwarna putih.Daunnya pun
bermacam-macam, ada yang ukurannya lebar, berwarna hijau dan memiliki
tekstur yang agak keras, ada yang ukurannya sedang dan permukaannya
lembut,dan ada pula daunnya yang berwarna hijau putih (lurik-lurik).
2.5.4. Budidaya Tanaman Bougenvil
Bougenville biasanya diperbanyak dengan stek dan cangkokan, yang tidak
rumit dan jarang gagal. Asal tanah pembibitan untuk stek (atau tanah yang
dibalutkan ke batang cangkokan) dipilih yang cukup mengandung pasir (atau yang
gembur). Syarat lain yang perlu diperhatikan adalah tanah jangan sampai terlalu
basah.
Kalau yang diinginkan itu tanaman yang bisa beraneka ragam warna
bunganya, perbanyakan biasanya dilakukan dengan okulasi. Asal dilakukan
dengan hati-hati supaya resiko gagal bisa dikurangi. Agar okulasi tidak
kekeringan, sebaiknya dibuatkan tudung yang ditempelkan di atas okulasi.
Para pemulia tanaman lebih sering memperbanyak bougenville dengan biji
hasil persilangan. Umumnya mereka melakukan eksperimen persilangan untuk
mendapat hibrida bougenville yang unik. Cara ini jelas cukup rumit dan
memerlukan ketelitian dan kesabaran. Tapi persilangan itu prinsipnya sama saja
dengan yang biasa kita lakukan terhadap tanaman lain.
Benang sari bougenville A kita jatuhkan dengan hati-hati ke putik
bougenville B. Lalu hasil penyerbukan ini kita kerudungi dengan kantong kertas.
Biji yang kemudian terbentuk disemaikan. Dari sini akan tumbuh bougenville
yang berwarna-warni dalam satu kesatuan daun penumpu bunga.
1. Sinar Matahari
Cahaya matahari cukup dibutuhkan untuk Bougenville supaya bisa tumbuh
maksimal. Untuk memperoleh cukup sinar matahari, sesekali tempatkan bonsai
bugenvil keluar ruangan.
2. Tanah
Tentukan type tanah yang mempunyai drainase yang baik. Tanah yang mudah
serta berpori bakal lebih gampang melalukan air bila Anda menanam Bougenville
di dalam pot. Beragam bahan organik dapat juga ditambahkan untuk merangsang
perkembangan bunga supaya tambah baik.
3. Penyiraman
Bougenville di kenal sebagai tanaman yang tidak terlampau memerlukan banyak
air. Tanaman ini lebih sukai tanah yang condong kering dari pada lembab. Tanah
yang senantiasa lembab malah membikin akar Bougenville gampang berjamur
serta jadi busuk. Cukup siram bonsai bugenvil Anda setiap sekian hari sekali
waktu tanah dalam pot telah betul-betul kering.
4. Nutrisi
Bougenville membutuhkan beragam nutrisi supaya bisa tumbuh maksimal.
Berikanlah pupuk rendah nitrogen untuk meyakinkan kecukupan gizi tanaman
bonsai Anda. Pemupukan dapat dikerjakan 2-3 kali dalam satu tahun.
5. Pemangkasan
Bonsai Bougenville pas dipakai untuk membuat cantik interior rumah Anda.
Pemangkasan teratur benar-benar utama untuk menjaga keindahannya. Saat bunga
yang mekar mulai sedikit, cabang dapat dipotong kembali untuk merangsang
perkembangan bunga. Sisa potongan mesti ditutup untuk menghindar cabang
membusuk. Waktu Anda temukan cabang yang mulai membusuk, buang
seluruhnya sisi tersebut untuk menghindar pembusukan menyebar ke sisi tanaman
yang lain.
6. Ganti pot
Bersamaan perkembangan bonsai, ganti pot jadi suatu hal hal yang dibutuhkan.
Pergantian pot dapat dikerjakan tiap-tiap dua atau tiga tahun. Sesudah pot ditukar,
bonsai Bougenville barangkali bakal alami stres hingga kehilangan beberapa besar
daunnya. Tetapi perkembangan daun baru umumnya bakal selekasnya tampak
dalam sebagian minggu.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam budidaya tamanan hias bunga adalah
media tanam yang terdiri dari wadah atau pot tanaman dan juga tanah yang
merupakan unsur pokok dalam penanaman. Jenis tanah sangat berpengaruh
terhadap tanaman, jadi sebaiknya perhatikan kesesuaian antara media tanam dengan
jenis tanaman yang yang akan di tanam. Pemilihan tanaman pilihlah tanaman yang
cukup mudah dalam perawatannya agar memudahkan pekerjaan anda. Setiap
tanaman memiliki karakterisik yang berbeda dalam perawatan dan juga bisa sangat
sensitif. Perawatan tanaman hias terdiri dari penyiraman dan pemupukan tanaman.
Siram tanaman secukupnya untuk menhindari pembusukan pada akar tanaman.
Gunakan pupuk kompos untuk pemupukan, bila sulit anda juga bisa menggunakan
pupuk buatan pabrik. Usahakan tanaman tidak terlalu sering terkena sinar matahari,
buatlah semacam peneduh dari jaring -jaring untuk atap tanaman anda.
Air juga sangat berperan penting terhadap tanaman, karena air berguna untuk
mengontrol suhu saat udara panas. Oleh karena itu penyiraman sangat berpengaruh
terhadap kehidupan tanaman, kekurangan dan bahkan terlambat menyiram tanaman
berdampak layu.
DAFTAR PUSTAKA

Armitage, A. M. 1994. Ornamental Bedding Plants. CropProduction Science in


Horticulture. CAB International.
Bautista, O.K., H.V. Valmayor, P.C. Tabora J.R., and R.R. Espino. 1983. Introduction To
Tropical Horticulture. Dept. ofHorticulture Collage of Agriculture, Univ. of The
Philippines atLos Banos.
Hardjanti, Sri. 2005. Pertumbuhan Setek Adenium Melalui Penganginan Asal Bahan
Setek, Penggunaan Pupuk Daun dan Komposisi Media. Agrosains 7(2): 108-114,
2005.
Parnata, Ayub. 2007. Panduan Budi Daya dan Perawatan Anyelir. Jakarta: PT Agro
Media Pustaka.
Sandra, Edhi. 2002. Membuat Bougenvil Rajin Berbunga. Depok: PT AgroMedia
Pustaka.
Widiastoety, Dyah. 2005. Budidaya Anggrek Vanda. Depok: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai