Anda di halaman 1dari 18

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HIAS

Disusun guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Teknologi Produksi


Tanaman

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Agribisnis

Alda Risky M. 125040118113013


Nur Muhammad Afnan S. 165040100111075
Messias Moissenes 165040107113005
Agam Risky R. 165040107113007
Nuning Tanisha I. 165040118113005

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
KEDIRI
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki luasan areal perkebunan lebih dari 16 juta hektar pada
tahun 2002 (Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan) yang ditanami tanaman
perkebunan semusim maupun tahunan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun untuk kepentingan ekspor. Namun produktivitas perkebunan nasional
masih tertinggal dari perkebunan negara tetangga, khususnya Malaysia dan
Thailand .Produktivitas kelapa sawit misalnya di Malaysia rata-rata berkisar antara
18 21 ton/ha/tahun. Sementara produktivitas kelapa sawit di Indonesia baru
berkisar 14 16 ton/ha/tahun. Produktivitas rata-rata karet di Thailand mencapai 1
2 ton/ha, sementara di Indonesia berkisar antara 0,6 1 ton/ha (Drajat, 2004).
Potensi Indonesia untuk mengembangkan sektor perkebunan masih sangat besar.
Diperlukan penerapan teknologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman
perkebunan di Indonesia terutama tanaman perkebunan yang memiliki potensi
seperti tembakau, tebu, dan kenaf untuk tanaman perkebunan semusim serta jarak
pagar, kopi dan coklat untuk tanaman perkebunan tahunan.
Tanaman industri mempunyai 2 potensi pasar yaitu pasar dalam negeri dan
pasar luar negeri, pasar dalam negeri dan perkebunan dapat dikonsumsi langsung
oleh masyarakat sebagai bahan baku industri, diolah sebagai bahan mentah atau
bahan jadi makanan ternak dan lain-lain. Diluar negeri tan perkebunan dibutujkan
untuk konsumsi negara pengimport dan lebih lanjut sebagai barang ekspor.
Tanaman tahunan adalah tanaman yang mampu tumbuh lebih dari dua tahun.
Tanaman industri tahunan umumnya merujuk pada tanaman berkayu keras untuk
membedakannya dengan semak dan rerumputan yang sebenarnya juga bisa
dikatakan tanaman tahunan. Tanaman indutri tahunan mampu dipanen beberapa
kali sebelum akhirnya mengalami penurunan hasil dan tidak lagi produktif secara
ekonomi yang kemudian ditebang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana klasifikasi industri tahunan?
2 Bagaimana syarat tumbuh industri tahunan?
3 Bagaimana macam varietas industri tahunan?
4 Bagaimana morfologi industri tahunan?
5 Bagaimana budidaya industri tahunan?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi industri tahunan.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh industri tahunan.
3. Untuk mengetahui macam varietas industri tahunan.
4. Untuk mengetahui morfologi industri tahunan.
5. Untuk mengetahui budidaya industri tahunan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Budidaya Tanaman Anyelir


2.1.1. Klasifikasi Anyelir
Menurut Hardjoko (1999) klasifikasi taksonomi anyelir adalah sebagai
berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Magnoliopsida (Dicotyledonae)
Subclass : Carryophyllidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Caryoplyllaceae
Tribe : Dianthus
Species : caryophyllus (Linn.)
2.1.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Anyelir
Tanaman anyelir membutuhkan suhu malam yang berkisar antara 8-110C.
Sedangkan suhu siang 18-220C. Tanaman ini tumbuh baik pada cahaya matahari
penuh, dengan intensitas penyinaran sekitar 44.000 luks. Cahaya merupakan faktor
lingkungan yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anyelir. Di negara subtropis, minimal dibutuhkan cahaya 21.500 luks selama musim
dingin (Besemer,1980)
Anyelir membutuhkan tanah yang gembur dengan drainase yang baik,
sedangkan pH yang cocok adalah sekitar 6,5 (Pertwee,1996). Budidaya anyelir
membutuhkan fosfat, nitrogen, kalium dan kalsium yang cukup tersedia dalam
larutan tanah. Menurut Bhatt (1989) nitrogen merupakan faktor pembatas paling
utama pada nutrisi tanaman anyelir, diperlukan baik pada fase vegetatif maupun
generatifnya. Fosfat merupakan unsur makro yang dapat mempengaruhi
kenormalan pertumbuhan anyelir. Kekurangan fosfat mengakibatkan daun-daun
menjadi sempit dan ujung-ujungnya mengering, kemudian pada akhirnya
keseluruhan daun menjadi kuning. Selain fosfat, kalium juga memberikan pengaruh
pada ketegaran tanaman anyelir. Kekurangan kalium mengakibatkan bintik-bintik
putih pada daun-daun di bawah bunga, bentuk bunga yang tidak normal, warna
bunga pucat dan kelopak bunga menguning. Walaupun secara spesifik tergantung
lokasi, tapi secara umum dapat dinyatakan bahwa tingkat kebutuhan nutrisi
optimum tanaman anyelir adalah sekita 25-40 ppm nitrat. 5-10 ppm phospat. 25-40
ppm kalium, 150-200 ppm kalsium dan 30-40 ppm magnesium. Pada anyelir
direkomedasikan untuk memberikan pupuk 20 ppm N dan K.
1.1.4. Budidaya Tanaman Anyelir
1. Pembuatan Rumah Naungan
Budidaya anyelir di Indonesia pada umumnya dilakukan di dalam rumah
naungan (shading house). Penggunaan rumah ini dimaksudkan untuk
melindungi tanaman dari terpaan angin, perubahan suhu, terik matahari, curah
hujan yang berlebihan dan hama pengganggu tanaman. Kelembaban yang
tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang ( penyakit busuk akar dan
batang, karat daun dan bunga busuk. Naungan menggunakan plastik
transparan, sebaiknya ada lapisan anti ultra violet agar tahan lama. Ketebalan
plastik 200 mikron dengan kandungan UV 6% sampai 12%. Pada kondisi
normal plastik plastik tahan 1,5 2 tahun. Konstruksi naungan terbuat dari
bambu, kayu, besi tergantung modal yang dimiliki. Prinsip atap naungan harus
tingginya lebih dari atau sama dengan 3 meter. Karena jika kurang dari 3 meter
suhu didalam akan sangat panas. Samping bagian bawah ditutup plastik 1 m
diatas permukaan tanah, atasnya menggunakan kasa (insect screen) juga untuk
sirkulasi udara.
2. Pengolahan lahan
Sebelum bibit ditanam, dilakukan pengolahan tanah yang dilanjutkan
dengan pembuatan bedengan. Empat unit shading house ukuran 210 m2
memiliki bidang tanam masing-masing 120 m2 sehingga seluruhnya terdapat
480 m2 Dengan jarak tanam sekitar 25 cm x 25 cm maka dapat ditanam 9.640
tanaman. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman anyelir adalah tanah yang
bertekstur liat berpasir, gembur, berdrainase baik dan mempunyai pH antara
5,5 - 6,7. Seminggu sebelum penanaman bibit, tanah diberi pupuk dasar yang
berupa campuran pupuk ZA 75 gram, TSP 75 gram dan KCI 75 gram untuk
setiap m2 lahan.
3. Pembibitan
Bibit yang ditanam berupa stek pucuk yang sudah disemaikan terlebih dulu
dalam polybag. Bibit setek ini ditanam pada larikan yang sudah disiapkan
sebelumnya. Sebelum ditanam jangan lupa untuk melepaskan kantung plastik
yang membungkus akar bibit.
Bibit anyelir umumnya masih didatangkan dari breder di luar negeri, namun
demikian ada juga yang dikembangkan di dalam negeri oleh Balai Penelitian
Departemen Pertanian. Bibit yang berasal dari luar negeri mempunyai warna
dan bentuk yang menarik, tetapi petani harus membayar royalty kepada
pemberi bibit, sedangkan yang bibitnya dari dalam negeri dapat diusahakan
untuk dapat diperbanyak sendiri. Kondisi saat ini para petani lebih
mengutamakan bibit dalam negeri karena tingginya royalty yang harus dibayar,
sementara itu para konsumen, terutama para "florist" juga cenderung
menggunakan bunga dari varietas dengan bibit lokal karena tersedia di pasar
lokal
4. Penanaman
Penanamannya tidak boleh dilakukan terlalu dalam karena bisa berakibat
busuknya perakaran, cukup asal pangkal batang terbenam sedalam 2 cm.
Tanaman ini harus dijaga agar tidak sampai kekurangan air dengan cara
menyiramnya setiap pagi dan sore.
5. Penyulaman
Penyulaman sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yaitu 10 - 15 hari setelah
tanam. Bibit tanaman yang mati atau layu diganti dengan bibit yang baru.
6. Penyiraman
Pengairan dapat dilakukan dengan cara menyiram tanaman langsung dari
gembor, selang plastik atau menggunakan sistem irigasi curah (sprinkler) atau
irigasi tetes (drip). Tanaman yang berumur 1 - 2 minggu sangat peka terhadap
kekurangan air, sehingga penyiraman dapat dilakukan setiap hari. Kemudian
penyiraman tanaman sebaiknya dilakukan dengan melihat kondisi tanah.
Kebutuhan air untuk penyiraman rutin umumnya sekitar 3 - 5 liter per m2 .
7. Pemupukan
Seminggu sebelum penanaman bibit, tanah diberi pupuk dasar yang berupa
campuran pupuk ZA 75 gram, TSP 75 gram dan KCI 75 gram untuk setiap m2
lahan. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan dari fase tanaman. Untuk fase
pertumbuhan, pupuk yang diberikan adalah urea 200 gram, ZA 200 gram dan
KNO3 100 gram untuk setiap m2 lahan, sedangkan pada fase pembungaan,
pupuk yang diberikan adalah urea 10 gram, TSP 10 gram, ZA 15 gram dan
KNO3 25 gram untuk setiap m2 lahan.
1.1.5. Hama penyakit
Tanaman hias yang memiliki penampilan cantik, unik, dan menarik dengan
kualitas yang prima senantisa dituntut olh konsumen. Namun, upaya memenuhi
keinginan konsumen tersebut menghadapi berbagai masalah, terutama organisme
pengganggu tanaman (OPT) seperti serangga hama, jamur, bakteri, virus dan
nematoda. Hama dan penyakit dapat merusak tanaman secara langsung atau
menggangu penampilan tanaman sehingga kulitas menurun atau bahkan tidak layak
jual. Adapun hama maupun penyakit yang menyerang tanaman Anyelir ;
1) Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
2) Tungau merah (Tetranychus sp.)
3) Kutu daun (Aphid sp.)
4) Thrips
Perlindungan tanaman diperlukan untuk melindungi tanaman dari serangan
hama dan penyakit yang dapat merugikan tanaman. Cara perlindungan tanaman
disesuaikan dengan kondisi yang ada, baik dengan kultur teknis, mekanis, biologis
maupun kimiawi.
1.1.6. Panen
Tanaman anyelir berbunga pada periode umur 5 bulan sampai dengan 12
bulan setelah bibit ditanam, dan dalam periode itu setiap tanaman menghasilkan
sekurang-kurangnya 6 tangkai bunga yang berkualitas baik (grade1). Saat panen
yang tepat pada anyelir standar adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3 -
4 hari sebelum mekar penuh. Umur bunga potong, jika tidak ditangani dengan baik
hanya 2 hari. Bunga yang seharusnya dipotong harus segera dipotong, karena
keterlambatan panen akan menurunkan kuafitas bunga.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan jika tanah dalam
keadaan kering, sebaiknya tanah disiram dulu sampai basah sehingga tanaman yang
akan dipotong menjadi segar dan tidak layu.
Pada waktu pemanenan bunga, sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga
berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II
sebaiknya tidak dipanen dan dibuang. Pada kondisi normal bunga bunqa yanq
termasuk grade I sekurang-kurangnya 75%. Mengingat bunga yang bernilai jual
baik dan mudah penjualannnya adalah yang grade I maka dalam analisis finansial
asumsi penjualan didasarkan pada penjualan bunga grade I.
Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup
segar, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan
sebagainya, tidak ada bercak, pada pinggir bunga tidak ada busuk
kehitaman dan tidak ada luka;
Batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang
minimal 60 cm.
Daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit,
seperti leafminer, white rust, dan sebagainya;
Bentuk bunga normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang
menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
Grade II
Bunga mekar, segar dan tepi tidak terserang penyakit;
Batang boleh agak kecil tapi harus lurus dengan panjang minimal 50
cmKriteria lain sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi,
misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi tidak terlalu parah
masih dapat dimasukkan dalam grade II.
Pada saat panen bunga, langsung dilakukan pengikatan di lapangan.
Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya.
Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter
bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah
tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat,
disimpan dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut
sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas
pembungkus.

1.2. Budidaya Tanaman Krisan


2.2.1. Klasifikasi Krisan
Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll
2.2.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Krisan
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan
terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya
tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Untuk
pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya
dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah
tengah malam antara jam 22.3001.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m
dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan
lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong
pembentukan bunga. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia
adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-
30 derajat C. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal
pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa
antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar CO2 di
alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara
600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup,
seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai
kadar yang dianjurkan.
1.2.3. Macam-Macam Varietas/Klon
1. Krisan lokal (krisan kuno) : Berasal dari luar negeri, tetapi telah lama dan
beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya
antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan
dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak
ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).
2. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) : Hidupnya berhari
pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C.
indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis
(berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van
Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).
3. Krisan produk Indonesia : Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah
melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108,
13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
1.2.4. Hama
1. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala: memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga
pucuk dan tangkai terkulai.
Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot
dengan insektisida.
2. Thrips (Thrips tabacci)
Gejala: pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau
kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.
Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap
berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP
buatan Taiwan.
3. Tungau merah (Tetranycus sp)
Gejala: daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir,
menebal, dan bercak-bercak kuning sampai coklat.
Pengendalian: memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar
dan penyemprotan pestisida.
4. Penggerek daun (Liriomyza sp) :
Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-
abuan yang mengelilingi permukaan daun.
Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan
aplikasi insektisida.
1.2.5. Budidaya Tanaman Krisan
1. Bibit asal stek pucuk : Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih
tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm,
mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut,
langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4
derajat C, dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu.
Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu,
kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
2. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan : Tentukan mata tunas atau eksplan dan
ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL)
selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman
dalam medium MS berbentuk padat
3. Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
4. Teknik Penyemaian Bibit
a. Penyemaian di bak : Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak
berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan
kebutuhan dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase
yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh.
Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm,
sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup
plastik yang transparan di seluruh permukaan.
b. Penyemaian kultur jaringan : Bibit mini dalam botol dipindahkan ke
pesemaian beisi medium berpasir steril dan bersungkup plastik tembus
cahaya.
c. .Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian : Pemeliharaan untuk stek pucuk
yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk
pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tanaman di serang
hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari dan malam
hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan.
Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, setelah
bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan
terbuka.
5. Pemindahan Bibit : Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada
umur 10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah
yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.
6. Pengolahan Media Tanam
Pembentukan Bedengan : Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam
30 cm hingga gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua
kalinya sambil dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-
120 cm, tinggi 20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara
bedengan 30-40 cm. Pengapuran : Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu
diberi pengapuran berupa kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit,
zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02
ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha.
Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.
7. Teknik Penanaman
Cara Penanaman : Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit,
urug dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung
dengan furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah
disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat
pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan
sementara dari sungkup plastik transparan.
8. Pemupukan : Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam,
kemudian diulang kontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya
sebulan sekali. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu
Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m 2 luas
lahan. Pada fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10
gram ditambah KNO3 25 gram per m 2 luas lahan, cara pemberiannya dengan
disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
9. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman : Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu
10-15 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti
bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit yang baru.
b. Penyiangan : Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2
minggu setelah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-
hati membersihkan rumput-rumput liar.
c. Pengairan dan Penyiraman : Pengairan yang paling baik adalah pada pagi
atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca
atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air
atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.

2.3. Budidaya Tanaman Adenium


2.3.1. Klasifikasi Tanaman Adenium
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cocideales
Famili : Palmae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis quineensis
2.3.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
1. Iklim : suhu optimal 20 C, namun dapat tumbuh antara 24-27 C dengan
kelembapan tinggi, curah hujan sekitar 2.000mm/tahun.
2. Tanah : jenis tanah untuk tanaman kelapa sawit sangat bervariasi, seperti
tanah podsolik, latosol dan oxisol. Drainase tanah harus baik.
2.3.3. Macam-Macam Varietas/Klon
Tanaman kelapa sawit digolongkan berdasarkan:
1. Tebal tipisnya cangkang : dikenal dengantiga tipe, yaitu Dura,
Pisifera dan Tenera
2. Warna buah : dikenal tiga tipe, yaitu Nigrescens, Virescens dan Albescens.
2.3.4. Morfologi
1. Akar : serabut, perakaran sangat kuat, tidak berbuku, berwarna putih atau
kekuningan, bentuk ujungnya meruncing sehingga menerobos ke dalam
tanah, ujung akar tubuh terus.
2. Batang : tumbuh tegak, diameter 40-60 cm, tertutup pangkal pelepah, batang
cukup keras, kuat dan beruas.
3. Daun : daun bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya 3-5 m. Rumus
daun kelapa sawit 3/8. Daun kelapa sawit bersifat bergerombol, roset.
4. Bunga : bunga bersifat monoecious atau berumah satu. Setiap tandan
bunga terdiri dari 100-200 cabang bunga dan setiap cabang mengandung
30 kuntum. Diperkirakan bunga betina per tandan 3.000-6.000 kuntum.
5. Buah : buah kelapa sawit terdiri dari 3 bagian yaitu bagian luar terdiri dari
kulit luar yang keras, sabut dan daging buah. Berat TBS awal 3-6 kg,
berkembang 25-35 kg.
2.3.5. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
1. Pembibitan
a. Lokasi pembibitan
Syarat syarat lokasi pembibitan adalah:
o Lokasipembibitan sebaiknya datar dan rata, bila
tidak datar sebaiknya dibuat teras.
o Lokasi pembibitan dekat dengan air dan selalu tersedia air untuk
penyiraman.
b. Sistem pembibitan
Sistem pembibitan kelapa sawit menggunakan kantong
plastik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pembibitan dua tahapdan
pembibitan satu tahap.
1) Pembibitan dua tahap
a. Pembibitan awal (Pre nursery)
Siapkan bedengan-bedengan dengan ukuran 1,6 x 20 x 0,2 cm dengan
jarak antar bedengan 0,80 m. siapkan polybag ukuran 15 cm x 23 cm. isi
polybag dengan tanah . sebelum bibit kecambah ditanam,
polybag disiram air agar tidak terbentuk rongga. Bibit
kecambah ditanam sedalam 2-3 cm. setelah 7-10 hari plumula akan
muncul. sekali bibit perludipupuk larutan urea 0,20
%% dengan disemprot sekali seminggu.
b. Pembibitan utama (Main nursery)
Main nursey : polibag besar diisi tanah, bibit pre nursey dipindahkan
dalam polibag besar, polibag diatur jarak tanam 70-90 cm dan
penyiraman intensif, penyiangan pada polibag dan lahan, diberi pupuk
nitrogen. Lama pembibitan 9 bulan.
2) Pembibitan satu tahap
Siapkan polybag 45 cm x 60 cm engan tebal 0,11. Isi polybag dengan
tanah. Tanam kecambah bibit kelapa sawit. setelahditanam diberi
naungan dari daun kelapa, daun nipah atau daun kelapa sawit agar tidak
terkena sinar matahari, naungandibuka umur 1,5-2 bulan. Jarak tanam
0,8 m antar bedenga. Bibit dipindahkan ke lapangan setelah berumur 10-
12 bulan, optimal umur 12-14 bulan.
c. Pemindahan bibit ke lapangan
Memindahkan bibit ke lapangan harus diusahakan agar bibit tersebut tidak
mengalami kerusakan dan polybag tidak rusak atau pecah.
2. Pembukaan Lahan
a. Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder atau
area ditumbuhi lalang.
b. Konversi, yaitu pada areal yang sebelumnya ditanami perkebunan.
c. Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya juga ditanami
kelapa sawit.
d. Luas lahan perkebunan kelapa sawit berkisar antara 6.000-12.000 hektar.
Pembukaan lahan perkebunan dilakukan kelapasawit dapat dilakukan secara
mekanis, khemis atau manual.
3. Proses Penanaman Kelapa Sawit
a. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah
(legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting
karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah,
mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan
pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-
kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
b. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 5040 cm
sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah.
Jarak 999 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang
berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
c. Cara Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur.
Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag
hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang
sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar
perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC
NASA secara merata dengan dosis 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau
semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan
SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai
berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air
dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk
tadi untuk penyiraman setiap pohon.
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman dan Penjarangan, tanaman mati disulam dengan bibit berumur
10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan
sinar matahari.
b. Penyiangan, tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma. Penyiangan
bisa dilakukan manual atau kimiawi.
c. Pemupukan, pemupukan kelapa awit ada tiga tahapan yaitu tahapan pertama
dilakukan masih mudah/dipembibitan, kedua pada tanaman dewasa, dan
ketiga tanaman telah menghasilkan. Menentukan jenis pupuk harus
mempertimbangkan aspek teknis dan aspek ekonomi.hasil pemupukan yang
optimal bila curah hujan 100-250 mm.
5. Panen dan pengolahan
Setelah pohon sawit berumur sekitar 2,5 sampai 3 tahun, akan mulai berbuah
pasir. Masa produktif dapat berlangung antara 40-50 tahun. Kriteria panen
yaitu brondolan jatuh ke piringan. Hasil tandan dipotong dan diangkut ke TPH.
Pengolahan minyak kelapa sawit diperoleh dari daging buah dan inti sawit.
skema prosesing pembuatan minyak goreng.

2.4. Budidaya Tanaman Karet


2.4.1. Klasifikasi Tanaman Karet
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
2.4.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Karet
1. Iklim
Kebanyakan perkebunan karet dengan letak lintang antara 15o LU hingga
10o LS. Curah hujan sekitar 2000mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100-
150 hari. Tanaman karet tumbuh pada dataran rendah 0-400 m dpl.
Temperature 25o-30o C. Intensitas matahari minimum 5-7 jam/hari.
2. Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir,
laterit merah dan padsolik kuning, tanah abu tanah gunung, tanah berliat serta
tanah yang mengandung peat.
2.4.3. Macam-Macam Varietas/Klon
1. Klon IRR 220
Klon IRR 220 produksi kumulatif 5 tahun pertama adalah 10.511 kg/ha,
kumulatif 10 tahun adalah 20.086 kg/ha dan kumulatif 15 tahun mencapai
32.865 dengan rata-rata 2191 kg/ha/th. Potensi kayu yang dapat dihasilkan
untuk volume kayu batang bebas cabang = 0,61 m3/ph, volume kayu kanopi
= 0,28 m3/ph dan volume kayu total = 0,89 m3/ph.
2. Klon IRR 230
Produksi kumulatif 5 tahun pertama klon IRR 230 adalah 9080 kg/ha,
kumulatif 10 tahun adalah 17.370 kg/ha dan kumulatif 15 tahun adalah 31.422
kg/ha dengan rata-rata 2095 kg/ha/th. Potensi kayu yang dihasilkan (umur
20 tahun) untuk volume kayu batang bebas cabang = 0,76 m3/ph, volume
kayu kanopi = 0,41 m3/ph dan volume kayu total = 0,17 m3/ph.
2.4.4. Morfologi
1. Akar : perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghunjam
tanah hingga 1-2 m.
2. Batang : batangnya bulat/silinder kulit kayunya halus, rata berwarna pucat
hingga kecoklatan, sedikit bergabus.
3. Daun: daun tanaman karet adalah trifoliate, tangkai daun
panjang, serat daun tampak jelas, kasar. Daun tersusun melingkar batang,
berambut
4. Bunga : bunganya bergerombal muncul di ketiak daun
5. Buah : buah karet masak 5-6 bulan sejak penyerbukan.
2.4.5. Budidaya Tanaman Karet
1. Pembibitan
Waktu pembibitan tergantung musiman dan lokasi. Masa
pembibitan disetiap daerah berbedah tergantung pada iklim. Okulasi setelah
bibit batang berumur 4-5 atau Juli-Agustus. Benih
karet dikecambahkan dibedengan tanah pasir, bedengan diberi
naungan dan disiram setiap hari. Kecambah berumur 9-14 hari
baru dipindahkan ke pesemaian. Jarak tanam 50 cm x 35 cm x 35 cm.
2. Penanaman
Bibit karet okulasi ditanam dalam lubang tanam dengan ukuran 45 cmx 45
cm x 45 cm. sebelum tanam, lobang tanam diberi pupuk rock-phosphate 100
gr/lobang. Jarak tanam yang ianjurkan 8-10 m antar baris an 2-3 m dalam
barisan.
3. Tanaman penutup tanah
Leguminosa mempunyai manfaat yaitu kemampuannya mengikat nitrogen
bebas udara. Tanaman sela berpengaruh terhaap kesuburan maupun sifat
fisik tanah.
4. Pemeliharaan tanaman
Masa prouktif karet mencapai 30-35 tahun. Perawatan tersebut antara lain
meliputi pemberantasan gulma, pemupukan, pemberian
mulsa dan sebagainya.
5. Panen
Penyadapan dilakukan pukul 06.00 hingga 09.00.
Sesudah dilakukan sadapan lateks mengalir saluran v dan menetes tegak
lurus ditampung wadah. Hasil lateks dapat ditingkatkan dengan
pemberian stimulan.
6. Pengolahan
Hasil lateks diangkut ke pabrik, pertama kali dilakukan pemberian kotoran.
Selanjutnya diberi zat anti koagulant, selanjutnya penyaringan. Sesudah
penyaringan karet dipadatkan, proses pembekuan berlangsung pada ph 4,2-
4,6. Karet digiling/dipres, selanjutnya pencucian. Karet bersih diasapkan
atau dikeringkan Proses pengasapan berlangsung 3 hari, suhu berkisar 40-
60o C.

2.5. Budidaya Tanaman Kakao


2.5.1. Klasifikasi Tanaman Kakao
Sistematika tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo adalah sebagai berikut:
Devisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa/Ordo : Malvales
Suku/familia : Sterculiceae
Jenis : Theobroma cacao
2.5.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
1. Iklim
Tanaman coklat ideal dengan Curah hujan1100-3000 mm/tahun. Suhu ideal
bagi kakao, untuk suhu maksimum 30-32o C dan suhu minimum 18-21o C.
Kelembaban nisbi antara 50-60 persen mempunyai daun lebat dan
berukuran besar. Intensitas sinar matahari bagi tanaman kakao berumur 12-
18 bulan sekitar 30-60 persen, sedangkan untuk tanaman menghasikan
sekitar 50-75 persen. Angin, tanaman kakao tidak tahan hembusan angin
yang kencang karena daun kakao mudah gugur.
2. Ketinggian tempat
Optimum : 0-500 m dpl, maks 800 m dpl
3. Tanah
Tidak asam (warna hitam atau coklat tua) dan tanah gembur. Tekstur
lempung berpasir. Kadar hara tinggi dan seimbang. Ph 5-7.
2.5.3. Macam-Macam Varietas/Klon
Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu
1. Criollo
Criollo Amerika Tengah
Criollo Amerika Selatan
2. Forestero
Forestero Amazona
3. Trinitario
Criollo termasuk kakao yang bermutu tinggi. Criollo memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
o Pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah.
Tunas-tunas muda umumnya berbulu
o Masa berbuah lambat
o Agak peka terhadap serangan ham dan penyakit
o Kulit buah tipis dan lunak
o Hasil rendah dan kualitas baik
o Biji besar, kotiledon putih
o Tiap buah berisi 30-40 biji
o Warna buah mudah umumnya merah dan bila masak menjadi oranye
o Contoh dari tipe Criollo adalah DR 1, DR 2, DR 38
Forastero umumnya termasuk kakao bermmmutu rendahatau disebut kakao
curah. Tipe Forastero memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
o Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya lebih tinggi
o Masa berbuah lebih awal
o Umunya diperbanyak dengan semaian hibrida
o Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit
o Kulit buah agak keras dan tebal tetapi permukaanya halus
o Biji kecil, endosperma/bijinya berwarna ungu
o Rasa biji lebih pahit
o Kulit buah berwarna hijau
o Contoh kakao tipe Forastero adalah : 1 CS, Sca, GC
Trinitario merupakan hasil persilangan Criollo dan Forastero. Hasil
persilangan menghasilkan jenis baru yang bermutu baik buah dan bijinya
besar. Sebagai contoh adalah klon Jati Runggo. Walaupun ciri-ciri bijinya
seperti Criollo namun merupakan hasil persilangan. Morfologi
1. Akar : tunggang (radix primaria) dengan akar lateral 15-30 cm
2. Batang : Jorquette (cabang primer), ketinggian jorquette yang ideal 1,2-1,5
m agar tanaman dapat menghasilkan tajuk yang baik dan seimbang.
3. Percabangan dimorfisme yang berarti mempunyai dua macam tunas
vegetatif, tunas yg tumbuh tegak ke atas (ortotrop) dan tunas tumbuh
kesamping ( plagiotrop).
4. Chupon (tunas air) dibawah jorquette
5. Daun : Ujung tunas berwarna merah (flush), permukaan seperti sutera.
Setelah dewasa, warna daun berwarna hijau dan permukaan kasar.
6. Tangkai daun bersisik halus dan berbentuk silinder.
7. Bunga : Jumlah bunga mencapai 5.000-12.000 bunga per pohon per tahun,
namun jumlah buah matang yg dihasilkan hanya satu persen. Bunga
sempurna (hermaprodit)
8. Buah : Buah coklat daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai 10
alur dan tebalnya 1-2 cm. Buah masak 5-6 bulan (10-20 cm) berisi biji
sebanyak 30-50 dan biji dibungkus pulp.
2.5.4. Budidaya Tanaman Kakao
1. Persiapan lahan
Persiapan lahan merupakan langkah awal untuk menentukan keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao.
2. Pengaturan jarak tanam
Pemasangan ajir dan pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam
optimum 4 x 2 m atau 3,5 x 2,5 m.
3. Pohon pelindung/penaung
4. Pembibitan
Cara generatif (dengan biji)
Umur 21 hari bibit dipindahkan ke polybag ukuran 25 x 30 cm. Bibit yg
telah berumur 4-6 bulan di polybag telah siap ditanam dilapangan.
Cara vegetatif
Bibit berupa stek batang terbaik berasal dari cabang pucuk dua helai daun
yang dipotong separuh diambil dari cabang yg titik tumbuhnya sedang
dalam keadaan istirahat (dorman). Sebaiknya pohon induk berumur 4
tahun lebih.
Cara generatif - vegetatif ( okulasi dan sambungan)
Okulasi dilaksanakan setelah cokelat berumur satu tahun dengan lilitan
batang lebih kurang 4 cm. Okulasi dapat dilakukan di polybag dengan
ukuran polybag 45 x 0 cm. Untuk okulasi di polybag bibit sebaiknya sudah
berumur 4-6 bulan dan sedang dalam keadaan flush.
5. Penanaman
Penanaman dilakukan sebaiknya awal musim penghujan. Teknik
penanamannya adalah dengan terlebih dahulu memasukkan polybag ke
dalam lubang tanam, setelah itu denagn menggunakan pisau tajam polybag
disayat dari bagian bawah kearah atas. Polybag yang terkoyak dapat mudah
ditarik dan lubang ditutup kembali dengan tanah galian. Pemadatan
dilakukan dengan bantuan kaki, permukaan tanah harus lebih tinggi
dikarenakan untuk mencegah penngenangan air di sekitar batang yang dapat
menyebabkan pembusukan. Bibit yang baru ditanam di lapangan peka akan
sinar matahari. Bibit perluh diberi naungan sementara dengan menancapkan
pelepah kelapa sawit atau kelapa di sebelah timur dan barat.
6. Pemeliharaan
Pemangkasan
Pemangkasan dimaksudkan untuk mendorong agar tanaman kakao mampu
berproduksi tinggi. Tujuan pemangkasan yaitu: 1) memperoleh kerangka
dasar (frame) tanaman kakao yang baik, 2) mengatur penyebaran cabang
dan daun-daun produktif pada tajuk tanaman bisa merata, 3) membuang
bagian tanman yang tidak dikehendaki antara lain tunas air, cabang yang
sakit, 4) merangsang agar tanaman membentuk organ baru, 5) menekan
resiko terjadinya serangan hama dan penyakit dan 6) meningkatkan
kemampuan tanaman untuk membentuk buah.
Pemupukan
Cokelat/kakao dipupuk setelah berumur dua bulan di lapangan. Pada TBM
diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan
mempertahankan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Pemupuka pada TBM dilaksanakan dengan cara menabur secara merata
dengan jarak 15-50 cm ( untuk umur 2-10 bulan) dan 50-75 cm ( untuk umur
14-20 bulan) dari batang utama.
Pengendalian OPT
Pengendalian gulma dala areal pertanaman kakao biasanya dilaksanakan
pada masa TBM. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual atau
kimiawi di pembibitan, pada saat tanaman masih muda, maupun pada aeral
TM yang ditumbuhi gulma yang tahan terhadap ketersadiaan cahaya
minimum.
7. Panen
Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang memerlukan waktu
lebih kurang 5 bulan. Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit
buah dan biji yang melepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang
biasanya bunyi.
8. Pengolahan
Pengolahan biji kakao mengikuti tahapan fermentasi (pencucian),
pengeringan, sortasi, dan penyimpanan. Fermentasi bertujuan untuk
mematikan biji sehingga perubahan-perubahan di dalam biji akan mudah
terjadi, tujuan lain untuk melepaskan pulp. Biji kakao difermentasikan di
dalam kotak berlubang. Proses fermentasi biasanya berlangsung 4-6 hari.
Sejak fermentasi kotak pertama memerlukan waktu 12 jam, fermentasi
kedua selama 36 jam. Aroma akan terbentuk 36 jam setelah masa pertama
fermentasi. Pengeringan dapat dilaksanakan dengan sinar matahari atau
pengeringan buatan. Dengan sinar matahari dibutuhkan waktu 6 hari sampai
biji benar-benar kering. Sortasi biji yang telah dikeringkan dilaksanakan
atas dasar berat biji, kemurnian warna dan bahan ikutan, serta
jamur. Penyimpanan kakao sebaiknya disimpan di gudang yang bersih dan
memilki lubang pergantian udara.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Macam-macam komoditas tanaman industri berdasarkan produknya yaitu
tanaman industri tahunan dan tanaman industri semusim. Tanaman semusim adalah
tanaman yang hanya mampu tumbuh selama semusim pada tahun tersebut atau
dapat dikatakan tanaman tahunan yang dapat dipanen cepat sebelum musim
berakhir, contoh : tembakau, kapas, dan lain-lain. Tanaman tahunan merupakan
tanaman yang mampu tumbuh lebih dari dua tahun. Tanaman industri tahunan pada
umumnya merujuk pada tanaman berkayu keras untuk membedakan antara semak
dan rerumputan yang dapat dikatakan merupakan tanaman tahunan juga.
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Yogyakarta.

Layli, F. 2012. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao (Theobroma


cacao L.) di Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar. Skripsi. Fakultas Ilmu
Sosial. UM. Malang.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen Dan


Pengolahan. Kanisius.Yogyakarta.

Siregar, H.S., Tumpul. 1993). Budidaya, Pengolahan, Dan Pemasaran


Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam-Tanaman Perkebunan Tahunan. Gajah


Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai