Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis
tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi pepper
oil, jenis lada yang umum dikenal orang-orang yaitu adalah jenis lada putih dan lada hitam,
tanaman lada ini merupakan salah satu komoditas rempah-rempah yang mempunyai prospek
cukup cerah bagi peningkatan pendapatan petani dan penambah devisa negara, peranan lada
sebagai penghasil devisa adalah terbesar dalam kelompok rempah dan kelima setelah karet,
teh, kelapa sawit dan kopi. Dari laporan Kementrian Perdagangan tanaman lada ini
merupakan salah satu komoditas perdagangan dunia dan lebih dari 80% hasil produksi lada
Indonesia diekspor ke luar negri.
Indonesia adalah salah satu negara pengekspor lada terbesar kedua didunia. Selain itu,
lada mempunyai sebutan “The King of Spice” (Raja rempah-rempah) yang mana konsumsi
lada di dunia tahun 2013 mencapai 472.526 ton berdasarkan data dari FAO sedangkan total
ekspor lada dunia tahun 2013 mencapai 278.126 ton, hal tersebut menunjukan bahwa peluang
Indonesia untuk meningkatkan ekspor lada sangatlah besar. Kontribusi lada Indonesia di
pasar dunia pada tahun 2010 adalah sebesar 17 persen dari produksi lada dunia dan
merupakan produsen lada terbesar kedua di dunia setelah Vietnam (Ditjen Perkebunan,
2011). Bahkan jika dibandingkan dengan produsen lada lainnya, perminataan akan lada dari
Indonesia cukup besar karena cita rasanya yang berbeda.
1.2 Tujuan
1. Salah satu syarat untuk mengikuti UAS semester VI mata kuliah Agribisnis
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman Lada (Piper nigrum L)
3. Untuk mengetahui prospek dan kendala komoditas Lada (Piper nigrum L)
4. Untuk mengetahui subsisitim (hulu-hilir) agribisnis komoditas Lada (Piper
nigrum L)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komoditas

Tanaman Lada termasuk tanaman memanjat yang mempunyai dua sulur yaitu sulur
panjat dan sulur cabang buah. Bilai di gunakan sebagai bibit, sulur panjat akan menghasilkan
tanaman yang punya sifat memanjat atau yang biasanya di kenal lada panjat. Sedangkan sulur
cabang buah akan menghasilkan tanaman yang tidak memanjat atau lada perdu. Lada perdu
bias di peroleh dengan perbanyakan vegetait daru sulur cabang buah. Klasifikasi Lada (Piper
nigrum L) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Piperrales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L

Secara umum teknik budidaya unuk tanaman Lada (Piper nigrum L.) adalah sebagai
berikut :
1. Syarat Pertumbuhan
 Iklim
- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.
- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
- Suhu udara 200C – 34 0C.
- Kelembaban udara 50% – 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% – 80% RH.
- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.
 Media Tanam (Tanah)
- Subur dan kaya bahan organik
- Tidak tergenang atau terlalu kering
- pH tanah 5,5-7,0
- Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan
Utisol.
- Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
- Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
- Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.
2. Pedoman Teknis Budidaya
 Pembibitan
- Terjamin kemurnian jenis bibitnya
- Berasal dari pohon induk yang sehat
- Bebas dari hama dan penyakit
- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan
bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)
 Pengolahan Media Tanam
- Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
- Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.
 Teknik Penanaman
- Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa
ditanam dengan tanaman lain.
- Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan
kedalaman 50 cm.
- Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
- Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau
kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
- Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah,
sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.
 Pemeliharaan Tanaman
- Pengikatan Sulur Panjat
Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat
hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada
tiang panjat.
- Penyiangan dan Pembumbunan
penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan.
- Perempalan
Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada :
1. Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit.
2. Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif
3. Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.
- Pemupukan
Pemupukan menggunakan pupuk kandang dan pupuk NPK, KCL dan SP 36.
- Pengairan dan Penyiraman
pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak
boleh tergenang.
- Pemberian Mulsa
Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-
alang.
- Penggunaan Tajar ( Ajir)
Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar diruncingkan, bagian
ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi
tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m.
 Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning
dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah). Panen di lakukan
dengan cara memetik buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan
persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan. Periode panen sesuai iklim setempat,
jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan.
2.2 Prospek dan Kendala Komoditas Lada

Bagi Indonesia, prospek pengembangan lada masih cukup besar peluangnya mengingat
beberapa hal antara lain :
a. Indonesia sudah sejak lama dikenal sebagai produsen utama lada dunia yang
diusahakan secara tradisional. Kontribusi lada Indonesia terhadap kebutuhan lada dunia
berkisar antara 23-36%.
b. Daya saing komoditas lada Indonesia cukup tinggi.
c. Potensi pasar tradisional (dalam negeri) cukup besar yaitu dengan semakin
berkembangnya usaha makanan yang menggunakan bumbu dari lada serta minat
masyarakat mulai berubah menyukai lada sebagai rempah untuk penyedap masakan.
d. Konsumsi dunia cenderung meningkat sejalan dengan isu food savety terhadap bahan
syntetis lain dan tuntutan akan keamanan lada sebagai bahan rempah untuk pangan
semakin menonjol terutama di negara-negara maju.
e. Areal yang potensial untuk pengembangan lada tersedia cukup luas.
f. Diversifikasi produk melalui pengembangan produk hilir, seperti: tepung lada, minyak
lada dan lada segar dalam kalengan.
g. Lada Indonesia memiliki keunggulan dalam hal spesifik rasa yang tidak dimiliki oleh
negara lain.
h. Pengembangan lada menyerap tenaga kerja cukup besar, dimana untuk
mengembangkan tanaman secara intensif satu KK petani hanya mampu untuk 750
pohon atau 0,5 ha.
i. Pengembangan lada dapat dilakukan pada wilayah-wilayah terpencil, sehingga berperan
sebagai pemerataan pembangunan wilayah.
j. Pengembangan tanaman lada mempunyai potensi untuk dikembangkan bersama-sama
dengan tanaman keras lain atau dengan tanaman keras untuk penghijauan.
Mengikutsertakan lada dalam usaha penghijauan tersebut akan lebih mempunyai arti
penting dalam rangka perbaikan ekonomi petani yang berada di daerah kritis, oleh
karena masalah utama daerah tersebut tidak hanya kritis dari segi fisik tetapi juga kritis
dari segi ekonomi.
Namun, kenyataan di lapang menunjukkan, sistem agribisnis lada menghadapi
berbagai kendala, kelemahan dan ancaman. Pada subsistem bagian hulu, harga sarana
produksi cukup tinggi serta prasarana jalan di daerah pengembangan belum baik. Pada
subsistem produksi (on farm), teknologi produksi yang diterapkan petani masih konvensional
dengan pola tanam sebagian besar monokultur. Sedangkan pada subsistem hilir, pengolahan
produk belum higienis, dan adanya ancaman dari negara pesaing. Pada subsistem
pendukung, kendalanya adalah peran kelembagaan di tingkat petani sampai tingkat
pemasaran belum berpihak kepada petani.
Dari keragaan sistem agribisnis lada Indonesia terdapat sinyal-sinyal perubahan
yang merupakan fenomena dari produksi, konsumsi, perdagangan, teknologi dan
kelembagaan, berupa; (1) turunnya pangsa ekspor lada Indonesia di pasar dunia; (2)
pemakaian lada hitam yang makin bertambah; (3) meningkatnya konsumsi lada domestik;
(4) perubahan teknologi input luar tinggi ke input luar rendah; (5) penurunan areal dan
produksi di beberapa sentra lada; (6) pergeseran daerah lada dari daerah tradisional ke
daerah pengembangan . Fenomena-fenomena yang terjadi merupakan resultante dari
keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman pada simpul-simpul sistem agribisnis lada
di Indonesia.

 Industri Bibit, Agrokimia dan Peralatan

Tersedianya varietas unggul, rekomendasi pemupukan, serta rekayasa alat dan mesin
merupakan keunggulan. Dampak penyuluhan dan penambahan areal baru, keberadaan
insustri pupuk dengan distribusinya serta perbaikan kualitas dan diversifikasi produk
merupakan peluang. Demikian pula masih sedikitnya petani menggunakan bibit unggul,
belum adanya blending pupuk dan tidak adanya industri alat yang khusus merupakan
kelemahan. Rendahnya produktivitas, tingginya harga pupuk dan obatobatan serta
terlambatnya berkembang industri alat dan mesin merupakan ancaman.

 Pertanian Primer Lada

Ketersediaan lahan dan iklim serta tenaga kerja dan teknologi dan pangsa pasar
menjadi keunggulan untuk peningkatan produksi sedangkan penyakit busuk pangkal
batang (BPB) serta penurunan areal dan produksi di beberapa daerah tradisional lada
menjadi kelemahan. Meningkatnya konsumsi lada hitam dunia serta bertambahnya
konsumsi domestik lada merupakan peluang produksi primer lada. Naiknya pangsa
ekspor lada negara-negara pesaing (Vietnam) ancaman bagi Indonesia.

 Pengolahan Hasil dan Pasca Panen Lada

Adanya Muntok White Pepper dan Lampong Black Pepper yang diacu
Internasional menjadi keunggulan bagi subsistem pengolahan hasil. Standar kadar air,
kebersihan, keutuhan dan kemurnian yang rendah karena kurangnya pembinaan petani,
peralatan dan ketersediaan sarana menjadi faktor kelemahan. Permintaan pasar lada
terus meningkat dan produkproduknya seperti lada hijau, lada jingga, minyak lada,
oleoresin lada, bubuk lada adalah peluang berkembangnnya industri pengolahan hasil.
Ancaman berupa manipulasi kualitas sangat sering terjadi, sehingga Indonesia sering
mengalami klaim ekspor.

 Pemasaran dan Perdagangan Lada

Lada sebagai komoditas pasar terbuka merupakan keunggulan dalam pemasaran.


Keunggulan lain pangsa pasar lada Indonesia yang besar di dunia serta jaringan pasar
pada semua negara pengimpor lada. Kelemahan dari subsistem pemasaran lada terlihat
dari beberapa indikator adalah; struktur pasar yang oligopoli; informasi pasar dan
transparansi pembentukan harga; promosi produk yang lemah. Permintaan dan
diversifikasi produk sesuai dengan selera konsumen seperti lada hijau, lada jingga, lada
asalan dan acar lada merupakan peluang. Ancaman terhadap pemasaran dan perdagangan
lada adalah kebijakan tarif dan pajak ekspor.

 Kelembagaan dan Jasa Penunjang

Pengenalan dan pembelajaran yang didapat petani dalam kelembagaan KUD dan
KIMBUN merupakan keunggulan. Kinerja dari kelembagaan yang pernah ada yang
didirikan dan dibina oleh pemerintah merupakan kelemahan. Diperkenankannya
kelembagaan KUAT, Asosiasi Petani Lada serta sistem Agribinis Korporasi Terpadu
merupakan peluang dalam subsistem kelembagaan. Globalisasi dan konglomerasi yang
tidak terkendali akan merupakan ancaman bagi kelembagaan agribisnis lada nasional.

2.3 Subsistem Agribisnis Komoditas Lada


 Subsistem Hulu

Petani pada umumnya tidak menggunakan varietas unggul karena tidak tersedia.
Dengan “stock seed” yang ada serta tersedianya tenaga ahli dan teknis memungkinkan
industri bibit dapat berdiri. Secara ekonomis tiap tahun dibutuhkan 62,5 juta bibit
dengan volume usaha 125 milyar rupiah. Ketergantungan petani pada agro input yang
kurang efisien telah terjadi, suatu pemecahan adalah melalui industri “bleeding” pupuk,
penggunaan pupuk organik (biofertilizer), subsitusi obat kimia dengan industri pestisida
nabati (biopestisida). Rendahnya pendapatan karena kecilnya nilai tambah, strateginya
melalui industri alat dan mesin pertanian dengan jaringan distribusinya, konsep ini
sangat strategis ke depan.
 Subsistem Produksi

Pada bidang produksi mencakup (1) penumbuhan pusat agribisnis lada, (2)
peralihan input luar tinggi ke input luar rendah, (3) pemakaian bibit unggul, (4)
pengendalian hama dan penyakit, (5) pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT.
Penumbuhan pusat agribisnis lada mengacu kepada kaedah keuntungan komparatif dan
keuntungan bersaing, dalam arti lada harus dikembangkan pada daerah-daerah yang
sesuai, sangat sesuai dan sesuai. Teknologi budidaya lada dapat digolongkan atas
teknologi input luar tinggi dan input luar rendah (Coen, et. al., 1999). Dengan teknologi
input luar rendah biaya produksi lebih rendah, penebangan hutan akan terhindari,
kesuburantanah akan tetap terjaga. Dalam upaya peningkatan efisiensi dan
produktivitas lada terutama di sentra produksi, penggunaan varietas unggul, penyediaan
bibit yang cukup serta percontohan (demplot) didaerah pertanaman lada. Hama dan
penyakit cukup banyak, yang sangat ditakuti petani penyakit Busuk Pangkal Batang
(BPB). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat telah merekomendasi paket
penanggulangan BPB dan strateginya adalah melalui program penanggulangan hama
dan penyakit terpadu.

 Subsistem Pengolahan Hasil

Mencakup perbaikan mutu dan kualitas serta diversifikasi produk. Standar mutu
dan kualitas lada Indonesia yang di kenal dengan “Munthok White Pepper dan
Lampong Black Pepper” dijaga dan dipertahankan. Standar ini dicirikan atas kadar air,
warna, bau, serangan hama dan lainnya. Strateginya komponen dari standar ini dapat
dipertahankan dan menjadi lebih baik melalui tindakan-tindakan agronomis dan pasca
panen. Menurut Nurdjanah (1996) diversifikasi produk dapat merubah permintaan
menjadi lebih elastis untuk meningkatkan daya serap pasar.

 Subsistem Pemasaran Lada

Efisiensi tataniaga lada hitam lebih tinggi dan bagian harga yang diterima petani
85%, hal ini terjadi karena koordinasi vertikal sistem agribisnis lada hitam lebih
baik.Sebaliknya pada lada putih ketergantungan petani pada pemodal (pengumpul)
sangat besar sehingga berdampak terjadinya “contract farming” secara
tersembunyi.Kurangnya informasi pasar ditandai oleh lemahnya integrasi harga di
tingkat eksportir dengan petani (Djulin dan Malian, 2005). Strateginya peningkatan
intensitas informasi pasar melalui media yang dapat menjangkau petani. Negara-negara
yang mempunyai net impor dibawah 100 gram/kapita (Chandra dan Wahyudi)
berpeluang menjadi pasar baru.Strateginya promosi pasar baik melalui kantor kedutaan
maupun kelembagaan lain.

 Subsistem Kelembagaan Petani.

Pemberdayaan petani secara individu dan kelompok harus ditumbuhkan, lembaga


KUAT (Kelembagaan Usaha Agribisnis Terpadu) secepatnya didorong untuk didirikan
dan dikembangkan. Kelembagaan lain yang sudah ada bersama pemerintah daerah
dapat mendorong maksud tersebut di atas. Peran IPC (International Pepper Community)
di mana Indonesia menjadi anggotanya dan mempunyai ʺhead quarterʺ di Indonesia
seyogyanya ikut berperan dalam pembinaan petani lada. Keberadaan koperasi di
masyarakat perladaan sangat strategis, baik sebagai organisasi pemasaran maupun
sebagai organisasi pembiayaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis
tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi pepper
oil, jenis lada yang umum dikenal orang-orang yaitu adalah jenis lada putih dan lada hitam.
Bagi Indonesia, prospek pengembangan lada masih cukup besar peluangnya mengingat
beberapa hal antara lain : Indonesia sudah sejak lama dikenal sebagai produsen utama lada
dunia yang diusahakan secara tradisional. Kontribusi lada Indonesia terhadap kebutuhan lada
dunia berkisar antara 23-36%, daya saing komoditas lada Indonesia cukup tinggi, potensi
pasar tradisional (dalam negeri) cukup besar yaitu dengan semakin berkembangnya usaha
makanan yang menggunakan bumbu dari lada serta minat masyarakat mulai berubah
menyukai lada sebagai rempah untuk penyedap masakan.

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai