Anda di halaman 1dari 13

PROFIL PRODUK HOMESTAY DI BALI

Mahasiswa Program Studi Manajemen Kepariwisataan Semester 7


Sekolah Tinggi Pariwisata Bali
mkpstp2014@gmail.com

ABSTRAK

Kementerian Pariwisata telah menetapkan homestay sebagai salah satu program priotitas tahun
2017. Homestay sejalan dengan konsep Community Based Tourism (CBT) dimana masyarakat
lokal sebagai pelaku utama. Homestay yang berkembang memiliki karakteristik yang berbeda-
beda di setiap daerahnnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil produk homestay di
Bali secara aktual. Pengumpulan data menggunakan instrument berupa checklist yang mengacu
pada ASEAN Homestay Standard tahun 2016. Terdapat tujuh kriteria diantaranya
accommodation, activities, management, location, hygiene & sanitation, safety & security, dan
marketing promotion. Data diperoleh dari 216 homestay yang tersebar di tiga kabupaten yakni:
Badung, Gianyar, dan Karangasem. Homestay yang menjadi objek dipilih dengan teknik
purposive sampling dengan syarat host tinggal di dalamnya atau memasang papan nama
homestay. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan pemilik homestay. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa homestay di tiga kabupaten didominasi oleh milik pribadi masyarakat lokal
dengan latar belakang profesi pemilik sebagian besar sebagai pengelola homestay dan pegawai
swasta. Homestay yang dijadikan objek belum banyak yang memiliki ijin usaha khusus
pariwisata dari pemerintah daerah. Dari tujuh kriteria yang dijadikan acuan, lima diantaranya
sudah terpenuhi dengan rata-rata persentase yang cukup baik diantaranya accommodation,
activities, management, location dan hygiene & cleanliness. Meskipun demikian terdapat
beberapa sub-kriteria dari kriteria diatas yang masih kurang seperti jenis arsitektur bangunan,
ketersediaan akivitas (Kabupaten Badung), guest comment record, akses transportasi umum,
dan pengolahan sampah (Kabupaten Gianyar dan Karangasem). Sedangkan pada kriteria safety
& security dan marketing promotion (khusus bagian online marketing) di ketiga kabupaten rata-
rata masih rendah.
Kata Kunci : Homestay, Community Based Tourism (CBT), Profil Produk, Bali.

ABSTRACT

The Tourism Ministry of Indonesia has made homestay as one of the top priority programs on
2017. Homestay has similar concept to Community Based Tourism (CBT) where local peoples
are the main actor. There are several types and characteristic of homestay in some different
places. This study aims to identify the profile of Bali’s homestay product in actual. The datas
collected by checklist based on ASEAN Homestay Standard on 2016 and observation along with
interview with homestay owner. There are seven criterias such as accommodation, activities,
management, location, hygiene & sanitation, safety & security, and marketing promotion. There
are 216 homestays as the object of this study in three different regencies: Badung, Gianyar and
Karangasem. These homestays selected by purposive sampling technic with requirement host
lives in the area or have signage written ‘homestay’ by the accommodation. The collected data
analysed by descriptive qualitative technic. The results showed that homestays in those three
regencies dominated by private ownership by local resident with most of the owner occupation
are homestay manager and professional. Some of these homestays have not hold licences
especially in running the business by the local tourism authority. Five out of the seven criterias
are in good percentages, which are accommodation, activities, management, location and
hygiene & cleanliness. However there are several sub-criteria that need improvement such as
building architeqture, activities availability (Badung Regency), guest comment record, public

1
transport access and waste management (Gianyar and Karangasem Regency). Meanwhile on
two other criterias safety & security and marketing promotion (especially on online marketing)
are in low percentage compared to other.
Keywords: Homestay, Community Based Tourism (CBT), Profile Product, Bali.

PENDAHULUAN
Presiden Joko Widodo telah menetapkan pariwisata sebagai salah satu dari lima
sektor unggulan atau sektor yang menjadi prioritas pembangunan di tahun 2017.
Presiden menargetkan pertumbuhan pariwisata nasional menjadi dua kali lipat pada
tahun 2019. Pada tahun yang sama pariwisata diharapkan memberikan kontribusi pada
PDB nasional sebesar 8%, devisa 280 triliun rupiah, menciptakan lapangan kerja di
bidang pariwisata sebanyak 13 juta orang, kunjungan wisman 20 juta orang, pergerakan
wisnus 275 juta orang dan indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di ranking 30
dunia (Kemenpar.go.id).
Pada tahun 2017 pemerintah merumuskan strategi pariwisata Indonesia yang
disusun pada Focus Group Discussion (FGD) Forwarpar di Jakarta dan menghasilkan
sepuluh program prioritas Kementerian Pariwisata, tiga teratas yaitu digital tourism (e-
tourism), homestay dan air accesibility. Pertumbuhan jumlah wisatawan harus diiringi
dengan ketersediaan akomodasi yang salah satunya adalah homestay. Kementerian
Pariwisata telah menargetkan pembangunan seratus ribu homestay di desa wisata hingga
tahun 2019. Menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No 9 Tahun
2014, pondok wisata atau homestay adalah suatu usaha dalam bidang akomodasi berupa
bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk
disewakan dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari pemiliknya, untuk jangka waktu tertentu dengan perhitungan
pembayaran harian. Konsep ini juga dikenal dengan istilah home sharing. Keberadaan
homestay di Indonesia yang kini menjadi salah satu program prioritas sejalan dengan
konsep Community Based Tourism (CBT), dimana prinsip CBT menurut Darmawi
(2010) adalah menempatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama dan pemberdayaan
masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga pemanfaatan
kepariwisataan sebesar-besarnya diperuntukan bagi masyarkat lokal.
FGD Forwarpar tahun 2017 menargetkan pembangunan homestay yang sesuai
dengan destinasi pariwisata prioritas yang disusun oleh Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia. Sebagai tambahan, penyebaran homestay juga ditargetkan pada
destinasi branding yaitu Banyuwangi dan Makassar serta destinasi utama Indonesia
yakni Bali. Sebagai destinasi unggulan Bali telah berkembang pesat terutama dalam
sektor pariwisata yang salah satunya adalah beragamnya jenis akomodasi yang
ditawarkan. Salah satu bentuk akomodasi yang kini sedang diminati oleh wisatawan
adalah home sharing. Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan bahwa ketertarikan
wisatawan terhadap home sharing mengalami kenaikan dari 10% (2016) menjadi 15%
(2020) di kota-kota besar di dunia. Pada wilayah Asia Tenggara, trend nya juga naik
dari 2% (2016) menjadi 5% (Hutabarat, 2017).

2
Dalam klasifikasi jenis akomodasi, homestay atau pondok wisata termasuk
dalam akomodasi hotel non-bintang dan akomodasi lainnya. Dari beberapa jenis
akomodasi yang ada, berikut merupakan data jumlah kamar hotel non-bintang dan
akomodasi lainnya yang tersedia di setiap kabupaten di Provinsi Bali.
Tabel 1. Jumlah Kamar Hotel Non-bintang dan Akomodasi
Lainnya di Provinsi Bali Periode Tahun 2013 – 2015
Kabupaten/Kota 2013 2014 2015
Jembrana 722 793 780
Tabanan 1.066 1.185 1.116
Badung 9.797 10.168 10.863
Gianyar 3.615 3.702 3.725
Klungkung 784 785 888
Bangli 247 273 254
Karangasem 1.924 2.07 2.273
Buleleng 2.347 2.426 2.272
Denpasar 5.511 5.451 6.546
Provinsi 26.013 26.853 28.717
Sumber : Badan Pusat Statistika Bali, 2017
Dari Tabel 1 diketahui jumlah kamar hotel non-bintang di Bali cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya dan peningkatan jumlah yang stabil pada
Kabupaten Gianyar, Badung dan Karangasem. Dari paparan di atas, peneliti
menganggap perlu dilakukannya pengkajian lebih mendalam mengenai profil homestay
terhadap produk yang ada di dalamnya. Selain untuk mendukung program pemerintah
mengenai homestay sebagai prioritas, penelitian juga penting untuk mengetahui dan
mengidentifikasi profil produk homestay di Bali secara aktual dengan memilih tiga
kabupaten dengan jumlah akomodasi non-bintang tertinggi sebagai lokasi studi yaitu
Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Karangasem dengan
karakteristiknya masing – masing. Melalui penelitian mengenai profil produk homestay
diharapkan mampu menghasilkan rekomendasi untuk stakeholder terkait guna
pengembangan homestay dimasing – masing daerah kedepannya. Sebagai acuan
pengumpulan data dilapangan, peneliti menggunakan ASEAN Homestay Standard yang
terdiri dari tujuh kriteria accommodation, activities, management, location, hygiene &
cleanliness, safety & security, dan marketing promotion. Pada setiap kriteria terdiri dari
beberapa sub-kriteria dengan jumlah yang berbeda dan sudah disesuaikan.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sri Mulyani (1983:1) profil adalah pandangan sisi, garis besar atau
biografi dari diri seseorang atau kelompok yang memiliki usia yang sama. Menurut
Hasan Alwi (2005:40) profil adalah pandangan mengenai seseorang. Menurut Kotler &
Keller (2009:4) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk
memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman,
acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, serta gagasan.
Homestay atau yang biasa disebut dengan pondok wisata merupakan suatu usaha
dalam bidang akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya
dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan memberikan kesempatan pada

3
wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya, untuk jangka
waktu tertentu dengan perhitungan pembayaran harian. (Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif No. 9 Tahun 2014).
“An alternative tourism where tourist will stay with the host’s family in the same
house and will experience the everyday way of life of the family and the local
community” ASEAN Homestay Standard (2016).
Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa homestay merupakan sebuah
pariwisata alternatif dimana wisatawan tinggal bersama dengan tuan rumah sekaligus
untuk dapat merasakan kehidupan sehari-hari dari keluarga dan masyarakat setempat.
ASEAN Homestay Standard telah menetapkan beberapa kriteria untuk sebuah homestay
yang diadaptasi dengan kondisi homestay di Indonesia sehingga didapatkan kriteria
yaitu accommodation, activities, management, location, hygiene & cleanliness, safety &
security dan marketing promotion.

METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini yaitu usaha akomodasi berupa homestay atau
sejenisnya dengan syarat terdapat host yang tinggal di dalamnya atau memasang papan
nama ‘homestay’. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Badung (Badung Selatan),
Kabupaten Gianyar (Kecamatan Ubud) dan Kabupaten Karangasem (Kecamatan
Sidemen, Tulamben, Amed dan Padangbai). Sebanyak 72 checklist disebarkan untuk
mengidentifikasi profil homestay di masing-masing Kabupaten. Waktu pengumpulan
data dilakukan selama satu bulan dimulai pada tanggal 28 Agustus – 28 September
2017.
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif yang berasal dari data
primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode yaitu (1) observasi
dengan melakukan tinjauan langsung ke lokasi penelitian, (2) wawancara dengan
pemilik atau pengelola homestay, (3) dokumentasi untuk mendapatkan data berupa
gambar, rekaman dan video. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif
kualitatif dengan instrumen penelitian berupa checklist.

PEMBAHASAN
Profil Pemilik Homestay di Bali
Pada penelitian ini, profil pemilik homestay terdiri dari status kepemilikan,
pekerjaan utama pemilik, asal pemilik dan terkait dengan kepemilikan ijin khusus
beroperasinya homestay.
Tabel 2. Status Kepemilikan Homestay di Bali
Kabupaten Pribadi Persentase Sharing Persentase
Badung 70 97% 2 3%
Gianyar 60 83% 12 17%
Karangasem 71 99% 1 1%
Sumber: Tourism Field Study, 2017 (Data diolah)
Kepemilikan homestay baik di Kabupaten Badung, Gianyar dan Karangasem
didominasi oleh milik pribadi seperti pada Tabel 2. Kepemilikan pribadi yang dimaksud

4
yaitu homestay dimiliki dan dikelola oleh satu kepala keluarga. Terdapat berbagai
macam latar belakang profesi utama pemilik seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Pekerjaan Utama Pemilik Homestay di Bali
Kabupaten
Jenis Pekerjaan
Badung Gianyar Karangasem
Pengelola Homestay 28 % 53 % 44 %
Pegawai Negeri Sipil 7% 14 % 6%
Wiraswasta 21 % 18 % 21 %
Pegawai Swasta 33 % 15 % 13 %
Lainnya 11 % 0% 17 %
Jumlah 100 % 100 % 100 %
Sumber : Tourism Field Study, 2017 (Data diolah)
Dari Tabel 3 diatas dapat diketahui pekerjaan utama dari pemilik homestay di
Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Karangsem didominasi sebagai pengelola homestay
sehingga diketahui mayoritas pemilik homestay memanfaatkan usaha homestay sebagai
sumber penghasilan utamanya. Disisi lain, masih terdapat beberapa pemilik homestay
yang menjadikan homestay sebagai sumber penghasilan sampingan seperti yang terjadi
di Kabupaten Badung dengan pekerjaan utama pemilik homestay didominasi oleh
pegawai swasta. Dilihat dari status kepemilikannya, homestay diketiga kabupaten secara
dominan dimiliki oleh masyarakat lokal atau asli Bali.
Beberapa Kabupaten di Bali seperti Badung dan Gianyar telah memiliki
peraturan bupati yang mengatur jenis usaha akomodasi homestay atau pondok wisata.
Dalam peraturan tersebut tertulis kualifikasi maupun syarat – syarat terkait dengan
pembuatan Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP). Dari hasil penelitian di lapangan
dapat diketahui persentase homestay yang telah memiliki izin usaha sesuai dengan
peraturan yang ada seperti yang ditujukan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Kepemilikan Izin Usaha Khusus Homestay di Bali
Belum
Kabupaten Memiliki Persentase Persentase
Memiliki
Badung 6 8% 66 92%
Gianyar 30 42% 42 58%
Karangasem 34 47% 38 53%
Sumber : Tourism Field Study, 2017 (Data diolah)
Dari Tabel 4 di atas diketahui homestay di tiga kabupaten masih di dominasi
oleh homestay yang belum memiliki izin usaha khusus. Menurut keterangan pemilik
homestay yang menjadi narasumber di Kabupaten Badung, izin usaha yang dilakukan
sampai saat ini hanya sebatas mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan laporan
kepemilikan kepada Kepala Desa setempat. Sedangkan di Kabupaten Gianyar, homestay
yang dijadikan objek penelitian sudah memiliki IMB dan ijin usaha namun dengan
persentase yang masih rendah. Penuturan pemilik dan Kepala Dinas Pariwisata Gianyar
menjelaskan minimnya izin usaha dikarenakan tanah tempat bangunan merupakan
pemberian Puri Ubud atau tanah ayahan desa dan hanya pihak puri yang bisa
mensertifikatkan. Sertifikat tanah merupakan salah satu syarat mendapatkan TDUP
sesuai Peraturan Bupati Gianyar No 42 Tahun 2016 tentang Penataan dan Pengendalian
Usaha Akomodasi Pariwisata. Sementara itu di Kabupaten Karangasem belum terdapat

5
peraturan khusus mengenai homestay sehingga izin hanya sebatas IMB dan Izin
Pemanfaatan Ruang (IPR).

Profil Produk Homestay di Bali


Pada penelitian ini profil produk homestay mengacu pada ASEAN Homestay Standard
tahun 2016 yang terdiri dari Accomodation, Activity, Management, Location, Hygine &
Cleanliness, Safety & Security, dan Marketing Promotion.

Accomodation
Kriteria accommodation terdiri dari beberapa sub-kriteria yang dapat dilihat pada tabel-
tabel dibawah ini.
Tabel 5. Sub-kriteria Accomodation Homestay di Bali
Tidak
Kabupaten Tersedia Persentase Persentase
Tersedia
Rumah Pemilik
Badung 66 92% 6 8%
Gianyar 71 99% 1 1%
Karangasem 59 82% 13 18%
Dapur
Badung 56 78% 16 22%
Gianyar 43 60% 29 40%
Karangasem 47 65% 25 35%
Wi-Fi
Badung 69 96% 3 4%
Gianyar 66 92% 6 8%
Karangasem 60 83% 12 17%
Sumber : Tourism Field Study, 2017 (Data diolah)
Dari Tabel 5 diatas diketahui homestay yang ada di tiga kabupaten mayoritas
dihuni juga oleh tuan rumah (host) di dalam areal yang sama. Hal ini telah sesuai
dengan definisi homestay atau pondok wisata yang tertera pada Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No 9 Tahun 2014. Dapur yang ada merupakan dapur
yang dimiliki oleh tuan rumah dan dapat digunakan oleh tamu yang menginap. Seluruh
kamar tidur sudah memiliki kamar mandi masing-masing di dalamnya. Homestay yang
berkembang saat ini sebagian besar telah menyediakan fasilitas penunjang berupa Wi-Fi
yang dapat diakses tamu secara gratis.
Dalam kriteria accommodation pada ASEAN Homestay Standard terdapat sub-
kriteria jumlah kamar tidur yang harus tersedia dalam sebuah homestay di Indonesia dan
telah diatur dalam peraturan. Berdasarkan peraturan pemerintah telah ditetapkan jumlah
kamar tidur minimal dan maksimal untuk homestay. Tabel dibawah ini menujukkan
jumlah kamar tidur homestay di tiga kabupaten.
Tabel 6. Jumlah Kamar Tidur Homestay di Bali
Kabupaten
Jumlah
Badung Gianyar Karangasem
1-5 23 32% 42 58% 49 68%
6 - 10 19 26% 25 35% 15 21%
> 10 30 42% 5 7% 8 11%
Total 72 100% 72 100% 72 100%
Sumber: Tourism Field Study, 2017 (Data diolah)

6
Dari Tabel 6 diatas diketahui Kabupaten Gianyar dan Karangasem masih
didominasi oleh homestay yang memiliki 1 – 5 kamar. Sedangkan di Kabupaten Badung
didominasi oleh homestay yang memiliki lebih dari 10 kamar. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2014 tertulis dalam aspek
produk terdapat unsur bangunan rumah tinggal yang memiliki paling sedikit satu kamar
dan paling banyak lima kamar yang khusus untuk disewakan. Keadaan ini menunjukkan
masih terdapat homestay yang tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan
pemerintah terutama pada jumlah kamar untuk disewakan.
Dari hasil observasi di lapangan, dapat diketahui bahwa homestay yang
berkembang saat ini lebih banyak menggunakan arsitektur bangunan non-tradisional
khusunya di Bali. Tabel dibawah ini menunjukkan data homestay di tiga kabupaten
untuk sub-kriteria jenis arsitektur bangunan :
Tabel 7. Jenis Arsitektur Bangunan Homestay di Bali
Arsitektur
Kabupaten Non
Tradisional Persentase Persentase
Tradisional
Badung 23 32% 49 68%
Gianyar 35 49% 37 51%
Karangase
27 37% 45 63%
m
Sumber : Tourism Field Study, 2017 (Data diolah)
Jenis arsitektur bangunan yang diamati adalah kamar atau bangunan yang
dijadikan sebagai kamar tamu. Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui bangunan
homestay yang ada di ketiga kabupaten lebih didominasi oleh arsitektur bangunan non-
tradisional dan cenderung minimalis. Hal tersebut memunculkan indikasi bahwa
terdapat perubahan trend model bangunan homestay yang lebih simple dan lebih hemat
biaya dan juga waktu dalam mendirikannya.

Activities
Dalam ASEAN Homestay Standard tertulis kriteria activity yang memiliki
tujuan untuk “encourage interactive participation between the local community and
guest” dengan kata lain melalui aktivitas yang ada di dalam homestay mampu
mendorong partisipasi yang lebih interaktif antara pemilik homestay dengan wisatawan
yang menginap. Berikut merupakan data mengenai ketersediaan aktivitas homestay.
Tabel 8.
Tidak
Kabupaten Tersedia Persentase Persentase
Tersedia
Badung 20 28% 52 72%
Gianyar 54 75% 18 25%
Karangasem 63 88% 9 13%
Sumber : Tourism Field Study, 2017 (Data diolah)
Ketersediaan Aktivitas Homestay di Bali
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa homestay yang berada di Kabupaten
Badung memiliki persentase terendah dalam ketersediaan aktivitas. Terdapat berbagai
jenis aktivitas yang berbeda di setiap homestay di masing-masing kabupaten. Kabupaten
Badung jenis aktivitas yang ditawarkan kebanyakan berhubungan dengan surrounding

7
activities dimana salah satu contohnya pemilik homestay mengajak wisatawan untuk
melakukan aktivitas bahari seperti water sport, wisata pantai dan mengunjungi pura.
Seperti halnya di Badung, aktivitas yang ditawarkan pemilik homestay di Kabupaten
Gianyar juga didominasi oleh surrounding activities dan village & community based
activities. Pemilik melakukan kerjasama dengan street agency untuk kegiatan yang
tidak dapat diatur sendiri oleh pemilik. Kegiatan rumahan (in-house activity) yang
sering ditawarkan adalah cooking class dan mejejaitan dan dilakukan sendiri oleh
pemilik. Sedangkan di Kabupaten Karangasem aktivitas yang tersedia didominasi oleh
kegiatan village and community based activities dimana pemilik homestay menjadi
media penghubung antara wisatawan dengan local enterprises setempat seperti
penyewaan alat snorkeling, diving dan fast boat.

Management
Mengelola suatu usaha akomodasi memerlukan manejemen dalam menjalankan
setiap kegiatan operasional di dalamnya. Berikut merupakan beberapa bagian dari
kriteria manajemen yang ditemui saat observasi di lapangan.
Tabel 9. Sub-kriteria Management Homestay di Bali
Tidak
Kabupate Memili Persenta Persenta
Memili
n ki se se
ki
Sistem Pencatatan Tamu
Badung 65 90% 7 10%
Gianyar 64 89% 8 11%
Karangase
64 89% 7 11%
m
Guest Comment Record
Badung 51 71% 21 29%
Gianyar 39 54% 33 46%
Karangase
34 47% 38 53%
m
Karyawan
Badung 52 72% 20 28%
Gianyar 47 65% 25 35%
Karangase
66 92% 6 8%
m
Sumber: Tourism Field Study,2017 (Data diolah)
Sistem pencatatan tamu yang dilakukan sebagian besar masih secara manual
dengan buku tamu, namun beberapa homestay sudah menggunakan bantuan komputer
seperti yang ditemui di Kabupaten Badung. Sedangkan sarana guest comment dapat
berupa online review di situs online yang memiliki kerjasama dengan homestay
terutama situs booking. Selain online review masih terdapat beberapa homestay yang
menyediakan kertas untuk menuliskan kritik dan saran ketika tamu checkout. Kini
pemilik homestay sudah banyak yang mempekerjakan karyawan untuk membantu
kegiatan operasional. Karyawan yang bekerja merupakan karyawan lokal maupun non-
lokal. Karyawan lokal yang dimaksud adalah orang yang masih berasal dari wilayah
kabupaten dan non-lokal adalah karyawan yang berasal dari daerah luar kabupaten.

8
Location
Akses merupakan sebuah hal yang cukup penting untuk sebuah akomodasi.
Homestay dengan papan nama dan dapat diakses dengan transportasi umum
memberikan kemudahan kepada wisatawan. Berikut merupakan data ketersediaan papan
nama dan akses transportasi umum pada homestay di tiga kabupaten.
Tabel 10. Sub-kriteria Location Homestay di Bali
Tidak
Tersedi Persentas
Kabupaten Persentase Tersedi
a e
a
Papan Nama/Signage
Badung 72 100% 0 0%
Gianyar 72 100% 0 0%
Karangase
70 97% 2 3%
m
Transportasi Umum Menuju Homestay
Badung 24 33% 48 67%
Gianyar 52 72% 20 28%
Karangase
5 7% 67 93%
m
Sumber: Tourism Field Study 2017 (Data Diolah)
Papan nama homestay sudah tersedia dengan baik dan jelas di tiga kabupaten.
Ketesediaan transportasi umum yang masih minim diakibatkan karena jalan akses yang
tidak memadai atau tidak adanya jalur transportasi umum dan masih kurangnya jumlah
transportasi umum terutama di Kabupaten Karangasem.

Hygiene and Cleanliness


Kebersihan merupakan salah satu faktor pendukung kenyamanan wisatawan saat
menginap di suatu akomodasi. Berikut merupakan data mengenai kriteria hygiene and
cleanliness di masing- masing kabupaten:
Tabel 11. Ketersediaan Pengolalaan Sampah Homestay di Bali
Tidak
Kabupaten Tersedia Persentase Persentase
Tersedia
Badung 41 57% 31 43%
Gianyar 29 40% 43 60%
Karangasem 24 33% 48 67%
Sumber: Tourism Field Study 2017 (Data diolah)
Pengelolaan sampah yang dilakukan pada homestay di tiga kabupaten masih
sebatas pemilahan sampah organic dan anorganic. Homestay di Kabupaten Badung dan
Karangasem pengelolaan sampah telah didukung oleh beberapa desa. Seperti halnya di
Badung dan Karangasem, pengelolaan sampah homestay di Gianyar sudah didukung
oleh desa dan terdapat organisasi khusus seperti Rumah Kompos di Desa Padang Tegal
Ubud. Organisi ini mengolah sampah yang sudah di pisahkan oleh warga ataupun
industri pariwisata di wilayah Padang Tegal Ubud berdasarkan jenisnya dan selanjutnya
akan di daur ulang kembali.

Safety and Security

9
ASEAN Homestay Standard berisi hal – hal yang diperlukan untuk menciptakan
rasa aman dan antisipasi keadaan darurat baik tamu atau host diperlukan beberapa hal.
Berikut merupakan hasil olahan data pada sub-kriteria safety dan security adalah
sebagai berikut.

Tabel 12. Sub-Kriteia Safety and Security pada Homestay di Bali


Tidak
Kabupaten Tersedia Persentase Persentase
Tersedia
Fire Extinguisher
Badung 19 26% 53 74%
Gianyar 11 15% 61 85%
Karangasem 12 17% 60 83%
Petugas Keamanan
Badung 35 49% 37 51%
Gianyar 1 1% 71 99%
Karangasem 13 18% 59 82%
Kotak P3K
Badung 45 63% 27 38%
Gianyar 58 81% 14 19%
Karangasem 29 40% 43 60%
Sumber: Tourism Field Study, 2017 (Data diolah)
Berdasarkan penuturan dari beberapa pemilik homestay ketidaktersediaan alat
pemadam kebakaran tidak mengurangi rasa antisipasi terhadap kebakaran karena telah
mengetahui cara lain untuk menanggulangi terjadinya kebakaran. Hal yang sama juga
diungkapkan terkait petugas keamanan dimana secara tidak langsung anggota keluarga
menjadi petugas keamanan. Ketersediaan kotak P3K dalam homestay sudah terbilang
cukup memadai di Kabupaten Badung dan Gianyar dibandingkan dengan di Kabupaten
Karangasem.

Marketing and Promotion


Sebagai sebuah usaha akomodasi, homestay memerlukan kerjasama dengan
pelaku industri lainnya untuk terus dapat bersaing. Homestay sebagai salah satu sumber
pendapatan sudah sepatutnya menetapkan biaya menginap atau room rate yang jelas.
Homestay di Kabupaten Badung mematok harga antara Rp 150.000,00 sampai Rp
500.000,00. Sedangkan di Kabupaten Gianyar harga berkisar antara Rp 200.000,00
sampai dengan Rp 300.000,00 dan di Karangasem mulai dari Rp 100.000,00 sampai
dengan Rp 400.000,00. Sebagian besar harga tersebut merupakan harga per kamar per
malam.
Tabel 13. Rekan Kerjasama dan Online Marketing Homestay di Bali
Kabupaten Jenis Tersedia Tidak Tersedia
Website 13 18% 59 82%
Social Media 29 40% 43 60%
Badung
Online Travel Agent 51 71% 21 29%
Travel Agent 2 3% 70 97%
Gianyar Website 18 25% 54 75%
Social Media 35 49% 37 51%

10
Online Travel Agent 63 88% 9 13%
Travel Agent 2 3% 70 97%
Website 8 11% 64 89%
Social Media 35 49% 37 51%
Karangasem
Online Travel Agent 55 76% 17 24%
Travel Agent 4 6% 68 94%
Sumber: Tourism Field Study, 2017 (Data diolah)
Rekan kerjasama sangat diperlukan sebagai sarana pengenalan produk dan
promosi. Homestay yang menjadi objek penelitian di tiga kabupaten cenderung memilih
melakukan kerjasama dengan Online Travel Agent (OTA) berupa situs booking dan
online market place dibandingkan travel agent seperti pada Tabel 13. Pemilik mengaku
bahwa penjualan kamar meningkat jika dilakukan melalui OTA dibandingkan melalui
travel agent. OTA yang paling sering digunakan adalah booking.com, agoda.com dan
online market place yang salah satunya adalah airbnb.com. Adapun beberapa travel
agent yang menjalin kerjasama dengan homestay yang ada di Bali adalah Pacto, Bali
Circuit, Bali Hot Romo, Gever Asean, dan Happy Trail. Walaupun demikian, masih
terdapat beberapa homestay yang tidak bekerjasama dengan OTA ataupun Travel Agent
dengan alasan masih memaksimalkan walk in guest dan repeater guest.
Perkembangan teknologi di era digital semakin pesat dan cepat. Internet menjadi
sumber informasi tercepat, mudah, dan murah dalam menemukan berbagai jenis
informasi tanpa terkecuali dalam mencari akomodasi. Hal ini menjadi peluang yang
bagus untuk pengembangan sebuah bisnis. Berikut adalah data dari tiga kabupaten
jumlah homestay yang sudah melakukan online marketing.
Pemilik homestay lebih memilih media online berupa media sosial dibandingkan
website. Biaya yang murah dan jumlah pengguna media sosial yang tinggi menjadi
salah satu alasan untuk melakukan marketing product atau promosi. Media sosial yang
paling sering dipilih adalah facebook dan instagram. Informasi yang dibagikan biasanya
berupa foto, lokasi, fasilitas dan kelebihan lainnya yang dapat dinikmati oleh tamu yang
menginap. Namun demikian persentase homestay yang tidak menggunakan online
marketing masih cukup tinggi.

SIMPULAN
Homestay di Kabupaten Badung, Gianyar dan Karangasem merupakan usaha
dari masyarakat lokal yang sebagian besar menjadi sumber penghasilan utama.
Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar telah memiliki peraturan khusus yang
mengatur tentang homestay. Berdasarkan kriteria accommodation diketahui bahwa
sebagian besar homestay yang ada di tiga kabupaten telah memiliki rumah pemilik
didalamnya, dapur keluarga yang boleh digunakan tamu, fasilitas Wi-Fi gratis, dan
arsitektur bangunan yang minimalis. Jumlah kamar homestay di Gianyar dan
Karangasem didominasi antara 1-5 kamar sedangkan di Badung sebagian besar melebihi
10 kamar. Ditinjau dari aspek activity diketahui bahwa sebagian besar homestay telah
menawarkan berbagai macam kegiatan sesuai potensi disekitarnya. Aktivitas yang
berkaitan dengan kegiatan pemilik sehari-hari masih ditangani secara langsung oleh
pemilik dan selainnya diberikan kepada agent atau pihak lain yang sudah bekerjasama
dengan pemilik. Dari kriteria management dapat diketahui bahwa sebagian besar

11
homestay sudah melakukan pencatatan tamu, menyediakan sarana guest comment online
atau manual dan sudah mulai memiliki karyawan untuk kegiatan operasional. Pada
kriteria location hampir seluruh homestay sudah memiliki papan nama dan masih
terdapat beberapa lokasi yang tidak terjangkau transportasi umum karena minimnya
jalur dan jumlah kendaraan umum. Homestay yang ada sudah mulai melakukan
pemilahan jenis sampah dengan bantuan desa atau organisasi terkait di sekitarnya.
Ditinjau dari kriteria safety and security dapat diketahui bahwa sebagai besar homestay
di ketiga lokasi masih minim akan tingkat antisipasi keadaan darurat namun tidak
mengurangi tujuan kriteria. Homestay di tiga lokasi penelitian berdasarkan kriteria
marketing and promotion cenderung memilih bekerjasama dengan online travel agent
(OTA) dibandingkan travel agent dan hanya sebagian kecil yang memanfaatkan website
dan sosial media dalam mempromosikan homestay.

SARAN
Untuk Pemilik Homestay:
1. Menciptakan dan menawarkan in-house activity berupa kegiatan sehari – hari untuk
lebih memberikan kesan diffrensiasi produk antara homestay dengan jenis akomodasi
lainnya.
2. Setiap pemilik homestay sebaiknya lebih meningkatkan kesadaran untuk menjaga
lingkungan agar tercipta kenyamanan baik bagi pemilik homestay maupun tamu yang
menginap.
3. Memaksimalkan promosi dan penyebaran informasi homestay melalui online
marketing seperti menggunakan website dan social media.
4. Memperhatikan peraturan yang berlaku di daerah masing-masing terutama yang
berkaitan dengan homestay.
Untuk Pemerintah:
1. Mengkaji ulang peraturan yang telah ada dan lebih mempertimbangkan kondisi dan
keadaan homestay di masing – masing kabupaten (peraturan di kabupaten harus lebih
implementatif dan sesuai) dan aturan lebih konsisten.
2. Melakukan quality control pada homestay yang telah terdaftar dan mengeluarkan
surat akreditasi dalam upaya menjaga penilaian positif dari wisatawan.
Untuk Pelaku Indutri Pariwisata:
1. Untuk industry pariwisata diharapkan agar meningkatkan kerja sama dengan pemilik
homestay guna meningkatkan angka jumlah kunjungan di homestay.
2. Sebaiknya untuk online travel agent, menyediakan fitur-fitur untuk menunjukan
bahwa dalam suatu homestay terdapat in-house activity, untuk meningkatkan minat
wisatawan tinggal di homestay.

DAFTAR PUSTAKA
ASEAN. 2016. January. ASEAN Homestay Standard. The ASEAN Sekretariat.
Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional Balai Pustaka
Badan Pusat Statistik Bali 2017

12
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Gianyar Tahun 2016.
Darmawi. 2016. ”Community Based Tourism (CBT)”. (
http://www.indonesiacultureandtourism.com). Diakses pada 2 Oktober 2017.
Focus Group Disscussion Forwarpar. Jakarta, 2017
Hutabarat, Arifin. 2017. Newsletter Informasi Pemasaran Pariwisata. Jakarta: Pariwisata
Indonesia, Vol.8 No. 89 Thn. 2017 (Mei 2017)
Kotler, Philip &Keller, K.L 2009 Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 2. (Bob sabran.
Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
News, Sindo. 2017, 21 Mei. “Indonesia Siap Jadi Negeri 100 Ribu Home Stay” Edisi
No.12/VI/2017 yang terbit Senin (22/5/2017) (https://lifestyle.sindonews.com)
diakses pada 11 Agustus 2017.
News. 2017, 30 Maret. “Rakornas Kepariwisataan Triwulan I 2017 Sinergikan
Konektivitas Indonesia” terbit Kamis (30/3/2017) (http://www.kemenpar.go.id)
diakses pada 11 Agustus 2017.
Peraturan Bupati Gianyar Nomor 42 Tahun 2016 Tentang Penataan dan Pengendalian
Usaha Akomodasi Pariwisata
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia No. 9 Tahun
2014 Tentang Standar Usaha Pondok Wisata.
Sri Mulyani. (1983). Psikologi Pendidikan. Jakarta: IKIP Jakarta Press

13

Anda mungkin juga menyukai