Anda di halaman 1dari 11

Utami, Strategi Penguatan Kampung Go Green (3G).....

, Hal :97-106

STRATEGI PENGUATAN KAMPUNG GLINTUNG GO GREEN (3G) SEBAGAI


DESTINATION BRANDING OBYEK WISATA EDUKASI DI MALANG

Oleh : Ima Hidayati Utami*

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguatkan Kampung Glintung Go Green (3G) sebagai brand
destination dari obyek Wisata Edukasi yang ada di kota Malang, Jawa Timur.
Dengan mempergunakan pendekatan kualitatif, peneliti mengumpulkan data primer melalui
teknik wawancara mendalam, observasi, dan FGD dengan pengurus RW, dan pengurus RT.
sedangkan data sekunder dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kampung Glintung telah mendirikan
manajemen 3G untuk mengelola kampung wisata edukasi, membuat roadmap jangka pendek
selama tiga tahun, merumuskanvisi dan misi, dan telah menetapkan kampung wisata edukasi
sebagai destination brand. Namun, hasil temuan menunjukkan bahwa brand destination yang
dikembangkan perlu dikuatkan untuk meningkatkan jumlah pengunjung. Oleh karena itu,
peneliti bersama dengan pengurus manajemen 3G dan perwakilan masyarakat melakukan
lngkah berikut : 1) Merumuskan kembali elemen-elemen brand dengan memperbarui visi dan
misi, mengembangkan brand essence dan brand image; 2) Memperbarui logo sesuai konsep
yang diinginkan warga; 3) Membuat tagline sesuai konsep yang diusulkan warga; 4) membuat
media alternative kampanye berbentuk videoprofile dan media berbasis internet.

Kata-kata kunci : Glintung Go Green, kampung urban, destination brand

Abstract
This study aimed to strengthen Kampung Glintung Go Green (3G) as a brand destination of an
educational tourism object in Malang – East Java.
Employing a qualitative approach,the primary data were collectedthrough in-depth interview,
observasion, and FGD with Community Unit (RW) managements,Neighborhood Unit (RT)
managements, and 3G management. While the secondary data were collected fromrelated
documents.
The research findings showed that Kampung Glintung residents have developed
3Gmanagement to manage kampung educational tourism ; created short-term roadmap in three
years; formulated vision and mission; anddeveloped an education tourism destination brand.
Yet, thefindings indicated that the brand destination they created needed to be reinforced to get
more visitors. Therefore, the researcher workedtogether with 3G management and residents
representatives carried out the following steps: (1) reformulating brand elements by designing
new vision and mission, developing brand essence and brand image; (2) designing new logo
based on conceptsproposed by thecommunity ; (3) creating tagline based on the proposed
concept; (4) developing an alternative campaign media using video profile and internet-based
media.

Keywords: Glintung Go Green, urban kampung, destination branding

.
1. Pendahuluan Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota
Kampung Glintung merupakan sebuah Malang. Dihuni 1088 jiwa, yang terdiri dari 861
perkampungan tengah kota yang terletak di RW 23 penduduk berusia dewasa dan 227 jiwa berusia

________________________________________
*) Ima Hidayati Utami adalah dosen Universitas Brawijaya Malang
97
adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume : 11, Nomor : 1, Juli 2017, ISSN 1978-726X

balita, sebelum tahun 2012 Kampung Glintung telahmemilikitujuhsumurresapandanratusanbiopori


merupakan kampung padat penduduk yang denganberbagaiukuran
menjadi langganan banjir setiap musim hujan tiba. (www.glintunggogreen.com, diakses 10 Agustus
Untungnya, masalah banjir perlahan teratasi sejak 2017) dan lingkungannyapun tampak asri dengan
kampung ini menjadi binaan Universitas Brawijaya tanaman-tanaman yang ditanam dengan sistem
yang menginisiasi pembangunan biopori-biopori hidroponik, aquaponik, maupun organik. Di luar
dan sumur-sumur resapan pada tahun jendela, pagar-pagar rumah, loteng, dan di tembok-
2012.Keberhasilan pembangunan biopori dan tembok rumah bisa dilihat berbagai macam
sumur resapan, yang kemudian dinamai „Gemar‟ sayuran. Mulai dari sayur yang biasa ditemui
(Gerakan Menabung Air), selanjutnya mengilhami seperti bayam, kangkung, kacang panjang, kubis,
warga untuk melakukan perubahan terhadap seledri, buncis, gambas, markisa, hingga tanaman
lingkungan mereka agar lebih sehat dan layak huni. langka seperti lombok peninggalan Majapahit,
Dimotori oleh ketua RW 23,Bambang Irianto, pada bawang Dayak, bawang Korea, dan juga kentang
awal tahun 2013 warga sepakat untuk membuat rambat terlihat di kampung tersebut. Jika pada
gerakan penghijauan dengan menanam berbagai awalnya sayuran hanya sebagai konsumsi warga
jenis tanaman sesuai kemampuan, diutamakan RW 23 sendiri, saat ini sayuran organik sudah
sayur mayur dan tanaman obat. Berkat strategi mulai dimanfaatkan menjadi sebuah peluang
yang diterapkan Bambang Irianto dan dukungan bisnis. Berbagai penghargaan pun telah dicapai,
para warga, dalam waktu kurang dari dua tahun diantaranya adalah : Tahun 2016 menjadi juara dua
kampung Glintung telah masuk dalam 5 besar dalam Lomba Kelompok Tani se Kota Malang;
dalam lomba kampung hijau Kota Malang Tahun 2017 menjadi juara I lomba Green and
kampung. Jika pada awalnnya warga hanya Clean Campoong Award Kota Malang; Tahun
menghasilkan sayur untuk konsumsi sendiri, 2017 ditetapkan oleh Dirjen Otoda Kemendagri
selanjutnya sayuran organik yang dihasilkan telah sebagai pilot project penghijauan kampung di
dimanfaatkan menjadi peluang bisnis. tingkat nasional (www.glintunggogreen.co, diakses
Inovasi-inovasi dalam mengelola kampung 3 September 2107).
perkotaan hijau pun mulai dijadikan rujukan oleh Sebagai sebuah kampung wisata edukasi,
daerah-daerah lain. Pelancongdari luar negeri pun agar mampu bersaing dengan destinasi wisata
berdatangan, seperti:Jepang, Korea , Thailand, edukasi lainnya, kampung Glintung perlu
Australia, Inggris, Guangzhou dan Negara lainnya membangun persepsi positif yang membedakan
pun silih berganti berkunjung di tempatini.Potensi wisata edukasinya dengan obyek wisata sejenis
yang besar tersebut dimanfaatkan oleh pengelola linnya. Cai (2002, h. 723) mengatakan bahwa “the
kampung Glintung untuk mencanangkan Kampung core of destination branding is to build a positive
Glintung sebagai kampung wisata edukasi destination image that identifies and differentiates
semenjak tahun 2015. Kini Kampung Glintung the destination by selecting a consistent brand
98
Utami, Strategi Penguatan Kampung Go Green (3G)....., Hal :97-106

element mix (inti dari destination branding adalah seperangkat asosiasi merek yang dapat menjadi
membangun persepsi positif terhadap tujuan wisata tanda pengenal atau pembeda suatu lokasi dengan
yang mengidentifikasi dan membedakan tujuan menawarkan pengalaman berwisata yang
wisata tersebut dengan tujuan wisata lainnya mengesankan pada lokasi tersebut. Sementara
dengan cara memilih gabungan unsure merk/brand Kaplanidou mendefinisikan (2003, h. 2)
yang konsisten). Implikasinya, untuk memperoleh destination branding sebagai kombinasi atribut
destination image yang positif dari wisatawan sebuah daerah yang diwujudkan dalam satu konsep
maka pengelola kampung Glintung perlu membuat yang dapat menyampaikan identitas unik dan
desain, perencanaan, dan mengkomunikasikan kerakteristik lokasi yang berbeda dari
nama dan identitas dari destination brand yang kompetitornya.
dibuatnya.Kendati demikian, destination image Morgan & Pritchard (dalam Murfianti,
yang positif tidak bisa hanya diupayakan oleh satu 2010) menyarankan lima tahapan untuk melakukan
pihak saja, tetapi keterlibatan stakeholder dalam destination branding dalam merubah image sebuah
hal ini masyarakat dan kalangan akademisi juga daerah, yakni sebagai berikut:
penting dalam penciptaan strategi brand. 1. Market investigation, analysis and
Praktisi brand Reza Adhiatma (2014) strategic recommendations.
pendekatan top down dalam sebuah usaha Tahapan ini menurut Murfianti (2010)
membangun destination branding hampir selalu dilakukan kegiatan riset pemetaan potensi pasar,
dapat dipastikan gagal. Temuan di lapangan hal-hal apa saja yang dapat dikembangkan serta
menunjukkan bahwa pembangunan identitas, menyusun strategi. Hal tersebut menunjukan
nama dan pengelolaan reputasi Glintung sebagai bahwa fungsi dari kegiatan market investigation,
destinasi wisata dilakukan dengan pendekatan top analysis and strategic recommendation adalah
down yang dilakukan oleh BPPT dan manajemen untuk menemukan dan menyusun strategi apa saja
3G kepada warga kampungnya. Tujuan utama dari yang dapat dikembangkan oleh destinasi.
penelitian ini adalah untuk memperkuat 3G sebagai 2. Brand identity development
destination brand kampung wisata edukasi Brand identity menurut Morgan & Pritchard
berbasis lingkungan dengan cara mengakomodasi (dalam Murfianti, 2010), “Brand identity
keinginan publik internal dalam hal ini warga development dibentuk berdasarkan visi, misi dan
kampung Glintung dalam proses pembangunan 3G image yang ingin dibentuk daerah tersebut”.
sebagai brand destination. Konsep tersebut menunjukan bahwa tahap brand
identity development adalah tahap menentukan
2. Kajian Pustaka identitas daerah yang bersifat intagible yang
2.1. Destination Branding diperkenalkan kepada publik, untuk
Goeldner dkk dalam Iliachenko (2005, h. menggambarkan daerah tersebut.
4)mendefinisikan destination branding sebagai

99
adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume : 11, Nomor : 1, Juli 2017, ISSN 1978-726X

3. Brand launch and introduction: bentuk asosiasi yang merepresentasikan barang


communicating the vision. atau jasa tersebut. Brand identity dapat
Langkah selanjutnya setelah tagline dibuat merefleksikan produk dan jasa yang ditawarkan
adalah memperkenalkan brand, menurut Morgan lokasi destinasi.
& Pritchard (dalam Murfianti, 2010) menjelaskan 2). Brand essence atau brand soul : Konsep brand
bahwa brand launch dapat dilakukan melalui essence merupakan suatu hal yang dapat
berbagai media sebagai berikut, “media relations mewakili elemen emosional dan nilai brand
seperti advertising, direct marketing, personal tersebut.
selling, website, brochures, atau event organizer, 3). Brand character : Konsep brand character
film-makers, destination marketing organization menunjukkan hubungan antara pengalaman
(DMOs) serta journalist”. Tahapan ini merupakan berwisata para wisatawan dengan terbentuknya
tahap mengkomunikasikan brand melalui berbagai karakter merek.
media yang tersedia. 4). Brand personality : Merupakan seperangkat
4. Brand implementation. kepribadian merek yang sifatnya sama dengan
Tahap selanjutnya Morgan & Pritchard (dalam kondisi sentimentil yang dimiliki oleh manusia.
Murfianti, 2010) menjelaskan bahwa brand 5). Brand culture: Menunjukan bahwa budaya
implementation merupakan sutau usaha untuk pada merk merupakan serangkaian sistem nilai
mengintegrasikan semua pihak yang terlibat dalam yang saling terintegrasi satu sama lain, sehingga
pembentukan merek, sehingga destination dapat menggambarkan budaya pada kawasan
branding dapat berhasil. tersebut.
5. Monitoring, evaluation and review. 6). Brand image : Merupakan komponen utama
Tahap ini dijelaskan oleh Morgan & Pritchard pembentukan identitas merek yang mudah
(dalam Murfianti, 2010) sebagai sebuah usaha dikenali, sehingga konsumen dapat
untuk monitoring apakah ada penyimpangan, mengapresiasi merek tersebut.
kekurangan dan sebagainya. Hasil monitoring
tersebut kemudian dievaluasi dan di-review untuk 3. Metode Penelitian
perbaikan selanjutnya. Peneliti menggunakan pendekatan
2.2. Elemen Destination Branding kualitatif deskriptif untuk menggambarkan
Kaplanidou (2003, h. 3) menjelaskan karakteristik individu, situasi atau kelompok
bahwa branding bukan hanya merupakan merk, tertentu. Dalam hal ini, peneliti ingin
brandingmenggabungkan enam elemen yang menggambarkan proses pembentukan hingga
kemudian diformulasi menjadi sebuah konsep penguatan model 3G sebagai destination branding
destination brand. Elemen tersebut terdiri dari : berbasis lingkungan. Penelitian ini berfokus pada:
1). Brand identity : Konsep identity merupakan (1) pemetaan potensi kampung Glintung sebagai
serangkaian strategi yang diwujudkan dalam daerah tujuan wisata, (2) penguatan brand identity
100
Utami, Strategi Penguatan Kampung Go Green (3G)....., Hal :97-106

sesuai visi, misi yang ingin dibentuk masyarakat Universitas Brawijaya itu, kata Bambang,
Glintung, (3) pengkomunikasian brand melaui memberikan solusi membangun sumur-sumur
berbagai media, (4) pengimplementasian brand, resapan serta biopori untuk mencegah banjir di
(5) Monitoring dan evaluasi. kampung Glintung. Sistem kerja sumur resapan
Sumber data dalam penelitian ini terbagi dan biopori tersebut adalah menyerap air hujan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. yang sebelumnya selalu tergenang karena tidak ada
Data primer diperoleh melalui wawancara daerah resapan air di kampung Glintung.
mendalam dengan informan dan stakeholders Setelah sukses dengan sumur-sumur
terkait, observasi dan Focus Group Discussion biopori itu, Bambang memiliki ide untuk menyulap
(FGD). Sedangkan data sekunder didapat dari lahan sempit warga yang semula tidak produktif
buku, jurnal dan literatur-literatur, dan dokumen menjadi lahan produktif dengan inovasi
yang menunjang penelitian. hortikultura. Ide tersebut menurut Bambang
Untuk memastikan keabsahan data yang awalnya banyak mendapat tentangan dari warga.
diperoleh, maka peneliti melakukan analisis Komentar yang bernada pesimis juga sering
Triangulasi, yaitu menganalisis jawaban subjek diungkapkan warga ketika Bambang mengajak
dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris mereka melakukan penghijauan. Warga, kata
(sumber data lain) yang tersedia dan di-cross check Bambang, mulanya tidak yakin lahan yang sempit
dengan dokumen yang ada. Adapun analisis dapat diubah menjadi ahan yang produktif. Lewat
keabsahan data yang digunakan dalam penelitian pendekatan cultural dan social, melalui pengajian
ini dengan menggunakan triangulasi waktu dan rapat-rapat RT naupun RW, secara perlahan
(perubahan suatu proses dan perilaku manusia Bambang dapat mengubah mindset warga sehingga
dapat berubah setiap waktu sehingga observasi akhirnya mau memulai menanam tanaman di
tidak mungkin hanya satu kali). halaman rumah mereka.
Kini setelah hampir 4 tahun berselang,
4. Hasil dan Pembahasan lahan-lahan tidur di kampung Glintung telah
4.1. Konsep Branding Glintung Go Green berubah menjadi greenhouse-greenhouse yang
Berdasakan hasil wawancara denganketua ditanami beragam tanaman sayuran dengan system
RW 23, Bambang Irianto, diketahui bahwa stigma aquaponik. Takhan yaitu, beberapa rumah warga
bahwa kampung perkotaan selalu identik dengan yang berlantai dua juga ditanami tanaman sayuran
suasana kumuh, becek, bahkan menjadi langganan maupun tanaman obat. Agar semakin produktif,
banjir pernah lama disandang kampung Glintung. Bambang mengajak warga khususnya para
Tetapi, stigma tersebut mulai berubah setelah pengurus RT di lingkungannya untuk
dirinya bertemu dengan Dekan Fakultas Teknik mengembangkan konsep wisata edukasi dengan
Universitas Brawijaya Prof. Dr. Ir. Mohammad human resources empowerment, lahan hidroponik,
Bisri, MS. Dekan yang kini menjadi rektor lahan aquaponik, sumur biopori dan produk daur

101
adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume : 11, Nomor : 1, Juli 2017, ISSN 1978-726X

ulang sampah sebagai andalannya. Konsep tersebut dan aquaponik serta daur ulang sampah. Lalu tahap
sejalan dengan pendapat Hislop (2001) mengenai ketiga adalah membangun suprastruktur
branding sebagai sebuah proses untuk membentuk lingkungan yakni sumberdayamanusia yang akan
serangkaian asosiasi produk atau jasa perusahaan mengelola Glintung secara profesional.
yang menjadi pembeda. Bambang dan manajemen Hal-hal diatas menunjukkan bahwa bahwa
Glintung memberikan brand andalan wisata pihakmanajementelahmelakukanfungsi dari
kampungnya sebagai Glintung Go Green atau kegiatan market investigation, analysis and
disingkat 3G. strategic recommendation adalah untuk
menemukan dan menyusun strategi apa saja yang
4.2. Tahap Penguatan 3G Sebagai Destinantion dapat dikembangkan oleh kampungGlintung.
Branding
1). Market investigation, analysis and strategic 2. Brand identity development
recommendations. Brand identity menurut Morgan &
Dari hasil pengamatan dan wawancara Pritchard (dalam Murfianti, 2010) dibentuk
dengan manajemen 3G, tahap awal ini telah berdasarkan visi, misi dan image yang ingin
dilakukan oleh tim manajemen. Bambang Irianto, dibentuk daerah tersebut”. Konsep tersebut
sebagai inisiator 3G yang saat ini menjabat sebagai menunjukan bahwa tahap brand identity
manajer, telah melakukan analisis mengenai development adalah tahap menentukan identitas
potensi Glintung setelah dilakukan penghijauan daerah yang bersifat intagible yang diperkenalkan
dan pengembangan infrastruktur penunjangnya. kepada publik, untuk menggambarkan daerah
Kemudian, dengan mengajak warga yang lain, dia tersebut. Namun, temuan di lapangan
mulai merancang strategi untuk mengembangkan menunjukkan bahwa manajemen 3G masih belum
Glintung menjadi destinasi wisata edukasi berbasis melakukan tahapan tersebut. Berdasarkan
lingkungan. penuturan manajer Hidroponik, Taufik, 3G belum
Strategi-strategi tersebut, menurut memiliki visi, misi, tagline serta logo yang
Bambang Irianto, diwujudkan dalam bentuk dibentuk secara musyawarah oleh warga.
roadmap yang ditargetkan akan dilakukan demi Menurutnya, visi, misi serta logo yang saat ini
mengembangkan Glintung sebagai kampung sudah ada, pembuatan desainnya dibantu oleh
wisata selama 3 tahun (komunikasi personal, 7 BPPT yang pernah menjadi pendamping pada
Agustus 2015). Tahap pertama adalah membangun waktu pengembangan program penghijauan di
infrastuktur lingkungan (membangun gorong- kampung Glintung. Visi yang lama adalah
gorong, media tanam, pot). Tahap kedua adalah “menjadi kampung-perkotaan yang harmonis,
mengembangkan ikon andalan Glintung yakni bermartabat dan sejahtera”. Meskipun sudah
Gemar (Gerakan Menabung Air) lewat memiliki visi, Kampung Glintung belum pernah
pembangunan sumur-sumur biopori, hidroponik memiliki rumusan konkrit tentang misi.
102
Utami, Strategi Penguatan Kampung Go Green (3G)....., Hal :97-106

Untuk keperluan branding, tim peneliti


mengajak manajemen 3G, tokoh masyarakat, dan
perwakilan warga untuk bersama-sama
merumuskan brand identity yang sesuai dengan
visi, misi, latar belakang, dan produk/jasa yang di
jual oleh Kampung Glintung. Langkah pertama
yang peneliti lakukan adalah menyesuaikan visi
dan misi kampung Glintung dengan destination Gambar1 :Desain Logo 3G Baru
brandingyang akan diperkuat, yakni kampung Sumber :Data primer diolah 2017
wisata edukasi berbasis lingkungan. Berdasarkan Penjelasandesain logo baru:
hasil FGD dengan manajemen, tokoh masyarakat, • TipeHuruf : Sans Serif Humanis
dan perwakilan warga, akhirnya rumusan visi dan • Aplikasi : Angka 3 dan Huruf G Digabung untuk
misi baru yang disetujui untuk penguatan mendapatkan kesatuan, juga menandakan
destination branding adalah sebagai berikut: Masyarakat Glintung bersatu padu dalam
VISI:Menjadi kampung-perkotaan yang mewujudkan gerakan Glintung Go Green.
harmonis, sejahtera, dan mandiri. • TigaDaun:Menggambarkan tiga krisis yaitu krisis
MISI : 1. Menumbuh kembangkan spirit air, pangan dan energi.
peduli lingkungan.,2. Menjadi kampung wisata • Tiga Warna Daun: Menggambarkan siklus
edukasi lingkungan.,3. Mewujudkan masyarakat tanaman dan siklus kemakmuran
greenpreneur. • Arti warna Hijau :warna kehidupan,
Langkah kedua, setelah visi dan misi baru pembaharuan,alam,energi, pertumbuhan,
disepakati, peneliti mengajukan beberapa desain harmoni,kesegaran,keamanan, kesuburan, dan
logo yang telah disesuaikan dengan penguatan lingkungan. Hijau juga secara tradisional
branding yang direncanakan. Diantara 3 logo yang dikaitkan dengan keuangan,perbankan,dan
peneliti tawarkan, akhirnya warga sepakat memilih ambisi.
1 desain logo yang mereka nilai sesuai dengan Secaraharfiah, logo baru tersebut dapat
latarbelakang, identitas, visi, serta misi mereka. diartikan sebagai semangat warga Kampung
Sedangkan desain logo baru yang disepakati warga Glintung untuk mempersiapkan diri secara taktis
karena dinilai sesuai dengan latar belakang, dalam menghadapi 3 macamkrisis (air, pangan,
identitas, visi, dan misi kampung 3G sebagai danenergi) melalui program penghijauan,
obyek wisata edukasi adalah sbb: menanam air, dan greenpreneur (green
entrepreneur).

103
adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume : 11, Nomor : 1, Juli 2017, ISSN 1978-726X

Sedangkan dari tujuh tagline yang mereka. Berikutcontoh media kampanye yang
ditawarkan peneliti kepada warga kampong dimilikiolehwarga.
Glintung pada saat pelaksanaan FGD, yang dipilih
adalah tagline “Go Green or Go Home”. Tagline
tersebut bermakna ajakan kepada pengunjung
untuk bersedia mendukung program penghijauan di
kampong wisata Glintung apabilat idak, maka
warga Glintung mempersilakan mereka untuk
Gambar2. Banner Sosialisasi 3G dan
meninggalkan kampong tersebut.
Media Release olehHarian Radar Malang
3. Brand launch and introduction: communicating
Sumber : Data primer diolah 2017
the vision.
Agar memiliki jangkauan yang lebih luas,
Langkah selanjutnya setelah tagline dibuat
media kampanyedikembangkan melalui pembuatan
adalah memperkenalkan brand, menurut Morgan
video profile yang bisa diakses di youtube dan
& Pritchard (dalam Murfianti, 2010) bahwa brand
pengembangan media kampanye berbasis internet
launch dapat dilakukan melalui berbagai media
line dalam bentuk web dan social media facebook
sebagai berikut, “media relations seperti
dan twitter.
advertising, direct marketing, personal selling,
website, brochures, atau event organizer, film-
makers, destination marketing organization
(DMOs) serta journalist”. Tahapan ini merupakan
tahap mengkomunikasikan brand melalui berbagai
media yang tersedia.
Dari hasil wawancara dan kajian literature,
Gambar 3 : Video Profile Kampung
peneliti menemukan bahwa manajemen Glintung
Glintung
selama ini masih bergantung pada pemberitaan
Sumber : Data primer diolah 2017
media massa yang kebetulan meliput ke kampung
tersebut ketika ada pejabat pusat maupun daerah
yang berkunjung. Selain itu, media kampanye yang
dimiliki warga masih sebatas spanduk dari sponsor
yang dipasang di kawasan kampung Glintung dan
sebuah website yang masih belum memiliki konten
berita, hanya beberapa foto kegiatan warga yang
Gambar 4 : Website Kampung 3G
diunggah di web tersebut. Warga masih belum
Sumber : www.glintunggogreen.com
memiliki media kampanye lain diluar kawasan

104
Utami, Strategi Penguatan Kampung Go Green (3G)....., Hal :97-106

4.Brand implementation.
Tahap selanjutnya, untuk semakin
memperkuat brand 3G yang telah dibuat oleh
warga, maka peneliti melakukan beberapa hal
untuk mencapai tujuan tersebut. Pertama, peneliti
mensosialisasikan hasil desain logo dan tagline
yang telah direvisi berdasarkan masukan warga
pada saat FGD. Tujuannya adalah agar masyarakat
Gambar 5. PapanPetunjukdan Papan Selamat
merasa familier dengan falsafah yang dibangun
Datang Kampung 3G
bersama antara peneliti dengan warga dibalik logo
Sumber : Data primer diolah 2017
3Gdan tagline sehingga mereka dapat mere
alisasikan falsafah tersebut dalam kehidupan
5. Simpulan Dan Saran
sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat
5.1.Simpulan
Morgan & Pritchard (dalam Murfianti, 2010) yang
1. Untuk mengembangkan kampung Glintung
menyatakan bahwa brand implementation
yang telah memiliki brand 3G menjadi
merupakan sutau usaha untuk mengintegrasikan
kampung wisata edukasi berbasis lingkungan,
semua pihak yang terlibat dalam pembentukan
manajer 3 G telah membuat roadmap yang
merek, sehingga destination branding dapat
dikembangkan berdasakan analisis potensi
berhasil.
Glintung, yang meliputi 3 tahapan, yakni : 1)
Selain melakukan sosialisasi kepada
membangun infrastuktur lingkungan (gorong-
warga, peneliti juga melakukan sosialisasi brand
gorong, media tanam, pot); 2) mengembangkan
dan tagline melalui video profil 3G yang akan
ikon andalan Glintung yakni Gemar (Gerakan
diputar kepada pengunjung yang ingin belajar
Menabung Air) lewat pembangunan sumur-
teknik hidroponik, aquaponik, maupun belajar
sumur biopori, hidroponik dan aquaponik serta
mengenai pemberdayaan manusia di kampung
daur ulang sampah; 3) membangun
Glintung. Agar makin dikenal public secara luas,
suprastruktur lingkungan yakni sumberdaya
media sosialisasi berikutnya yang digunakan oleh
manusia yang akan mengelola Glintung secara
peneliti dalam mengkomunikasikan logo dan
profesional.
tagline adalah web milik kampung Glintung.
2. Penguatan destination branding Kampung
Kemudian, bagi publik yang tidak terlalu sering
Glintung sebagai kampung wisata edukasi
menggunakan media sosial namun ingin
berbasis lingkungan dilakukan dengan
mengetahui Glintung lebih jauh, peneliti pun
pendekatan parsitipatif, peneliti bersama
membuat video profile dan beberapa desain papan
manajemen 3G, tokoh masyarakat, dan
petunjuk.
perwakilan warga menetapkan langkah-langkah

105
adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume : 11, Nomor : 1, Juli 2017, ISSN 1978-726X

berikut: (1) mengembangkan elemen-elemen 6. Daftar Rujukan


branding yang sudah ada disesuaikan dengan
konsep branding yang baru dengan cara Adhiatma, R. (Juli 2014). Sanur Destination
Branding. Diaksesdari https://destructively
merumuskan kembali visi, misi, brand essence,
creative.wordpress.com/2014/07/12/sanur-
dan brand image Kampung Glintung; (2) destination-branding/ (weblogpost).
Anholt, Simon. (2007). Competitive Identity: The
mendesain ulang logo sesuai konsep penguatan
New Brand Management for Nations,
destination branding yang dirumuskan; (3) Cities and Regions. Diaksesmelalui:
http://books.google.co.id/. Diaksespada 19
Menciptakan tagline sesuai konsep penguatan
November 2012.
destination branding yang dirumuskan ; (4) Cai, A. (2002). Cooperative branding for rural
destinations. Annals of Tourism Research,
Mengembangkan media kampanye berbasis
29(3), 720-742.
internet line dengan cara: pengembangan web, Hislop, Molly (2001) “Dynamic Logic’s Branding
101: An Overview of Branding and Brand
pengembangan social media facebook dan
Measurement for Online Marketers”
twitter, serta pembuatan video profile. Selain Dynamic Logic.
Jon (Nopember, 14, 2014). Andalkan Hidroponik.
itu, peneliti membuatkan desain brosur, papan
Jadi Kampung Wisata Edukasi.
petunjuk, serta papan selamat datang yang Diakses dari http://www.malang-
post.com/kota-malang/94952-andalkan-
memudahkan pengunjung menemukan
hidropinik-jadi-kampung-wisata-edukasi
Kampung Glintung. pada tanggal 2 Juni 2015.
Kampung Glintung Go Green, diakses dari
5.2.Saran
www.glintunggogreen.com
1. Sesuai konsep pengembangan destination Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian
Kualitatif Edisi Revisi. Remaja Rosda
branding yang baru, media kampanye yang
karya: Bandung.
memiliki jangkauan lebih luas dan lebih cepat Morrison, A., & Anderson, D. (2002). Destination
branding. Diaksesdari: http://www.macvb.
adalah media kampanye yang berbasis internet.
org/intranet/presentation/DestinationBrand
Akan tetapi, keterbatasan ketrampilan human ingLOzarks6-10-02.Ppt pada tanggal 2
Juni 2015
resources yang dimiliki Kampng Glintung
Murfianti. (2010). Membangun City Branding
membuat manajemen kesulitan mendapatkan Melalui Solo Batik Carnival. Jurnal
Penelitian Senidan Budaya. Vol. 2 No.1,
operator yang kompeten. Oleh karena itu,
Juni 2010. pp. 14-20.
dibutuhkan pelatihan peningkatan kompetensi Qu, Hailin, Kim, H., L., Im, H. (2010). A model of
destination branding: Integrating the
human resources, khususnya dalam
concepts of the brandingand destination
mengoperasikan media kampanye berbasis IT. image. Tourism Management . 32 (2011)
465-475. Diaksesdari www.elsevier. Com
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya berfokus pada
/locate/tourman padatanggal 1 Juni 2015
aplikasi dari pengembangan desain yang telah Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatifdan R&D. Bandung : Rosda
dihasilkan dari penelitian ini dan evaluasi atas
Karya.
pengaplikasiannya.

.
.
106
Utami, Strategi Penguatan Kampung Go Green (3G)....., Hal :97-106

107

Anda mungkin juga menyukai