Anda di halaman 1dari 10

2.

6 Objek Daya Tarik Wisata (ODTW)

Menurut Kirom, et al. (2016), objek wisata dan daya tarik merupakan suatu bentukan

dan fasilitas yang berhubungan, sehingga dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi tempat

tertentu. Daya tarik yang belum maksimal untuk dikembangkan merupakan salah satu bentuk

khas sebagai sumberdayayang potensial, sehingga dapat menjadi daya tarik bagai objek

wisata. Tanpa adanya daya tarik, maka suatu tempat wisata akan sulit untuk dikembangkan.

Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan untuk kesempatan

berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan

lokal, nasional, dan global. Dalam memperkenalkan wisata baru dan untuk mengetahui

bagaimana daya tarik wisatawan untuk berkunjung maka harus ada strategi dari pengelola

untuk mengenalkan dan mempertahankan kepada calon wisatawan. Selain faktor budaya hal

terpenting lainnya yang bisa menarik wisatawan untuk berkunjung adalah dari tingkat

keunikannya. Karena semakin unik tempat wisata tersebut akan semakin menarik konsumen

untuk berkunjung. Dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa daya

tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata. Pertama, daya tarik wisata ciptaan

Tuhan yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna. Kedua, daya tarik wisata

hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata

agro, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan kompleks hiburan. Ketiga,

daya tarik wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan,

tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat ziarah dan lain-lain.
2.7 Konsep Marketing ODTW

Menurut Pradiani (2017), tujuh tahap dalam perancangan e-marketing adalah Situation

Analysis (Analisis Situasi), E Marketing Strategic Planning (Strategi Perencanaan E Marketing),

Objectives (Tujuan), E-Marketing Strategy (Strategi E Marketing), Implementation Plan

(Rencana Pelaksanaan), Budget (Anggaran), Evaluation Plan (Rencana Evaluasi).

Implementation Plan (Rencana Pelaksanaan), di tahap ini suatu perusahaan akan menentukan

bagaimana cara maupun strategi yang strategis untuk mencapai tujuannya secara efektif dan

kreatif. Pemasar akan memilih bauran pemasaran (4 P), strategi manajemen dan strategi lain

untuk mencapai tujuan rencana dan kemudian menyusun rencana pelaksanaan

(Implementation Plan). Internet secara ajaib dapat mengubah tempat pertukaran marketplace

yang sebelumnya face to face kemudian akan menjadi screen to face. Disinilah perbedaan yang

terlihat muncul, bahwa sifat hubungan pertukaran sekarang ditengahi oleh interface teknologi.

2.7.1 Marketing Offline

Menurut Pradiani (2017 ), marketing tradisional atau offline marketing merupakan

suatu tempat pemasaran yang dilakukan dengan cara komunikasi offline. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara penyebaran brosur, iklan di televisi dan radio, dan lain sebagainya. Pada

saat ini terdapat dua jenis pemasaran, yaitu offline marketing atau pemasaran tradisional yang

dilakukan dengan mencari pelanggan atau klien melalui pertemuan secara langsung

berhadapan dengan mereka yang mungkin tertarik menjadi pelanggan atau klien. Pemasaran

yang lain menggunakan situs web sebagai media pemasaran yang dikenal sebagai online

marketing.

2.7.2 Marketing Online

Menurut Pradiani (2017 ), dengan maraknya internet yang telah canggih, maka

pemsaran pada jaman ini melalui internet. Pemasaran yang lain menggunakan situs web

sebagai media pemasaran yang dikenal sebagai online marketing. Dengan kemudahan

komunikasi yang ditawarkanya, maka penerapan marketing pada perusahaan mulai


mengadopsi media internet, yang kemudian disebut sebagai e-marketing. E marketing memiliki

lima keuntungan besar bagi perusahaan yang menggunakannya. Pertama, baik perusahaan

kecil maupun perusahaan besar dapat melakukannya. Kedua, tidak terdapat batas nyata dalam

ruang beriklan jika dibandingkan dengan media cetak dan media penyiaran. Ketiga, akses dan

pencarian keterangan sangat cepat jika dibandingkan dengan surat kilat atau bahkan fax.

Keempat, situsnya dapat dikunjungi oleh siapapun, dimanapun di dalam dunia ini, kapanpun.

Kelima, belanja dapat dilakukan secara lebih cepat dan sendirian.

2.7.3 Branding Produk

Menurut Shabastian, et al. (2013), Produk mempunyai beberapa komponen yaitu

keanekaragaman (product variety). Kualitas (quality), desain (desaign), bentuk (features),

merek (brand), kemasan (packing), ukuran (sizes), pelayanan (services), jaminan (warantties)

dan pengembalian (returns). Didalam persaingan yang ketat differensiasi produk dan juga harga

sangatlah penting, mengingat banyaknya ragam produk yang ditawarkan saat ini. Diferensiasi

produk dan harga yang bertujuan memanjakan konsumen dan memuat konsumen loyal

terhadap suatu merek merupakan hal yang saat ini harus lebih diperhartikan dalam

kedepannya. Diferensiasi dalam produk dapat berupa rasa kemasan atau juga bisa kualitas dari

produk itu sendiri. Sedangkan elemen dari harga dapat berupa diskon atau potongan harga.

Karena memilki konsumen yang loyal pada suatu merek merupakan aset yang sangat besar

bagi suatu perusahaan. Suatu merek akan membedakan penjual, produsen atau produk dari

penjual, produsen atau produk lain. Merek dapat berupa nama, merek dagang, logo atau simbol

lain. Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan

jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas. Tetapi merek

lebih dari sekedar simbol. Merek dapat memiliki enam tingkat pengertian, yaitu:

a. Atribut, yaitu merek mengingatkan pada atributatribut tertentu.


b. Manfaat, yaitu suatu merek lebih daripada serangkaian atribut. Pelanggan tidak membeli

atribut, mereka membeli manfaat, atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat

fungsional dan atau emosional.

c. Nilai, yaitu merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen

d. Budaya, yaitu merek juga mewakili budaya tertentu

e. Kepribadian, yaitu merek juga menccerminkan kepribadian tertentu

f. Pemakai, yaitu merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau mengunakan produk

tersebut.
3.7 Branding ODTW yang Ditawarkan Untuk Menarik Wisatawan

Menurut Sagita (2017), pantai Pasir Putih Trenggalek merupakan salah satu dari

berbagai macam obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Trenggalek. Pantai Pasir Putih

Trenggalek adalah tempat atau obyek wista yang menjadi milik pemerintah Trenggalek yang

dikelola oleh Unit Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Pantai pasir

putih berlokasi di Jalan Raya Pantai Prigi, Dusun Karanggongso, Desa Tasikmadu, Kecamatan

Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Pantai pasir putih terletak 3 km kearah Timur

dari Pantai Prigi. Pantai ini terkenal dengan Pasir Putihnya sepanjang 1,5 km, air yang jernih

dan tenang sebagai tempat mandi dan berjemur bagi para pengunjung. Di pantai ini tersedia

Pondok Prigi, Cottagge, Persewaan Perahu dan Motor Boat. Pantai pasir putih sebagai obyek

wisata yang terdapat di Trenggalek ini merupakan obyek wisata yang selalu mengutamakan

dan mengusahakan pelayanan dengan cara menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat dinikmati

oleh para pengunjung. Fasilitas yang terdapat di tempat wisata merupakan factor penting agar

obyek wisata ini dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat. Selain itu, dengan adanya

fasilitas-fasilitas diharapkan dapat memuaskan para pengunjung yang datang. Adapun fasilitas-

fasilitas yang terdapat di pantai pasir putih Trenggalek ini adalah sebagai berikut:

a. Stand Depot.

Makan Stand depot rumah makan merupakan fasilitas yang ada di Wisata Pantai Pasir Putih

Trenggalek. Depot rumah makan ini menyediakan beraneka macam masakan yang dapat

dinikmati oleh para pengunjung, seperti bakso ikan, tahu tuna, dan lain-lain. Depot-depot ini

didirikan sebagai tempat seorang berwirausaha sekaligus sebagai tempat dimana para

pengunjung untuk beristirahat dan makan. Berbagai fasilitas yang terdapat di depot ini adalah

kursi, meja, kipas angina, dan peralatan lainnya.

b. Pasar produk olahan ikan.

Wisata pantai pasir putih trenggalek menyediakan fasilitas berupa tempat atau kios-kios yang

menyediakan barang-banrang produksi khas wisata pantai seperti krupuk ikan, ikan asap,
bakso ikan, dan lain-lain. Kios-kios ini didirikan secara berjajar atau berurutan, sehingga para

pengunjung yang dating melintasi tempat ini dengan mudah dan nyaman. Tujuan dari adanya

pasar olahan ikan ini adalah sebagai sarana pelengkap dan fungsinya adalah agar para

pengunjung lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya tersebut. 72.

c. Tempat Parkir.

Tempat parkir merupakan suatu fasilitas parkir kendaraan yang telah disediakan oleh wisata

pantai pasir putih. Wisata pantai pasir putih menberikan pelayanan berupa tempat parkir

kepada para pengunjung ke dalam dua bagian, yaitu parkir khusus kendaraan roda dua dan

khusus kendaraan roda empat dengan pengawasan yang ketat.

d. Musholla dan Toilet.

Musholla dan toilet merupakan fasilitas yang ada di wisata pantai pasir putih. Musholla sangat

penting karena hamper sebagian para pengunjung memerlukannya untuk beribadah.

e. Jembatan Kayu

Di atas pantai pasir putih Jembatan kayu diatas pantai pasir putih ini merupakan fasilitas yang

ada di wisata pasir putih yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk berjalan-jalan diatas

laut.

f. Perahu Sebagai tempat wisata pantai

Pantai pasir putih mnyediakan fasilitas berupa perahu yang dapat digunakan oleh para

pengunjung untuk berjalan-jalan di area laut bersama keluarganya.

Menurut Putra dan Idajati (2017), pantai Pasir putih trenggalek menawarkan daya tarik

wisata alami, yaitu berupa pemandangan alam point of view, ombak yang kecil karena letak

kawasan wisata berada di teluk, mempunyai pasir putih, ombak tenang, karang yang indah.

Sedangkan untuk permasalahan yang ada adalah, kapal-kapal liar yang disandarkan dan

menghalangi view pemandangan indah alam dan tempaat snokling hanya di satu tempat

Menurut Fadilah dan Suprihardjo (2015), pantai Pasir Putih di Trenggalek atau yang

disebut juga dengan Pantai Karanggongso, memiliki objek daya wisata menarik bagi wisatawan,
yaitu memiliki ombak relative tenang, terdapat hamparan pasir putih sejauh 1,5 km. Atraksi

bahari berupa berenang, berperahu, banana boat, dan point of view.

3.8 Konsep Marketing yang Diterapkan

Menurut Ghufron (2011), marketing Online yang diterapkan dalam wisata Pantai Pasir

Putih Trenggalek yaitu dengan melalui media internet. Dengan mengunggah berupa gambar

maupun video di web dan juga media social. Dengan pengiklanan seperti itu, maka dapat

dikenal oleh massa. Massa yang di maksud adalah bahwa khalayak sasaran berjumlah besar,

antara satu sama lain tidak saling kenal dan menerpa pesan iklan secara serempak. Seperti

halnya media TV, internet, majalah, cd interaktif dan lain –lain.

Pada marketing Offline, yang diterapkan sebagai bentuk pengiklanan wisata Pantai

Pasir Putih Trenggalek ini ialah dengan melalui media cetak. Media cetak adalah suatu

dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata, gambar dan

sebagainya, contohnya poster, spanduk, baliho.

Menurut Rimbawan (2013), pada marketing Offline dilakukan juga dengan pemilihan

fotografi unutk mempromosikan pariwisata Kabupaten Trenggalek. Dipilih gotografi karena

dapat menciptakan visual gambar. Sebagai sarana promosi, hasil foto yang indah akan menjadi

daya tarik tersendiri dan mampu menarik perhatian para wisatawan untuk dating dan menikmati

objek pariwisata yang ditawarkan. Diadakannya sosialisasi door to door atau face to face yang

biasa dikatakan dari mu;lut ke mulut agar orang tahu gambaran dan menambah daya tarik

wisata ini.

3.9 Peran Pemandu di Destinasi

Menurut Prasetyo dan Rukmini (2019), pramuwisata lokal di Trenggalek jumlahnya

sangat banyak. Hampir semua daerah wisata di Trenggalek memiliki pramuwisata lokal. Namun

demikian, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kecamatan Watulimo yang mempunyai

banyak tempat wisata, pramuwisata di Trenggalek belum semuanya memahami bagaimana

cara melayani pengunjung dengan baik. Hal itu terjadi karena kebanyakan menjadi
pramuwisata dengan otodidak. Buku mengenai pariwisata yang berbasis kearifan lokal ini

diperlukan untuk menyamakan persepsi mengenai kepariwisataan di kabupaten Trenggalek.

Buku ini juga bisa menjadi buku panduan pendidikan dari dinas terkait untuk mengontrol

pramuwisata lokal. Sehingga tidak ada pramuwisata yang bertindak tidak sesuai dengan yang

seharusnya mengingat ada etika-etika pramuwisata yang harus di patuhi. Selain itu, perlu

adanya aturan-aturan atau teknik pemanduan yang mengatur pramuwisata terhadap wisatawan

baik didalam berkomunikasi, maupun ketika sedang dalam pekerjaan memandu wisatawan.

Menurut Rahayu, et al. (2019), secara umum peran pemandu di daerah trenggalek

sendiri sudah bagus dan memadai. Para pemandu masyarakat sadar akan kualitas jasa

pemandu wisata. Sehingga, Masyarakat berpartisipasi dalam monitoring dan evaluasi terkait

kegiatan peningkatan kualitas jasa pemandu wisata dengan melakukan pemantauan kualitas

pengetahuan dan keterampilan sebagai pemandu wisata dari masingmasing pengurus

kelompok sadar wisata. Terkait peningkatan inovasi daya tarik wisata, dalam pelaksanaannya,

tidak semua inovasi dapat dilaksanakan karena terkendala pendanaan. Dalam pelaksanaan

kegiatan peningkatan kualitas jasa pemandu wisata, masyarakat kelompok sadar wisata yang

telah memiliki sertifikasi sebagai tour guide dijadikan narasumber dan memberikan pelatihan

untuk pengurus lain dalam kelompok sadar wisata tersebut


Daftar Pustaka

Kirom, N. R., Sudarmiatin, S., & Putra, I. W. J. A. (2016). Faktor-Faktor Penentu Daya Tarik

Wisata Budaya Dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Wisatawan. Jurnal

Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(3), 536-546.

Pradiani, T. (2017). Pengaruh sistem pemasaran digital marketing terhadap peningkatan

volume penjualan hasil industri rumahan. Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia,

11(2), 46-53.

Shabastian, M. (2013). Pengaruh Strategi Harga dan Strategi Produk Terhadap Brand Loyalty

di Tator Café Surabaya Town Square. Jurnal Strategi Pemasaran, 1(1).

Sagita, M. (2017). Pengaruh Produk dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Peningkatan

Kesejahteraan Pada Wirausahawan Pengolahan Ikan di Wisata Pantai Pasir Putih

KEcamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Institut Agama Islam Negeri

Tulungagung

Putra, J. J. dan H. Idajati. (2017). Pengembangan Kawasan Wisata Prigi Berdasarkan Konsep

Tourism Branding. Jurnal Teknik ITS. 6 (2): 2337 – 3520

Fadilah, S. dan R. Suprihardjo. (2015). Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Kecamatan

Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Jurnal Teknik ITS. 4 (1): 2337 – 3539

Ghufron, M. A. N (2013). Penggunaan Media Iklan Alternatif Dalam Promosi Wisata (Studi

Deskriptif di Pantai Prigi Kabupaten Trenggalek). Institut Agama Islam Negeri

Tulungagung
Rimbawan, R. P. (2013). Perancangan Promosi Wisata Alam Trenggalek Melalui Media

Foografi. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prasetyo, W. dan B. S. Rukmini. (2019). Pengembangan Buku Tourguide Berbasis Kearifan

Lokal. STKIP PGRI Trenggalek

Rahayu, S. P. P., S. Anantanyu, dan Mulyanto. (2019). Partisipasi Masyarakat Kelompok Sadar

Wisata dalam Pembangunan Kepariwisataan di Kabupaten Trenggalek. Jurnal

Industrial Research Workshop and National Seminar

Anda mungkin juga menyukai