DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :
1. JENNI MARLINA SITANGGANG
2. DEWI TASYA
3. ISMI CHAIRANI
4. WINDY MARGARETH PANJAITAN
5. SHINTA DEWI
6. HOTMAIDA SIREGAR
DOSEN PENGAMPU : Prof,Dr. Rosmawaty Harahap,M.Pd.
MATA KULIAH : Teori daan Sejarah Sastra
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A.2019/2020
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………
Daftar isi…………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………….
A.Rasionalisasi pentingnya cbr………………………………………
B.Tujuan……………………………………………………………..
C.Manfaat……………………………………………………………
D.Identitas buku……………………………………………………..
BAB II RINGKASAN ISI BUKU……………………………………
A.Buku Utama……………………………………………………………….
B.Buku Pembanding I…………………………………………………….
C.Buku Pembanding II…………………………………………………….
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………
A. Pembahasan isi buku……………………………………………
B. Kelebihan dan kekurangan Buku………………………………..
BAB IV PENUTUP……………………………………………………..
A. KESIMPULAN………………………………………………….
B. REKOMENDASI………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan kasih karuniaNya maka saya daapat menyelesaikan Critical Book Review mata
kuliah Teori dan sejaarah sastra ini diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini saya sebagai penyusun mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman dan orangtua yang selalu memberian dukungan kepada saya untuk menyelesaikan tugas
ini, serta kepada ibu Prof,Dr,Rosmawaty Harahap, M.Pd.. selaku dosen pengampu.
Saya menyadaari bahwa dalam penyusunan ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapka kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi sempurnanya Critical Book Review ini. Saya juga berharap semoga Critical
Book Review ini dapat digunakan mestinya dan bisa memberikan manfaat bagi kita semua.
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
BUKU PEMBANDING I :
JUDUL : PRINSIP –PRINSIP DASAR SASTRA
PENULIS : Prof.Dr.Hendry Guntur Tarigan
HALAMAN : 250 halaman
PENERBIT : Angkasa Bandung
TAHUN TERBIT : 1984
ISBN : 978-979-665-622-2
Lucia B.Mirrielees
mengatakan bahwa perbedaan
utama antara prosa dan puisi
terletak dalam :
1) Maksud dan tujuan si
pengarang ;
2) Bentuknya; terutama
sekali dalam ritme,rima
dan pola-pola persajakan ;
3) Hubungannya dengan
music atau lagu;, baik
lagu kata ataupun lagu
kalimat ;
4) Pentingnya penjelasan
yang terperinci terhadap
pengertian setiap kata
yang terdapat di
dalamnya;
5) Kuantitas majas ,kata
kias, yang terdapat
didalamnya ; dan
6) Pemakaian referensi
,simbol, serta implikasi-
implikasi
( Mirrielees , 1952: 379-
406) (Paragraph 1 : 42)
G. Lahirnya sebuah puisi
Satu hal yang perlu kita
ketahui bahwa proses
pembuatan atau proses
lahirnya puisi itu tidak lah
sama, meskipun barangkali
tidak bias dianggap sebagai
suatu ketentuan mutlak ,
namun dapatlah dikatakan
bahwa puisi yang singkat
mungkin selesai sekaligus
dalam waktu yang singkat ;
sedangkan puisi yang
panjang-panjang lazim pula
membutuhkan waktu yang
relative lama , berminggu-
minggu bahkan berbulan-
bulan karena memerlukan
penggodokan yang lebih
matang dalam bawah sdar
sang penyair , memerlukan
pengalaman , pengetahuan-
pengetahuan lainnya sebagai
bahan pembantu . ( Paragraph
3:47)
Selanjutnya menurut Stephen
stender usaha menulis puisi
yang berkonsentrasi itu
merupakan kegiatan spiritual
yang dapat membuat seorang
penyair benar-benar lupa
pada saat itu bahwa dia
memiliki jasmani . Menurut
pengakuannya sendiri , ada
dua tipe konsentrasi yaitu :
1) Langsung dan sempurna
dan ;
2) Lamban dan
disempurnakan secara
lambat (Gheselin [et al]
1961:114), (Paragraph
2:50)
H. Menikmati dan menilai
puisi
Komentar bab 1 buku 1: Pada bab ini Komentar bab 1 buku 2 : Pada bab ini tujuan
berjudul Sastra dan ilmu sastra namun pembahasan adalah langkah-langkah untuk
saya tidak mendapatkan jelasnya apa itu menikmati suatu puisi untuk mempelajari
pengertian sastra dan ilmu sastra, keindahannya bisa dibahas dari metode, dan
menyebabkan tidak sinkronnya isi buku hakikat puisi
dengan judul bab.
BAB II : Sastra dan kenyataan Bab II : Prinsip-Prinsip Dasar Drama
Yang disebut umum a) PENGANTAR KE
manusiawi bukan umum dan
MASALAH
bukan manusiawi. Syukurulah
pengertian tersebut hanya
Suatu pementasan bukan memerlukan
merupakan sebuah khayalan,
audiens yang asal-asal saja, tetapi
tetapi sayang sebuah khayalan
audiens yang baik. Bukan soal kuantitas
yang telah melahirkan
yang perlu melainkan kualitas audiens,
kesalahpahaman-
dengan kata lainyang diharapkan atau di
kesalahpahaman yang
tuntut adalah audiens yang sudah tinggi
mencelakakan ( J.grehof:15)
taraf apresiasinya.(Tarigan;68
1.Pengantar
Dalam bab ini kami b) APA YANG DISEBUT
perhatikan tiga hal yang DRAMA?
berbeda- beda
- Pengertian mimesis Drama mengutamakan perbuatan,
- Masalah gerak, yang merupakan inti hakikat
fiksionalisme setiap karangan yang bersifat drama
- Pendekatan (Tarigan;70
terhadap sastra
yang langsung c) DRAMA DAN TEATER
menghubungkan
sastra dan Encyclopedia Britanica berpendapat
masyarakat bahwa Drama adalah terjemahan dari
2. Mimesis bahasa yunani Draonai yangberarti
Pengertian mimesis sesuatu yang telah diperbuat; teater
(Yunani: adalah alihan dari bahasa yunani
perwujudan/jiplakan) theatron yang berartintempat
pertama – tama digunakan menonton.(tarigan;73
dalam teori-teori tentang
seni seperti diutarakan d) UNSUR-UNSUR
oleh Plato(428-348) dan DRAMA
Aristoteles( 384-322)
Dan dari abad ke abad Agar kita dapat mengevaluasi suatu
sangat mempengaruhi lakon, maka terlebih dahulu kita harus
teori-teori mengenai seni mengenal unsur-unsurnya dengan
dan sastra di Eropa . baik(tariga;75
Komentar bab 2 buku 1 :Kritik pembahasan Komentar bab 2 buku 2: Pada bab ini juga
dari pendapat Lukacs yang dianggap orthodox dibahas mengenai pendapat-pendapat para ahli
mengenai sastra
BAB III : Tesk dan Komunikasi dalam Bab III : Prinsip-Prinsip Dasar Kritik
ilmu sastra Sastra
1. Pengantar i) PENGANTAR KE
MASALAH
Dalam bab ini dibahas beberapa aliran
yang menempatkan karya sastra dalam Pengarang wanita Virginia Wolf mengatakan
pusat perhatian,dan dari sana lalu bahwa “roman ialah terutama sebuah
diikutsertakan seluruh proses komunikasi: eksplorasi penghidupan,merenungkan,dan
formalisme,strukturalisme,ilmu sastra melukiskan,dalam bentuk yang
linguistic dan semiotic. tertentu,pengaruh,ikatan,kehancuran gerak-
gerik hasrat-hasrat manusia.
2. Formalisme
Formalisme yang timbul di Rusia untuk B.APAKAH YANG DISEBUT FIKSI?
sebagian dapat kita pandang sebagai suatu Kata fiksi diturunkan dari Bahasa
reaksi terhadap aliran positivism pada abad Latin fictio yang berarti
ke-19 yang memperhatikan keterangan “membentuk”,membuat,menciptakan.
“biografis”. (Webster’s New Collegiate Dictonary
,1959 : 308)
3. Struturalisme
Selanjutnya Cleanth Brooks menyatakan
Dalam ilmu sastra pengertian
bahwa fiksi adalah suatu istilah yang
“strukturalisme” sudah dipergunakan
dipergunakan untuk membedakan uraian yang
dengan berbagai cara. Yang dimaksudkan
tidak bersifat historis dari uraian yang bersifat
dengan istilah “struktur” ialah kaitan-kaitan
historis,dengan penunjukkan khusus pada
tetap anatara kelompok-kelompok gejala.
sastra
Kaitan-kaitan tersebut diadakan oleh
seorang peneliti berdasarkan observasinya. j) UNSUR-UNSUR FIKSI
3.1 strukturalisme ceko Brooks dan Warren dalam buku
strukturalisme ceko berkembang mereka Understanding Fiction
pada tahun tiga puluhan abad ini : mengatakan bahwa penulisan fiksi
sama dengan aliran formalis,kaum perlu memerhatikan prinsip-prinsip
strukturalis menyangkal bahwa dan masalah teknis berikut:
produk itu tepat sama penyebabnya. k) Permulaan dan eksposisi
Dan dari sudut ini struturalisme l) Deskripsi dan alur
ceko melawan positivism. m) Atmosfer
3.2 analisa cerita secara n) Seleksi dan sugesti
strukturalistik o) Saat tepat
Yang merintis jalan bagi analisa p) Klimaks
cerita secarastrukturalistik ialah q) Konflik
karya Vladimir Propp Morfologija r) Komplikasi
skazki yang baru padatahun enam s) Pola atau bagan
puluhan mulai dikenal di Eropa t) Resolusi
Barat dan Amerika Serikat. u) Tokoh dan gerak
Propp menyajikan sebuah morfologi v) Pusat minat
mengenai cerita dongeng,artinya ia w) Pusat tokoh
melukiskan dongeng Rusia menurut x) Pusat narasi,sudut pandang
bagian-bagiannya,bagaimana y) Jarak
bagian-bagian itu saling tergantung z) Skala,dan
dan bagaimana hubungan antara aa) Kelajuan ( Brooks & Warren,
bagian dan keseluruhan. 1959 : 644-68)
bb) KLASIFIKASI FIKSI
4. Linguistic dan Ilmu Sastra Kita juga dapat mengadakan
Pada abad ini selalu terdapat ikatan-ikatan klasifikasi dari segi maksud dan
erat antara ilmu Bahasa dan ilmu sastra. Hal tujuan sang pengarang menulis fiksi
tersebut telah kita lihat waktu itu. Dengan demikian, secara singkat
membicarakan aliran formalism dan dapat kita katakana bahwa klasifikasi
strukturalisme,misalnya bertepatan dengan itu dapat dibuat berdasarkan:
teori lapisan dalam strukturalisme atau cc) Bentuk
berhubungan dengan perhatian bagi Bahasa dd) Isi, dan
ee) Kritik sastra
poitik didalam formalisme.Tetapi ikatan
antara ilmu Bahasa dan ilmu sastra Berdasarkan bentuk
sebetulnya jauh lebih tua. Pertalian tersebut
Berdasarkan bentuknya ,fiksi dapat kita bagi
telah kita jumpai dalam teori tentang
atas lima golongan,yaitu:
retorika pada zaman Yunani dan Romawi
kuno. 1.Novel
Komentar bab 3 buku 1 : Pada abad ini Komentar bab 3 buku 2 : Bab ini membahas
selalu terdapat ikatan-ikatan erat antara ilmu mengenai cerita pendek ataupun sastra dalam
Bahasa dan ilmu sastra. Hal tersebut telah kita bentuk teks lainnya
lihat waktu membicarakan aliran formalism
dan strukturalisme,misalnya bertepatan
dengan teori lapisan dalam strukturalisme atau
berhubungan dengan perhatian bagi Bahasa
poitik didalam formalisme.Tetapi ikatan
antara ilmu Bahasa dan ilmu sastra sebetulnya
jauh lebih tua. Pertalian tersebut telah kita
jumpai dalam teori tentang retorika pada
zaman Yunani dan Romawi kuno.
r) Kritik Judisial
Yaitu suatu kritik yang
mengemukakan suatu penlaian
atau penghakiman terhadap
suatu karya sastra, lalu
menghubungkannya dengan
norma-norma teknik penulisan
atau standar tujuan penulisan
karya tersebut. (Coulter, 1930:
336).
Rene Wellek dan Austin
menegaskan bahwa kritik
yudisial menaruh perhatian
pada hukum-hukum/ prinsip
yang dianggap sebagai suatu
yang objektif. Dalam kritik
yudisial, karya sastra yang
menjadi objek kajian lebih
dispesialisasikan tapi dengan
penjelasan yang seluas
mungkin. Di sini dituntut
pengklasifikasian yang lebih
terperinci dan tajam terhadap
para pengarang dan
karyanya.hlm206.
2) Kritik Induktif
Kritik Induktif adalah jenis
kritk sastra yang bertujuan
mengumpulkan fakta-fakta
yang ada hubungan dengan
suatu karya seni, metode,
waktu penciptaan, dan
menyusunnya menjadi susunan
yang rapi serta melukiskannya
dengan teratur. Ini sesuai
dengan metode induksi yang
mengambil kesimpulan umum
dari fakta-fakta yang
khusus.(Albert [et al],1961
:123)
3) Kritik Impresionistik
Yaitu kritik sastra yang
muncul sebagai produksi dari
aliran individualisme romantik
dan kesadaran akan diri yang
lebih modern. Kritik ini
menghubungkan pengalaman
si penulis dengan karyanya.
Sebaiknya, seorang kritikus
mempunyai gaya yang bisa
membuat hati pembaca
terpikat dalam kedudukannya
sebagai pembimbing juga
penghubung antara pembaca
dan karya
sastra.(Coulter,1930 :336)
hlm207.
4) Kritik Historis
Jenis kritik sastra yang mengikuti
segala sesuatu yang terjadi atas suatu
bentuk sastra dalam periode sejarah
sastra. Juga dengan pengelompokan
masa seorang pengarang. Setiap
karya sastra harus diteliti dan
ditelaah dengan hal-hal yang
berhubungan dengan karya sastra
tersebut. Hal-hal yang dapat menjadi
bahan acuan antara lain: naskah,
bahasa dan komposisi karya sastra,
serta perbandingan karya sang
pengarang dengan teman-teman
seangkatannya,. Seorang kritikus
harus paham bahwa karya sastra
merupakan refleksi pengarang pada
kehidupan dan kebudayaannya dan
pengelompokan jenis karya sastra
tersebut serta hubungannya dengan
karya yang sejenis.
Butir –butir penting yang
aberhubungan dengan kritik histories
yakni :
a) Dalam menggarap bahasa suatu
karya sastra, sang kritikus histories
dapat mempertimbangkan dua hal
yaitu:
1) Mengembalikan para pembaca
masa kini pada keadaan bahasa pada
saat karya tersebut ditulis.
2) Memandang bahasa itu sebagai
suatu media komunikasi pada saat itu.
b) Keterangan – keterangan berupa
riwayat hidup merupakan jenis data
yang bernilai dan amat berharga bagi
kritikus histories.
c) Berusaha mendapatkan segala
korelasi antara kehidupan sang
penulis dan karyanya .
d) Bagi kritikus histories, sastra
adalah suara humanitas dan melalui
sastra itu kritikus bukan hanya
berhubungan atau menaruh perhatian
pada literacy (kecakapan baca tulis)
tetapi juga human literacy (kecakapan
baca tulis masyarakat manusia).
e) Silsilah sastra atau genealogi suatu
karya.
f) Sang kritikus histories dalam kritik
sastranya berhasrat memperoleh
sukses yang gemilang dalam bidang
pemaduan belajar dan penilaian .
5) Kritik Filosofis
Merupakan jenis kritik sastra yang
berusaha untuk mendapatkan dasar
yang paling sesuai bagi penilaian
karya sastra melalui analisis terhadap
hakekat dan fungsi sastra sebagai
suatu cara berpikir mengenai
kehidupan. Kritik ini berusaha
menentukan prinsip yang digunakan
dalam kritik sastra agar pedoman
yang digunakan dalam suatu kritik
jelas dan tegas.
6) Kritik Formalis
Merupakan kritik sastra yang
berpedoman pada teori dasar estetika
yang meletakkan tekanan pada bentuk
karya sastra, struktur, gaya dan efek
psikologisnya. Aristoteles adalah
pencetusnya, kritik ini bertentangan
dengan teori dari Plato yang
menekankan pada aspek isi dan efek
moral/sosial.
Kritik formalis disamakan dengan the
new criticism, karena memang dia
merupakan suatu kritik yang masih
berusia muda., lebih – lebih kalau
dibandingkan dengan kritik –kritik
yang lainnya.
7) Kritik Relativistik
Jenis kritik ini berpedoman pada
anggapan relativisme, yaitu bahwa
penilaian terhadap karya sastra
terantung pada subjek yang
menikmati dan menilainya. Hal ini
terjadi karena selera individu
berbeda-beda, begitu juga dalam hal
menikmati karya sastra sehingga
tidak ada yang bersifat mutlak. Jika
pendapat dari seseorang lebih
mendominasi akan muncul suatu teori
yang absolut meski tidak disadari.
8) Kritik Absolutistik
Kritik jenis ini menegaskan bahwa
alternative bagi hukum kritik adalah
anarki. Ketika seorang kritikus
memberikan penilaian terhadap suatu
karya yang hadir selanjutnya adalah
sebuah kebingungan. Ini dapat
disiasati dengan tetap menggunakan
pendapat masyarakat agar tetap bisa
terwujud komunikasi yang baik.
9) Kritik Interpretatif
Semua jenis kritik sastra bisa
digolongkan sebagai jenis kritik ini
karena hakekat kritik sastra sendiri
adalah memberikan
interpretasi/penafsiran terhadap
suatu karya sastra. Maka,
pengkhususan kritik sastra jenis ini
adalah memperkenalkan standar yang
secara relative tidak ada
hubungannya dengan orang atau hal
tertentu. Di sini akan terlihat
keterkaitan antara teori, sejarah dan
kritik sastra. Tiada satu ilmu yang
dapat berdiri sendiri seratus persen
tanpa bantuan orang lain.
10) Kritik Tekstual
merupakan jenis kritik yang terfokus
pada teks/ naskah suatu karya sastra,
agar pembaca lebih dekat dengan apa
yang ditulis. Dengan berkembangnya
masa, kritik ini ingin menunjukkan
manakah karya yang benar-benar asli
dari beberapa versi karya sastra yang
mungkin muncul.
11) Kritik Linguistik
Jenis Kritik ini menitikberatkan
perhatian pada masalah-masalah
kebahasaan dalam karya sastra
tersebut agar terhindar dari salah
pengertian baik dari sisi fonologi,
morfologi, sintaksis atau semantik. Ini
perlu dilakukan karena setiap bahasa
mengalami perkembangan dalam
kurun waktu yang berlainan.
12) Kritik Biografis
Kritik ini sebenarnya adalah kritik
histories yang wilayahnya dipersempit
yaitu khusus pada riwayat hidup
pengarang beserta karyanya.
Tugasnya adalah menentukan
hubungan yang signifikan antara
pengarang dan karyanya, asal-usul.
Kekuatan yang mendorong atau
tujuan konkrit karya tersebut.
13) Kritik Komparatif
Banyak hal dalam kritik komparatif
yang segar dan menarik serta
memberi harapan, kritik ini
memperoleh polanya bukan dari
kejadian – kejadian yang
berhubungan dengan waktu, tetapi
justru dari pengelompokan jenis yang
berguna serta gagasan atau ide yang
berpengaruh.
Hal – hal yang dapat
diperbandingkan saja yang akan
digarap Dalam kritik ini yang
diterapkan pada nada, tujuan, dan
cara, bahkan penerapan pada ketiga
hal tersebut lebih daripada terhadap
pokok masalahnya sendiri.
14) Kritik Etis
Kritik etis sangat erat hubungannya
dengan falsafah, keyakinan serta
agama. Tanpa adanya pengetahuan
yang cukup tentang ketiga hal
tersebut akan membuat penilaian
kritik sastra kurang memadai. Pola
pikir seorang kritikus dalam hal-hal
tersebut sangat mempengaruhi
bagaimana ia akan menilai suatu
karya.
15) Kritik Perspektif
Kritik ini adalah studi terhadap
reputasi sang pengarang yang
tercermin dalam karyanya dan
melekat pada hati pembacanya. Kritik
ini berusaha untuk menyelidiki
seorang pengarang dari karya yang
dihasilkan, apakah patut menerima
penghargaan atau patut diabadikan.
16) Kritik Pragmatik
Adalah jenis kritik yang mengarahkan
perhatiannya pada kebergunaan ide,
ucapan, dalil atau teori yang terdapat
dalam suatu karya sastra bagi
masyarakat. Reputasi pengarang
ditentukan oleh bagaimana karyanya
bisa berguna bagi masyarakat.
Komentar bab 4 buku 1:pada buku satu tidak Komentar bab 4 buku 2 : Dalam buku 2
dilengkapi gambar untuk penjelasan dan table tentunya sejarah sastra menggunakan kata kata
gambar tidak disertai.Warna tulisan tidak ada yang sulit dipahami sehingga pembaca sulit
untuk meahami tidak disertakan gambar dan
table pada bahasan yang ditentukan.Warna
tulisan pun tidak menarik.
BAB V
1. Pengantar
Pembaca “didalam”
teks,pembaca implisit dan
eksplisit,dibahas dalam pasal
kedua.Bila dibicarakan pembaca diluar
teks,maka harus dibedakan antara
pembaca yang diandaikan dan
pembaca sungguh-sungguh.Pembaca
yang diandaikan dijumpai dalam uraian
tentang puisi dan dalam interpretasi-
interpretasi.
Pembaca yang sesungguhnya
merupakan obyek penelitian resepsi
eksperimental. Yang dilakukan ialah
baik penelitian historic mengenai
dolumen-dokumen maupun penelitian
terhadap para pembaca dari sudut
sosiologi dan psikologi.
3. Estetika pembaca
5. Pengolahan teks
Komentar bab 5 buku 1 :dalam bab ini dibahas mengenai teks dan membaca , pengajaran sastra
mungkin bentuk paling berpengaruh Karena dalam teks sastra factor utama dalam pembelajaran
adalah teks
BAB VI
Ilmu Teks
1. Pengantar
Ilmu sastra meneliti sekelompok
teks tertentu. Ilmu sastra baru -
baru ini timbul sejumlah
permasalahan yang berkaitan
dengan sifat-sifat teks pada
umumnya, dalam bab ini akan
dibahas dulu ciri-ciri teks.
Kemudian akan diuraikan sarana-
sarana yang dapat dipergunakan
para pengarang teks untuk
mencapaii tujuannya.
2. Teks itu apa ?
Teks ialah ungkapan bahasa yang
menurut isi, sintaksis, dan
pragmatik merupakan suatu
kasatuan. Dalam praktek ilmu
sastra, kita membatasi diri pada
teks-teks tertulis. Alasannya
semata-mata : secara teori
ungkapan bahasa lisan pun, asal
merupakan suatu kesatuan,
termasuk teks. Pragmatik ialah
ilmu mengenai perbuatan yang
kita lakukan bilamamana bahasa
dipergunakan dalam suatu konteks
tertentu.Jadi, istilah ini tidak
sinonim dengan praktis seperti
dimaksudkan dalam penggunaan
bahasa sehari – hari. Membaca
sebuah teks merupakan satu
tidakan yang bulat yang berakhir
dengan,”Nah, selesailah sudah aku
membaca cerita ini”. Bagi penyiar,
yaitu pembicara atau pengarang
kriterium pragmatic yang
diperhatikan ialah bahwa teks
diungkapkan oleh satu orang
pembicara saja. Secara sintaksik
sebuah teks harus memperlihatkan
kebertautan. Kebertautan itu
antara lain Nampak bila unsur-
unsur penunjuk secara konsisten
yang dipergunakan. Kesatuan
semantik yang dituntuk sesbuah
teks ialah tema global.
3. Teks dan Konteks
Teks telah kita definisikan sebagai
suatu pragmatik, sintaksik, dan
semantik.Untuk menyadari semua
factor yang menentukan sebuah
fungsi sebuah teks, kita
memandang teks itu sebagai
sebuah pesan dalam situasi
komunikasi. Yang dipergunakan
ialah modul Jakobson yang
pertama telah di singgung.
Menurut analisa Jakobson setiap
tindak komunikasi terdiri atas
enam factor: pemancar, penerima,
pesan, kenyataan, atau konteks
yang diacu oleh pesan, serta
saluran yang menyalurkan pesan.
3.1 Pemancar dan Penerima
Pemancar teks (pesan) ialah
pengarang yang menulis
teksnya dengansuatu tujuan
tertentu.Penerima pesan ialah
si pembaca yang juga
mempunyai maksud, misalnya
supaya ia merasa di hibur.
3.2 Konteks
Apa yang di acu oleh teks
merupakan bagian gambaran
mengenai dunia yang ada
dalam angan-angan kita. Pesan
itu kita kaitkan dengan
sebagian pikiran, perasaan,
dan ide-ide mengenai segala
sesuatu yang ada atau yang
munkin dapat ada. Bagian itu
dinamakan konteks pesan.Ini
berarti bahwa isi teks bersifat
riil sedangkan teksnyarealistik.
3.3 Kode dan Kontak
Fungsi teks-teks yang
menunjukkan kepada sesuatu
(mengacu kepada sesuatu)
dilaksanakan berkat sejumlah
kaidah, janji, dan kaidah-
kaidah “alami” yang
merupakan dasar dan alas an
mengapa tanda-tanda itu
menunjukkan kepada isinya.
Tanda-tanda itu merupakan
sebuah system yang
dinamakan kode.Syarat
material agar dapat terjadi
komunikasi ialah salah satu
bentuk kontak.
3.4 Teks sebagai Pesan
Akhirnya dalam proses
komunikasi ini teks
merupakan pesan, yaitu
sejumlah tanda yang
menunjukkan kepada arti-
arti.Tentu saja ilmu teks tidak
dapat membatasi pada jenis-
jenis sastra, karena tugasnya
yang pertama ialah
merumuskan prinsip-prinsip
yang berlaku umum.
4. Berbagai Jenis Teks
Teks yang kita miliki dapat dibagi
menurut berbagai cara.Dalam
rangka teori komunikasi dipilih
pembagian menurut fungsi. Yang
dimaksud dengan dungsi sebuah
teks ialah keseluruhan sifat-sifat
yang bersama-sama menuju tujuan
yang sama serta
dampaknya.Fungsi dapat diukur
sejauh mana tujuan teks ( yang
dapat dibaca dari teks) bersatu
padu dengandampaknya (sejauh
mana ini dapa dilacak.)
4.1 Teks Acuan
Setiap teks mempunyai sebuah
aspek acuan, manun sebuah
teks baru disebut referensial
kalau fungsi utamanya
mengatakan sesuatu mengenai
atau mengacu kepada konteks,
yaitu dunia rill atau dunia yang
mungkin ada.
4.2 Teks Ekspresif
Ekspresif bila fungsi umata
teks ialah mengungkapkan
perasaan, pertimbangan, dan
sebagainya dalam diri seorang
pengarang.Istilah “teks
ekspresif” biasanya dikaitkan
dengan puisi lirik, tetapi tidak
semua bentuk puisi dapat di
golongkan pada jenis ini,
sedangkan sejumlah besar teks
prosa bersifat ekspresif, seperti
misalnya surat-surat cinta,
surat-surat protes, berita-berita
singkat pada kartu pos
bergambar.
4.3 Teks Persuasif
Sebuah teks yang fungsi
utamanya ialah mempengaruhi
pendapat, perasaan, dan
perbuatan pembaca disebut
persuasif. Teks-teks persuasif
masih dapat dibagi menjadi
dua, ialah teks-teks evaluative
dan teks-teks direktif. Teks
evaluatif berfungsi untuk
mempengaruhi pendapat dan
perasaan direktif dimaksudkan
untuk mempengaruhi pendapat
dan perasaan pembaca. Teks-
teks direktif dimaksudkan
untuk mempengaruhi kelakuan
pembaca.
4.4 Teks – teks mengenai teks
Teks-teks mengenai teks-teks
atau secara lebih luas,teks-teks
mengenai bahasa, terdapat
dalam semua buku mengenai
ilmu bahasa dan juga dalam
buku yang andasedang baca
ini.
4.5 Teks –teks yang berfungsi
social
“Lebih keras, tidak dapat
kutangkap” merupakan suatu
ungkapan bahasa yang
berfungsi social, yaitu menurut
arti terbatas konflik
fisik.Dalam sastra teks-teks
serupa itu jarang kita dapati.
5. Garis-garis Besar Retorika
Dalam fungsi sebuah teks tujuan
pengarang dan dampak terhadap
pembaca bertemu menjadi satu.
Setiap pengarang mengejar sebuah
tujuan dan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut.
5.1 Bagian-bagian Teks :
Penjabaran dan fungsi
Retorika klasik teks-teks non
sastra terdiri dari beberapa
bagian tetap yang tidak
berubah.Fungsi exordium
ialaah minta perhatian bagi
permasalahan.
5.2 Gaya
Gaya serta berbagai pendapat
tentang gaya dibahas sebagai
suatu bagian retorika.Ini
berarti bahwa gaya dianggap
salah satu sarana yang dapat
dipergunakan pengarang untuk
mencapai tujuannya.
Catatan Kepustakaan
Satu-satunya pengarang dalam
bahasa belanda mengenai ilmu
teks terdapatpada Van Dijk
(1978a) yang sangat
bermutu.Buku pengarang baku
tentangretorika klasik ialah
karangan lausberg yang pernah
diterbitkan dalam versi singkat
(1963). Hubungan antara
retorika dan argumentasi
dengan jelas diuraikan oleh
filsuf belgia, Perelman (1979).
Komentar bab 6 buku 1 : Pada bab ini dibahas mengenai garis besar retorika dan argumentasi-
argumentasi yang diuraikan oleh filsuf Belgia, Perelman (1979)
BAB VII
JENIS-JENIS SASTRA (GENRE)
1.PENGANTAR
Sering kali pengarang-pengaaraang
berusaha untuk menyelaraskan karya
mereka dengan jenis-jenis kaya sastra
yang sudah ada. Pembagian itu sering kali
pula tidak bersifat deskriptif, melainkan
preskriptif, membuat praturan-peraturan,
sehingga seorang pengarang merasa
bangga bila ia dapat memenuhi peraturan-
peraturan tersebut. (luxemburg da kawan-
kawan1982;107)
Komentar bab 7 buku 1 : Pada bab ini membahas mengenai genre sastra, namun berdasarkan
yang saya baca dalam bab ini tidak ada dijelaskan sama sekali apa itu genre sastra dan apa saja
genre sastra
BAB VIII
BAB VIII : Teks-teks Naratif
1. Pengantar
Yang dimaksudkan dengan teks - teks
naratif ialah semua teks yang tidak
bersifat dialog dan yang isinya merupakan
suatu kisah sejarah,sebuah deretan
peristiwa.
Yang termasuk jenis naratif tidak hanya
sastra,melainkan juga setiap bentuk,warta
berita,laporan dalam surat kabar atau
lewat televisi,berita acara,sas-sus,dan
sebagainya.
4. Alur
yang dinamakan alur ialah konstruksi
yang dibuat pembaca mengenai sebuah
deretan peristiwa yang secara logic dan
kronologik saling berkaitan yang
diakibatkan atau dialami oleh para pelaku.
Alur sebuah cerita dapat disimpulkan
dari data yang disajikan dalam teks.
4.1 peristiwa-peristiwa
yang disebut peristiwa ialah peralihan dari
keadaan yang satu kepada keadaan yang
lain. Denagn berpedoman pada definisi
ini kita dapat membedakan kalimat-
kalimat yang menyajikan sebuah
peristiwa dari kalimat-kalimat deskriptif
dan dari kalimat-kalimat yang
mengungkapkan hal-hal yang
umum,kalimat-kalimat diskursif.
1.Pengantar
Teks Derama iyalah semua tek yang
bersifat dialog-dialog yang isinya
membentangkan sebuah alur .
(hlm 158 )
2.Situasi Bahasa
Dalam sebuah derama dialog merupakan
situasi utama .dialog-dialog merupakan
bagian terpenting sebuah derama dan
sampai taraf tertentu juga berlaku bagi
monolog-monolog. (Hlm 160)
2.1.Dialog
Unit-unit dialog disebut juga giliran
bicara ,diucapkan oleh seorang pelaku
yang mempunyai fungi dalam alur .(Hlm
160)
2.2 Mutlakkah Drama ityu ?
Yang dimaksudkan dengan istilah
“mutlak” iyalah bahwa komunkasi bahasa
yang ekspresif hanya berlaku lewat pelau,
seperti telah dipaparkan . (hlm 164)
2.3 Teks samping
Teks yang diucapkan oleh para pelaku
dibungkus dalam atau dicangkokkan pada
teks samping. Bagi pada pembaca teks
samping itu lebih penting dari pada untuk
para penonton . (hlm 166)
3. Penajian
Dalam sebuh derama alur tidak
diceritakan, melainkan secara fisual
dipanggungkan ini ada pengaruh bagi
penyajian unsur-unsurnya. (hlm 167)
3.1 Peristiwa-peristiwa
Dari beberapa segi derama terikat oleh
konvensi ,yaitu kata sepakat implisi serta
para penonton sehingga apa yang
dipentaskan terjadi sekarang dan disini
juga .(hlm 168)
3.2 Penggarapan Waktu
Bahwa sebuah cerita atau deretan
peristiwa dipentaskan diatas panggung
mwnyebabkan penggarapan waktu
bersifat kronologi,yang terjadi lebih
dahulu juga dipentaskan lebih dahulu.
(hlm 169)
3.3 Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh iyalah sifat-sifat peribadi
seorang pelaku sedangkan istilah aktor
atau pelaku bila kita membahas instansi
atau peran yang bertindak dalam
hubungan alur cerita. (hlm 171)
3.4 Ruang
Dalam derama naturalistik, ruang ditiru
secara mendetail menurut ruang fiktif dan
ini pada gilirannya mirip dengan
kenyataan .(HLM 172)
4.Teori Derama Dan Peraket Derama
Lebih dari pada cabang-cabang lain
didalam ilmu sastra,maka teori derama
kini sering dituduh bersifat rusak dan
normatif. Ini disebabkan karna terlampau
lama dipertahankan teradisi yang
terpangkal pada alitoletes yang mengikat
derama akan norma-norma tertentu. (hlm
173)
Komentar bab 9 buku 1 : Bab ini membahas tentang cabang-cabang dalam ilmu sastra maka teori
drama yang dibahas dalamgrup ini sering dituduh bersifat rusak dan normative
BAB X
1.Pengantar
Dalam pengantar ilmu sastra pada
umumnya tidak akan dibahas fakta-fakta
dari sejarah sastra itu sendiri, pun pula
tidak dengan pengaturan fakta itu,
melainkan dengan prinsip-prinsip yang
mendasari penulisan sejarah sastra
Komentar bab 11 buku 1: Pada penutupan bab ini dibahas mengenai keluar nya teori-teori pada
ilmu sastra yang dibahas dari terciptanya teori tersebut sampai pada pembaharuan teori-teori
sastra
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya orang menyukai sastra. Kata-kata mutiara,
ungkapan-ungkapan yang bersifat persuasive yang merupakan salah satu ciri khas
keindahan bahasa sastra sering kali digunakan orang dalam situasi berkomunikasi.
Kenyataan ini menunjukan bahwa terdapat kecenderungan orang kearah bersastra.
B. SARAN
Semoga CBR ini dapat mengembangkan pengetahuan mengenai teori sejarah sastra yang
baik untuk materi pembelajaran bagi mahasiswa, dan selanjutnya menjadi manfaat untuk
para pembaca.