MK : PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
Hakikat Perencanaan Pembelajaran Bahasa, Elemen-elemen Perencanaan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia serta Faktor Pembelajar Bahasa dan
Kurikulum Pembelajaran BI (KI dan KD)
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada kendala apapun.
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Syamsul Arif,M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan yang telah memberikan saya tugas yang
mencakup tentang “Hakikat Profesi Kependidikan, Jenis-jenis Profesi dibidang Pendidikan,
Hakikat Organisasi dan Kode Etik Profesi Kependidikan” sehingga saya dapat mempelajari
lagi pentingnya mempelajari bagaimana hakikat dari sebuah profesi salah satunya
kependidikan.
Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu
mendukung dalam pengerjaan setiap tugas yang diberikan kepada saya dengan penuh
tanggung jawab.
Makalah ini dibuat bukan hanya sebatas referensi namun, saya berharap bahwa
makalah saya ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i,calon guru, dan bahkan guru sekalipun.
Saya masih merasa makalah saya ini masih memiliki banyak kekurangan yang harus
diperbaiki untuk itu dengan senang hati,saya menerima kritik dan saran dari para pembaca
sekalian agar saya dapat berkembang ke arah yang lebih baik lagi kedepan.
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................04
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................................07
2.3 Faktor Pembelajar Bahasa dan Kurikulum Pembelajaran BI(KI dan KD)
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya tersusun dari dua kata, yaitu perencanaan
dan pembelajaran. Hamzah B, Uno mengungkapkan bahwa perencanaan adalah suatu cara
yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan
berbagai langkah yang antisipatif
guna memperkecil kesenjangan yang terjadi, sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan
yang ditetapkan, sementara itu pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang bukan
sekedar menyampaikan materi pembelajaran, melainkan juga sebagai proses mengatur
lingkungan supaya siswa belajar. Dengan kata lain, dalam proses belajar mengajar siswa
dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk lain dari kedua makna kata,
baik makna kata perencanaan maupun kata pembelajaran sesuatu cara yang memuaskan
disertai dengan langkah-langkah antisipatif untuk membuat pembelajaran dapat berjalan
dengan baik sehingga dapat membentuk watak, peradaban dan meningkatkan mutu
kehidupan siswa.
Sementara itu, menurut peraturan pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan
atas peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan pasal 20
dijelaskan, bahwa”Perencanaan Pembelajaran adalah penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran untuk setiap muatan pembelajaran”. Secara lebih eksplisit selanjutnya
diungkapkan alam permendikbud RI No.65 tahun 2013 tentang standar proses pada
lampiranya Bab III, yaitu perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi.
Penulis memiliki tujuan agar para pembaca dapat mengerti dan memahami betapa
pentingnya suatu perencanaan, bukan hanya dalam bidang pembelajarana bahasa saja namun
dalam aspek lainnya juga. Pembaca dapat mengerti bagaimana menyusun rencana agar lebih
tertata rapi dan pastinya dapat dengan mudah dilaksakan. Bagaimana pengertian
pembekajaran itu sebenarnya dan apa apa saja elemen yang dapat dilaksanakan dalam
perencanaan pembelajar.
Perencanaan berasal dari kata “rencana” yang berarti pengambilan keputusan untuk
mencapai tujuan. Menurut Ely sebagaimana dikutip Sanjaya mengatakan bahwa perencanaan
itu pada dasarnya suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil
yang diharapkan.Pendapat di atas menggambarkan bahwa setiap perencanaan dimulai dengan
menetapkan target atau tujuan yang akan dicapai, selanjutnya berdasarkan penetapan target
atau tujuan tersebut dirumuskan bagaimana mencapainya. Sejalan dengan itu, Terry (1993)
mengatakan bahwa perencanaan adalah penetapan kegiatan yang harus dilakukan kelompok
untuk mencapai tujuan tertentu.Reigeluth sebagaimana dikutif Salma (2007) membedakan
perencanaan dengan pengembangan. Ia menyatakan pengembangan adalah penerapan kisi-
kisi perencanaan di lapangan. Kemudian setelah uji coba selesai, maka perencanaan tersebut
diperbaiki atau diperbarui sesuai dengan masukan yang telah diperoleh.
Sementara itu, pembelajaran berasal dari kata instruction yang banyak digunakan
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Kata instruction banyak dipengaruhi oleh aliran
pskologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan. Di samping
itu, kata instruction dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diprediksi dapat
memfasilitasi siswa dalam mempelajari segala sesuatu, dan peran guru berubah menjadi
fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne (1992)
bahwa pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang dilakukan guru untuk mengelola
fasilitas dan sumber belajar yang tersedia agar dapat dimanfaatkan siswa dalam mempelajari
sesuatu.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Untuk mencapai pembelajaran maka dibutuhkan
perencanaan pembelajaran, di dalam perencanaan pembelajaran berisi tentang kegiatan atau
tindakan apa yang akan dilakukan dalam proses kegiatan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seorang guru
untuk menentukan cara apa yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran,
menentukan materi apa yang akan disampaikan serta alat atau media apa yang diperlukan.
Perencanaan pembelajaran bukan untuk itu, akan tetapi untuk memudahkan peserta
didik belajar. Peserta didik yang selayaknya dijadikan kunci akhir dalam menetapkan mutu
suatu perencanaan pembelajaran.
B.Konsep Perencanaan
gunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku, kognitif dan aspek
yang
yang berkaitan dengan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem
pembelajaran.
2. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-
sumber pembelajaran dan prosedur- prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
Pengembangan sistem pembelajaran melalui proses sistemik selanjutnya diimplementasikan
dengan mengacu pada sistem perencanaan.
3. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang
senantiasa memerhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pembelajaran dan
implementasinya.
4. Perencanaan pembelajaran sebagai sains adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari
pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas
pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang sempit dari materi pelajaran dengan
segala tingkatan kompleksitasnya.
D. Pentingnya Perencanaan
Peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai
dengan cita-cita dan harapan masa depan. Dari pengertian beberapa ahli, bisa dikatakan
bahwa peserta didik adalah orang/individu yang mendapat pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuan agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta
mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya.
b. Guru
Peran guru yang pertama sebagai pengajar, salah satu tugas yang harus dilaksanakan
oleh guru disekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi
siswa atau anak didik yang mampu memiliki karakter, keterampilan, dan intelektual yang
baik. Kedua sebagai pembimbing, guru memberikan bimbingan bantuan terhadap individu
untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga, serta masyarakat.
2.3 Faktor Pembelajar Bahasa dan Kurikulum Pembelajaran BI(KI dan KD)
Belajar (learning), sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif
berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-
pengalaman. Para ilmuwan perilaku berusaha mengukur apa yang telah dikerjakan oleh
seorang makhluk untuk dapat menguasai belajar ini. Tetapi, belajar itu sendiri merupakan
kegiatan yang terjadi di dalam diri seseorang, yang sukar untuk diamati secara langsung.
Menurut pendapat ahli modern belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan. Sedangkan, menurut pendapat tradisional, belajar adalah
menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, di sini yang dipertimbangkan adalah
pendidikan intelektual. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan
segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik, khususnya
para guru.
Cartledge dan Milburn menguraikan pula bahwa faktor-faktor yang memengaruhi prestasi
belajar yaitu:
Karakteristik yang meliputi tingkat perkembangan, jenis kelamin dan gangguan pada
kemampuan kognitif dan perilaku.
Kriteria sosial yang meliputi konteks sosial, situasi spesifik yang dihadapi, hubungan
seseorang dengan kelompok sosialnya, serta validitas sosial.
Manger, dkk mengemukakan bahwa perbedaan jenis kelamin, tingkat perkembangan, dan
motivasi intrinsik merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan. Hurlock
menguraikan bahwa dukungan dan cara pengasuhan demokratis mampu memberikan
kesempatan berkembangnya anak secara optimal. Dalam kesempatan tersebut, akan
memeroleh kesempatan belajar dan mandiri seluas-luasnya. Selain cara pengasuhan, keadaan
keluarga terutama status sosial ekonomi dan status gizi berpengaruh pula pada keberhasilan
belajar. Hal ketiga yang memengaruhi prestasi belajar adalah jenis kelamin.
Upaya-upaya yang selama ini yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan khususnya prestasi belajar peserta didik, nampak tidak didasari oleh analisis yang
mendalam dan komprehensif tentang berbagai faktor yang memengaruhi prestasi belajar itu.
Upaya-upaya yang selama ini dilakukan pemerintah untuk meningkatkan prestasi belajar
peserta didik lebih menekankan pada penanganan faktor lingkungan (faktor eksternal) seperti
meningkatkan kesejahteraan guru serta mengembangkan sarana dan prasaran pendidikan.
Faktor-faktor perilaku (faktor internal) seperti motivasi belajar peserta didik, kebiasaan
belajar dan self-regulated learning (SRL) belum mendapatkan perhatian yang serius.
Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar dalam teori kognitif sosial (social
cognitive theory) dibangun dari dua faktor utama, yaitu:
1. Faktor perilaku (faktor internal) peserta didik.
Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam, yang memengaruhi individu,
diantaranya berupa kondisi biologis, kondisi emosional, dan tingkat perkembangan yang
dimiliki, selain itu juga meliputi tingkat kecerdasan dan karakteristik individu atau ciri
kepribadian.
2. Faktor internal.
Faktor internal adalah faktor yang datang dari diri siswa, antara lain minat belajar,
motivasi belajar, bakat, dan persepsi, baik persepsi siswa terhadapat mata pelajaran maupun
terhadap guru pengajar. Faktor internal sangat penting dalam menentukan hasil belajar
seseorang.
Minat belajar merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang dan diperhatikan terus-menerus disertai dengan
rasa senang (Slameto, 2010:57). Minat belajar perlu mendapatkan perhatian khusus karena
minat belajar merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar.Di samping
itu, minat yang timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor yang sangat penting bagi siswa
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan atau usaha-usahanya. Anak akan belajar dengan baik
apabila mempunyai minat belajar yang besar. Jika memiliki keinginan untuk belajar yang
tinggi, ia akan cepat mengingat dan mengerti apa yang ia pelajari. Siswa dengan minat yang
tinggi pada suatu mata pelajaran tertentu akan mendorong dirinya untuk mengetahui secara
mendalam materi pelajaran yang didapatnya. Siswa yang memiliki minat tinggi terhadap
pelajaran Bahasa Indonesia, sudah tentu akan selalu berupaya untuk memperbaiki hasil
belajarnya. Siswa tersebut akan aktif bertanya jika menemukan kesulitan dalam memahami
pelajaran bahasa Indonesia. Sebaliknya, seorang siswa yang memiliki minat yang rendah
pada pelajaran Bahasa Indonesia, akan mengikuti proses kegiatan belajar dengan kurang aktif
dan akan berdampak pada hasil belajar yang diperolehnya. Dengan demikian, siswa dengan
minat belajar yang tinggi akan mencapai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang
minat belajarnya rendah.
Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan mencurahkan perhatiannya secara
maksimal. Dengan demikian, minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada lainnya. Seseorang yang
belajar dengan penuh minat, ia akan berusaha untuk belajar dengan penuh perhatian dan
semangat belajar yang tinggi, serta senantiasa memotivasi dirinya untuk tertarik pada materi
yang dipelajarinya, sehingga prestasi belajar meningkat.
Faktor internal menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik maupun mental atau
psikis. Faktor internal ini sering disebut faktor intrinsik yang meliputi kondisi fisiologi dan
kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan lain-lain.
b. Kondisi Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena itu, semua keadaan dan
fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah
berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor
luar mendukung tetapi faktor psikologis tidak mendukung maka faktor luar itu akan kurang
signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan
kognitif adalah faktor psikologis yang utama memengaruhi proses dan hasil belajar
mahasiswa.
Di samping kondisi fisiologis umum, hal yang paling penting adalah kondisi panca
indera terutama penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia pelari
menggunakan penglihatan dan pendengaran. Orang belajar dengan membaca, melihat contoh
atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan
guru dan orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain-lain.
d. Intelegensi/Kecerdasan
Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk belajar dan
memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi seseorang rendah bagaimanapun usaha
yang dilakukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik
niscaya usaha belajar tidak akan berhasil.
e. Bakat
f. Motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa
senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang
banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi
sangat sedikit yang tertinggal dalam belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang
turut memengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan
terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan
masa depan yang penuh tantangan dan harus untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang
tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar. Bila ada
mahasiswa yang kurang memiliki motivasi instrinsik diperlukan dorongan dari luar yaitu
motivasi ekstrinsik agar mahasiswa termotivasi untuk belajar.
C. Faktor Lingkungan (Faktor Eksternal) Peserta Didik dalam Belajar (Brown, 1999;
Hergenhahn & Olson, 2009)
Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu, diantaranya
berupa dukungan keluarga, kondisi sosial ekonomi, pengaruh budaya, dan kelompok sosial.
Faktor eksternal yang meliputi pola asuh orang tua, persaingan antar saudara, adanya anggota
keluarga lain di dalam rumah di luar keluarga inti, hubungan dengan orang dewasa di luar
anggota keluarga, serta hubungan dengan kelompok sosialnya.
Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti lingkungan
belajar, lingkungan keluarga, latar belakang sosial ekonomi keluarga, dan perhatian orang tua
dalam membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami anak. Faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar salah satunya adalah faktor keluarga, terutama orang
tua. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang yang
mempunyai hubungan pertalian darah (Bahan Ajar Pengantar Pendidikan, 2006:55).
Cara orang tua mendidik anak memberikan pengaruh yang besar terhadap belajar
anak. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga sehat berperan
penting bagi pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan
dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. Berdasarkan hal tersebut,
dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anak. Cara orang
tua mendidik anak akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.
Menurut Slameto (2010:61), orang tua yang kurang atau tidak memerhatikan
pendidikan anak dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar. Orang tua yang
kurang atau tidak memerhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh
terhadap belajar anak, tidak memerhatikan sama sekali kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar anak, tidak
menyediakan atau melengkapi alat belajar anak, tidak memerhatikan apakah anak belajar atau
tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anak, dan tidak mau tahu kesulitan-
kesulitan belajar yang dialami anak.
Orang tua mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan. Orang tua merupakan
salah satu komponen yang harus bertanggung jawab atas pendidikan anak. Oleh karena itu,
sangat diperlukan adanya pembinaan dan perhatian yang baik dalam proses belajar anak.
Keterlibatan orang tua atas aktivitas anak dalam belajar merupakan salah satu hal yang
diperlukan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Bentuk lain dari perhatian orang tua dalam
proses pendidikan anak dan membantu anak dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
di sekolah adalah mendorong dan memotivasi anak untuk belajar serta melengkapi seluruh
kebutuhan yang berhubungan dengan sekolah.
Hal itu mudah dilakukan oleh orang tua yang memiliki tingkat pendidikan dan tingkat
ekonomi yang memadai, karena dengan bekal itu orang tua dapat memberikan bimbingan dan
solusi dalam pemecahan masalah kesulitan belajar yang dihadapi anak. Agar siswa dapat
memahami dan memiliki minat terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia, orang tua perlu
memberikan perhatian kepada anak sehingga memahami apa yang dibutuhkan anak agar
dapat meningkatkan prestasi belajar.
Faktor eskternal meliputi segala sesuatu ang berasal dari luar diri individu yang dapat
mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain.
1. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan alami, seperti keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada
belajar pada suhu udara yang lebih panas dan pengap.
b. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya (wakilnya), walaupun
yang berwujud hal yang lain langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.
Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang
mondar-mandir di dekatnya atau keluar masuk kamar. Representasi manusia misalnya
memotret, tulisan, dan rekaman suara juga berpengaruh terhadap hasil belajar.
2. Faktor Intrumental
Faktor-faktor instrumental adalah yang penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar
yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan yang telah dirancang. Faktor-faktor ini dapat berupa:
a. Perangkat keras (hard ware) misalnya gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum,
dan sebagainya.
b. Perangkat lunak (soft ware) seperti kurikulum, program, dan pedoman belajar lainnya.
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar Bahasa Indonesia peserta didik antara
lain sebagai berikut. (1) pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran dapat menjadi faktor yang memengaruhi hasil belajar Bahasa Indonesia, (2)
kosakata siswa belum memadai untuk mempelajari materi dalam pembelajaran, (3) keadaan
siswa di rumah juga berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia, (4) jarak rumah
dengan sekolah yang cukup jauh, (5) lingkungan sosial siswa di rumah yang kurang
mendukung, (6) fasilitas atau instrumen dalam pembelajaran di sekolah tidak memadai, (7)
kondisi geografis sekolah, (8) kurangnya tenaga guru yang profesional. Faktor-faktor yang
memengaruhi hasil belajar yang telah dikemukakan tersebut hanya sebagaian kecil dari
faktor-faktor lain yang belum dikemukakan. Demikian beragam dan kompleksnya faktor-
faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
a. Pendekatan Formal
Pendekatan formal merupakan pendekatan klasik dan tradisional dalam pembelajaran
bahasa. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan bahwa pembelajaran bahasa merupakan
kegiatan rutin yang konvensional, dengan mengikuti cara-cara yang telah biasa dilakukan
berdasar pengalaman. Oleh karena itu, pendekatan ini tidak memiliki latar belakang teoritis.
Prosedur pembelajarannya pun hanya mendasarkan pada pengalaman pengajar dan apa yang
dianggap baik oleh umum. Menurut pendekatan ini, yang dikemukakan oleh Semi,
pembelajaran dimulai dengan rumusan-rumusan teoritis kemudian diaplikasikan dengan
contoh-contoh pemakaiannya. Metode pembelajaran bahasa yang relevan dengan pendekatan
ini adalah metode terjemahan tata bahasa dan metode membaca.
b. Pendekatan Empirik
Pendekatan empirik ini sering disebut dengan pendekatan atau aliran behavioris,
pendekatan mekanis. Disebut pendekatan empirik karena didasarkan pada pengalaman,
dan disebut pendekatan behavioris karena mendapat masukan dari psikologi behavioristik.
Disebut pendekatan mekanik karena sifat dari tingkah laku dalam psikologi behavioristik
adalah mekanis. Tokoh aliran ini misalnya Skinner. Adapun asumsi-asumsi dalam
pendekatan ini meliputi:
a. Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan.
b. Bahasa adalah rangkaian kebiasaan.
c. Bahasa yang sewajarnya adalah yang digunakan penuturnya, bukan yang seharusnya
diujarkan.
d. Ajarkanlah bahasa, dan bukan tentang bahasa.
e. Tidak ada dua bahasa yang sama. Metode pembelajaran bahasa yang sesuai dengan
pendekatan mekanis ini adalah metode aural oral, metode mimikri memorisasi, metode drill
.
c. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan pendekatan pembelajaran bahasa yang dilandasi
oleh asumsi yang menganggap bahwa bahasa adalah seperangkat kaidah. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata
bahasa. Dalam hal ini, pembelajaran lebih menekankan pada pengetahuan tentang fonologi,
morfologi, dan sintaksis.Dengan demikian pengetahuan bidang kognitif bahasa lebih
diutamakan. Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan semakin cermat dalam menyusun
kalimat, karena mereka memahami kaidahnya.
d. Pendekatan Keterampilan
Proses Setiap manusia yang dilahirkan dibekali dengan kemampuan dasar.
Kemampuan dasar ini ini tumbuh dan berkembang bila dibina dan dilatih. Sebaliknya,
kemampuan dasar itu menjadi tumpul bila tidak dibina. Dalam belajar, diperlukan
keterampilan intelektual, sosial, dan fisik. Ketiga keterampilan inilah yang mendasari
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Setiap keterampilan terdiri atas
beberapa subketerampilan yang perlu dilatihkan. Keterampilan proses berfungsi sebagai alat
menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan dan dikembangkan
berfungsi sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan
keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam pembelajaran mengahasilkan
terbentuknya sikap dan nilai dalamdiri siswa. Sikap dan nilai tersebut misalnya teliti, kreatif,
kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerjasama, rajin
dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun oleh sejumlah keterampilan-keterampilan. Karena itu
pencapaian atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar dalam
semua mata pelajaran. Tidak ada satu mata pelajaran pun yang dapat mengembangkan
keterampilan itu secara utuh. Karena itu, ada keterampilan yang cocok dikembangkan dengan
mata pelajaran tertentu, dan ada pula keterampilan yang lain dikembangkan dengan
mata pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik masing-masing. Karena
itu penjabaran keterampilan proses yang dapat dikembangkan juga berbeda sesuai dengan
karakteristiknya. Perbedaan itru sifatnya tidak mendasar tetapi merupakan variasi-variasi
belaka.
a. Mengamati
1) Menatap, memperhatikan
2) Membaca, memahami bacaan
3) Menyimak, memahami sesuatu yang dikatakan orang lain
b. Menggolongkan, mencari persamaan, perbedaan atau
penggolongan berbagai objek yang dipelajari.
c. Menafsirkan
e. Mengkomunikasikan
1) Berdiskusi: melakukan diskusi, tanya jawab, dengan menggunakan argumentasi
atau alasan untuk memecahkan masalah.
2) Mendeklamasikan
3) Dramatisasi
4) Bertanya
5) Mengarang
6) Bermain peran
7) Melaporkan
e. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasionalis dikenal sebagai aliran mentalis yang dipelopori
oleh Chomsky. Aliran ini muncul dalam bidang bahasa dan pengajaran bahasa pada tahun
1960-an. Adapun asumsi-asumsinya adalah:
f. Pendekatan Fungsiona
g. Pendekatan Terpadu
Misalnya pada waktu kita membaca, berhadapan dengan ejaan, kosa kata, struktur
kalimat. Setelah membaca mungkin membuat catatan, menceriterakannya kepada orang lain.
Pada saat kita berbicara atau menulis perlu memilih kosa kata yang tepat dan
menerapkan struktur kalimat yang tepat. Hal ini jelas bahwa kegiatan membaca, berbicara,
menyimak, dan menulis merupakan kegiatan yang terpadu. Guru-guru yang menggunakan
filsafat bahasa terpadu, tentu saja memberikan pengetahuan kognitif kepada siswa, tetapi di
samping itu mereka juga menjadi model dalam hal membaca, menulis dan sebagainya.
Dengan demikian, kelas mereka ditandai oleh komunikasi dan interaksi dengan
bahasa yang hidup. Penerapan pembelajaran bahasa terpadu memerlukan perlengkapan yang
memadai, setidak-tidaknya ada perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan guru dan siswa. Lebih baik lagi jika sekolah memiliki
laboratorium dan kelas khusus. Namun dengan kondisi sekolah yang sederhana pun
dapat melaksanakan pembelajaran terpadu asal guru betul-betul mempersiapkan hal-hal yang
mendukung pelaksanaannya. Salah satu model pembelajaran terpadu yaitu pembelajaran
tematik diartikan sebagai pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
sebagai pemadu beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna bagi
peserta didik. Dikatakan bermakna, karena peserta didik akan mempelajari konsep-konsep
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Pembelajaran tematik dapat diterapkan dengan meliputi beberapa mata
pelajaran atau dalam satu mata pelajaran. Misalnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
pelaksanaan pembelajaran terpadu dilakukan dengan memadukan beberapa keterampilan
berbahasa dalam satu tema.
h. Pendekatan Integral
i. Pendekatan Sosiolinguistik
Pendekatan sosiolinguistik diartikan sebagai pendekatan pembelajaran bahasa yang
memanfaatkan hasil studi sosiolinguistik
yang menghubungkan gejala masyarakat dengan gejala bahasa.
Konsep-konsep sosiolinguisik yang memberikan sumbangan
terhadap pembelajaran bahasa di antaranya:
a. Bahasa merupakan suatu sistem yang memiliki variasi atau ragam, setiap ragam memiliki
peran, fungsi, gejala bahasa tertentu, serta kawasan pemakaian tertentu pula. Semua ragam
perlu dipelajari sesuai konteksnya;
a. Pengajaran bahasa harus diarahkan pada penguasaan kompetensi komunikatif oleh peserta
didik;
b. Salah satu cara menganalisis komunikasi melalui bahasa dilakukan dengan
mengeidentifikasi fungsi-fungsi bahasa yang khas, cara pemakaian bahasa dengan tujuan
khusus;
c. Analisis fungsional kegiatan komunikasi adalah menemukan fungsi-fungsi bahasa yang
bersangkutan dengan komunikasi tersebut. Pengajaran bahasa memberi penekanan pada
fungsi bahasa yang penting;
d. Analisis linguistik atas kegiatan komunikasi adalah menemukan bentuk-bentuk linguistik
yang diperlukan dalam setiap jenis kegiatan berkomunikasi. Analisis ini berguna untuk
memberikan penekanan pada pembelajaran bahasa dan untuk memilih materi pembelajaran;
e. Analisis bahasa yang berkembang dalam masyarakat perlu dipetakan untuk mengetahui
dinamika bahasa.
i. Pendekatan Psikologi
Teori ini berasumsi bahwa segala tingkah laku termasuk tingkah laku berbahasa
manusia merupakan respons terhadap stimulus. Proses belajar juga merupakan mekanisme
stimulus respons. Dalam proses belajar tergantung pada faktor yang berada di luar diri anak
sehingga memerlukan stimulus dari pengajar. Di samping itu, hasil belajar banyak ditentukan
oleh proses peniruan, pengulangan, dan penguatan. Belajar harus melalui tahap-tahap
tertentu, sedikit demi sedikit, yang mudah mendahului yang sulit.
b. Teori gestalt
c. Teori kognitif
Menurut teori ini segala aktivitas menusia yang dilakukan dengan sadar bersumber
pada otak dan digerakkan oleh kognitif yang meliputi segala aspek kegiatan mulai dari
menyadari adanya masalah, mengidentifikasikannya, merumuskan hiopotesis,
mengumpulkan informasi atau data, menyimpulkan, mengevaluasi simpulan dan strategi
untuk mencapai tujuan. Pusat kognitif terletak di dalam susunan syaraf pusat, yang memiliki
kemampuan mengolah dan menyimpan informasi yang hampir tidak terbatas jumlah dan
ragamnya. Hal tersebut mengingatkan bahwa keberhasilan pembelajaran tidak hanya
ditentukan oleh faktor pengajar. Aspek psikologis, respons peserta didik serta kemampuan
bawaan merupakan faktor yang penting juga.
j. Pendekatan Psikolinguistik
k. Pendekatan Komunikatif
Pendapat ini didukung oleh ahli psikologi dan psikolinguistik. Bullock menyimpulkan
hasil penelitiannya bahwa bahasa merupakan faktor utama dalam proses pembelajaran dan
pengembangan kemampuan kognitif. Bahasa dipandang sebagai sarana aktivitas simbolik.
Dengan bahasa seseorang dapat merefleksikan kehidupannya,
menerjemahkan dan mentransformasikan pengalamannya. Sedangkan asumsi/prinsip
pendekatan komunikatif secara rinci dideskripsikan seperti berikut (Suyono, 1990: 45):
a. Fungsi utama bahasa adalah alat komunikasi, karena itu pengajaran bahasa didasarkan pada
fungsi komunikatif bahasa;
b. Tujuan utama pengajaran bahasa adalah penguasaan kompetensi dan performansi
komunikatif;
c. Pengajaran bahasa harus didasarkan pada dan menjawab
kebutuhankebutuhan komunikatif peserta didik;
d. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengambil bagian dalam peristiwa
komunikat yang bemakna, denganpenutur asli;
e. Dalam proses belajar mengajar dan di luar proses belajar mengajar mengoptimalkan
pemakaian bahasa dalam peristiwa komunikatif;
f. Memberikan informasi, latihan, praktik dan pengalaman-pengalaman berbahasa yang
dihubungkan dengan peristiwa komunikatif;
g. Diarahkan pada penggunaan bahasa dan bukan pengetahuan bahasa;
h. Semua ragam bahasa berguna, di antaranya untuk menyampaikan informasi;
i. Buku teks atau bahan pengajaran yang paling baik adalah yang memberikan bahan latihan
komunikatif yang bermanfaat;
j. Pembelajaran beranggapan bahwa:
1) bahan pembelajaran berupa bahasa sebagai alat komunikasi,
2) bahan pembelajaran merupakan kegiatan bukan pokok bahasan,
3) bahan pembelajaran mendorong peserta didik untuk berkomunikasi,
4) aktivitas untuk berkomunikasi yang sebenarnya mendorong peserta didik untuk belajar,
5) aktivitas berbahasa yang bertujuan untuk mengerjakan tugas yang bermakna mendorong
peserta didik untuk belajar,
6) materi dan silabus komunikatif disusun setelah dilakukan analisis kebutuhan komunikatif
peserta didik,
7) dalam pembelajaran peserta didik sebagai pusat dan guru sebagai penyuluh, pembimbing,
8) peran bahan pembelajaran sebagai penunjang dan perangsang terjadinya proses
komunikasi sehingga peserta didik aktif, dan
9) bahan pembelajaran berupa teks, tugas, dan bahan otentik.
Pendekatan komunikatif memandang bahwa bahasa lebih tepat dilihat sebagai sesuatu
yang berkenaan dengan apa yang dapat ditindakkan dengan bahasa atau juga berkenaan
dengan makna apa yang yang dapat diungkapkan dengan bahasa.
Brumfit dan Finocchiaro (dalam Hairudin, 2007: 4-19) menyatakan bahwa cirri-ciri
pendekatan komunikatif adalah:
a. Makna merupakan hal yang terpenting;
b. Percakapan harus berpusat pada sekitar fungsi komunikatif dan tidak dihafalkan;
c. Kontekstualisasi merupakan premis pertama;
d. Belajar behasa berarti belajar berkomunikasi;
e. Komunikasi efektif dianjurkan;
f. Latihan penubihan atau drill diperbolehkan, tetapi tidak memberatkan;
g. Ucapan yang dapat dipahami diuatamakan;
h. Setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik;
i. Setiap upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal;
j. Penggunaan bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak;
k. Terjemahan digunakan jika diperlukan peserta didik;
l. Membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal;
m. System bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi;
n. Komunikasi komunikatif merupakan tujuan;
o. Variasi linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi;
p. Urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna untuk memperkuat
minat belajar;
q. Guru mendorong peserta didik agar dapat bekerjasama dengan menggunakan bahasa;
r. Bahasa diciptakan oleh peserta didik melalui mencoba dan mencoba;
s. Kefasihan dan bahasa yang berterima merupakan tujuan utama, ketepatan dinilai dalam
konteks bukan dalam keabstrakan;
t. Peserta didik diharapkan berinteraksi dengan orang lain melalui kelompok atau pasangan,
lisan dan tulis;
u. Guru tidak bisa meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta didiknya;
v. Motivasi intrinsik akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang dikomunikasikan.
Peran Peserta Didik dalam pembelajaran Robin dan Thompson (dalam Tarigan, 1999:
201) mengemukakan cirri peserta didik yang sesuai dengan konsep pendekatan komunikatif
adalah:
a. Selalu berkeinginan untuk menafsirkan tuturan secara tepat,
f. Selalu memantau ujaran diri dan ujaran mitra bicaranya untuk mengetahui apakah polapola
bahasanya dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat.
Peran Guru dalam Pembelajaran Peran guru dalam pembelajaran bahasa yang
berpendekatan komunikatif adalah sebagai salah satu sumber belajar yang dapat dilengkapi
dengan sumber belajar dari peserta didik, dan lingkungan. Chandlin (dalam Tarigan, 1999:
201) menyatakan peran guru dalam pembelajaran bahasa berpendekatan komunikatif adalah:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan ini saya dapat menyimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran ialah suatu
struktur yang menyangkut aspek strategi yang berpengaruh terhadap pembelajaran khususnya
di bidang bahasa. Dalam pembuatan kurikulum sering terjadi beberapa pendekatan agar
faktor yang disebabkan oleh pendekatan tersebut cenderung positif dan berguna. Elemen
elemen yang terkandung dalam perencanaan pembelajaran juga menjadi peranan penting
dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.uin-suska.ac.id/14575/6/6.%20BAB%20I_20181105PIPS-E.pdf
file:///C:/Users/PC/Downloads/456333311-Elemen-Perencanaan-Pembelajaran-pptx.pdf
Sagita Krissandi ,Apri Damai, Widharyanto ,B., Purnama D,Rishe. 2018.Pembelajaran
Bahasa Indonesia untuk SD (Pendekatan dan Teknis).Bekasi:Penerbit Media Maxima Graha
Persada Sentosa
Agung, A. A. G. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media
Publishing.
Ahmadi, A. & J. T. Prasetiya. 2005. SBM: Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka
Setia.
Chulsum, U. & Windi, N. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Shaleh, Abdul. 2009. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana