Anda di halaman 1dari 13

SEMANTIK MENURUT BLOMMFIELD

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Semantika Al-Qur’an

Yang diampu oleh Bapak Dr. Afifullah, M. Sc.

Oleh:

Badrut Tamam

Lia Antika Dewi

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

APRIL 2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas makalah dengan judul “Semantik menurut Blommfield ”.

Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang
telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
bendarang yakni agama Islam. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas yakni mata kuliah “Semantika Al-Qur’an ” yang diampu oleh bapak Dr.
Afifullah, M. Sc.

Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak sekali


bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam
kesempatan ini kami juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak. Kami menyadari pentingnya akan sumber bacaan sebagai refrensi
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah ini, kami juga
masih menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami
sebagai penulis mengharapkan kritik saran untuk membangun penyempurnaan
makalah ini, semoga makalah ini bisa menjadi bermanfaat bagi kita semua.
Pamekasan, 09 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………... 1

A. Latar Belakang………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 1
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………… 3

A. Biografi Blommfield………………………………………… 3

B. Semantik menurut Blommfield……………………………….. 5


BAB III PENUTUP………………………………………………………... 8

A. Kesimpulan .………………………………………………… 8
B. Saran………………………………………………………….. 8

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa sebagai sistem lambang, adalah untuk melambangkan suatu
makna berupa pengertian, konsep, ide dan atau pikiran yang ingin
disampaikan kepada pihak lain. Karenanya, semua bahasa pasti mempunyai
makna atau bermakna. Di sisi lain, sebagai sebuah sistem, bahasa juga
bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa tersusun menurut
suatu pola tidak secara acak atau sembarangan. Sistemis maksudnya bahasa
bukanlah sebuah sistem tunggal, tetapi terdiri dari subsistem-subsistem.
Sub- sistem tersebut antara lain berupa tataran fonologi, tataran morfologi,
tataran sintaksis, dan tataran semantik. Konstruksi subsistem-subsitem
secara sistematis dan sistemik itu yang kemudian membentuk satu sistem
lambang bunyi (ujaran) yang mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi
bahasa tersebut mewujud dalam bentuk satuan tertentu dan semuanya
mempunyai makna.1
Kajian tentang makna merupakan salah satu bagian penting dalam
kajian-kajian kebahasaan. Mengingat makna adalah bagian dari bahasa,
maka banyak ahli kemudian memandang semantik (ilmu tentang makna)
sebagai cabang tak terpisahkan dari linguistik. Maka dari itu, penulis akan
berusaha menjelaskan tentang Salah satu kajian penting dalam semantik
yakni pembahasan tentang semantik menurut Bloomfield yang tertera dalam
judul makalah ini, agar pembaca bisa mengetahui bagaimana semantik
menurut Blommfield.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Blommfield?
2. Bagaimana Semantik menurut Blommfield?

1
Devi Aisyah, “Al-Wahdad Al-Dilalah: Kajian Satuan Semantik Dalam Bahasa Arab,” Hadharah,
vol 7, no.2, (Juli, 2013), 93-94.

1
C. Tujuan Pembahasan
Dari penulisan makalah ini dapat diambil beberapa tujuan masalah
yaitu:
1. Untuk mengetahui biografi Blommfield
2. Untuk mengetahui dan memahami Semantik menurut Blommfield

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Blommfield
Nama lengkap Leonard Bloomfield lahir pada tanggal 1 April 1887,
di Chicago. beliau lulus di universitas Harvard College pada usia 19 tahun
dan melakukan pekerjaan pascasarjana selama 2 tahun di University of
Wisconsin, dimana ia juga mengajar di Jerman. Minatnya dalam linguistik
terangsang oleh Edward Prokosch, seorang ahli bahasa di departemen
Jerman, Bloomfield menerima gelar doktor dari University of Chicago
pada tahun 1909.2
Leonard Bloomfield merupakan ilmuwan linguistik Amerika (1887-
1947). Ia sangat terkenal karena bukunya yang berjudul Language (terbit
pertama kali tahun 1933). Aliran Struktualis ini berkembang pesat di
Amerika pada tahun tiga puluhan sampai akhir tahun lima puluhan. Selain
karena bukunya, ia juga terkenal karena keterpengaruhannya terhadap
aliran behaviorisme dalam psikologi yang diyakininya, juga hubungannya
dengan ahli ilmu jiwa tingkah laku.3
Leonard Bloomfield Dalam menganalisis bahasa Bloomfield
dipengaruhi oleh 2 aliran psikologi yang saling bertentangan yaitu
mentalisme dan behaviorisme. Pada mulanya beliau menggunakan prinsip-
prinsip mentalisme yang sejalan dengan teori psikologi . Di sini beliau
berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman yang
menyenangkan terutama karena adanya tekanan emosi yang kuat. Jika
melahirkan pengalaman dalam bentuk bahasa ini karena adanya tekanan
emosi yang kuat maka muncullah ucapan (kalimat) ekslamasi. Jika
pengalaman ini lahir dari keinginan berkomunikasi maka lahirlah kalimat

2
Yunita Suryani, “Teori Leonard Bloomfield,” Academia, diakses dari
https://www.academia.edu/3632003/Teori_Leonard_Bloomfield pada tanggal 9 April 2023 pukul
00.48 WIB.
3
Arisnaini, “Implementasi Teori Behavioris-Strukturalis dalam Pembelajaran Bahasa Arab,”
Serambi Tarbawi, vol. 10, no.2 (Juli, 2022), 200.

3
deklarasi. Jika keinginan berkomunikasi ini bertukar menjadi keinginan
untuk mengetahui maka akan menjadi kalimat interogasi.4
Dalam tulisan “John Firth: Aliran Prosodi dan Linguistik Britania”
mengatakan, saya menulis bahwa Leonard Bloomfield sering kali tidak
memedulikan makna dalam kerja-kerja linguistiknya. Kemudian Chaer
juga menjelaskan bahwa Bloomfield dan linguis strukturalisme lainnya
kurang menaruh perhatian terhadap masalah makna. Hussein juga
“Leonard Bloomfield and the Exclusion of Meaning from the Study of
Language” mengatakan bahwa Bloomfield sebetulnya tidak betul-betul
mengabaikan segi makna.5
Memang, beliau lebih mengutamakan bentuk ketimbang makna.
Namun, seperti ditulis oleh Suhardi bahwasanya Bloomfield justru
mengecam linguis-linguis yang mengabaikan makna dalam penelitian
bahasa. Menurut beliau, makna adalah titik lemah teori linguistik karena
sangat sulit untuk ditentukan. Maka dari itu, Bloomfield menyarankan
perlunya pembedaan antara pengkajian tata bahasa dan makna. Lagi-lagi,
kita perlu menggarisbawahi bahwa pendapat itu tidak menandakan makna
sebagai unsur yang nirguna atau tidak ada guna dalam kacamata
Bloomfield. Bagi Bloomfield, makna adalah situasi yang bergantung pada
hubungan antara ucapan dan peristiwa yang melatarinya. Banyak unsur
nonlinguistik yang perlu diteliti dalam penyelidikan makna. Bahkan,
menariknya lagi, pada 1933 Bloomfield sudah berpendapat bahwa ilmu
pengetahuan belum bisa sepenuhnya menguak kesahihan sebuah makna.6

4
Suryani, “Teori Leonard Bloomfield,”.
5
Yudhistira, “Leonard Bloomfield: Makna adalah Situasi,” Narabahasa, diakses dari
https://narabahasa.id/tokoh-bahasa/leonard-bloomfield-makna-adalah-situasi ada tanggal 9 April
2023 pukul 01.09 WIB.
6
ibid.

4
B. Semantik menurut Bloomfield
Dalam usahanya menganalisis bahasa, Bloomfield telah dipengaruhi
oleh dua aliran psikologi yang saling bertentangan, yaitu mentalisme dan
behaviorisme. Sebelum Bloomfield menganut aliran behaviorisme, beliau
terlebih dahulu menganut teori mentalisme. Namun sejak 1925 beliau
meninggalkan teori tersebut lalu menganut teori behaviorisme.
1. Teori Mentalisme atau konseptual
Teori Mentalisme adalah teori semantik yang memfokuskan
kajian makna pada prinsip konsepsi yang ada pada pikiran manusia.
Teori ini disebut juga teori konseptual atau teori pemikiran karena
kata itu menunjuk pada ide yang ada dalam pemikiran. Karena itu
penggunaan suatu kata hendaknya merupakan penunjukkan yang
mengarah pada pemikiran.Teori ini menekankan bahwa makna ada di
benak penutur bahasa, misalnya ketika seorang penutur mengucapkan
kata meja, maka makna meja itu ada di dalam konsep pendengarnya.
Karena itu teori ini memandang bahasa sebagai alat menyampaikan
gagasan atau pikiran. Teori konseptual menganggap bahwa bahasa
adalah alat untuk menyampaikan ide atau gagasan/konsep.
2. Teori Behaviorisme
Behaviorisme berasal dari kata behave yang berarti
berperilaku dan isme yang berarti aliran. Aliran ini mempelajari
perilaku manusia. Pada kajian psikolinguistik, aliran
behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang
dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan
7
(stimulus) dan reaksi (response). Perilaku bahasa yang efektif
adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan.
Reaksi ini akan menjadi suatu tingkah laku atau kebiasaan jika
reaksi tersebut dibenarkan. Sehingga asumsi dasar mengenai
tingkah laku menurut aliran ini adalah bahwa tingkah laku
7
Sri Suharti, Sri Ningsih, Jamaluddin Shiddiq, Nanda Saputra, Heri Kuswoyo, Novita Maulidya
Jalal, Putri Wulan Dhari, Ratna Susanti, dan Jhon Hericson Purba, “Kajian Psikolingustik” (Aceh:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), 32.

5
sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan
bisa ditentukan (Asrori, 2020). Dengan demikian, anak dapat
belajar bahasa pertamanya melalui pembiasaan. Sebagai
contoh, seorang anak yang berumur 2 tahun mengucapkan
cucu untuk kata susu. Tentu saja si anak akan dikritik oleh ibunya atau
siapa saja yang mendengarnya. Namun, bilamana
si anak mengucapkan kata susu dengan tepat, dia tidak akan
mendapat kritikan karena sudah mengucapkan dengan benar.
Situasi seperti inilah yang dinamakan membuat reaksi yang
tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal yang pokok
dalam pemerolehan bahasa pertama. Kemudian contoh kedua yang
dilakukan oleh Ivan P.
Pavlov yang melakukan eksperimen mengenai proses
pencernaan hewan, dia mendapati bahwa sebelum seekor
anjing memulai memakan makanan, air liurnya terlebih dahulu
keluar. Setiap kali anjing yang diamati melihat makanan, air
liur anjing selalu keluar. Untuk percobaan berikutnya yakni
dia membunyikan lonceng sebelum anjing diberi makan.
Sebelumnya, dengan pembunyian lonceng saja, tanpa
diikuti pemberian makanan, tidak pernah membuat anjing
mengeluarkan air liurnya. Namun, dengan pemberian makanan,
membuat anjing itu meneluarkan air liurnya. Disini berarti
anjing telah “mempelajari” bahwa bunyi lonceng bermakna
makanan akan muncul dan oleh karena itu, air liurnya akan
keluar.8 Kemudian Watson juga mengadakan eksperimen terhadap
Albert seorang bayi berumur 11 bulan. Pada mulanya Albert tidak
takut terhadap binatang seperti tikus putih berbulu halus.
Albert senang sekali bermain-main dengan tikus putih yang
berbulu cantik itu. Dalam eksperimen ini, Watson memulai
proses pembiasaannya dengan cara memukul sebatang

8
Ibid.,34.

6
besi dengan sebuah palu setiap kali Albert ingin mendekati
dan ingin memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama
kemudian Albert menjadi takut terhadap tikus putih itu, dan
juga terhadap kelinci putih. Bahkan juga terhadap semua
benda berbulu putih, termasuk jaket dan topeng Sinterklas
berjanggut putih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
9
pembiasaan dapat mengubah perilaku seseorang menjadi nyata

9
Ibid.,36.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Blommfield lahir pada tanggal 1 April 1887, di Chicago. Leonard
Minatnya dalam linguistik terangsang oleh Edward Prokosch,
seorang ahli bahasa di departemen Jerman, Bloomfield, seorang
linguis Amerika Serikat yang merupakan salah satu tokoh yang
turut menggaungkan pengaruh linguistik struktural pada 1930–
1950-an. Pengaruh linguis Leonard Bloomfield didominasi ilmu
linguistik dari tahun 1933 ketika karyanya yang paling penting,
Bahasa, diterbitkan untuk pertengahan 1950.
2. Semantik Leonard Bloomfield pada awalnya beliau menggunakan
pendekatan atau teori mentalisme. Namun sejak tahun 1925
Bloomfield meninggalkan aliran mentalisme lalu menganut
paham behaviorisme, yang mana teori behaviorisme bertentangan
dengan teori bloomfield yang sebelumnya.
B. Saran

Dengan sedikit penjelasan di atas, diharap pembaca lebih teliti


dalam memahami materi tersebut dengan membaca dan memahami secara
betul. Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul makalah ini. Jika terdapat banyak
kesalahan, penulis mohon maaf dan kami menerima adanya kritik dan
saran.

8
Daftar Pustaka

Aisyah, Devi. 2013. “Al-Wahdad Al-Dilalah: Kajian Satuan Semantik Dalam


Bahasa Arab.” Hadharah. 7 (2).

Arisnaini. 2022. “Implementasi Teori Behavioris-Strukturalis dalam Pembelajaran


Bahasa Arab.” Serambi Tarbawi, 10 (2).

Suharti, Sri. Sri Ningsih. Jamaluddin Shiddiq. Nanda Saputra, Heri Kuswoyo.
Novita Maulidya Jalal. Putri Wulan Dhari, Ratna Susanti. dan Jhon
Hericson Purba. “Kajian Psikolinguistik” (Aceh: Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini, 2021).

Ginting, Herlina dan Adelina Ginting. 2019. “Beberapa Teori dan Pendekatan
Semantik.” Media Publikasi Ilmiah. 2 (2).

Suryani, Yunita. “Teori Leonard Bloomfield.” Academia. diakses dari


https://www.academia.edu/3632003/Teori_Leonard_Bloomfield pada
tanggal 9 April 2023 pukul 00.48 WIB.

Yudhistira. “Leonard Bloomfield: Makna adalah Situasi.” Narabahasa. diakses


dari https://narabahasa.id/tokoh-bahasa/leonard-bloomfield-makna-
adalah-situasi ada tanggal 9 April 2023 pukul 01.09 WIB.

Anda mungkin juga menyukai