Anda di halaman 1dari 17

“PANDANGAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT

PENDIDIKAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KONSEP


PENDIDIKAN UMAT ISLAM ”
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam)

Dosen Pengampu :

Dr. H. Septuri, M.Ag

Disusun Oleh : KELOMPOK 4

1. Rian Nada (2011030325)


2. Tri Widya Lestari (2011030322)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1443H/2021M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dengan judul “Pandangan
Aliran-aliran Filsafat Islam Dan Filsafat Pendidikan Serta Pengaruhnya Terhadap
Konsep Pendidikan Umat Islam” tepat pada waktunya. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Rencana Pembuatan Proposal
Bisnis/Business Plan bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu
kami mengharapkan dan menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Bandar Lampung, 25 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................4

A. Latar Belakang .............................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan .....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................5

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam ……………………………………………..…..5


B. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Islam ……………………………………...……….6
C. Aliran Filsafat Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap konsep Pendidikan
Umat Islam ……………….………………………………………………………….10
BAB III PENUTUP ……….………………………………………………………………..14
A. Kesimpulan …………………………………………………………….…………….14
B. Saran ………………………………………………………………..………………..14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..………..15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan hidup
manusia.Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan terdidik
demi mencapai tujuan pendidikan Nasional. Dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi
tujuan pendidikan, siapakah pendidik dan peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana
proses interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan
jawaban yang mendasar, yang esensial, yakni jawaban-jawaban filosofis.Walaupun dewasa
ini pendidikan Islam sering mendapatkan kritikan dari berbagai pihak. Diantara kritikan
tersebut adalah bahwa pendidikan Islam di Indonesia belum menemukan sebuah paradigma
dan cetak biru (blue print) yang sustainable, baik dalam tataran teoritis-filosofis maupun
operasionalnya, sehingga terkesan pendidikan hanya sebagai ajang percobaan (trial and
error). Oleh karenya wajar jika muncul sebuah pendapat yang mengatakan bahwa
sesungguhnya pendidikan Islam di Indonesia tidak mewujud secara faktual. Pendapat seperti
itu kiranya cukup beralasan karena penampilan pendidikan itu sendiri yang masih abstrak
belum menyentuh realitas budaya masyarakat Indonesia. Pendidikan Islam yang
dikembangkan selama ini, juga dinilai dari beberapa pihak bahwa dalam realitasnya terlihat
sangat jauh dari idealisme yang diharapkan, karena sedemikian banyak persoalan yang
menderanya sehingga memunculkan beragam krisis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian filsafat pendidikan Islam?

2. Apa saja aliran-aliran filsafat pendidikan Islam?

3. Apa saja dan bagaimana pengaruh filsafat pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan Islam

2. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat pendidikan Islam

3. Untuk mengetahui filsafat pendidikan dan Pengaruhnya

4
5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran


manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep yang mendasar. Istilah Filsafat
sendiri dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi sematik dan segi praktis. Dalam segi
sematik, filsafat berasal dari bahasaArab yaitu “Falsafah” dan berasal dari bahasa
Yunani yaitu “Philosophia”, philos (cinta, suka) dan shopia (pengetahuan, hikmah).
Sehingga arti philosophia menjadi cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Sedangkan dari segi praktis, filsafat dapat diartikan sebagai alam
pikiran/berpikir. Berfilsafat berarti berpikir, namun tidak setiap berpikir merupakan
filsafat, berfilsafat harus berpikir secara mendalam dan bersungguh-sungguh terhadap
obyek yang dipikirkan.

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan. Pendidikan


membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih
luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-
fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.

 Pengertian Filsafat Islam Berdasarkan 5 Perspektif Tokoh Filsuf Islam

a. Al- Kindi

Pengertian filsafat Islam yang berperan dalam perkembangan filsafat islam


adalah Al Kindi. Atau yang memiliki nama Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Ash-
Shabah bin Imran bin Ismail bin Al-asy’ats bin Qays Al-Kindi. Wah, Namanya memang
Panjang benar ya, kalo di era modern seperti sekarang pasti susah menuliskan nama di
lembar ujian. Pengertian filsafat islam yang disampaikan Al Kindi diakui oleh bangsa
barat. Tidak hanya definisi Al Kindi, tetapi sosoknya sendiri pun juga di akui. Sebagai
seorang filsuf, tentu saja banyak karya yang dilahirkan oleh Al-Kindi, diantaranya
tentang aritmatika dan music.

b. Al-Farabi

Al-Farabi atau yang memiliki nama Abu Nasir Muhammad bin Al-Farakh al- Fārābi‘

6
mengartikan bahwa filsafat islam memiliki tujuan. Jadi pengertian filsafat islam pada
dasarnya dapat dilihat dari hakikat dari filsafat itu sendiri. Dimana tujuan utamanya
adalah mencari kebenaran dari sesuatu hal.

c. Ibnu Rusyd

Tokoh filsuf islam yang tidak kalah dikenal adalah Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd
merupakan tokoh ilmuan yang cukup dikenal memiliki pemikiran yang rasionalis. Tentu
saja wajar jika demikian, karena butuh pemikiran kritis bukan dalam melakukan proses
berfikir. Ibnu Rusyd atau yang bernama lengkap Abu Walid Muhammad bin Rusyd ini
juga dikenal sebagai ilmuwan muslim. Sebagai orang yang rasionalis, pengertian filsafat
islam tidak hanya berfikir seenaknya. Tetapi ia juga sangat menjunjung tinggi akal
dalam melakukan proses berfikir. Bagaimanapun juga, akal fikiran bekerja berdasarkan
maj’ani kulliyah. Dimana di dalam pengertian umum di dalamnya mencakup hal-hal
penting yang bersifat juzi’iyah (partial).

4. Ibnu Sina

Pengertian filsafat islam menurut ibnu sina bahwa akal manusia itu berasal dari
sang Pencipta. Ia pun sangat religious dalam mendefinisikan pengertian filsafat islam.
Hal ini terlihat dari pendapatnya yang rendah hati, yang menyatakan bahwa semua ilmu
yang ada dan dimiliki manusia pun juga berasal dari Tuhan. Dimana akal dan
keberadaan sebenarnya berada di luar akalaka

5. Al-Ghazali

Al-Ghazali salah satu filsuf asal Thusi, Persia yang memiliki banyak sekali
karya filsafat. Pengertian filsafat islam yang dikembangkan Al Ghazali memang banyak
sekali. Salah satunya pendapatnya tentang ilmu pengetahuan sebenarnya tidak dapat
ditangankan menggunakan panca indera manusia. Itu sebabnya beliau pun lebih
mempercayai akal daripada panca indera. Sebagai filsuf yang memiliki latar belakang
sebagai guru besar di Nidzamiyah, Baghdad sudah menelorkan karya-karya seperti kitab
Ihya Ulum Ad-din, Al-Munqidz min adh-Dhalal dan Tahafut al-Falasifah. Dimana kitab-
kitab ini pun isinya luar biasa.

B. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Islam

Dalam dunia pendidikan Islam, terdapat tiga aliran utama filsafat pendidikan
Islam, yaitu:

7
1) Aliran Konservatif (Tradisional)

Yang dimaksud dengan aliran konservatif dalam konteks ini adalah aliran yang
mempunyai kecenderungan “Keagamaan” yang sangat kuat.

Tokoh-tokoh aliran ini adalah al-Ghazali, Nasiruddin al-Thusi, Ibnu Jama’ah,


Sahnun, Ibnu Hajar al-Haitami, dan al-Qabisi. Aliran al-Muhafidz cenderung bersikap
murni keagamaan. Aliran ini memaknai ilmu dengan pengertian sempit. Menurut al-
Thusi, ilmu yang utama hanyalah ilmu-ilmu yang dibutuhkan saat sekarang, yang jelas
akan membawa manfaat di akhirat kelak. Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi:

a) Berdasarkan pembidangannya, ilmu dibagi menjadi dua bidang:

- Ilmu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari para Nabi, terdiri
atas: Ilmu ushul (ilmu pokok), Ilmu furu’ (cabang), Ilmu pengantar
(mukaddimah), dan Ilmu pelengkap (mutammimah).

- Ilmu ghoiru syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari ijtihad
oulama’ atau intelektual muslim, terdiri atas: Ilmu terpuji, Ilmu yang
diperbolehkan (tak merugikan), Ilmu yang tercela (merugikan).

b) Berdasarkan status hukum mempelajarinya, dapat digolongkan menjadi: Ilmu


yang fardlu ‘ain, dan Ilmu yang fardlu kifayah.

Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu-ilmu keagamaan hanya dapat diperoleh


dengan kesempurnaan rasio dan kejernihan akal budi. Karena, hanya dengan rasiolah
manusia mampu menerima amanat dari Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Pemikiran al-Ghazali ini sejalan dengan aliran Mu’tazilah yang berpendapat bahwa rasio
mampu menetapkan baik buruknya sesuatu.

Pola umum pemikiran al-Ghazali dalam pendidikannya antara lain:

 Kegiatan menuntut ilmu tiada lain berorientasi pada pencapaian ridha Allah.

 Teori ilmu ilhami sebagai landasan teori pendidikannya, dan diperkuat dengan
sepuluh kode etik peserta didik.

 Tujuan agamawi merupakan tujuan puncak kegiatan menuntut ilmu.

 Pembatasan term al-‘ilm hanya pada ilmu tentang Allah.

Dalam pemikiran utama aliran konservatif antara lain: Ilmu adalah ilmu al-hal,

8
yaitu ilmu yang dibutuhkan saat sekarang yang bisa membawa manfaat di akhirat, lmu-
ilmu selain ilmu keagamaan adalah sia-sia, dan Ilmu hanya bisa diperoleh melalui rasio.

2) Aliran Religius-Rasional

Tokoh-tokoh aliran ini adalah Ikhwan al-Shafa, al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu
Miskawaih. Aliran ini dijuluki “pemburu” hikmah Yunani di belahan dunia Timur,
dikarenakan pergumulan intensifnya dengan rasionalitas Yunani.

Menurut Ikhwan al-Shafa, yang dimaksud dengan ilmu adalah gambaran


tentang sesuatu yang diketahui pada benak (jiwa) orang yang mengetahui. Proses
pengajaran adalah usaha transformatif terhadap kesiapan ajar agar benar-benar menjadi
riil, atau dengan kata lain, upaya transformatif terhadap jiwa pelajar yang semula
berilmu (mengetahui) secara potensial, agar menjadi berilmu (mengetahui) secara riil-
aktual. Dengan demikian, inti proses pendidikan adalah pada kiat transformasi potensi-
potensi manusia agar menjadi kemampuan “psikomotorik”.

Ikhwan berpendapat bahwa akal sempurna mengemanasikan keutamaan-


keutamaan pada jiwa dan dengan emanasi ini eternalitas akal menjadi penyebab
keberadaan jiwa. Kesempurnaan akal menjadi penyebab keabadian jiwa dan supremasi
akal menjadi penyebab kesempurnaan jiwa. Pandangan dualisme jiwa-akal Ikhwan
tersebut merupakan bukti dari pengaruh pemikiran Plato.

Menurut Ikhwan, jiwa berada pada posisi tengah antara dunia fisik-materiil dan
dunia akal. Hal inilah yang menjadikan pengetahuan manusia menempuh laju “linier-
progresif” melalui tiga cara, yaitu:

 Dengan jalan indera, jiwa dapat mengetahui sesuatu yang lebih rendah dari
substansi dirinya;

 Dengan jalan burhan (penalaran-pembuktian logis), jiwa bisa mengetahui sesuatu


yang lebih tinggi darinya; dan

 Dengan perenungan rasional, jiwa dapat mengetahui substansi dirinya.

Ikhwan tidak sependapat dengan ide Plato yang menganggap bahwa belajar
tiada lain hanyalah proses mengingat ulang. Ikhwan menganggap bahwa semua
pengetahuan berpangkal pada cerapan inderawiah. Segala sesuatu yang tidak dijangkau
oleh indera, tidak dapat diimajinasikan, segala sesuatu yang tidak bisa diimajinasikan,

9
maka tidak bisa dirasiokan. Kalangan Ikhwan sangat memberi tempat terhadap ragam
disiplin ilmu yang berkembang dan bermanfaat bagi kemajuan hidup manusia.
Implikasinya adalah konsep ilmu berpangkal pada “kesedia-kalaan” ilmu tanpa
pembatasan.

Ikhwan membagi ragam disiplin ilmu yaitu: Ilmu-ilmu Syar’iyah (keagamaan),


Ilmu-ilmu Filsafat, dan Ilmu-ilmu Riyadliyyat (matematik). Al-Farabi menghendaki agar
operasionalisasi pendidikan seiring dengan tahap-tahap perkembangan fungsi organ
tubuh dan kecerdasan manusia. Dari pemikiran kedua tokoh di atas, teori utama aliran
Religius-Rasional ini antara lain:

 Pengetahuan adalah muktasabah, yakni hasil perolehan dari aktivitas belajar,

 Modal utama ilmu adalah indera,

 Lingkup kajian meliputi pengkajian dan pemikiran seluruh realitas yang ada,

 Ilmu pengetahuan adalah hal yang begitu bernilai secara moral dan sosial, dan

 Semua ragam ilmu pengetahuan adalah penting.

3) Aliran Pragmatis

Tokoh aliran Pragmatis adalah Ibnu Khaldun. Sedangkan tokoh Pragmatisme


Barat yaitu John Dewey. Bila filsafat pendidikan Islam berkiblat pada pandangan
pragmatisme John Dewey, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah segala
sesuatu yang sifatnya nyata, bukan hal yang di luar jangkauan pancaindra.

Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pengetahuan dan pembelajaran adalah tabi’i


(pembawaan) manusia karena adanya kesanggupan berfikir. Pendidikan bukan hanya
bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga untuk mendapatkan
keahlian duniawi dan ukhrowi, keduanya harus memberikan keuntungan, karena baginya
pendidikan adalah jalan untuk memperoleh rezeki.

Dia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan tujuan fungsionalnya,


yaitu: Ilmu-ilmu yang bernilai instrinsik. Misal: ilmu-ilmu keagamaan, Ontologi dan
Teologi, dan Ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik-instrumental bagi ilmu instrinsik. Misal:
kebahasa-Araban bagi ilmu syar’iy, dan logika bagi ilmu filsafat.

Berdasarkan sumbernya, ilmu dapat dibagi menjadi dua yaitu:

10
- Ilmu ‘aqliyah (intelektual) yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari olah pikir rasio,
yakni ilmu Mantiq (logika), ilmu alam, Teologi dan ilmu Matematik, dan

- Ilmu naqliyah yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari hasil transmisi dari orang
terdahulu, yakni ilmu Hadits, ilmu Fiqh, ilmu kebahasa-Araban, dan lain-lain.

Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-
mata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam
kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan merupakan gejala konklusif yang lahir dari
terbentuknya masyarakat dan perkembangannya dalam tahapan kebudayaan.
Menurutnya bahwa ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang
menjadi ciri khas jenis insani.

Dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok pemikiran aliran
Pragmatis antara lain:

 Manusia pada dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi tahu karena proses belajar,

 Akal merupakan sumber otonom ilmu pengetahuan, dan

 Keseimbangan antara pengetahuan duniawi dan ukhrawi.

C. Aliran Filsafat Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Konsep Pendidikan


Umat Islam

1) Progresivisme

Aliran ini muncul dan berkembang pada permulaan abad ke-20 terutama di Amerika
serikat. mula-mula istilah ini bersifat sosiologi guna menyebut gerakan sosial politik di
Amerika, ketika proses industrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu masif. 1
Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia filsafat pendidikan terutama
sebagai lawan terhadap kebijaksanaan kebijaksanaan konvensional yang diwarisi dari
abad ke-19. Filsafat Progresivisme dipengaruhi oleh ide-ide filsafat pragmativisme yang
telah memberikan konsep-konsep dasar dengan asas yang utama, bahwa sebagai umat
manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup, manusia harus pragmatis
(seseorang yang cenderung berfikis praktis dan cepat) memandang kehidupan.

Disamping itu pengaruh kebudayaan yang secara khusus ditulis oleh berbagai faktor
kebudayaan yang berpengaruh atas perkembangan progresivisme, yaitu antara lain:

1
Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2013). 152.

11
a) Revolusi Industri

b) Modern Science

c) Perkembangan Demokrasi

Sebagai tokoh naturalisme dalam pendidikan, Rousseau menekankan kepada self-


actifity, freedom dan self expression. Anak harus dijauhkan dari lingkungan yang tidak
menguntungkan. dalam pendidikan tidak boleh ada pengertian kekuasaan pemerintah
yang harus ditaati kembalikanlah anak kepada dirinya sendiri.2

2) Perenialisme

Pada dasarnya aliran perenialisme muncul dan berasal dari pemikiran orang-orang
Eropa yang berusaha untuk mencari jawaban akibat banyaknya ketimpangan, kekacauan,
kebingungan, serta berbagai problematika lainnya. Mereka menganggap bahwa ide
umum yang terkandung dalam pemikiran filsuf zaman Yunani kuno dan abad
pertengahan memiliki nilai yang ideal dan masih tetap relevan untuk menjawab
persoalan masa kini.3

Perenialisme merupakan menempatkan pendidikan sebagi nilai supremasi kebenaran


yang tertinggi yang bersumber pada Tuhan. Oleh karena itu nilai pendidikan tertuju pada
nilai kebaikan dan kebenaran yang bersumber pada wahyu dan perlu adanya penanaman
kepada peserta didik.

Terdapat pandangan yang universal pada ajaran islam bahwa manusia diciptakan oleh
Allah sebagai makhluk yang mulia. Serta manusia diciptakan secara fitrah kesucian nya
dan memiliki potensi kebenaran.Yang terdapat dalam firman Nya QS sad ayat 26 artinya
"(Allah berfirman), Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah
(penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan
Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari Perhitungan."

Diartikan bahwa sejak lahir manusia mempunyai fitrah kebenaran yang mana
manusia mempunyai kemampuan dalam mencari dan memperaktekkan
kebenaran.Tujuan dalam pendidikan yaitu untuk membantu peserta didik
2
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam; Landasan Teoritis dan Praktis, (Pekalongan:STAIN
Pekalongan Press, 2013). 45.
3
Abd. Rachman Assegaf. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Gradindo Persada, 2011). 194

12
meyakini,memahami serta menyikapi kebeneran yang hakiki yang menjadi tujuan dalam
pendidikan. Dalam perenialisme mamandangbahwa peserta didik sebagai makhluk
rasional sehingga pendidik mempunyai posisi yang paling utama dalam kegiatan
pembelajaran serta membimbing peserta didik .semua peserta didik dianggap telah
mempunyai potensi (fitrah) sejak lahir yang diarahkan sehingga dapat menyimpulkan
yang tepat .kebeneran ini disebut dengan pengetahuan. Peran pendidik yaitu
mempertahankan fitrah peserta didik terhadap kebenaran serta mengarahkan yang tepat
dalam hal positif lalu nantinya dikembangkan lebih maju pengetahuannya.

Perenialisme muncul dipengaruhi oleh falsafah neoskolastik, namun sama halnya


dengan esensialisme, perenialisme merupakan aliran pendidikan tradisional. ciri khas
perenialisme adalah mengambil jalan regresif yakni didasari oleh nilai-nilai kultural
masa lampau. karena mempunyai pandangan bahwa tidak ada jalan lain kecuali kembali
pada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku perbuatan zaman Yunani kuno
dan abad pertengahan. Dalam hal ini manusia sebagai subjek telah memiliki potensi
untuk menjadi baik sesuai dengan kodratnya, tetapi ada kecenderungan dan dorongan
untuk berbuat tidak baik. kebaikan tertinggi menurut kaum perenialisme adalah
mendekatkan diri kepada Tuhan, kemudian kehidupan yang dilandasi pikiran rasional.4

3) Esensialisme

Menurut esensialisme, pendidikan harus di atas kebijakan nilai yang dapat


mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan lama serta nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan sudah terseleksi. Bagi kaum esensialis, nilai-nilai yang tertanam
dalam warisan budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara
berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan
di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang terpuji dalam perjalanan
waktu.5

Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai terpilih


yang mempunyai tata yang jelas. Karena itu essensialisme memandang bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan
lama,sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.

4) Rekonstruksionisme
4
Jalaludin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2007). 112-118.
5
Basuki As'adi & Miftahhul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Ponorogo: STAIN P0 Press,
2010). 20.

13
Aliran Rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dengan membangun pada kebudayaan baru yang bercorak modern.6
Penerapan Filsafat Rekonstruksionisme dalam Pembelajaran. Pendidikan pada
hakikatnya adalah membantu peserta didik untuk menjadi generasi yang utuh,yang
pandai dalam bidang pengetahuan, bermoral, berbudi luhur, peka terhadap orang lain,
beriman dan sebagainya.

Pada prinsipnya filsafat rekrontruksionisme berupaya mencari kesepakatan antara


sesama manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan
seluruh lingkungannya, maka pendidikan perlu merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, sehingga perlu kerjasama antar
umat manusia. Para tokoh pendidikan Islam telah banyak membahas, tentang pondasi
pendidikan dalam Islam terutama filsafat sebagai konsep dasar maju mundurnya suatu
pendidikan. Telah menjadi mafhum bersama bahwa keadaan masyarakat Islam
diberbagai tempat dan negeri mengalami berbagai masalah budaya, ekonomi, sosial dan
politik, Hal ini disebabkan karena kaum muslimin tidak melaksanakan dengan
sempurna. ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama dalam segala urusan kehidupannya.

Menurut Hasan Langgulung, bahwa langkah pertama yang harus diambil untuk
memperbaiki proses pendidikan dalam sistem pendidikan yang dilaksanakan di negeri-
negeri Islam adalah berusaha membina filsafat pendidikan yang menyeluruh, realistik,
fleksibel mengambil landasan-landasan dan prinsip-prinsipnya dari prinsip-prinsip dan
ajaran Islam yang mulia dan aqidahnya berkaitan dengan alam, manusia, masyarakat dan
kehidupan. Juga yang berhubungan dengan watak ilmu pengetahuan manusia, watak-
watak nilai moral dan watak proses pendidikan dan fungsinya dalam kehidupan.7

Pengaruh filsafat rekonstruksionisme terhadap pendidikan yaitu adanya perubahan


rancangan kurikulum, metode, media, azas belajar, budaya dan sumber belajar ke arah
yang lebih progresif yang dianggap mampu menjawab tantangan jaman. Islam
memandang bahwa pendidikan dianggap berhasil jika sanggup menyatukan antara
idealitas dengan rasionalitas pelaku pendidikan. Lebih dalam Islam membuat konsep
bahwa pendidikan harus memadukan antara daya nalar, pikir, akal dan rasio dengan hati
yang menjadi patokan dan ukuran tingkah laku manusia.

6
Jalaludin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013). 118
7
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husana, 1992), 37.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat Pendidikan Islam merupakan kajian filosofis mengenai berbagai masalah


pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam. Dalam dunia pendidikan Islam, terdapat tiga
aliran utama filsafat pendidikan Islam, yaitu:

- Aliran Konservatif, yaitu Konservatisme adalah sebuah filsafat politik


yang mendukung nilai-nilai tradisional mempunyai kecendrungan
“keagamaan” yang kuat.

- Aliran Religius- Rasional, dan

- Aliran Pragmatis yaitu aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang


berlaku adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang
berlaku dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang benar
faedahnya secara praktis.

Aliran-aliran Filsafat Pendidikan yaitu:

- Progresivisme

- Perenialisme

- Esensialisme

- Rekonstruksionisme

B. Saran

Hendaknya menerapkan ketiga aliran filsafat pendidikan tersebut dalam dunia


pendidikan di Indonesia, di mana pendidikan yang berpusat pada anak, namun juga diimbangi
oleh guru sebagai tenaga pendidikan dan dapat berperan sebagai mediator, fasilitator dan
pembimbing yang baik dalam memberikan pengajaran. Dalam pembelajaran, menggunakan
metode diskusi dan membaca, serta meotode-metode pembelajaran lainnya untuk
menyesuaikan keadaan peserta didik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris.


Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008.
Arif, Mahmud dalam “Pengantar Penerjemah” Tiga Aliran Utama Teori
Pendidikan Islam: Perspektif Sosiologis-Filosofis, karya Muhammad
Jawwad Ridha. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam: Pendidikan Historis, Teoritis dan
Praktis. Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Ridla, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam:
Perspektif Sosiologis-Filosofis. Terj.Mahmud Arif. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 2002.
Syar’i, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php%3Farticle%3D509761%26val
%3D10420%26title%3DALIRAN-ALIRAN%2520FILSAFAT
%2520PENDIDIKAN%2520DAN%2520IMPLEMENTASINYA
%2520DALAM%2520PENGEMBANGAN%2520KURIKULUM
%2520PENDIDIKAN
%2520ISLAM&ved=2ahUKEwjCscn5o5rzAhValEsFHYeECyMQFnoECCEQ
AQ&usg=AOvVaw1PWJAbqizIEusU2vaoW3Bj
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
penerbitbukudeepublish.com/pengertian-filsafat-islam/amp/
&ved=2ahUKEwiXmq3KoprzAhU94HMBHb2cBYAQFnoECEkQAQ&usg=A
OvVaw0jiWsbomwCgurFTj6DP_Vg&ampcf=1
Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media,2013.
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam; Landasan Teoritis dan Praktis,
Pekalongan:STAIN Pekalongan Press, 2013.
Abd. Rachman Assegaf. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja

16
Gradindo Persada, 2011.
Jalaludin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar- Ruzz
Media,2007.
Basuki As'adi & Miftahhul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, Ponorogo:
STAIN P0 Press, 2010.
Jalaludin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat dan
Pendidikan, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2013.
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-
Husana,1992.
Al Baha’I, Fairuzabady. Filsafat Pendidikan. Pemalang Jawa Tengah: Penerbit
Nem. 2017

17

Anda mungkin juga menyukai