Dosen Pengampu :
1443H/2021M
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dengan judul “Pandangan
Aliran-aliran Filsafat Islam Dan Filsafat Pendidikan Serta Pengaruhnya Terhadap
Konsep Pendidikan Umat Islam” tepat pada waktunya. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Rencana Pembuatan Proposal
Bisnis/Business Plan bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu
kami mengharapkan dan menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan hidup
manusia.Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan terdidik
demi mencapai tujuan pendidikan Nasional. Dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi
tujuan pendidikan, siapakah pendidik dan peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana
proses interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan
jawaban yang mendasar, yang esensial, yakni jawaban-jawaban filosofis.Walaupun dewasa
ini pendidikan Islam sering mendapatkan kritikan dari berbagai pihak. Diantara kritikan
tersebut adalah bahwa pendidikan Islam di Indonesia belum menemukan sebuah paradigma
dan cetak biru (blue print) yang sustainable, baik dalam tataran teoritis-filosofis maupun
operasionalnya, sehingga terkesan pendidikan hanya sebagai ajang percobaan (trial and
error). Oleh karenya wajar jika muncul sebuah pendapat yang mengatakan bahwa
sesungguhnya pendidikan Islam di Indonesia tidak mewujud secara faktual. Pendapat seperti
itu kiranya cukup beralasan karena penampilan pendidikan itu sendiri yang masih abstrak
belum menyentuh realitas budaya masyarakat Indonesia. Pendidikan Islam yang
dikembangkan selama ini, juga dinilai dari beberapa pihak bahwa dalam realitasnya terlihat
sangat jauh dari idealisme yang diharapkan, karena sedemikian banyak persoalan yang
menderanya sehingga memunculkan beragam krisis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Al- Kindi
b. Al-Farabi
Al-Farabi atau yang memiliki nama Abu Nasir Muhammad bin Al-Farakh al- Fārābi‘
6
mengartikan bahwa filsafat islam memiliki tujuan. Jadi pengertian filsafat islam pada
dasarnya dapat dilihat dari hakikat dari filsafat itu sendiri. Dimana tujuan utamanya
adalah mencari kebenaran dari sesuatu hal.
c. Ibnu Rusyd
Tokoh filsuf islam yang tidak kalah dikenal adalah Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd
merupakan tokoh ilmuan yang cukup dikenal memiliki pemikiran yang rasionalis. Tentu
saja wajar jika demikian, karena butuh pemikiran kritis bukan dalam melakukan proses
berfikir. Ibnu Rusyd atau yang bernama lengkap Abu Walid Muhammad bin Rusyd ini
juga dikenal sebagai ilmuwan muslim. Sebagai orang yang rasionalis, pengertian filsafat
islam tidak hanya berfikir seenaknya. Tetapi ia juga sangat menjunjung tinggi akal
dalam melakukan proses berfikir. Bagaimanapun juga, akal fikiran bekerja berdasarkan
maj’ani kulliyah. Dimana di dalam pengertian umum di dalamnya mencakup hal-hal
penting yang bersifat juzi’iyah (partial).
4. Ibnu Sina
Pengertian filsafat islam menurut ibnu sina bahwa akal manusia itu berasal dari
sang Pencipta. Ia pun sangat religious dalam mendefinisikan pengertian filsafat islam.
Hal ini terlihat dari pendapatnya yang rendah hati, yang menyatakan bahwa semua ilmu
yang ada dan dimiliki manusia pun juga berasal dari Tuhan. Dimana akal dan
keberadaan sebenarnya berada di luar akalaka
5. Al-Ghazali
Al-Ghazali salah satu filsuf asal Thusi, Persia yang memiliki banyak sekali
karya filsafat. Pengertian filsafat islam yang dikembangkan Al Ghazali memang banyak
sekali. Salah satunya pendapatnya tentang ilmu pengetahuan sebenarnya tidak dapat
ditangankan menggunakan panca indera manusia. Itu sebabnya beliau pun lebih
mempercayai akal daripada panca indera. Sebagai filsuf yang memiliki latar belakang
sebagai guru besar di Nidzamiyah, Baghdad sudah menelorkan karya-karya seperti kitab
Ihya Ulum Ad-din, Al-Munqidz min adh-Dhalal dan Tahafut al-Falasifah. Dimana kitab-
kitab ini pun isinya luar biasa.
Dalam dunia pendidikan Islam, terdapat tiga aliran utama filsafat pendidikan
Islam, yaitu:
7
1) Aliran Konservatif (Tradisional)
Yang dimaksud dengan aliran konservatif dalam konteks ini adalah aliran yang
mempunyai kecenderungan “Keagamaan” yang sangat kuat.
- Ilmu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari para Nabi, terdiri
atas: Ilmu ushul (ilmu pokok), Ilmu furu’ (cabang), Ilmu pengantar
(mukaddimah), dan Ilmu pelengkap (mutammimah).
- Ilmu ghoiru syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari ijtihad
oulama’ atau intelektual muslim, terdiri atas: Ilmu terpuji, Ilmu yang
diperbolehkan (tak merugikan), Ilmu yang tercela (merugikan).
Kegiatan menuntut ilmu tiada lain berorientasi pada pencapaian ridha Allah.
Teori ilmu ilhami sebagai landasan teori pendidikannya, dan diperkuat dengan
sepuluh kode etik peserta didik.
Dalam pemikiran utama aliran konservatif antara lain: Ilmu adalah ilmu al-hal,
8
yaitu ilmu yang dibutuhkan saat sekarang yang bisa membawa manfaat di akhirat, lmu-
ilmu selain ilmu keagamaan adalah sia-sia, dan Ilmu hanya bisa diperoleh melalui rasio.
2) Aliran Religius-Rasional
Tokoh-tokoh aliran ini adalah Ikhwan al-Shafa, al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu
Miskawaih. Aliran ini dijuluki “pemburu” hikmah Yunani di belahan dunia Timur,
dikarenakan pergumulan intensifnya dengan rasionalitas Yunani.
Menurut Ikhwan, jiwa berada pada posisi tengah antara dunia fisik-materiil dan
dunia akal. Hal inilah yang menjadikan pengetahuan manusia menempuh laju “linier-
progresif” melalui tiga cara, yaitu:
Dengan jalan indera, jiwa dapat mengetahui sesuatu yang lebih rendah dari
substansi dirinya;
Ikhwan tidak sependapat dengan ide Plato yang menganggap bahwa belajar
tiada lain hanyalah proses mengingat ulang. Ikhwan menganggap bahwa semua
pengetahuan berpangkal pada cerapan inderawiah. Segala sesuatu yang tidak dijangkau
oleh indera, tidak dapat diimajinasikan, segala sesuatu yang tidak bisa diimajinasikan,
9
maka tidak bisa dirasiokan. Kalangan Ikhwan sangat memberi tempat terhadap ragam
disiplin ilmu yang berkembang dan bermanfaat bagi kemajuan hidup manusia.
Implikasinya adalah konsep ilmu berpangkal pada “kesedia-kalaan” ilmu tanpa
pembatasan.
Lingkup kajian meliputi pengkajian dan pemikiran seluruh realitas yang ada,
Ilmu pengetahuan adalah hal yang begitu bernilai secara moral dan sosial, dan
3) Aliran Pragmatis
10
- Ilmu ‘aqliyah (intelektual) yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari olah pikir rasio,
yakni ilmu Mantiq (logika), ilmu alam, Teologi dan ilmu Matematik, dan
- Ilmu naqliyah yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari hasil transmisi dari orang
terdahulu, yakni ilmu Hadits, ilmu Fiqh, ilmu kebahasa-Araban, dan lain-lain.
Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-
mata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam
kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan merupakan gejala konklusif yang lahir dari
terbentuknya masyarakat dan perkembangannya dalam tahapan kebudayaan.
Menurutnya bahwa ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang
menjadi ciri khas jenis insani.
Dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok pemikiran aliran
Pragmatis antara lain:
Manusia pada dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi tahu karena proses belajar,
1) Progresivisme
Aliran ini muncul dan berkembang pada permulaan abad ke-20 terutama di Amerika
serikat. mula-mula istilah ini bersifat sosiologi guna menyebut gerakan sosial politik di
Amerika, ketika proses industrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu masif. 1
Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia filsafat pendidikan terutama
sebagai lawan terhadap kebijaksanaan kebijaksanaan konvensional yang diwarisi dari
abad ke-19. Filsafat Progresivisme dipengaruhi oleh ide-ide filsafat pragmativisme yang
telah memberikan konsep-konsep dasar dengan asas yang utama, bahwa sebagai umat
manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup, manusia harus pragmatis
(seseorang yang cenderung berfikis praktis dan cepat) memandang kehidupan.
Disamping itu pengaruh kebudayaan yang secara khusus ditulis oleh berbagai faktor
kebudayaan yang berpengaruh atas perkembangan progresivisme, yaitu antara lain:
1
Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2013). 152.
11
a) Revolusi Industri
b) Modern Science
c) Perkembangan Demokrasi
2) Perenialisme
Pada dasarnya aliran perenialisme muncul dan berasal dari pemikiran orang-orang
Eropa yang berusaha untuk mencari jawaban akibat banyaknya ketimpangan, kekacauan,
kebingungan, serta berbagai problematika lainnya. Mereka menganggap bahwa ide
umum yang terkandung dalam pemikiran filsuf zaman Yunani kuno dan abad
pertengahan memiliki nilai yang ideal dan masih tetap relevan untuk menjawab
persoalan masa kini.3
Terdapat pandangan yang universal pada ajaran islam bahwa manusia diciptakan oleh
Allah sebagai makhluk yang mulia. Serta manusia diciptakan secara fitrah kesucian nya
dan memiliki potensi kebenaran.Yang terdapat dalam firman Nya QS sad ayat 26 artinya
"(Allah berfirman), Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah
(penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan
Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari Perhitungan."
Diartikan bahwa sejak lahir manusia mempunyai fitrah kebenaran yang mana
manusia mempunyai kemampuan dalam mencari dan memperaktekkan
kebenaran.Tujuan dalam pendidikan yaitu untuk membantu peserta didik
2
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam; Landasan Teoritis dan Praktis, (Pekalongan:STAIN
Pekalongan Press, 2013). 45.
3
Abd. Rachman Assegaf. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Gradindo Persada, 2011). 194
12
meyakini,memahami serta menyikapi kebeneran yang hakiki yang menjadi tujuan dalam
pendidikan. Dalam perenialisme mamandangbahwa peserta didik sebagai makhluk
rasional sehingga pendidik mempunyai posisi yang paling utama dalam kegiatan
pembelajaran serta membimbing peserta didik .semua peserta didik dianggap telah
mempunyai potensi (fitrah) sejak lahir yang diarahkan sehingga dapat menyimpulkan
yang tepat .kebeneran ini disebut dengan pengetahuan. Peran pendidik yaitu
mempertahankan fitrah peserta didik terhadap kebenaran serta mengarahkan yang tepat
dalam hal positif lalu nantinya dikembangkan lebih maju pengetahuannya.
3) Esensialisme
4) Rekonstruksionisme
4
Jalaludin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2007). 112-118.
5
Basuki As'adi & Miftahhul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Ponorogo: STAIN P0 Press,
2010). 20.
13
Aliran Rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dengan membangun pada kebudayaan baru yang bercorak modern.6
Penerapan Filsafat Rekonstruksionisme dalam Pembelajaran. Pendidikan pada
hakikatnya adalah membantu peserta didik untuk menjadi generasi yang utuh,yang
pandai dalam bidang pengetahuan, bermoral, berbudi luhur, peka terhadap orang lain,
beriman dan sebagainya.
Menurut Hasan Langgulung, bahwa langkah pertama yang harus diambil untuk
memperbaiki proses pendidikan dalam sistem pendidikan yang dilaksanakan di negeri-
negeri Islam adalah berusaha membina filsafat pendidikan yang menyeluruh, realistik,
fleksibel mengambil landasan-landasan dan prinsip-prinsipnya dari prinsip-prinsip dan
ajaran Islam yang mulia dan aqidahnya berkaitan dengan alam, manusia, masyarakat dan
kehidupan. Juga yang berhubungan dengan watak ilmu pengetahuan manusia, watak-
watak nilai moral dan watak proses pendidikan dan fungsinya dalam kehidupan.7
6
Jalaludin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013). 118
7
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husana, 1992), 37.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Progresivisme
- Perenialisme
- Esensialisme
- Rekonstruksionisme
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Gradindo Persada, 2011.
Jalaludin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar- Ruzz
Media,2007.
Basuki As'adi & Miftahhul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, Ponorogo:
STAIN P0 Press, 2010.
Jalaludin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat dan
Pendidikan, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2013.
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-
Husana,1992.
Al Baha’I, Fairuzabady. Filsafat Pendidikan. Pemalang Jawa Tengah: Penerbit
Nem. 2017
17