Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS STRUKTURAL DAN SEMIOTIK PADA PUISI

Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas Mata Kuliah Apresiasi Puisi yang
diampu oleh Bapak Siswanto, S.Pd. M.A.
.

Disusun oleh:

Yuyun Nofitasari (180210402129)


Lenora Nabila Danis (180210402130)
Nabila Nur M. (180210402131)
Dinda Ayu Lailia F. (180210402132)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Analisis Struktural dan Semiotik Pada Puisi”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Apresiasi Puisi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan
kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Jember, 25 November 2019

Penyusun
Kelompok 12

ii | APRESIASI PUISI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1.Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3.Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II. LANDASAN TEORI.......................................................................................................3


2.1.Pendekatan Struktural..........................................................................................................3
2.2.Pendekatan Semiotik............................................................................................................4

BAB III. PEMBAHASAN............................................................................................................8


3.1.Analisis Pendekatan Struktural............................................................................................8
3.2.Analisis Pendekatan Semiotik............................................................................................12

BAB IV. PENUTUP....................................................................................................................15


4.1.Simpulan.............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16

iii | APRESIASI PUISI


BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Puisi terlahir dari setiap makna yang tersembunyi dalam setiap kata-kata yang terangkai di
dalamnya. Dalam memahami makna puisi tidaklah dengan tiba-tiba melainkan melalui proses
yang panjang. Dalam melihat karya sastra, makna tersebut akan muncul ketika pembaca telah
memberikan makna pada karya sastra itu. Hal ini berkaitan dengan semiotika menurut Dick
Hartanto (1984:42) yakni bagaimana karya sastra itu ditafsirkan oleh para pengamat dan
masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang.

Semiotik merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya,
sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan
karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau
hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.
Semiotik seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo yaitu bahwa bahasa sebagai
medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan
yang mempunyai arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi
pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna cat sebelum digunakan dalam lukisan
masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum
dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang
ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh konvensi-konvensi
masyarakat. Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi
yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang
berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan itu
disebut dengan semiotik. Begitu pula ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda disebut
semiotika (2009:121).

Sedangkan struktural dalam sajak atau karya sasatra yang menganggap bahwa sebuah
karya sastra adalah sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu
merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem,yang di antara unsur-unsurnya terjadi
hubungan yang timbal balik,saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan
hanya berupa kumpulan-kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri
sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling berkaitan, saling terikat, dan saling bergantung
(2009:118). Dalam makalah ini, penulis mengambil salah satu puisi karya Joko

1 | APRESIASI PUISI
Pinurbo yang berjudul “Kepada Uang” yang akan dianlisias dengan pendekatan struktural
dan semiotic.

1.2.Rumusan Masalah

1.2.1.Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Struktualisme ?

1.2.2.Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Semiotik ?

1.2.3.Bagaimana analisis puisi berdasarkan Pendekatan Struktualisme dan Semiotik ?

1.3.Tujuan

1.3.1.Untuk mengetahui pengertian Pendekatan Struktualisme

1.3.2.Untuk mengetahui pengertian Pendekatan Semiotik

1.3.3.Untuk mengetahui analisis puisi berdasarkan Pendekatan Struktualisme dan Semiotik

2 | APRESIASI PUISI
BAB II. LANDASAN TEORI

2.1.Pendekatan Struktural

Puisi (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya
sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi
hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra
bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang beridiri sendiri-
sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung Dalam
pengertian struktur ini terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu
ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self-regulation) (Pradopo, 2010:
119). Pertama, struktur itu merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang
membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Kedua, struktur itu berisi
gagasan transformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis. Struktur itu mampu melakukan
prosedur-prosedur transformasial, dalam arti bahan-bahan baru diproses dengan prosedur dan
melalui prosedur itu. Misalnya struktur kalimat: Ia memetik bunga. Strukturnya: subjek –
predikat – objek. Dari struktur itu dapat diproses: Saya (Siman, Tini, Tuti) memetik bunga.
Dapat juga diproses dengan struktur itu: Ia memetik bunga (daun, mawar, melati), atau: Ia
merangkai (memasang, memotong, menanam) bunga; begitu seterusnya. Ketiga, struktur itu
mengatur diri sendiri, dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuan dari luar
dirinya untuk mensahkan prosedur transformasinya. Misalnya dalam proses menyusun
kalimat: Saya memetik bunga, tidaklah diperlukan dari dunia nyata, melainkan diproses atas
dasar aturan di dalamnya dan yang mencukupi dirinya sendiri. Bunga itu berfungsi sebagai
objek dalam kalimat bukan karena menunjuk bunga yang nyata ada di luar kalimat itu,
melainkan berdasarkan tempatnya dalam struktur itu, maka bunga berfungsi sebagai objek
(karena terletak langsung di belakang kata kerja transitif aktif). Jadi, setiap unsur itu
mempunyai fungsi tertentu berdasarkan aturan dalam struktur itu. Setiap unsur mempunyai
fungsi berdasarkan letaknya dalam struktur itu.

Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama
berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur seperti di atas. Menurut pikiran
strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang) lebih
merupakan susunan hubungan daripada susunan benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap
unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya
ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu
3 | APRESIASI PUISI
(Pradopo, 2010: 120). Dengan pengertian seperti itu, maka analisis struktural puisi adalah
analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur puisi dan penguraian
bahwa tiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur- unsur lainnya,
bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur dengan kata lain, sebuah unsur tidak akan
memiliki makna jika tidak disertakan dengan unsur yang lain. Struktualisme memberikan
perhatian terhadap kajian unsur-unsur teks kesastraan. Setiap teks sastra memiliki unsur yang
berbeda dan tidak ada satu teks pun yang sama persis. Analisis structural karya sastra, yang
dalam hal ini fiksi, mesti fokus pada unsur-unsur intrinsik pembangunnya seperti tema, diksi,
gaya bahasa, irama, bunyi, perasaan, amanat, nada dan suasana. Ia dapat dilakukan dengan
mengidentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik
fiksi yang bersangkutan.

2.2.Pendekatan Semiotik

Semiotik diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo sebagai symbol atau tanda. Bahasa
digunakan sebagai medium karya sastra sudah merupakan simbol atau tanda. Pada dasarnya
bahasa atau kata-kata yang digunakan dalam karya sastra sudah menjadi sebuah lambang atau
tanda yang memiliki makna tersendiri, yang telah ditentukan secara konvensional. Bahasa
merupakan sistem ketandaan yang telah dimaknai menurut konvensi masyarakat. Sistem
mengenai tanda atau simbol ini disebut semiotik atau semiology. Bahasa sebagai medium
karya sastra bukanlah sebagai bahan yang bebas, namun bahasa itu sudah menjadi sebuah
sistem semiotik. Penulis akan mencoba menganalisis puisi dengan teori yang dikemukakan
oleh Riffaaterre. menurut Riffaterre, puisi adalah pemikiran baku yang dilakukan dengan
medium bahasa sebagai tanda. Langkah-langkah dalam menganalisis sebuah teks menurut
Riffaterre dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Pembaca diharuskan menemukan kata kunci yang terdapat dalam sebuah puisi
atau karya sastra.
2. Sebelum dilakukan pendekatan semiotik atau sistem ketandaan diharuskan membaca
sesuai dengan struktur kebahasaannya.
3. Pembaca juga dituntut membaca secara hermeneutic, yaitu pembacaan menurut
maknanya.
4. Pembaca harus menemukan hubungan intertekstual antara karya sastra tersebut dan
juga sumber teks, juga model varian.

Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam semiotik adalah sistem tanda, yaitu pengertian
tanda itu sendiri. Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda yang
4 | APRESIASI PUISI
pokok, yaitu:

1. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat persamaan
bentuk alamiah, misalnya potret orang menandai orang yang dipotret (berarti orang
yang dipotret), gambar kuda itu menandai kuda yang nyata.
2. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan
petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat. Misalnya asap itu menandai
api.
3. Simbol adalah tanda yang tidak menunjukan sifat hubungan alamiah antara penanda
dan petanda.
Hubungan antara penanda dan petandanya bersifat arbiter atau semaunya yang telah ditentukan
konvensinya oleh masyarakat. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau
hubungan internal antar unsur-unsurnya akan dihasilkan berbagai macam makna. Puisi secara
semiotik seperti yang telah dijelaskan merupakan struktur tanda-tanda yang memiliki makna
yang telah ditentukan dan disepakati oleh konvensi. menganalisis sajak atau puisi adalah
berusaha memahami arti dari sebuah kata dalam bahasa. Namun, bukan hanya sekedar arti
menurut kebahasaan saja, melainkan arti yang menurut konvensi sastra yang bersangkutan
(Pradopo. 1993:123).
Sebuah sistem tanda yang utama yang menggunakan lambang adalah bahasa. Arti
simbol ditentukan masyarakat. Misalnya kata ibu berarti ”orang yang melahirkan kita” itu
terjadinya atas konvensi atau perjanjian masyarakat bahasa Indonesia, masyarakat bahasa
Inggris menyebutnya mother. Bahasa yang merupakan sistem tanda yang kemudian dalam
karya sastra menjadi mediumnya itu adalah sistem tanda tingkat pertama. Dalam ilmu tanda-
tanda atau semiotik, arti bahasa sebagai sistem tanda tingkat pertama itu disebut meaning (arti).
Karya sastra itu juga merupakan sistem tanda yang berdasarkan konvensi masyarakat (sastra).
Karena sastra (karya sastra) merupakan sistem tanda yang lebih tinggi (atas) kedudukannya dari
bahasa, maka disebut sistem semiotik tingkat kedua. Bahasa tertentu itu mempunyai konvensi
tertentu pula, dalam sastra konvensi bahasa itu disesuaikan dengan konvensi sastra. Dalam
karya sastra, arti kata-kata (bahasa) ditentukan oleh konvensi sastra. Dengan demikian,
timbullah arti baru yaitu sastra itu. Jadi, arti sastra itu merupakan arti dari arti (meaning of
meaning). Untuk membedakannya (dari arti bahasa), arti sastra itu disebut makna significance).
Perlu diterangkan di sini, apa yang dimaksud makna puisi itu bukan semata- mata arti
bahasanya, melainkan arti bahasa dan suasana, perasaan, intensitas arti, arti tambahan
(konotasi), daya liris, pengertian yang ditimbulkan tanda-tanda kebahasaan atau tanda-tanda
lain yang ditimbulkan oleh konvensi sastra, misalnya tipografi, enjambement, sajak, baris sajak,
5 | APRESIASI PUISI
ulangan, dan yang lainnya lagi. Meskipun sastra itu dalam sistem semiotik tingkatannya lebih
tinggi dari bahasa, namun sastra tidak dapat lepas pula dari sistem bahasa; dalam arti, sastra
tidak dapat lepas sama sekali dari sistem bahasa atau konvensi bahasa. Hal ini disebabkan oleh
apa yang telah dikemukakan, yaitu bahasa itu sudah merupakan sistem tanda yang mempunyai
artinya berdasarkan konvensi tertentu. Karena hal-hal yang telah diuraikan itu, mengkaji dan
memahami puisi tidak lepas dari analisis semiotik. Puisi secara semiotik seperti telah
dikemukakan merupakan struktur tanda-tanda yang bersistem dan bermakna ditentukan oleh
konvensi. Memahami puisi tidak lain dari memahami makna puisi. Menganalisis puisi adalah
usaha untuk menangkap makna puisi. Makna puisi adalah arti yang timbul oleh bahasa yang
disusun berdasarkan struktur sastra menurut konvensinya, yaitu arti yang bukan semata- mata
hanya arti bahasa, melainkan berisi arti tambahan berdasarkan konvensi sastra yang
bersangkutan. Dengan demikian, teranglah bahwa untuk mengkaji puisi perlulah analisis
struktural dan semiotik mengingat bahwa puisi itu merupakan struktur tanda-tanda yang
bermakna.
Sebelum dilakukan analisis sebuah karya sastra dalam hal ini analisis majas dalam
sebuah puisi, perlulah dipahami makna dari karya sastra tersebut. Berdasarkan teori
strukturailsme-semiotik, usaha untuk memahami makna karya sastra dapat dilakukan dengan
pembacaan semiotik. Pembacaan semiotik itu berupa pembacaan heuristik, dan pembacaan
retroaktif atau hermeneutik seperti dikemukakan oleh Pradopo (2010: 268).

1. Pembacaan Heuristik

Dalam pembacaan heuristik ini, karya sastra (puisi) dibaca berdasarkan konvensi bahasa
sesuai dengan kedudukan bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama. Puisi dibaca secara
linear sebagai dibaca menurut struktur normatif bahasa. Pada umumnya, bahasa puisi
menyimpang dari penggunaan bahasa biasa (bahasa normatif). Bahasa puisi merupakan
deotomatisasi atau defamiliarisasi: ketidakotomatisan atau ketidakbiasaan. Ini merupakan sifat
kepuitisan yang dapat dialami secara empiris (Pradopo, 2010: 296). Oleh karena itu, dalam
pembacaan ini semua yang tidak biasa dibuat biasa atau harus dinaturalisasikan (Pradopo,
2010: 296) sesuai dengan sistem bahasa normatif. Bilamana perlu, kata-kata diberi awalan
atau akhiran, disisipkan kata- kata supaya hubungan kalimat-kalimat puisi menjadi jelas.
Begitu juga, logika yang tidak biasa dikembangkan pada logika bahasa yang biasa. Hal ini
mengingat bahwa puisi itu menyatakan sesuatu secara tidak langsung.
2. Pembacaan Retroaktif atau Hermeneutik

Pembacaan heuristik baru memperjelas arti kebahasaan sebuah karya sastra, tetapi makna

6 | APRESIASI PUISI
karya sastra (puisi) tersebut belum tertangkap. Oleh karena itu, pembacaan heuristik harus
diulang lagi dengan pembacaan retroaktif. Pembacaan retroaktif adalah pembacaan ulang dari
awal sampai akhir dengan penafsiran atau pembacaan secara hermeneutik. Pembacaan ini
adalah pemberian makna berdasarkan konvensi sastra (puisi) sebagai sistem semiotik tingkat
kedua. Dalam penelitian ini, sebelum penulis mengalanisis majas yang terdapat dalam puisi
pada kolom sastra harian Lampung Post edisi September 2011 penulis melakukan pembacaan
semiotik terlebih dahulu terhadap puisi yang dikaji.

7 | APRESIASI PUISI
BAB III. PEMBAHASAN

Analisis struktural dan Semiotik Pada Puisi Kepada Uang Karya Joko Pinurbo

Kepada Uang
Karya : Joko Pinurbo
Uang, berilah aku rumah yang murah saja (1)
yang cukup nyaman buat berteduh senja-senjaku, (2)
yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku (3)
Sabar ya, aku harus menabung dulu. (4)
Menabung laparmu, menabung mimpimu. (5)
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu. (6)
Uang berilah aku ranjang yang lugu saja. (7)
yang cukup hangat buat merawat encok-encokku, (8)
yang kakinya lentur dan liat seperti kaki masa kecilku (9)
-2006-

3.1.Analisis Pendekatan Struktural

Sebelum melangkah ke berbagai pendekatan dalam pengkajian sebuah puisi kita


diharuskan menggunakan pendekatan awal dalam penelitian karya sastra, yaitu pendekatan
structural. Begitu juga dengan puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo ini terlebih dahulu akan
dianalisis dengan menggunakan pendekatan structural sebagai berikut:

1. Tema

Tema merupakan gagasan utama atau ide pokok yang terdapat dalam sebuah puisi yang
ingin diungkapkan oleh penyair. Tema yang terkandung dalam puisi Kepada Uang karya Joko
Pinurbo adalah kemiskinan. Kemiskinan yang mengharapkan datangnya uang hasil, tetapi
bukan dalam jumlah yang besar, melainkan yang cukup untuk melangsungkan hidupnya secara
sederhana.

Uang, berilah aku rumah yang murah saja (1) yang cukup nyaman buat
berteduh senja-senjaku, (2)
yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku (3)
8 | APRESIASI PUISI
Dari baris ke-1 jelas sekali si aku memang menginginkan rumah. Tetapi si aku tidak meminta
yang mewah, melainkan lebih menginginkan sebuah kesederhanaan. Pada baris ke-2, kata
“cukup” sudah menggambarkan bahwa si aku bukanlah orang yang tamak, hanya
menginginkan kelayakan.

2. Diksi
Diksi berarti pemilihan kata atau kalimat yang tepat dan sesuai dengan sesuatu yang
diungkapkan atau diceritakan (peristiwa, keadaan, waktu, bentuk dan sebagainya) (lh. Santoso,
2007). Oleh sebab itu pilihan kata merupakan unsur penting dalam menciptakan kepuitisan
sebuah puisi. Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya
ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan
dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami
hingga kompleksitas dan ekstremitas terjauhnya.
Dalam hal puisi yang berjudul "kepada uang" ini, pengarang menggunakan kata-kata yang
sudah umum dalam bahasa keseharian masyarakat, sehingga pembaca dapat dengan mudah
mengerti akan makna puisi tersebut, akan tetapi pengarang ini mempunyai ciri khas yang setiap
karyanya beliau selalu menyisipkan kata-kata yang menarik seperti puisi yang berjudul "kepada
uang" ini, sebagaimana  terdapat dalam baris ke satu, dua, dan tiga, bait ke dua, yaitu :
            Sabar ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu (joko pinurbo 2006 :18).
Hal ini sangat berbeda dengan sastrawan-sastrawan terdahulu seperti puisinya sutardji calzoum
bachri yang berjudul "q" dimana ciri khas beliau  menggunakan simbol, angka, dan abjad-abjad
yang harus dikaji lebih dalam untuk dapat memahami makna dari puisi itu (ajip rosidi, 2008 :
82).
Dalam puisi ini, pengarang menggunakan sedikit mungkin kata atau tidak menghambur-
hamburkan kata akan tetapi terkandung makna yang sangat luas. Pengarang juga
memperhatikan bunyi karena mungkin pengarang menyadari bahwa bunyi adalah faktor
pendukung yang sangat penting dalam pembuatan puisi. Tanpa memperhitungkan bunyi,
keindahan dan kenikmatan puisi akan hilang. Penulis puisi "kepada uang" ini mendominasi
bunyi vokal pada tiap akhir baris seperti vokal "a" dan "u".

3. Gaya bahasa
            Setiap orang atau setiap pengarang mempunyai gaya bahasa tersendiri yang

9 | APRESIASI PUISI
membuat ciri khas pada dirinya. Perbedaan seorang pengarang dengan pegarang lainnya
kadang-kadang terlihat kecil, tetapi dapat juga menyorot. Dalam sebuah karya sastra gaya
bahasa ini yang sangat menentukan visi dan perbedaan karya dengan karya yang lain (m. Atar
semi, 1988 : 48). Majas yaitu bentuk gaya yang digunakan untuk mempengaruhi, meyakinkan
pembaca dan para penyimak melalui kata-kata dengan cara menulis dan berbicara. Selain itu,
bahasa Yunani rhetor berasal dari kata retorik atau ahli pidato yang berarti orator. Oleh karena
itu, retorik memang merupakan bagaian yang terpenting, pada masa Yunanai kono majas
dibutuhkan karena Romawi yang telah memberikn nama bagi aneka seni persuasi ini sehingga
harus dikuasai oleh orang-orang Yunani.
Menurut Dale & Warriner (dalam Pradopo,1985: 104) bahwa majas merupakan bahasa
yang dipergunakan yaitu bahasa kiasan untuk meningkatkan dan memperbanyak efek melalui
cara memperbandingkan dan memperkenalkan suatu benda dengan yang lain atau hal yang
lebih umum. Hal ini dikarenakan , pengunaan pendek kata majas sehingga merubah nilai rasa
atau menimbulkan konotasi tertentu. Selain itu, majas juga merupakan pengunaan bahasa yang
berupa imajinatif, secara alamiah bukan dalam pengertian yang sebenar-benarnya. Oleh karena
itu, majas yaitu bahasa kias untuk digunakan meningkatkan efek yang lebih indah serta
menimbulkan nilai imajinatif dan rasa yang berbeda.
        Dalam puisi ini, pengarang menggunakan majas personifikasi, yaitu mengungkapkan atau
mengutarakan suatu benda dengan membandingkannya dengan tingkah dan kebiasaan manusia.
Contohnya yaitu terdapat dalam bait ke  satu, baris ke tiga, yaitu "yang jendelanya hijau
menganga seperti jendela mataku", bait ke  satu, baris ke satu, dua dan tiga, yaitu "sabar ya, aku
harus menabung dulu". "menabung laparmu, menabung mimpimu". "mungkin juga harus
menguras cadangan sakitmu", dan pada bait ke tiga baris ke satu dan kedua yaitu "uang, beilah
aku ranjang yang lugu saja," dan "yang cukup hangat buat merawat encok-encokku".

4. Irama
Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan menimbulkan
variasi-variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup. Pengaruh irama dalam puisi
sangatlah besar, ia menyebabkan terjadinya rasa keindahan, timbulnya imajinasi, munculnya
daya pukau, dan lebih dari itu ia dapat memperkuat pengertian. (m. Atar semi, 1988 :120)
Pada puisi kepada uang, sulit untuk memadukan unsur musikalitas atau irama. Pada dasarnya
irama dalam sebuah puisi sukar untuk memadukan unsur musikalitasnya, karena dalam puisi
irama itu tidak begitu jelas sepertihalnya musik.

10 | APRESIASI PUISI
5. Bunyi
Bunyi dalam puisi memegang peran yang sangat penting; tanpa bunyi yang merdu dan
harmonis tidak akan ada puisi yang dapat dikatakan puitis dan indah. Bunyi erat hubungannya
dengan unsur seperti lagu, irama, melodi dan sebagainya. Peranannya, di samping sebagai
hiasan dan sebagai pemanis, juga mempunyai tugas mempertajam dan menegaskan makna,
serta membentuk nada dan suasana menjadi nada dan suasana yang efektif dan sugestif. (m.
Atar semi, 1988 :115).
Jadi, dalam sebuah puisi unsur yang sangat penting yakni bunyi. Seperti halnya puisi kepada
uang, bunyi vokal pada setiap akhir baris, yaitu huruf "a" dan "u" membuat  terasa berat dan
rendahnya bunyi yang dikeluarkan hal ini melukiskan perasaan jiwa yang tertekan dan gelisah
sehingga dalam puisi "kepada uang" terasa jelas sebuah pengharapan yang diinginkan
pengarang terhadap uang.

6. Perasaan

Perasaan merupakan kehendak yang ingin diungkapkan oleh penyair. Perasaan juga
merujuk kepada isi hati sang penyair, bagaimana suasana hatinya saat membuat sebuah puisi.
Perasaan yang terkandung dalam puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo adalah kesedihan dan
kesabaran. Kesedihan dan ketabahan itu tergambarkan pada baris ke-4, 5 dan 6.

Sabar ya, aku harus menabung dulu. (4)

Menabung laparmu, menabung mimpimu. (5)


Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu. (6)

Ketabahan si aku jelas terlihat, si aku harus menabung segala yang dia punya, bahkan
kesehatan. Hal itu dilakukan oleh sang aku dikarenakan ia menginginkan kekuasan yang
dilambangkan dengan uang.

7. Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap para pembaca, sedangkan suasana merupakan
keadaan jiwa yang ditimbulkan oleh puisi tersebut kepada para pembaca. Jika membaca puisi
Kepada Uang karya Joko Pinurbo akan terlihat bagaimana nada yang akan dipakai saat

11 | APRESIASI PUISI
mengucap larik-lariknya. Penulis merasakan nada seperti si aku sedang berdoa, berdoa kepada
uang agar datang kehadapannya. Selain itu juga ada larik yang jika dibacakan sangat sesuai
dengan nada menenangkan, dan nada sedih.
 Nada seakan berdoa terlihat pada larik ke-1 dan larik ke-7

 Nada yang terkesan menenangkan, yang terdapat pada larik ke-4

 Nada yang terlihat sedih yang terdapat pada larik ke-5 dan larik ke-6

 Nada yang terlihat berkuasa, terdapat pada larik ke-7, larik ke-8 dan larik ke-9

8. Amanat

Amanat merupakan suatu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan sebuah
puisi. Dengan kata lain, amanat adalah pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh penyair
melalui puisi buatannya. Amanat yang terkandung dalam puisi Kepada Uang karya Joko
Pinurbo adalah jangan selalu bergantung kepada uang. Jika memang ingin berdoa untuk
sebuah kebaikan yang ingin dicapai, janganlah selalu mendewakan uang. Karena uang belum
tentu hal terbaik untuk mencapai kebahagiaan. Uang juga bisa membuat kita berkuasa dan lupa
akan kuasa atas diri kita sendiri. Dengan uang kita bisa memiliki apa pun, tetapi uang tidak
bisa membeli hati manusia. Walaupun untuk kebaikan, tapi janganlah kau gunakan kekuasaan
itu hanya untuk diri sendiri, jadikan diri kita berguna bagi orang lain.

3.2.Analisis Pendekatan Semiotik

Semiotik adalah salah satu metode analisis yang menitikberatkan penelitian terhadap
tanda-tanda. Tentu saja bukan hanya sekadar tanda biasa, melainkan tanda yang memiliki
makna yang berdasarkan konvensi yang berlaku di masyarakat.

a. Baris pertama
Uang, berilah aku rumah yang murah saja (1)
Uang, ditinjau dari segi kebahasaan adalah sebuah alat pertukaran untuk membeli barang-
barang sebagai alat transaksi dan juga penimbun harta kekayaan. Dalam puisi ini, uang
disimbolkan sebagai Tuhan. Si aku menginginkan sebuah rumah ia tidak berdoa kepada Tuhan,
melainkan berdoa kepada uang. Seolah-olah ia telah menjadikan uang sebagai Tuhan. Jika
ingin membeli suatu barang, konvensinya adalah menggunakan uang. Tetapi di dalam puisi ini
uangnya lah yang dijadikan tempat untuk memohon. Uang juga dapat disimbolkan sebagai
penguasa, karena ada segelintir orang yang beranggapan uang adalah segalanya. Uang dalam
12 | APRESIASI PUISI
puisi menempati posisi yang penting, yaitu menunjukkan nasib kehidupan orang. Penyair
menggambarkan kata “uang” pada baris ke-1 sebagai Tuhan yang selalu dipuja-puja oleh si
aku.

b. Baris kedua dan ketiga


yang cukup nyaman buat berteduh senja-senjaku, (2)
yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku (3)
Senja merupakan peristiwa terbenamnya matahari di ufuk barat. Menghilangnya matahari dan
menandakan kepergian sore hari menjadi malam yang gelap. Senja juga identik dengan warna
kuning kemerahan. Warna kuning kemerahan itu juga terlihat sangat sendu. Senja dalam puisi
ini dimaknai sebagai masa tua. Manusia yang sudah tua hampir sama dengan matahari yang
akan pergi karena digantikan oleh bulan. Dalam puisi Kepada Uang karya Joko Pinurbo kata
“senja” pada baris kedua digambarkan oleh penyair sebagai masa tua si aku. Sedangkan
“jendela hijau yang menganga seperti jendela mataku” menggambarkan ketentraman, suatu
kedamaian jiwa dan raga yang ingin dirasakan oleh si aku.

c. Baris keempat, kelima dan keenam


Sabar ya, aku harus menabung dulu. (4)
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
(5)
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu. (6)
Sang penyair menggambarkan tokoh aku rela menyimpan rasa lapar dan menunda mimpi
demi bergelut dengan uang. Bersakit-sakit hanya untuk mendapatkan uang dan
menelantarkan yang lain.

d. Baris ketujuh
Uang berilah aku ranjang yang lugu saja. (7)
Seperti yang sudah dijelaskan pada awal analisis, uang jika ditinjau dari segi kebahasaan
konvensional adalah sebuah alat pertukaran barang, alat jual beli, dan sebagai alat penimbun
kekayaan. Namun penyair menulis kata “uang” pada larik ketujuh puisi ini melambangkan
symbol kekuasaan. Sedangkan kata “ranjang” dalam segi bahasa adalah tempat untuk
istirahat dan melepas lelah. kata “ranjang yang lugu” jika disimbolkan oleh penyair dalam
puisi Kepada Uang adalah sebagai seorang istri yang menuruti perintah sang aku. Jika dilihat
secara keseluruhan, baris ketujuh dapat dikatakan seorang aku jika mendapat kekuasaan
dengan uang ia bisa mendapatkan kekuasaan penuh atas istri yang akan ia miliki.

e. Baris kedelapan

13 | APRESIASI PUISI
yang cukup hangat buat merawat encok-encokku, (8)

Hangat jika diartikan dalam kebahasaan adalah rasa yang tidak panas dan juga tidak dingin.
Biasa digunakan untuk menggambarkan air dalam konvensi kebahasaan. Tetapi dalam
konteks puisi ini, penyair menggambarkan “hangat” melambangkan sebagai sentuhan yang
lembut dari seorang istri (simbol ranjang dari baris ketujuh). Encok dalam bahasa diartikan
sebagai sebuah penyakit yang sering diderita kaum lansia. Encok adalah nama penyakit yang
menyerang daerah sekitar pinggang dengan rasa sakit dan ngilu luar biasa. Namun, dalam
konvensi sastra yang dibangun penyair, kata “encok-encok” pada baris kedelapan diartikan
sebagai masa tua, karena rata-rata penyakit itu hanya menyerang kaum lansia dan penyair
mengartikannya sebagai masa tua.

f. Baris kesembilan

yang kakinya lentur dan liat seperti kaki masa kecilku (9)

Pada baris kesembilan penyair menggambarkannya sebagai kenangan masa kecil si aku. Ia

membayangkan ia masih seperti masa anak-anak yang dimanja. Kata “kakinya” (istri yang
didambakan si aku) dapat memanjakan si aku seperti masa kecilnya.

14 | APRESIASI PUISI
BAB IV. PENUTUP

4.1.Simpulan

Analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya
dalam struktur puisi dan penguraian bahwa tiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam
kaitannya dengan unsur- unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur
dengan kata lain, sebuah unsur tidak akan memiliki makna jika tidak disertakan dengan unsur
yang lain.

Semiotik diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo sebagai symbol atau tanda. Puisi
secara semiotik seperti telah dikemukakan merupakan struktur tanda-tanda yang bersistem
dan bermakna ditentukan oleh konvensi. Memahami puisi tidak lain dari memahami makna
puisi. Menganalisis puisi adalah usaha untuk menangkap makna puisi. Makna puisi adalah
arti yang timbul oleh bahasa yang disusun berdasarkan struktur sastra menurut konvensinya,
yaitu arti yang bukan semata-mata hanya arti bahasa, melainkan berisi arti tambahan
berdasarkan konvensi sastra yang bersangkutan. Dengan demikian, teranglah bahwa untuk
mengkaji puisi perlulah analisis struktural dan semiotik mengingat bahwa puisi itu
merupakan struktur tanda- tanda yang bermakna.

15 | APRESIASI PUISI
DAFTAR PUSTAKA

Amminuddin. 2015. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Damai, Z. 2015. ANALISIS STRUKTURAL DAN SEMIOTIK PUISI ROMÉO KIFFE


JULIETTE KARYA FABIEN MARSAUD.

file:///C:/Users/panasonic/Downloads/Zasqia%20Damai%20Aulia
%20Shakti_09204244041.pdf. [diakses 24 November 2019]

Dewi, A. 2013. ANALISIS STRUKTURAL–SEMIOTIK PUISI ‘’CLIMAT, FLORE ET FAUNE


DE LA LUNE’’ KARYA JULES LAFORGUE.

file:///C:/Users/panasonic/Downloads/Ana%20Dewi%20Harsanti%2008204241013.pdf.
[diakses 24 November 2019]
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

https://www.academia.edu/30712065/ANALISIS_STRUKTURAL_PUISI_KEPADA_UAN
G_KARYA_JOKO_PINURBO_DENGAN_PENDEKATAN_SEMIOTIK

http://unyil1284.blogspot.com/2012/01/analisis-struktural-semiotik-puisi.html?m=1

16 | APRESIASI PUISI

Anda mungkin juga menyukai